SEMUA HALAMAN

Sabilus Salikin

Halaman ini menampilkan seluruh halaman. Biasanya fitur ini digunakan untuk pencarian kata secara akurat.

Daftar Isi

01. Islam, Tasawuf, dan Tarekat

Sabilus Salikin atau Jalan Para Salik ini disusun oleh santri-santri KH. Munawir Kertosono Nganjuk dan KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan. KH Sholeh Bahruddin dalam kata pengantar mengatakan, Sabilus Salikin disarikan dari berbagai kitab tarekat atau tasawuf yang ada, dan banyaknya ragam tarekat/tasawuf itu menunjukkan kehebatan  Islam Ahlu Sunnah wal Jamaโ€™ah. Setelah mengkaji satu kitab dan diteruskan ke kitab lain, ternyata tidak ada Imam tarekat yang saling bertentangan. Jika kemudian muncul pertentangan, hal itu berasal dari  pengikutnya, karena fanatisme yang berlebihan (taโ€™assub).

BAB I: Pendahuluan

Banyak yang beranggapan bahwa aliran tasawuf dalam Islam lahir karena pengaruh dari luar. Anggapan itu mencuat karena tasawuf muncul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai kontak dengan agama Kristen, filsafat Yunani, juga agama Hindu dan Budha.

Ada yang mengatakan bahwa pengaruhnya datang dari rahib-rahib Kristen yang mengasingkan diri untuk beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun pasir Arabia. Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang. Di siang hari, kemah mereka menjadi tempat berteduh bagi orang yang kepanasan dan di malam hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga mengasingkan diri dari dunia ramai, walaupun untuk sementara, berhati baik, pemurah dan suka menolong.

Pengaruh filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Bahwa ruh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang penuh nafsu. Roh yang pada mulanya suci itu menjadi tidak suci, dan karena itu tidak dapat kembali ke tempatnya semula. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada filsafat serta ilmu pengetahuan serta melakukan beberapa pantangan.

Filsafat sufi juga demikian. Ruh yang masuk ke dalam janin di kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tapi kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat dalam tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Maha Suci, ruh yang telah kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadat yang banyak.

Masih dari filsafat Yunani, pengaruh itu dikaitkan dengan filsafat emanasi Plotinus. Ruh memancar dari diri Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Pythagoras, ia berpendapat bahwa ruh yang masuk ke dalam tubuh manusia juga kotor, dan tak dapat kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha membersihkan diri melalui reinkarnasi (penjelmaan). Kalau sudah bersih, ia dapat mendekatkan diri dengan Tuhan sampai ke tingkat bersatu dengan Dia di bumi ini.

Sampai di sini, tampak adanya perbedaan. Paham penyucian diri melalui reinkarnasi tidak terdapat dalam ajaran tasawuf. Paham itu memang bertentangan dengan ajaran al-Qurโ€™an bahwa ruh sesudah tubuh mati tidak akan kembali ke hidup serupa di bumi. Sesudah bercerai dengan tubuh, ruh pergi ke alam barzah menunggu datangnya hari perhitungan. Tapi, konsep Plotinus tentang bersatunya ruh dengan Tuhan di dunia ini, memang terdapat dalam tasawuf Islam.

Dari agama Budha, pengaruhnya dikatakan dari konsep Nirwana (tempat kebebasan). Nirwana dapat dicapai dengan meninggalkan dunia, memasuki hidup kontemplasi (renungan) dan menghancurkan diri. Ajaran menghancurkan diri untuk bersatu dengan Tuhan juga terdapat dalam Islam. Sedangkan pengaruh dari agama Hindu dikatakan datang dari ajaran bersatunya Atman dengan Brahman melalui kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam tasawuf terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia dengan roh Tuhan.

Kita perlu mencatat, agama Hindu dan Buddha, filsafat Yunani, dan agama Kristen telah datang jauh sebelum Islam. Bahwa yang kemudian datang dipengaruhi oleh yang datang terdahulu adalah suatu kemungkinan. Tapi pendapat serupa ini memerlukan bukti-bukti historis. Dalam kaitan ini timbul pertanyaan: sekiranya ajaran-ajaran tersebut di atas tidak ada, tidakkah mungkin tasawuf timbul dari dalam diri Islam sendiri?, (Haqaiq โ€˜an al-Tashawwuf, Abdul Qรขdir Isa, halaman: 30).

Tasawuf dan tarekat adalah korban yang paling sering dihujat sesat oleh saudara-saudara seiman. Mereka memandang tasawuf dan tarekat sebagai sarang bidโ€™ah hal-hal yang baru yang diklaim tidak pernah diajarkan dalam Islam atau tidak pernah dilakukan dan diperintahkan oleh Rasรปl. Dalil utama yang sering dikemukakan mereka adalah hadits Nabi Saw. yang sangat terkenal dan diriwayatkan oleh banyak imam hadits:

ูˆูŽุฅููŠูŽู‘ุงูƒูู…ู’ ูˆูŽู…ูุญู’ุฏูŽุซูŽุงุชู ุงู„ุฃูู…ููˆุฑูุŒ ูุฅู†ูŽู‘ ูƒู„ูŽู‘ ุจุฏุนุฉ ุถู„ุงู„ุฉ. ุฑูˆุงู‡ ุฃูŽุจููˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุงู„ุชุฑู…ุฐูŠุŒ ูˆูŽู‚ุงู„ูŽ: ุญุฏูŠุซ ุญุณู† ุตุญูŠุญ  . (ุฑูŠุงุถ ุงู„ุตุงู„ุญูŠู†ุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 128)

Hindarilah perkara-perkara yang baru (diada-adakan), karena setiap perkara yang baru adalah bidโ€™ah, dan bidโ€™ah adalah sesat, (Riyรขdh al-Shรขlihรฎn, juz 1, halaman: 128).

Benarkah tasawuf dan tarekat itu bidโ€™ah?

  • Pengertian Tasawuf

Banyak sekali definisi tasawuf yang telah dikemukakan, dan masing-masing berusaha menggambarkan apa yang dimaksud dengan tasawuf. Tetapi pada umumnya definisi yang dikemukakan hanya menyentuh sebagian dari keseluruhan bangunan tasawuf yang begitu besar dan luas.

Definisi-definisi yang dikemukakan sama dengan yang dilakukan empat orang buta, dalam kisah Rumi, ketika mereka menggambarkan bentuk gajah. Masing-masing menggambarkan bentuk gajah sesuai dengan bagian tubuh yang disentuhnya. Bagi yang pertama, bentuk gajah seperti mahkota, bagi yang kedua seperti pipa air, bagi yang ketiga, seperti kipas, dan bagi yang terakhir seperti tiang.

Imam al-Qusyairi dalam al-Risalah-nya mengutip 50 definisi dari ulama Salaf, sementara Imam Abu Nuโ€™aim al-Ishbahani dalam Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™ mengutip sekitar 141 definisi, antara lain:

  1. Tasawuf adalah bersungguh-sungguh melakukan suluk yaitu โ€œperjalananโ€ menuju Malik al-Muluk (Raja semua raja), (yakni Allรขh `azza wa jalla).
  2. Tasawuf adalah mencari wasilah (alat yang menyampaikan) ke puncak fadhilah (keutamaan).

Definisi paling panjang yang dikutip Imam Abu Nuโ€™aim al-Ishbahani berasal dari perkataan Imam al-Junaid Ra ketika ditanya orang mengenai makna tashawwuf: Tasawuf adalah sebuah istilah yang menghimpun sepuluh makna:

  1. Tidak terikat dengan semua yang ada di dunia sehingga tidak berlomba-lomba mengerjakannya.
  2. Selalu bersandar kepada Allรขh `azza wa jalla,
  3. Gemar melakukan ibadah ketika sehat.
  4. Sabar kehilangan dunia (harta).
  5. Cermat dan berhati-hati membedakan yang hak dan yang batil.
  6. Sibuk dengan Allรขh SWT dan tidak sibuk dengan yang lain.
  7. Melazimkan dzikir khafi (dzikir hati).
  8. Merealisasikan rasa ihlas ketika muncul godaan.
  9. Tetap yakin ketika muncul keraguan dan
  10. Teguh kepada Allรขh SWT dalam semua keadaan. Jika semua ini berhimpun dalam diri seseorang, maka ia layak menyandang istilah ini, dan jika tidak, maka ia adalah pendusta, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 1).

Beberapa fuqahaโ€™ ahli fiqih juga mengemukakan definisi tasawuf dan mengakui keabsahan tasawuf sebagai ilmu kerohanian Islam. Di antara mereka adalah: Imam Muhammad ibn Ahmad ibn Jazi al-Kalabi al-Gharnathi (w. 741 H.) dalam kitabnya al-Qawanin al-Fiqhiyyah li Ibn Jazi, halaman: 277 menegaskan: โ€œTasawuf masuk dalam jalur fiqih, karena ia pada hakikatnya adalah fiqih batin (rohani), sebagaimana fiqih itu sendiri adalah hukum-hukum yang berkenaan dengan perilaku lahirโ€.

Imam `Abd al-Hamid al-Syarwani, dalam kitabnya Hawasyi al-Syarwani VII, menyatakan: โ€œIlmu batin (kerohanian), yaitu ilmu yang mengkaji hal ihwal batin (rohani), yakni yang mengkaji perilaku jiwa yang buruk dan yang baik (terpuji), itulah ilmu tasawufโ€.

Imam Muhammad `Amim al-Ihsan dalam kitabnya Qawaโ€™id al-Fiqih, dengan mengutip pendapat Imam al-Ghazali, menyatakan: โ€œTasawuf terdiri atas dua hal: Bergaul dengan Allรขh SWT secara benar dan bergaul dengan manusia secara baik. Setiap orang yang benar bergaul (ibadah) dengan Allรขh SWT dan baik bergaul dengan mahluk, maka ia adalah sufiโ€.

Definisi-definisi tersebut pada dasarnya saling melengkapi satu sama lain, membentuk satu kesatuan yang tersimpul dalam satu buhul: โ€œTasawuf adalah perjalanan menuju Tuhan melalui penyucian jiwa yang dilakukan dengan intensifikasi dzikrullahโ€.

Penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs) merupakan ruh dari takwa, sementara takwa merupakan sebaik-baik bekal (dalam perjalanan menuju Allรขh Swt.), sehingga dikatakan oleh Imam Muhammad Zaki Ibrahim, pemimpin tharรฎqah sufi al-Asyirah al-Muhammadiyyah di Mesir, bahwa โ€œTasawuf adalah taqwa. Taqwa tidak hanya berarti โ€œmengerjakan semua perintah Allรขh Swt. dan meninggalkan semua larangan-Nya. Taqwa juga meliputi โ€œcinta, ikhlas, sabar, zuhud, qanaโ€™ah, tawadhuโ€™, dan perilaku-perilaku batin lainnya yang masuk ke dalam kategori makarim al-akhlaq (akhlak yang mulia) atau al-akhlaq al-mahmudah (akhlak yang terpuji)โ€.

Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila tasawuf juga sering didefinisikan sebagai akhlak, yaitu akhlak bergaul (ibadah) dengan Allรขh Swt. dan akhlak bergaul dengan semua makhluk-Nya. Imam Muhammad ibn `Ali al-Kattani, sebagaimana dikutip oleh Imam al-Qusyairi dalam al-Risalah-nya, menegaskan bahwa โ€œtasawuf adalah akhlakโ€. Imam Abu Nuโ€™aim al-Ishbahani juga mengutip definisi senada dalam kitabnya Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™: โ€œTasawuf adalah berakhlak dengan akhlak (orang-orang ) mulia.โ€

Definisi terakhir di atas sejalan dengan keberadaan Nabi Saw. yang diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia sebagaimana ditegaskan oleh beliau sendiri dalam sebuah sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hambal

ูˆุญูŽุฏูŽู‘ุซู†ุง ู…ูุญูŽู…ุฏ ุจู† ุฑุฒู‚ ุงู„ูƒู„ูˆุงุฐูŠุŒ ู‚ุงู„: ุญูŽุฏูŽู‘ุซู†ุง ุณูŽุนููŠุฏ ุจู† ู…ู†ุตูˆุฑุŒ ู‚ุงู„: ุญูŽุฏูŽู‘ุซู†ุง ุนูŽุจุฏ ุงู„ุนุฒูŠุฒ ุนู† ุงุจู† ุนุฌู„ุงู† ุนู† ุงู„ู‚ุนู‚ุงุนุŒ ุนูŽู† ุฃุจูŠ ุตุงู„ุญุŒ ุนูŽู† ุฃุจูŠ ู‡ูุฑูŽูŠุฑุฉุŒ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ุจูุนูุซู’ุชู ู„ูุฃูุชูŽู…ูู‘ู…ูŽ ู…ูŽูƒูŽุงุฑูู…ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุงู‚ูุŒ (ุณู†ู† ุงู„ูƒุจุฑู‰ ู„ู„ุจูŠู‡ู‚ูŠุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 191ุŒ ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3ุŒ ุต: 46)

Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang baik, (Sunan al-Kubrรข lil Baihaqi, juz 1, halaman: 191, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 3, halaman: 46).

Akhlak itu sendiri merupakan perilaku batin yang melahirkan berbagai perbuatan secara otomatis tanpa melalui pertimbangan yang disengaja, atau dalam definisi Imam al-Ghazali diungkapkan dengan redaksi: โ€œAkhlak merupakan ungkapan tentang kondisi yang berakar kuat dalam jiwa; dari kondisi itu lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikirkan dan pertimbangan.โ€

Apapun definisi yang dikemukakan para ulamaโ€™ mengenai tasawuf, yang jelas bahwa tashawwuf merupakan sisi rohani Islam yang sangat fundamental dan esensial, bahkan ia merupakan inti ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul.

Pernyataan Imam Muhammad Zaki Ibrahim barangkali sudah cukup sebagai penjelasan terakhir: โ€œMeskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai definisi tashawwuf, semua definisi yang ada mengarah kepada satu titik yang sama, yaitu taqwa dan tazkiyah. Tasawuf adalah hijrah menuju Allรขh Swt, dan pada hakikatnya semua definisi yang ada bersifat saling melengkapiโ€, (Abjadiyyah al-Tashawwuf al-Islami, atau Tashawwuf Salafi, halaman: 7).

Tidak satu definisi pun yang mampu menggambarkan secara utuh apa yang disebut dengan tasawuf. Demikian pula, tidak ada satu penjelasan pun yang mampu menggambarkan apa yang disebut denga ihsan (beribadah seolah-olah melihat Allรขh Swt), karena hal itu menyangkut soal rasa dan โ€œpengalamanโ€, bukan penalaran atau pemikiran. Pemahaman yang utuh mengenai tasawuf dan sekaligus ihsan hanya muncul setelah seseorang โ€œmengalamiโ€ dan tidak sekadar โ€œmembacaโ€ definisi-definisi yang dikemukakan orang.

Sumber: Alif.ID

02. Tasawuf dalam Konteks Keilmuan

Prof. Dr. H. S.S. Kadirun Yahya Al-Khalidi menyatakan,  tasawuf adalah โ€œsaudara kembarโ€ fikih. Fikih pada hakikatnya merupakan formulasi lebih lanjut dari konsep Islam, sementara tasawuf merupakan perwujudan kongkret dari konsep ihsan. Dua konsep ini tercetus bersama-sama dengan konsep iman (diformulasikan lebih jauh dalam ilmu kalam).

Konsep iman itu tampak dalam dialog antara Jibril AS dan Nabi SAW, sebagaimana dikemukakan dalam hadits Abu Hurairah yang sangat terkenal, (Shahih al-Bukhari, juz 1, halaman: 31, nomor hadits 50):

ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ู…ูุณูŽุฏูŽู‘ุฏูŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุฅูุณู’ู…ูŽุงุนููŠู’ู„ู ุจู’ู†ู ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ: ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑู’ู†ูŽุง ุฃูŽุจููˆู’ ุญูŽูŠูŽู‘ุงู†ูŽ ุงู„ุชูŽู‘ูŠู’ู…ููŠูู‘ุŒ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ ุฒูŽุฑู’ุนูŽุฉูŽุŒ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุจูŽุงุฑูุฒู‹ุง ูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ู„ูู„ู†ูŽู‘ุงุณูุŒ ููŽุฃูŽุชูŽุงู‡ู ุฌูุจู’ุฑููŠู’ู„ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽุง ุงู„ู’ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: (ุงู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุฃูŽู†ู’ ุชูุคู’ู…ูู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุชูู‡ู ูˆูŽุจูู„ูู‚ูŽุงุฆูู‡ู ูˆูŽุฑูุณูู„ูู‡ู ูˆูŽุชูุคู’ู…ูู†ูŽ ุจูุงู„ู’ุจูŽุนู’ุซู)ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽุง ุงู„ู’ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: (ุงู„ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุนู’ุจูุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุชูุดู’ุฑููƒูŽ ุจูู‡ูุŒ ูˆูŽุชูู‚ููŠู’ู…ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉูŽุŒ ูˆูŽุชูุคูŽุฏูู‘ูŠูŽ ุงู„ุฒูŽู‘ูƒูŽุงุฉูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูู’ุฑููˆู’ุถูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽุชูŽุตููˆู’ู…ูŽ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽ)ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽุง ุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ูุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: (ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุนู’ุจูุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ูƒูŽ ุชูŽุฑูŽุงู‡ูุŒ ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽูƒูู†ู’ ุชูŽุฑูŽุงู‡ู ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุฑูŽุงูƒูŽ)ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽุชูŽู‰ ุงู„ุณูŽู‘ุงุนูŽุฉูุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: (ู…ูŽุง ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุคููˆู’ู„ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ุจูุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ุงุฆูู„ูุŒ ูˆูŽุณูŽุฃูุฎู’ุจูุฑููƒูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุดู’ุฑูŽุงุทูู‡ูŽุง: ุฅูุฐูŽุง ูˆูŽู„ูŽุฏูŽุชู ุงู„ู’ุฃูŽู…ูŽู‘ุฉู ุฑูŽุจูŽู‘ู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุชูŽุทูŽุงูˆูŽู„ูŽ ุฑูุนูŽุงุฉู ุงู„ู’ุฅูุจู’ู„ู ุงู„ู’ุจูู‡ู’ู…ู ูููŠ ุงู„ู’ุจูู†ู’ูŠูŽุงู†ูุŒ ูููŠู’ ุฎูŽู…ู’ุณู ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ูู‡ูู†ูŽู‘ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู)ุŒ ุซูู…ูŽู‘ ุชูŽู„ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ู‘ู…ูŽ {ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ู ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ุณูŽู‘ุงุนูŽุฉู} [ู„ู‚ู…ุงู†: 34] ุงู„ุขูŠูŽุฉูŽุŒ ุซูู…ูŽู‘ ุฃูŽุฏู’ุจูŽุฑูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: (ุฑูุฏูู‘ูˆู’ู‡ู). ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฑูŽูˆู’ุง ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุงุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: (ู‡ูŽุฐูŽุง ุฌูุจู’ุฑููŠู’ู„ู ุฌูŽุงุกูŽ ูŠูุนูŽู„ูู‘ู…ู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูŽ ุฏููŠู’ู†ูŽู‡ูู…ู’)

Penjelasan lebih gamblang mengenai posisi tasawuf sebagai โ€œsaudara kembarโ€ fikih, dikemukakan oleh Prof. Dr. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka dalam bukunya Tasawuf, Perkembangan dan Pemurniannya. Hamka mengatakan, kemurnian dan cita-cita Islam yang tinggi adalah gabungan tasawuf dan fikih, gabungan hati dan otak. Dengan fikih kita menentukan batas-batas hukum, dan dengan tasawuf kita memberi pelita dalam jiwa, sehingga tidak terasa berat di dalam melakukan segala kehendak agama.

Kalau kita tilik kepada bunyi hadits tentang islam, iman, dan ihsan,  tampaklah bahwa ketiga ilmu (dalam) Islam yaitu fikih, usuludin, dan tasawuf telah dapat menyempurnakan ketiga simpulan agama itu (islam, iman, ihsan). Islam diartikan  mengucapkan syahadat, mengerjakan salat lima waktu, puasa bulan Ramadan, mengeluarkan zakat, dan naik haji. Agar kita dapat mengerjakan perintah agama dengan tidak membuta, kita pelajarilah fikih.

โ€œIman adalah beriman kepada Allรขh SWT, malaikat, rasul-rasul,  kitab-kitab, dan  kepada hari qiamat serta takdir, buruk maupun baik. Kita pelajarilah usuludin atau ilmu kalam. Ihsan adalah kunci semuanya, yaitu bahwa kita mengabdi kepada Allรขh SWT, seakan-akan Allรขh SWT berada di hadapan kita. Meski mata kita tidak dapat melihatNya, namun Allรขh SWT tetap melihat kita. Untuk menyempurnakan ihsan itu, kita masuki alam tasawuf. Itulah tali berpilah tiga: iman, islam, ihsan, yang dicapai dengan tiga ilmu:fikih, usuludin, dan tasawufโ€ (Tasawuf Perkembangan dan Pemurniannya, halaman: 94-95).

Jadi, sebagai sebuah ilmu, posisi tasawuf terhadap ilmu-ilmu Islam lainnya sangat jelas dan gamblang. Tasawuf merupakan bagian tak berpisahkan dari keseluruhan bangunan syariโ€™ah. Tasawuf bahkan merupakan ruh, hakikat, dan inti dari syariah. Syariah sendiri โ€“merujuk al-Qurโ€™an dan al-Haditsโ€“ dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang bersumber dari diri Nabi SAW, yang berupa sikap, perbuatan, dan perkataan. Dalam bahasa yang lebih umum, syariah adalah segala sesuatu yang datang dari Allah SWT dan rasul-Nya. Namun begitu, syariah pada dasarnya merupakan produk dari hakikat Muhammad sebagai nabi dan rasul Allah SWT.

Adalah mustahil memahami syariah (sebagai produk)  secara sempurna tanpa memahami hakekatnya. Ilmu yang menyajikan jalan untuk mengenal hakikat ini adalah tasawuf, sedangkan ilmu-ilmu (keislaman) lainnya, seperti ilmu fiqih dan Hadits, semuanya menyajikan jalan untuk memahami produk. Tasawuf melibatkan hati atau kalbu (ruhani), sedangkan ilmu-ilmu lainnya melibatkan otak atau akal (jasmani).  (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 406-407, al-Shidรฎq wa al-Tahqรฎq, halaman: 177).

Fikih dan tasawuf ibarat dua sisi mata uang. Jika salah satu rusak maka yang lain menjadi tidak berfungsi, sehingga kedua-duanya harus dipegang secara utuh untuk mencapai kesempurnaan. Dalam kaitan ini, Imam Abu Abdillah al-Dzahabi (w. 748 H), penulis kitab Siyar Aโ€™lam al-Nubalaโ€™ (Beirut: Muassasah al-Risalah, 1413) yang terdiri dari 23 jilid menegaskan: โ€œJika seorang ulama tidak bertasawuf, maka ia kosong, sebagaimana jika seorang sufi tidak mengenal sunnah (bersyariat), maka ia tergelincir dari jalan yang lurusโ€.

Imam Malik ibn Anas, pemimpin madzhab Maliki yang sangat terkenal, sebagaimana dikutip oleh Syaikh Amรฎn al-Qurdhi, juga mengungkapkan hal senada: โ€œBarangsiapa yang bersyariat tetapi tidak berhakikat (bertasawuf) maka ia telah fasik; dan barangsiapa yang berhakikat (bertasawuf) tetapi tidak bersyariat maka ia telah zindikโ€, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 408).

Di samping itu, tidak salah apabila dikatakan bahwa tasawuf adalah sebuah madzhab sebagaimana ilmu fikih yang mengenal (minimal) empat mazhab, sehingga tidak jarang para ulama melibatkan pendapat kaum sufi ketika membahas hukum suatu perkara. Syaikh al-Islam Ibn Taimiyah menempatkan kaum sufi dalam deretan fuqaha (ahli fikih) dan ahli Hadits. Hal ini dapat disimak misalnya dari pernyataannya ketika menetapkan hukum larangan menikahi orang yang menolak kekhalifahan Sayyidina Ali setelah โ€˜Utsman Ibn Affan RA. Hal itu (larangan menikahi orang yang tidak menerima kekhalifahan Ali bin Abi Thalib) telah disepakati oleh para fuqaha, ahli Hadits, dan juga oleh ahli maโ€™rifat dan tasawuf, (Majmรปโ€™ al-Fatawรข, juz 28, halaman: 211-212): ูˆูŽู„ูŽุงูŠูŽุญูู„ูู‘ ู†ููƒูŽุงุญู ู†ูุณูŽุงุฆูู‡ูู…ู’

Pandangan Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim

Syaikh Ibn Taimiyah dan Ibn al-Qayyim al-Jawziyah adalah sepasang guru-murid yang mendukung dan mengakui kebenaran tasawuf sebagai ilmu yang dapat membersihkan jiwa.

Ibn Taimiyah menyebut para sufi dengan sebutan ahl โ€˜ulum al-qulub (pakar-pakar ilmu hati) yang perkataanya paling tepat dan paling baik realisasinya (asaddu wa ajwadu tahqiqan) serta paling jauh dari bidโ€™ah (abโ€™adu minal bidโ€™ah). Ia menyebutnya dalam kitabnya yang sangat terkenal Majmรปโ€™ al-Fatawรข (Beirut: Dar al-Kitab al Arabi, tahun 1973).

Dalam kitabnya Amradh al-Qulub wa Syifauha (Kairo: al-Mathbaโ€™ah al-Salafiyyah, 1399), halaman: 62, ketika membicarakan surah al-Kafirun), Ibn Taimiyah berkata: โ€œAdapun qul ya ayyuhal kafiruun mengundang tauhid amali iradi, tauhid praktis yang didasarkan pada kehendak, yaitu keikhlasan beragama semata-mata untuk Allรขh dengan sengaja dan dikehendaki; dan itulah yang dibicarakan oleh Syaikh-syaikh tasawuf pada umumnya.

โ€œImam-imam tasawuf menjadikan Allรขh SWT sebagai satu-satunya yang dicintai dengan cinta yang hakiki, bahkan dengan cinta yang paling sempurnaโ€ (Amradh al-Qulub wa Syifauha, halaman: 68).

Adapun Ibn al-Qayyim al-Jawziyah, dalam kitabnya Madรขrij al-Sรขlikin, juz 1, halaman: 464 (Beirut: Dar al-Kitab al-Arabi, tahun 1973), mengatakan tentang Abu Yazid al-Busthami dengan kalimat seperti ini: โ€œIni (memelihara dan menjauhkan keinginan dari selain Allรขh yang Maha Suci) adalah  seperti  Abu Yazid al-Busthami. Semoga Allรขh SWT merahmatinya mengenai berita tentang dirinya. Ketika ia ditanya keinginannya,  ia menjawab, โ€œAku ingin agar aku tidak ingin yang kedua (setelah Allรขh SWT)โ€. Inilah hakikat tasawuf.โ€

Dalam kitabnya yang lain Badai al-Fawaid, juz 3, halaman: 756 (Makkah al-Mukarramah: Maktabah Nizar Mushthafa al-Baz, 1996), Ibn al-Qayyim al-Jawziyah berkata:

โ€œTasawuf dan kefakiran (baca: hanya butuh kepada Allรขh) berada pada wilayah hatiโ€.

Sumber: Alif.ID

03. Tarekat dalam Alquran dan Hadis

Tarekat adalah jalan yang dilalui oleh orang sufi dalam perjalanannya menuju Tuhan. Tarekat digambarkan sebagai jalan yang berpangkal pada syariโ€™ah, sebab jalan utama disebut syarโ€™i sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata ini terambil dari kata tharq yang di antara maknanya adalah โ€œmengetukโ€ seperti dalam ungkapan tharq al-bab yang berarti โ€œmengetuk pintuโ€.

Oleh karena itu, cara beribadah seorang sufi disebut tarekat karena ia selalu mengetuk pintu hatinya dengan dzikrullah atau mengingat Allah. Cara beribadah semacam ini oleh Nabi SAW disebut dengan tarekat hasanah (cara yang baik). Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hambal dalam musnadnya dengan perawi-perawi tsiqat (dipercaya), Nabi SAW bersabda:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏูŽ ุฅูุฐูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู ุซูู…ูŽู‘ ู…ูŽุฑูุถูŽ ู‚ููŠู’ู„ูŽ ู„ูู„ู’ู…ูŽู„ูŽูƒู ุงู„ู’ู…ููˆูŽูƒูŽู„ู ุจูู‡ู ุงููƒู’ุชูุจู’ ู„ูŽู‡ู ู…ูุซู’ู„ูŽ ุนูŽู…ูŽู„ูู‡ู ุฅูุฐูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุทูŽู„ููŠู’ู‚ู‹ุง ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฃูŽุทู’ู„ูŽู‚ูŽู‡ู ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽูƒู’ููŽุชูŽู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุชูŽุนู’ู„ููŠู’ู‚ู ุดูุนูŽูŠู’ุจู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ู†ูŽุคููˆู’ุทู : ุตุญูŠุญ ูˆู‡ุฐุง ุฅุณู†ุงุฏ ุญุณู†

โ€œSesungguhnya seorang hamba jika berpijak pada tarekat yang baik dalam beribadah, kemudian ia sakit, maka dikatakan (oleh Allรขh SWT) kepada malaikat yang mengurusnya, โ€˜Tulislah untuk orang itu pahala yang sepadan dengan amalnya apabila ia sembuh sampai Aku menyembuhkannya atau mengembalikannya kepada-Ku, (Musnad Ahmad bin Hanbal, juz 2, halaman: 203).

Ungkapan tarekat hasanah dalam hadis tersebut menunjukan kepada perilaku hati yang diliputi kondisi ihsan (beribadah seolahโ€“olah melihat Allรขh SWT atau kondisi khusyuโ€™) yakin berjumpa dengan Allรขh SWT dan kembali kepada-Nya,

(ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽุธูู†ูู‘ูˆู†ูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูู… ู…ูู‘ู„ุงูŽู‚ููˆุง ุฑูŽุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฑูŽุงุฌูุนููˆู†ูŽ ๏ดฟูคูฆ

(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, (al-Baqarah, 2: 46).

Ibadah (misalnya shalat) yang dilakukan dengan hati yang lalai oleh nabi disebut sebagai shalat al-munafiq (salatnya orang munafik), yaitu yang di dalamnya ia tidak berdzikir kepada Allรขh kecuali sedikit (la yadzkurullaha fiha illa qalilan) Shahih Muslim, 1: 434, dan pelakunya oleh Tuhan diancam dengan al-wail.

(ููŽูˆูŽูŠู’ู„ูŒ ู„ูู‘ู„ู’ู…ูุตูŽู„ูู‘ูŠู†ูŽ ๏ดฟูค๏ดพ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู‡ูู…ู’ ุนูŽู† ุตูŽู„ูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ุณูŽุงู‡ููˆู†ูŽ ๏ดฟูฅ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (4) (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya (5), (al-Maun, 107: 4-5).

Di dalam Alquran pun kata tarekat muncul dalam konteks dzikrullah sebagai aktualisasi tauhid yang sempurna.

Setelah Allรขh SWT menjanjikan karunia yang banyak kepada orang-orang yang istiqamah di atas tarekat, Allรขh SWT. langsung memberikan ancaman siksa yang sangat pedih kepada orang yang tidak mau berdzikir kepada-Nya:

(ูˆูŽุฃูŽู„ูŽู‘ูˆู ุงุณู’ุชูŽู‚ูŽุงู…ููˆุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู‚ูŽุฉู ู„ูŽุฃูŽุณู’ู‚ูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ูู… ู…ูŽู‘ุงุก ุบูŽุฏูŽู‚ุงู‹ ๏ดฟูกูฆ๏ดพ ู„ูู†ูŽูู’ุชูู†ูŽู‡ูู…ู’ ูููŠู‡ู ูˆูŽู…ูŽู† ูŠูุนู’ุฑูุถู’ ุนูŽู† ุฐููƒู’ุฑู ุฑูŽุจูู‘ู‡ู ูŠูŽุณู’ู„ููƒู’ู‡ู ุนูŽุฐูŽุงุจุงู‹ ุตูŽุนูŽุฏุงู‹ ๏ดฟูกูง

Seandainya mereka istiqamah di atas tarekat niscaya Kami beri minum mereka dengan air yang melimpah (karunia yang banyak): untuk Kami uji mereka di dalamnya, dan barangsiapa tidak mau berdzikir kepada Tuhannya, niscaya Dia menimpakan azab yang sangat pedih, (al-Jinn, 72: 16-17).

Ibn al-Qayyim al-Jawziyah dalam kitabnya Madarij al-Salikin mengutip perkataan Abu Bakar al-Shiddiq RA ketika menyingung ayat tersebut. Sahabat agung ini pernah ditanya mengenai maksud al-istiqamah ala al-tarekat dan ia menjawab, โ€œHendaknya engkau tidak menyekutukan Allรขh SWT dengan sesuatu (an la tusyrika billahi syay-an).โ€ Jadi, kata Ibn al-Qayyim, yang dimaksud (al-istiqamah โ€˜ala al-tarekat) oleh Abu Bakar al-Shiddiq r.a. adalah al-istiqamah ala mahdhi al-tauhid konsisten di atas tauhid yang murni artinya, tarekat dalam ayat tersebut adalah โ€jalan menuju tauhid yang murniโ€.

Tauhid yang murni ini pulalah yang menjadi tujuan syaikh-syaikh tarekat sebagaimana yang ditegaskan oleh Ibn Taimiyah: โ€œTauhid inilah yang dibawa oleh para rasul dan kitab-kitab Allรขh dan yang diisyaratkan oleh syaikh-syaikh tarekat dan pakar-pakar agama.โ€

Dalam ayat yang lain tarekat disandingkan dengan syariโ€™ah yaitu ketika Allรขh berfirman:

ู„ููƒูู„ูู‘ ุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ูƒูู…ู’ ุดูุฑู’ุนูŽุฉู‹ ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูŽุงุฌุงู‹

Bagi tiap-tiap umat di antara kamu Kami berikan syirโ€™ah (peraturan) dan minhaj (metode), (al-Maidah, 5:48).

Ibn Taimiyah menjelaskan bahwa syirโ€™ah dalam ayat tersebut adalah syariโ€™ah (peraturan) sedangkan minhaj adalah tarekat (metode pelaksanaan syariโ€™ah), dan kedua-duanya (syariโ€™ah dan tarekat) secara simultan bermuara pada tujuan pokok yang merupakan haqiqat al-din (hakikat agama), yaitu tauhid yang murni, atau hanya menyembah Allรขh SWT semata (ibadat Allรขh wahdah).

Tidak diragukan lagi bahwa tasawuf adalah bersumber dari Alquran  dan Sunnah sebagaimana disiplin keilmuan Islam lainnya. Hal ini sebagaimana telah disampaikan oleh para imam tasawuf, diantaranya:

  1. Imam Junaid mengatakan, โ€œSesungguhnya ilmu kita ini adalah berdasar Alquran  dan Sunnahโ€
  2. Syaikh Sahal Tastarimengatakan,โ€œUshul kita (tasawuf ada tujuh, yaitu berpegang teguh kepada Alquran, melaksanakan Sunnah Rasulullah, makan yang halal, mencegah yang menyakitkan, menjauhi dosa, taubat dan melaksanakan hak-hak.โ€, (Thabaqรขt al-Shรปfiyah Abu Abd. Rahmรขn Muhammad bin al-Hasain al-Sulamรฎ, halaman: 170).

ู‚ุงู„ ุณู‡ู„: ุฃูุตููˆู’ู„ูู†ูŽุง ุณูŽุจู’ุนูŽุฉู ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกูŽ: ุงู„ุชูŽู‘ู…ูŽุณูŽู‘ูƒู ุจููƒูุชูŽุงุจู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุงูู‚ู’ุชูุฏูŽุงุกู ููู‰ ุณูŽู†ูŽุฉู ุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ูˆูŽุฃูŽูƒูŽุงู„ู ุงู„ู’ุญูŽู„ูŽุงู„ูุŒ ูˆูŽูƒูŽููู‘ ุงู„ู’ุฃูŽุฐูŽู‰ุŒ ูˆูŽุงุฌู’ุชูู†ูŽุงุจู ุงู„ู’ุงูŽุซูŽุงู…ูุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงูŽุฏูŽุงุกู ุงู„ู’ุญูู‚ููˆู’ู‚ู.

  1. Syaikh Hasan Syadzili, โ€œApabila kasyafmu bertentangan dengan Qurโ€™an dan Sunnah maka lakukanlah sesuai dengan al-Qurโ€™an dan al-Sunnah dan tinggalkan kasyf dan ilham.โ€ (Iqadhul Humam (syarah matan Hikam), Ahmad bin โ€˜Ajibah juz 2, halaman: 302-303)
  2. Syaikh Abu Hasain al-Waraqmengatakan, โ€œTidaklah seorang hamba sampai kepada Allรขh SWT kecuali dengan Allรขh SWT (Alquran) dan sesuai dengan kekasihNya (Rasulullah) dalam melaksanakan syariโ€™ahNya. Barangsiapa menjadikan jalan wushul tanpa melaksanakan al-Sunnah, maka ia (sebenarnya) menyesatkan meskipun dikira memberikan petunjuk.โ€ (Thabaqรขt al-Shรปfiyah Abu Abd. Rahmรขn Muhammad bin al-Hasain al-Sulamรฎ, halaman: 230).

ู‚ุงู„: ูˆู‚ุงู„ ุฃุจูˆ ุงู„ุญุณูŠู†: ู„ูŽุงูŠูŽุตูู„ู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุงูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุจูู…ููˆูŽุงููŽู‚ูŽุฉู ุญูŽุจููŠู’ุจูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽุŒ ููู‰ ุดูŽุฑูŽุงุฆูุนูู‡ู. ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽุฉูŽ ุงูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูˆูุตููˆู’ู„ู ูููŠ ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ุงูู‚ู’ุชูุฏูŽุงุกู ูŠูŽุถูู„ูู‘ุŒ ู…ูู†ู’ ุญูŽูŠู’ุซู ูŠูŽุธูู†ูู‘ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู…ูู‡ู’ุชูŽุฏูŒ.

  1. Syaikh Abd. Wahab Syaโ€™rani: โ€œSesungguhnya jalan kaum sufi adalah tertulis dalam Alquran dan Sunnah โ€œ (Lathaif al-Minan wa al-akhlaq Wahab Syaโ€˜rani, juz I, halaman: 2).
  2. Abu Yazid al-Busthamimengatakan ketika ditanya tentang sufi, โ€œallah Yaitu yang meletakkan Alquran di sisi kanan dan Sunnah di sisi kiri, โ€œ(Syathahat al-Shufiyah Abd Rahman Badawi, halaman: 96).
  3. Menurut Syaikh Amรฎn al-Qurdhidalam kitab Tanwรฎr al-Qulรปb halaman 409, pokok ajaran tasawuf ada lima:
    • Taqwallah dalam keadaan tersembunyi dan terlihat direalisasikan dalam sifat wiraโ€™i dan istiqamah.
    • Mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW dalam ucapan, perbuatan direalisasikan dalam bentuk budi pekerti yang baik.
    • Berpaling dari mahluk direalisasikan dalam sifat sabar dan tawakkal.
    • Rela atas pemberian Allรขh SWT baik sedikit atau banyak diwujudkan dalam sifat qanaโ€™ah dan pasrah.
    • Kembali kepada Allรขh SWT dalam setiap keadaan senang dan susah direalisasikan dalam syukur ketika senang dan mengembalikan segala sesuatu kepada Allรขh SWT dalam keadaan susah.

Masih banyak lagi pernyataan para imam tasawuf yang senada. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa tasawuf adalah bersumber dari Alquran an Sunnah.

Alquran dan Hadis merupakan kerangka acuan pokok yang selalu dipegangi oleh umat Islam. Sering didengar pertanyaan dalam kerangka landasan naqli ini, Apa dasar Alquran-Hadisnya sehingga anda berkata demikian?โ€™ atau โ€˜Bagaimana Alquran dan Hadisnya? Pertanyaan-pertanyaan ini sering terlontar dalam benak pikiran kaum muslimin ketika hendak menerima atau menemukan persoalan-persoalan baru atau persoalan-persoalan unik, termasuk persoalan-persoalan tasawuf.

Di sini sekilas akan disampaikan beberapa dasar Alquran dan Hadis yang melandasi teori dan amalan tasawuf.

Sumber: Alif.ID

04. Dasar Alquran Tentang Tarekat

Alquran dan Sunnah adalah nash. Setiap muslim kapan dan di mana pun dibebani tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan kandungannya dalam bentuk amalan yang nyata. Pemahaman terhadap nash tanpa pengamalan akan menimbulkan kesenjangan. Ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah, Aisyah menyawab, โ€œAlquranโ€.

Para sahabat dikenal sebagai orang-orang yang banyak menghafalkan isi Alquran dan kemudian menyebarkannya kepada yang lain dengan disertai pengamalan atau penjiwaan terhadap isinya. Mereka berusaha menerapkan akhlak atau perilaku mereka dengan mencontoh akhlak Rasulullah, yakni akhlak Alquran.

Dalam hal inilah, tasawuf, pada awal pembentukannya adalah manifestasi akhlak atau keagamaan. Moral keagamaan ini banyak disinggung dalam Alquran dan as-Sunnah. Dengan demikian, sumber pertama tasawuf adalah ajaran-ajaran Islam, sebab tasawuf ditimba dari Alquran, Sunnah, dan amalan-amalan serta ucapan para sahabat. Amalan serta ucapan para sahabat tentu saja tidak keluar dan ruang lingkup Alquran dan Sunnah. Dengan begitu, justru dua sumber utama tasawuf adalah Alquran dan Sunnah itu sendiri.

Abu Nashr as-Siraj al-Thusi, dalam kitabnya aI-Lumaโ€™ menjelaskan bahwa dari Alquran dan Sunnah itulah, para sufi pertama-tama mendasarkan pendapat-pendapat mereka tentang moral dan tingkah laku, kerinduan dan kecintaan pada Ilahi, dan maโ€™rifat, suluk (jalan), dan juga latihan-latihan rohaniah mereka. Itu semua mereka susun demi terealisasinya tujuan kehidupan mistis. Lebih lanjut, Ath-Thusi mengemukakan bagaimana para sufi secara khusus lebih menaruh perhatian terhadap moral luhur serta sifat dan amalan utama. Hal ini demi mengikuti Nabi, para sahabat, serta orang-orang setelah mereka. Ini semua, menurut Al-Thusi, ilmunya dapat disimak dalam kitab Allรขh SWT, yakni Alquran.

Alquran merupakan Kitab Allรขh yang di dalamnya terkandung muatan-muatan ajaran Islam, baik aqidah, syariโ€™ah maupun muโ€™amalah. Ketiga muatan tersebut banyak tercermin dalam ayat-ayat yang termaktub dalam Alquran. Ayat-ayat Alquran itu, di satu sisi memang ada yang perlu dipahami secara tekstual-lahiriah, tetapi di sisi lain juga ada hal yang perlu dipahami secara kontekstual-rohaniah. Sebab, jika ayat-ayat Alquran dipahami secara lahiriah saya, akan terasa kaku, kurang dinamis, dan tidak mustahil akan ditemukan persoalan yang tidak dapat diterima secara psikis.

Secara umum, ajaran Islam mengatur kehidupan yang bersifat lahiriah dan batiniah. Pemahaman terhadap unsur kehidupan yang bersifat batiniah pada gilirannya melahirkan tasawuf. Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dan sumber ajaran Islam, Alquran dan Sunnah, serta praktik kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Alquran antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dapat saling mencintai (mahabbah) dengan Allรขh SWT Hal ini misalnya sebagaimana difirmankan Allรขh SWT dalam Alquran:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ู…ูŽู† ูŠูŽุฑู’ุชูŽุฏูŽู‘ ู…ูู†ูƒูู…ู’ ุนูŽู† ุฏููŠู†ูู‡ู ููŽุณูŽูˆู’ููŽ ูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‚ูŽูˆู’ู…ู ูŠูุญูุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุญูุจูู‘ูˆู†ูŽู‡ู ุฃูŽุฐูู„ูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ุฃูŽุนูุฒูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ ูŠูุฌูŽุงู‡ูุฏููˆู†ูŽ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฎูŽุงูููˆู†ูŽ ู„ูŽูˆู’ู…ูŽุฉูŽ ู„ุขุฆูู…ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูุคู’ุชููŠู‡ู ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงุณูุนูŒ ุนูŽู„ููŠู…ูŒุŒ (ุงู„ู…ุงุฆุฏุฉ : 54)

Hai orang-orang yang beriman barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allรขh akan mendatangkan suatu kaum yang Allรขh mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmn, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir yang berjihad dijalan Allรขh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allรขh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allรขh Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui, (Q.S. al-Maidah, 5:54)

Dalam Alquran, Allรขh pun memerintahkan manusia agar senantiasa bertobat, membersihkan diri, dan memohon ampunan kepada-Nya sehingga memperoleh cahaya dari-Nya

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุชููˆุจููˆุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู‹ ู†ูŽุตููˆุญู‹ุง ุนูŽุณูŽู‰ ุฑูŽุจูู‘ูƒูู…ู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠููƒูŽููู‘ุฑูŽ ุนูŽู†ู’ูƒูู…ู’ ุณูŽูŠูู‘ุฆูŽุงุชููƒูู…ู’ ูˆูŽูŠูุฏู’ุฎูู„ูŽูƒูู…ู’ ุฌูŽู†ูŽู‘ุงุชู ุชูŽุฌู’ุฑููŠ ู…ูู†ู’ ุชูŽุญู’ุชูู‡ูŽุง ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ู‡ูŽุงุฑู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ู„ูŽุง ูŠูุฎู’ุฒููŠ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽู‘ ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ู…ูŽุนูŽู‡ู ู†ููˆุฑูู‡ูู…ู’ ูŠูŽุณู’ุนูŽู‰ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽุจูุฃูŽูŠู’ู…ูŽุงู†ูู‡ูู…ู’ ูŠูŽู‚ููˆู„ููˆู†ูŽ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ุฃูŽุชู’ู…ูู…ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู†ููˆุฑูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠุฑูŒ ุŒ (ุงู„ุชุญุฑูŠู…: 8)

Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allรขh dengan tobat yang sebenar-benarnya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allรขh tidak menghinakan Nabi dan orang-orang beniman bersama dengan dia sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan, โ€˜Ya Tuhan kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami, sesungguhnya engkau Mahakuasa alas segala sesuatu, (Q.S. Al-Tahrรฎm, 66: 8)

Alquran pun menegaskan tentang keberadaan Allรขh SWT di mana pun hamba-hamba-Nya berada. Hal ini sebagaimana ditegaskannya

ูˆูŽ ู„ูู„ู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุดู’ุฑูู‚ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุบู’ุฑูุจู ููŽุฃูŽูŠู’ู†ูŽู…ูŽุง ุชููˆูŽู„ูู‘ูˆุง ููŽุซูŽู…ูŽู‘ ูˆูŽุฌู’ู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุงุณูุนูŒ ุนูŽู„ููŠู…ูŒุŒ (ุงู„ุจู‚ุฑุฉ: 115)

Dan kepunyaan Allรขh-lah timur dan barat, maka ke mana pun kamu menghadap, di situlah wayah Allรขh. Sesungguhnya Allรขh Maha luas (rahmat-Nya lagi Maha Mengetahui), (Q.S. Al-Baqarah, 2:115)

Bagi kaum sufi, ayat di atas mengandung arti bahwa di mana saya ada, di situ pula Tuhan dapat dijumpai. Allรขh SWT pun akan memberikan cahaya kepada orang-orang yang dikehendakiNya, sebagaimana firman-Nya:

ุงู„ู„ู‡ู ู†ููˆุฑู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ู…ูŽุซูŽู„ู ู†ููˆุฑูู‡ู ูƒูŽู…ูุดู’ูƒูŽุงุฉู ูููŠู‡ูŽุง ู…ูุตู’ุจูŽุงุญูŒ ุงู„ู’ู…ูุตู’ุจูŽุงุญู ูููŠ ุฒูุฌูŽุงุฌูŽุฉู ุงู„ุฒูู‘ุฌูŽุงุฌูŽุฉู ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ูƒูŽูˆู’ูƒูŽุจูŒ ุฏูุฑูู‘ูŠูŒู‘ ูŠููˆู‚ูŽุฏู ู…ูู†ู’ ุดูŽุฌูŽุฑูŽุฉู ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒูŽุฉู ุฒูŽูŠู’ุชููˆู†ูŽุฉู ู„ูŽุง ุดูŽุฑู’ู‚ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽู„ูŽุง ุบูŽุฑู’ุจููŠูŽู‘ุฉู ูŠูŽูƒูŽุงุฏู ุฒูŽูŠู’ุชูู‡ูŽุง ูŠูุถููŠุกู ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽู…ู’ุณูŽุณู’ู‡ู ู†ูŽุงุฑูŒ ู†ููˆุฑูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ููˆุฑู ูŠูŽู‡ู’ุฏููŠ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูู†ููˆุฑูู‡ู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽูŠูŽุถู’ุฑูุจู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุจููƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ุนูŽู„ููŠู…ูŒุŒ (ุงู„ู†ูˆุฑ: 35)

Allรขh (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allรขh adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara yang dinyalakan dengan minyak dan pohon yang banyak berkahnya, yaitu (pobon) Zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya saya hampir-hampir meneRAngi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di alas cahaya (berlapis-lapis), Allรขh membimbing kepada cahaya-Nya, siapa yang Dia kehendaki, dan Allรขh membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allรขh Maha Mengetahui segala sesuatu, (Q.S. al-Nรปr, 24:35)

Allรขh SWT pun memberikan penjelasan tentang kedekatan manusia dengan-Nya, seperti disitir dalam firman-Nya:

ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฃูŽู„ูŽูƒูŽ ุนูุจูŽุงุฏููŠ ุนูŽู†ูู‘ูŠ ููŽุฅูู†ูู‘ูŠ ู‚ูŽุฑููŠุจูŒ ุฃูุฌููŠุจู ุฏูŽุนู’ูˆูŽุฉูŽ ุงู„ุฏูŽู‘ุงุนู ุฅูุฐูŽุง ุฏูŽุนูŽุงู†ู ููŽู„ู’ูŠูŽุณู’ุชูŽุฌููŠุจููˆุงู’ ู„ููŠ ูˆูŽู„ู’ูŠูุคู’ู…ูู†ููˆุงู’ ุจููŠ ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุฑู’ุดูุฏููˆู†ูŽ ุŒ(ุงู„ุจู‚ุฑุฉ: ูกูจูฆ)

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu beRAda dalam kebenaRAn, (Q.S. Al-Baqarah, 2:186)

Kata โ€œdaโ€™aโ€ dalam ayat itu tidak diartikan sebagai berdoa oleh kalangan sufi, tetapi berseru dan memanggil. Dasar-dasar tasawuf ini ternyata banyak ditemukan dalam Alquran.

Lebih dari itu, pada ayat 16 dan SuRAt Qaf, Allรขh SWT menjelaskan:

ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ู†ูŽุง ุงู„ู’ุฅูู†ุณูŽุงู†ูŽ ูˆูŽู†ูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ุชููˆูŽุณู’ูˆูุณู ุจูู‡ู ู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูˆูŽู†ูŽุญู’ู†ู ุฃูŽู‚ู’ุฑูŽุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุญูŽุจู’ู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุฑููŠุฏูุŒ (ู‚: ูกูฆ)

โ€œSebenarnya Kami ciptakan manusia dan Kami tahu apa yang dibisikkan dirinya kepadanya. Kami lebih dekat kepadanya daripada pembuluh daRAhnya sendiri, (Q.S. Qaf, 50:16)

Berdasarkan ayat di atas, kebanyakan kalangan sufi berpendapat bahwa untuk mencari Tuhan, manusia tak perlu pergi jauh-jauh. Ia cukup kembali ke dalam dirinya sendiri. Lebih jauh lagi, Harun Nasution menegaskan bahwa Tuhan ada di dalam, bukan di luar diri manusia.

Alquran pun mengingatkan manusia agar tidak diperbudak kehidupan duniawi dan kemewahan harta benda yang menggiurkan. Hal ini sebagaimana difirmankan Allรขh SWT:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฅูู†ูŽู‘ ูˆูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุญูŽู‚ูŒู‘ ููŽู„ูŽุง ุชูŽุบูุฑูŽู‘ู†ูŽู‘ูƒูู…ู ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุบูุฑูŽู‘ู†ูŽู‘ูƒูู… ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุบูŽุฑููˆุฑูุŒ (ูุงุทุฑ: ูฅ)

Hai manusia, sesungguhnya janji Allรขh adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah setan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allรขh, (Q.S. Fรขthir, 35:5)

Dalam pemahaman kalangan sufi, ayat di atas menjadi salah satu dasar untuk mejauhi kehidupan dunia yang penuh dengan tipuan. Selanjutnya, kalau kita teliti lebih mendalam semua tingkatan (maqamรขt) dan keadaan (ahwal) yang dilalui para sufi (yang pada dasarya merupakan objek tasawuf), landasannya akan banyak ditemukan dalam Alquran. Berikut ini akan dikemukakan ayat-ayat Alquran yang menjadi landasan sebagian maqamat dan ahwal para sufi. Di antaranya adalah:

  1. Tingkatan zuhud misalnya (yang banyak diklaim sebagai awal mula beRAngkatnya tasawuf), telah dijelaskan dalam Alquran:

ู‚ูู„ู’ ู…ูŽุชูŽุงุนู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ู‚ูŽู„ููŠู„ูŒ ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู„ูู…ูŽู†ู ุงุชูŽู‘ู‚ูŽู‰ุŒ (ุงู„ู†ุณุงุก: 77)

Katakanlah: โ€œKesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhiRAt itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, (Q.S. al-Nisak, 4: 77)

  1. Tingkatan taqwa berlandaskan pada firman Allรขh SWT:

ุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽูƒู’ุฑูŽู…ูŽูƒูู…ู’ ุนูู†ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุชู’ู‚ูŽุงูƒูู…ู’ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽู„ููŠู…ูŒ ุฎูŽุจููŠุฑูŒุŒ (ุงู„ุญุฌุฑุงุช: ูกูฃ)

Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allรขh ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allรขh Maha Mengetahui, lagi Maha Mengenal, (Q.S. Al-Hujurรขt, 49:13)

  1. Tingkatan tawakal, menurut para sufi, berlandaskan pada firman-firman Allรขh SWT berikut:

ูˆูŽู…ูŽู† ูŠูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ููŽู‡ููˆูŽ ุญูŽุณู’ุจูู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุจูŽุงู„ูุบู ุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ู ู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ููƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏู’ุฑุงู‹ ุŒ (ุงู„ุทู„ุงู‚: ูฃ)

Dan barangsiapa bertawakal kepada Allรขh, niscya Allรขh mencukupkan (keperluan)-nya, (Q.S. Al-Talรขq, 65:3)

ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูŠูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู ุงู„ู’ู…ูุชูŽูˆูŽูƒูู‘ู„ููˆู†ูŽุŒ (ุงู„ุฒู…ุฑ: ูฃูจ)

Dan hanya kepada Allรขh orang-orang yang beriman itu bertawakal, (Q.S. al-Zumar, 39:38)

  1. Tingkatan syukur antara lain berlandaskan kepada firman Allรขh SWT berikut ini:

ู„ูŽุฆูู† ุดูŽูƒูŽุฑู’ุชูู…ู’ ู„ุฃูŽุฒููŠุฏูŽู†ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุŒ( ุฅุจุฑุงู‡ูŠู…:ูง)

โ€œSesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambahkan (nikmat) kepadamu.โ€ (Q.S. IbRAhim, 14:7)

  1. Tingkat sabar berlandaskan pada firman Allรขh SWT berikut ini:

ููŽุงุตู’ุจูุฑู’ ุฅูู†ูŽู‘ ูˆูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุญูŽู‚ูŒู‘ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูุฐูŽู†ุจููƒูŽ ูˆูŽุณูŽุจูู‘ุญู’ ุจูุญูŽู…ู’ุฏู ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุจูุงู„ู’ุนูŽุดููŠูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุจู’ูƒูŽุงุฑูุŒ ( ุบุงูุฑ:ูฅูฅ)

Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allรขh itu benar, dan mohonlah ampunan unluk dosamu dan bertasbihlah seRAya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi, (Ghรขfir, 40:55)

ูˆูŽุจูŽุดูู‘ุฑู ุงู„ุตูŽู‘ุงุจูุฑููŠู’ู†ูŽุŒ (ุงู„ุจู‚ุฑุฉ: 155)

Dan berikanlah berita gembiRA kepada orang-orang yang sabar, (Q.S. Al-BaqaRAh, 2:155)

  1. Tingkatan rela (ridla) berdasarkan pada firman Allรขh SWT berikut ini:

ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฑูŽุถููˆู’ุง ุนูŽู†ู’ู‡ู (ุงู„ู…ุงุฆุฏุฉ:119)

Allรขh rela terhadap mereka, dan mereka pun rela terhadap-Nya, (QS. Al-Maidah,2: 119)

  1. Tingkatan cinta berdasarkan pada firman Allรขh SWT berikut ini:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ู…ูŽู† ูŠูŽุฑู’ุชูŽุฏูŽู‘ ู…ูู†ูƒูู…ู’ ุนูŽู† ุฏููŠู†ูู‡ู ููŽุณูŽูˆู’ููŽ ูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‚ูŽูˆู’ู…ู ูŠูุญูุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุญูุจูู‘ูˆู†ูŽู‡ู ุฃูŽุฐูู„ูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ุฃูŽุนูุฒูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ ูŠูุฌูŽุงู‡ูุฏููˆู†ูŽ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฎูŽุงูููˆู†ูŽ ู„ูŽูˆู’ู…ูŽุฉูŽ ู„ุขุฆูู…ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูุคู’ุชููŠู‡ู ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงุณูุนูŒ ุนูŽู„ููŠู…ูŒุŒ (ุงู„ู…ุงุฆุฏุฉ: 54)

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allรขh akan mendatangkan suatu kaum yang Allรขh mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang muโ€™min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allรขh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allรขh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allรขh Mahaluas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui, (Q.S. al-Maidah, 5:54).

  1. Tingkatan malu berdasarkan pada firman Allรขh SWT berikut ini:

ุฃูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู’ ุจูุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุฑูŽู‰ุŒ (ุงู„ุนู„ู‚:ูกูค)

Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allรขh melihat segala perbuatannya?, (Q.S. al-โ€˜Alaq, 96:14)

  1. Mujahadah al-Nafs (memerangi nafsu) berdasarkan pada firman Allรขh SWT berikut ini:

ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุงููŽ ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูŽ ุฑูŽุจูู‘ู‡ู ูˆูŽู†ูŽู‡ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู‡ูŽูˆูŽู‰ ๏ดฟูคู ๏ดพ ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉูŽ ู‡ููŠูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุฃู’ูˆูŽู‰ุŒ (ุงู„ู†ุฒุนุงุช: ูคูก)

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya), (Q.S. Al-Naziโ€™at, 79:40-41)

ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูุจูŽุฑูู‘ุฆู ู†ูŽูู’ุณููŠ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณูŽ ู„ุฃูŽู…ูŽู‘ุงุฑูŽุฉูŒ ุจูุงู„ุณูู‘ูˆุกู ุฅูู„ุงูŽู‘ ู…ูŽุง ุฑูŽุญูู…ูŽ ุฑูŽุจูู‘ูŠูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุฑูŽุจูู‘ูŠ ุบูŽูููˆุฑูŒ ุฑูŽู‘ุญููŠู…ูŒุŒ ( ูŠูˆุณู: ูฅูฃ)

Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, (Q.S. Yusuf, 12:53)

  1. Ahwal sufi:

ูˆูŽู„ุงูŽ ุชููู’ุณูุฏููˆุงู’ ูููŠ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุฅูุตู’ู„ุงูŽุญูู‡ูŽุง ูˆูŽุงุฏู’ุนููˆู‡ู ุฎูŽูˆู’ูุงู‹ ูˆูŽุทูŽู…ูŽุนุงู‹ ุฅูู†ูŽู‘ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุชูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู‚ูŽุฑููŠุจูŒ ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุญู’ุณูู†ููŠู†ูŽุŒ (ุงู„ุฃุนุฑุงู: ูฅูฆ)

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allรขh) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan RAsa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allรขh amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik, (QS. al-โ€˜ARAf, 7:56)

ู…ูŽู† ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุฑู’ุฌููˆ ู„ูู‚ูŽุงุก ุงู„ู„ู‡ู ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽุฌูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽุขุชู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠุนู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู…ู ุŒ (ุงู„ุฃู†ูƒุจูˆุช: ูฅ)

Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allรขh, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allรขh itu, pasti datang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, (Q.S. Al-โ€˜Ankabut, 29:5)

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ููˆุง ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฃูŽุฐู’ู‡ูŽุจูŽ ุนูŽู†ูŽู‘ุง ุงู„ู’ุญูŽุฒูŽู†ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู„ูŽุบูŽูููˆุฑูŒ ุดูŽูƒููˆุฑูŒ ุŒ (ูุงุทุฑ: ูฃูค)

Dan mereka berkata: โ€œSegala puji bagi Allรขh yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri, (Q.S. Fathir, 39:34)

Demikianlah, sebagian ayat Alquran yang dijadikan sebagai landasan dan dasar kaum sufi dalam melaksanakan praktik-praktik kesufiannya. Akan terlalu panjang uraiannya jika semua pengertian psikis serta moral yang diungkapkan para sufi tentang maqamat dan ahwal, dicarikan rujukannya dalam Alquran. Namun, siapa saya yang berminat mengkaji masalah ini secara mendalam dapat membacanya dalam karya-karya para sufi, seperti ar-Risรขlah al-Qusyairiyah karya Imam al-Qusyairi, al-Lumaโ€™ karya Syaikh Ath-Thusi, dan Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn karya Imam al-Ghazali.

Sumber: Alif.ID

05. Dasar Hadis Tentang Tarekat

Sejalan dengan apa yang disitir dalam Alquran, sebagaimana dijelaskan di atas, ternyata tasawuf juga dapat dilihat dalam kontek Hadis. Umumnya yang dinyatakan sebagai landasan dan dasar ajaran-ajaran tasawuf adalah hadis-hadis berikut.

ู…ูŽู†ู’ ุนูŽุฑูŽููŽ ู†ูŽูู’ุณูŽู‡ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ุนูŽุฑูŽููŽ ุฑูŽุจูŽู‘ู‡ู

Barangsiapa yang mengenal dirinya sendiri, maka akan mengenal Tuhannya, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 4, halaman: 301)

ูƒูู†ู’ุชู ูƒูŽู†ู’ุฒู‹ุง ู…ูŽุฎู’ูููŠู‹ู‘ุง ููŽุฃูŽุญู’ุจูŽุจู’ุชู ุงูŽู†ู’ ุงูุนู’ุฑูŽููŽ ููŽุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชู ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ูŽ ููŽุจูู‡ู ุนูŽุฑูŽูููˆู’ู†ููŠู’

Aku adalah perbendaharaan yang tersembunji, maka Aku menjadikan makhluk agar mereka mengenal-Ku, (Atsar al-Ahรขdรฎts al-Dhaโ€™รฎfah wa al-Maudhuโ€™ah fi al-โ€˜Aqรฎdah Abd. Rahman Abd. al-Khaliq, juz 1, halaman: 15, Tafsรฎr al-Alusi, juz 19, halaman: 418)

ู„ุงูŽูŠูŽุฒูŽุงู„ู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ูŠูŽุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจู ุงูู„ูŽูŠูŽู‘ ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูˆูŽุงููู„ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุงูุญูุจูŽู‘ู‡ู ููŽุงูุฐูŽุง ุงูŽุญู’ู€ุจูŽุจู’ุชูู‡ู ูƒูู†ู’ุชู ุณูŽู…ูุนูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู ูˆูŽุจูŽุตูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูŠูุจู’ุตูุฑู ุจูู‡ู ูˆูŽู„ูุณูŽุงู†ูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูŠูŽู†ู’ุทูู‚ู ุจูู‡ู ูˆูŽูŠูŽุฏูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูŠูŽุจู’ุทูุดู ุจูู‡ูŽุง ูˆูŽุฑูุฌู’ู„ูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูŠูŽู…ู’ุดููŠ ุจูู‡ูŽุง ููŽุจููŠู’ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู ููŽุจููŠู’ ูŠูŽุจู’ุตูุฑู ูˆูŽุจููŠู’ ูŠูŽู†ู’ุทูู‚ู ูˆูŽุจููŠู’ ูŠูŽุนู’ู‚ูู„ู ูˆูŽุจููŠู’ ูŠูŽุจู’ุทูุดู ูˆูŽุจููŠู’ ูŠูŽู…ู’ุดููŠ

Senantiasa seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnat sebingga Aku mencintainya. Maka tatkala mencintainya, jadilah Aku pendengarnya yang dia pakai untuk mendengar, penglihatannya yang dia pakai untuk melihat, lidahnya yang dia pakai untuk berbicara, tangannya yang dia pakai untuk mengepal, dan kakinya yang dia pakai unluk berjalan, maka dengan-Ku lah dia mendengar, melihat berbicara, berpikir, mengepal, dan berjalan, (Jรขmiโ€™ al-โ€˜Ulum wa al-Hukum, juz 1, halaman: 365)

Hadis di atas memberi petunjuk bahwa manusia dan Tuhan dapat bersatu. Diri manusia dapat melebur dalam diri Tuhan, yang selanjutnya dikenal dengan istilah fanaโ€™, yaitu fanaโ€™-nya makhluk sebagai yang mencintai kepada Tuhan sebagai yang dicintainya.

Berikut ini dikemukakan beberapa hadis yang merupakan landasan lahirnya tasawuf:

  • Aisyah berkata:

ุงูŽู†ูŽู‘ ู†ูŽุจููŠูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู’ู…ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุชูŽุชูŽููŽุทูŽู‘ุฑูŽ ู‚ูŽุฏูŽู…ูŽุงู‡ู. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉู: ู„ูู…ูŽ ุชูŽุตู’ู†ูŽุนู ู‡ูŽุฐูŽุง ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุบูŽููŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽูƒูŽ ู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฏูŽู‘ู…ูŽ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู†ู’ุจููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุฃูŽุฎูŽู‘ุฑูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽููŽู„ุงูŽ ุงูุญูุจูู‘ ุงูŽู†ู’ ุงูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ุนูŽุจู’ุฏู‹ุง ุดูŽูƒููˆู’ุฑู‹ุง.

Adalah Nabi bangun shalat malam (qiyam al-lail), sehingga bengkak kakinya. Aku berkata kepadanya, โ€˜Gerangan apakah sebabnya, wahai utusan Allรขh, engkau sekuat tenaga melakukan ini, padahal Allรขh telah berjanji akan mengampuni kesalahanmu, baik yang terdahulu maupun yang akan datang?โ€™ Beliau menyawab, Apakah aku tidak akan suka menjadi seorang hamba Allรขh yang bersyukur?, (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).

  • Rasulullรขh SAW bersabda:

ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุงูู†ูู‘ูŠ ู„ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุงูŽุชููˆู’ุจู ุงูู„ูŽูŠู’ู‡ู ููู‰ ุงู„ู’ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ู…ูู†ู’ ุณูŽุจู’ุนููŠู’ู†ูŽ ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉู‹

Demi Allรขh, aku memohon ampunan kepada Allรขh dalam sehari semalam tak kurang dari tujuh puluh kali.โ€ H.R. Al-Bukhari, (Riyรขdh al-Shรขlihรฎn, juz 2, halaman: 338, Shahรฎh al-Bukhรขri-Thรปq al-Najรขh, juz 8, halaman :67)

  • Rasulullรขh SAW bersabda:

ุงูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽู†ู’ ุนูŽุงุฏูŽู‰ ู„ููŠู’ ูˆูŽู„ููŠู‹ู‘ุง ููŽู‚ูŽุฏู’ ุงูŽุฐูŽู†ู’ู€ุชูู‡ู ุจูุงู„ู’ุญูŽุฑู’ุจู ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจูŽ ุงูู„ูŽูŠูŽู‘ ุนูŽุจู’ุฏููŠู’ ุจูุดูŽูŠู’ุกู ุงูŽุญูŽุจูŽู‘ ุงูู„ูŽูŠูŽู‘ ู…ูู…ูŽู‘ุง ุงูู’ุชูŽุฑูŽุถู’ุชู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุฒูŽุงู„ู ุนูŽุจู’ุฏููŠู’ ูŠูŽุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจู ุงูู„ูŽูŠูŽู‘ ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูˆูŽุงููู„ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุงูุญูุจูŽู‘ู‡ู ููŽุงูุฐูŽุง ุงูŽุญู’ุจูŽุจู’ุชูู‡ู ูƒูู†ู’ุชู ุณูŽู…ูุนูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู ุจูู‡ู ูˆูŽุจูŽุตูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูŠูุจู’ุตูุฑู ุจูู‡ู ูˆูŽูŠูŽุฏูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ูŠูŽุจู’ุทูุดู ุจูู‡ูŽุง ูˆูŽุฑูุฌู’ู„ูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ูŠูŽู…ู’ุดููŠ ุจูู‡ูŽุง ูˆูŽุงูู†ู’ ุณูŽุฃูŽู„ูŽู†ููŠู’ ู„ุฃูŽุนู’ุทููŠูŽู†ูŽู‘ู‡ู ูˆูŽู„ูŽุฆูู†ู ุงุณู’ุชูŽุนูŽุงุฐูŽู†ููŠู’ ู„ุฃูุนููŠู’ุฐูŽู†ูŽู‘ู‡ู.

Sesungguhnya Allรขh SWT telah berfirman, โ€œSiapa memusuhi kekasihKu, maka Aku menyatakan perang kepadannya Tidak ada yang paling Aku sukai dan hamba-Ku yang mendekatkankan diri kepada-Ku selain menjalankan kewajibannya. Hendaklah hamba-Ku mendekatkan diri dengan-Ku juga dengan menjalankan kesunahan-kesunahan sehingga Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengaRAn dan penglihatannya, juga akan menjadi tangan dan kakinya. Setiap penmohonannya pasti akan Aku kabulkan. Jika meminta perlindungan, Aku akan melindunginyaโ€,H.R Al-Bukhari, (Riyรขdh al-Shรขlihรฎn, juz 1, halaman: 91, Shahรฎh al-Bukhรขri-Thรปq al-Najรขh, juz 8, halaman :105)

Maksudnya: pernyataan bahwa Allรขh akan menjadi pendengaran, penglihatan, tangan, dan kaki hamba yang dicintai-Nya merupakan mayaz untuk menjelaskan pertolongan Allรขh.

  • Rasulullรขh SAW bersabda:

ู„ูŽูˆู’ ุงูŽู†ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ุชูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุชูŽูˆูŽูƒูู‘ู„ูู‡ู ู„ูŽุฑูŽุฒูŽู‚ูŽูƒูู…ู’ ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูŽุฑู’ุฒูู‚ู ุงู„ุทูŽู‘ูŠู’ุฑูŽ ูŠูŽุบู’ุฏููˆู’ ุฎูู…ูŽุงุตู‹ุง ูˆูŽุชูŽุฑููˆู’ุญู ุจูุทูŽุงู†ู‹ุง

Seandainya kalian benar-benar bentawakal kepada Allรขh, maka Allรขh akan memberikan rezeki pada kalian sebagaimana bunting yang pergi dalam keadaan perut kosong dan pulang sudah kenyangโ€.  H.R. At-Tirmidzi. Hadis Hasan, (Sunan Ibn Majjah, juz 2, halaman: 1394)

  • Rasulullรขh SAW bersabda:

ุงูุฒู’ู‡ูŽุฏู’ ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูŠูุญูุจูู‘ูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงุฒู’ู‡ูŽุฏู’ ูููŠู’ู…ูŽุง ููู‰ ุงูŽูŠู’ุฏูู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูŠูุญูุจูู‘ูˆู’ูƒูŽ

Berzuhudlah terhadap dunia maka Allรขh akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa yang ada di tangan orang lain maka mereka akan mencintaimuโ€, (Sunan Ibn Majjah, juz 3, halaman :1373).

Selanjutnya, dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW. juga terdapat petunjuk yang menggambarkan bahwa dirinya adalah sebagai seorang sufi. Nabi Muhammad SAW telah melakukan pengasingan diri ke Gua Hiraโ€™ menjelang datangnya wahyu. Beliau mejauhi pola hidup kebendaan saat orang Arab tengah tenggelam di dalamnya, seperti dalam praktik perdagangan yang didasarkan pada prinsip menghalalkan segala cara.

Selama di Gua Hira, Rasulullรขh SAW hanyalah bertafakur, beribadah, dan hidup sebagai seorang zahid. Beliau hidup sangat sederhana, bahkan terkadang memakai pakaian tambalan, tidak memakan makanan atau meminum, kecuali yang halal, dan setiap malam senantiasa beribadah kepada Allรขh SWT, sehingga Siti Aisyah, istrinya, bertanya, โ€˜Mengapa engkau berbuat begini, ya Rasulullรขh SAW, padahal Allรขh SWT senantiasa mengampuni dosamu?โ€™ Rasulullรขh SAW menyawab, โ€˜Apakah engkau tidak menginginkanku menjadi hamba yang bersyukur kepada Allรขh SWT?โ€™

Kalangan sahabat pun ada yang mengikuti praktik bertasawuf sebagaimana yang dipraktekkan Nabi Muhammad SAW. Abu Bakar Ash-Shiddiq, misalnya, pernah berkata, Aku mendapatkan kemuliaan dalam ketaqwaan, ke-fanaโ€™-an dalam keagungan dan kerendahan hati. Khalifah Umar bin al-Khattab RA pernah berkhotbah di hadapan jamaah kaum Muslimin dalam keadaan berpakaian yang sangat sederhana. Khalifah Utsman Ibn Affan RA banyak menghabiskan waktunya untuk beribadah dan membaca Alquran. Baginya, Alquran ibarat surat dan kekasih yang selalu dibawa dan dibaca ke mana pun ia pergi. Demikian pula, sahabat-sahabat lainnya, seperti Abu Dzar al-Ghifari, Tamim ad-Dary, dan Hudzaifah aI-Yamani.

Uraian dasar-dasar tasawuf di atas, baik Alquran, Hadis, maupun suri teladan para sahabat, ternyata merupakan benih-benih tasawuf dalam kedudukannya sebagai ilmu tentang tingkatan (maqamat) dan keadaan (ahwal). Dengan kata lain, ilmu tentang moral dan tingkah laku manusia terdapat rujukannya dalam Alquran. Dan sini, jelaslah bahwa pertumbuhan pertamanya, tasawuf ternyata ditimba dan sumber Alquran itu sendiri.

Faktor intern yang dapat dipandang sebagai penyebab langsung lahirnya tasawuf di dunia Islam, selain berupa pernyataan Alquran dan Hadis, adalah perilaku Rasulullรขh SAW sendiri. Sebagaimana telah dimaklumi, beliau di dalam bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allรขh) tidak jarang pergi meninggalkan keramaian dan hidup menyepi untuk merenung dan berkontemplasi dan ber-tahannus di Gua Hira. Ternyata, di tengah-tengah kesendiriannya inilah, beliau berkomunikasi dengan Allรขh dan mendapat petunjuk dari-Nya.

Sumber: Alif.ID

06. Tarekat dalam Pandangan Ibnu Taimiyah

Penjelasan Ibn Taimiyah mengenai tarekat sangat penting untuk dikemukakkan lebih jauh disini, sebab โ€“sekali lagiโ€“ selama ini ia sering dituding sebagai antitarekat, bahkan dijadikan rujukan utama oleh sebagian kecil umat untuk menentang tarekat. Padahal Ibnu Taimiyah tidak pernah menentang tarekat/tasawuf kecuali yang nyata sekali bertentangan dengan Alquran dan Sunnah.

Ketika memuji Imam al-Junaid al-Baghdadi berkenaan dengan kewajiban seorang salik (Orang yang berjalan menuju Allรขh Swt. agar mengenal Sang Pencipta sehingga dapat beramal dan berubudiyah secara ihlas), Ibn Taimiyah menegaskan dalam kitabnya al-Istiqamah:

โ€œIni (mengenal sang Pencipta) termasuk di antara pokok-pokok akidah ahl al-Sunnah dan imam-imam para syaikh, khususnya syaikh-syaikh sufi, karena pokok pangkal tarekat para sufi adalah kehendak (al-Iradah), yang merupakan fondasi amal. Mereka dalam hal kehendak, ibadah, amal, dan akhlak lebih besar keteguhannya daripada dalam hal perkataan dan ilmu pengetahuannya. Mereka dengan semua itu lebih besar perhatiannya dan lebih banyak pemeliharaanya. Orang yang belum memasuki semua itu tidak dapat serta merta menjadi ahli tharรฎqah mereka.โ€

Dalam kitabnya yang lain al-Hasanah wa al-Sayyiah, Ibn Taimiyah menegaskan lebih lanjut bahwa orang yang mengikuti Imam al-Junaid adalah orang yang memperoleh hidayah, selamat dan bahagia: โ€œBarang siapa menempuh jalan yang ditempuh oleh al-Junaid yang merupakan salah seorang pakar tashawwuf dan maโ€™rifah, maka ia benar-benar telah mendapat hidayah, selamat dan bahagia.โ€

Selain Imam al-Junaid al-Baghdadi, Ibn Taimiyah juga memuji dan membela para Syaikh tarekat lainnya, seperti: Abu Yazid al-Busthami, Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani, dan bahkan juga Imam al-Ghazali. Tentang Syaikh Abd al-Qadir al-Jailani, misalnya Ibn Taimiyah menggambarkannnya sebagai berikut:

โ€œSyaikh Abd al-Qadir al-Jailani dan syaikh tarekat seperti beliau merupakan syaikh yang paling gigih memerintahkan menetapi syariโ€™ah, perintah dan larangan, serta mengedepankan agar meninggalkan keinginan dan kehendak nafsu, karena kesalahan dalam berkehendak dilihat dari segi kehendak itu sendiri hanya terjadi dari sisi hawa nafsu ini. Beliau memerintahkan seorang salik (murid yang menempuh suluk/perjalanan menuju Allรขh Swt) agar tidak memiliki sama sekali kehendak yang bersumber dari hawa nafsu melainkan ia berkehendak sesuai dengan yang dikehendaki Allรขh โ€˜azza wa jalla.โ€

Pada bagian sebelumnya sudah disinggung bahwa Ibn Taimiyah menyebut para sufi sebagai ahl ulum al-Qulub (pakar-pakar ilmu hati) yang bebas dari bidโ€™ah ketika ia mengatakan: โ€œPerkataan pakar-pakar ilmu hati dari kalangan sufi dan yang selain mereka, seperti Abu Hamid Muhammad aL-Ghazรขli pula Ibn Taimiyah mengutip pernyataan yang mengukuhkan kebenaran tarekat para sufi: โ€œTarekat para sufi adalah tujuan (ghayah), karena mereka menyucikan kalbu mereka dari hal-hal selain Allรขh dan memenuhinya dengan dzikrullah; dan ini merupakan prinsip dakwah para rasul.โ€

Pengakuan Ibn Taimiyah mengenai kebenaran tarekat para sufi juga mencuat dari pernyataanya yang dituangkan dalam kitabnya yang berjudul Syarh al-Aqidah al-Ishfahaniyah, yaitu ketika ia berbicara tentang muโ€™jizat para Nabi: โ€œTidak ada jalan bagi akal untuk memahami mukjizat para nabi hanya dengan komoditi akal semata. Hal-hal lain dari keistimewaan para nabi hanya dapat dipahami dengan โ€œrasaโ€ oleh orang yang menempuh tarekat tasawufโ€ฆโ€

Jika Nabi memiliki suatu keistimewaan yang Anda tidak punya modelnya, maka Anda sama sekali tidak akan memahami keistimewaan itu, apalagi membenarkannya, karena pembenaran hanya muncul setelah pemahaman, dan model yang dimaksudkan di sini terdapat di awal tarekat tasawuf. Adapun rasa (dzauq) maka ia seperti โ€˜menyaksikanโ€™ dan โ€˜mengambil dengan tanganโ€™ dan hal itu tidak ada kecuali dalam tarekat para sufi.

Ibn Taimiyah bahkan tidak mengingkari konsep โ€œmabukโ€ yang kadang-kadang melahirkan berbagai ungkapan yang sepintas terkesan berbau syirik tetapi sebenarnya tidak dimaksudkan demikian, ungkapan-ungkapan yang dikenal dengan syathahat. Ungkapan-ungkapan pada dasarnya muncul secara otomatis dari kondisi fanaโ€™ (โ€œekstaseโ€) yang sama sekali tidak dipengaruhi oleh pertimbangan atau kesadaran apapun kecuali semata-mata karena terbuai oleh keagungan dan keindahan Tuhan.

Dalam kaitan ini ia mengatakan: โ€œSebagian tokoh sufi yang mengalami kondisi spiritual tertentu (dzawi al-ahwal) kadang-kadang mengalami โ€˜mabuk dan lenyap dari selain Allรขhโ€™ dalam keadaaan fanaโ€™ yang singkat. Keadaan mabuk seperti itu terjadi tanpa disengaja, tanpa pertimbangan. Kadang-kadang dalam keadaan itu ia berkata subhani (maha suci aku), atau ungkapan-ungkapan lain seperti yang mempengaruhi Abu Yazid al-Busthami dan orang-orang berjiwa sehat (al-ashihha) lainnya.โ€

Hal itu menurut Ibn Taimiyah sejalan dengan makna-makna hadits qudsi yang diriwayatkan oleh al-Bukhari. Dalam hadits itu disebutkan bahwa apabila seorang hamba selalu berupaya menempuh jalan pendekatan diri kepada Allรขh dengan melaksanakan secara intensif al-faraidh (perkara-perkara yang diwajibkan) dan al-nawafil (perkara-perkara yang disunnahkan), sebuah upaya yang bermuara pada suatu keadaan (hal) yang dalam hadits itu diungkapkan dengan โ€œsampai Aku mencintainyaโ€ (hatta uhibahu), โ€œmaka Akulah yang menjadi telinga, mata, tangan dan kakinya.โ€

Semua ini dikemukakan Ibn Taimiyah ketika ia membela ahli tarekat yang sejalan dengan sunnah. Di sela-sela pembelaan ini ia menegaskan: Pokok-pokok madzab ahli tarekat yang Islami adalah mengikuti para nabi dan para rasul.

Sumber: Alif.ID

07. Tarekat, Cara Mengamalkan Syariah

Dengan mengacu pada uraian sebelumnya, dapat dipahami bahwa tarekat atau thariq al-shafiyyah (jalan para sufi) pada hakikatnya adalah: jalan yang ditempuh oleh para nabi dan rasul dalam merealisasikan penghambaan diri dan tauhid yang murni dengan cara mengosongkan kalbu dari hal-hal selain Allรขh, serta memenuhinya dengan dzikrullah dalam setiap keadaan (berdiri, duduk, dan berbaring).

Dasarnya:

ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู‚ููŠูŽุงู…ุงู‹ ูˆูŽู‚ูุนููˆุฏุงู‹ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ูŽ ุฌูู†ููˆุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุชูŽููŽูƒูŽู‘ุฑููˆู†ูŽ ูููŠ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชูŽ ู‡ูŽุฐุง ุจูŽุงุทูู„ุงู‹ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ููŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ๏ดฟูกูฉูก

(yaitu) orang-orang yang mengingat Allรขh sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): โ€œYa Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka, (Q.S. Ali Imrรขn 3:191)

Dengan kata lain, tarekat pada dasarnya adalah โ€œpengamalan syariah dalam kerangka tauhid dan ubudiyah.โ€

Di dalam janji Alquran yang seringkali terdengar kumandangnya di mimbar-mimbar adalah bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (Khair Ummat Ukhrijat li al-Nas)

ูƒูู†ุชูู…ู’ ุฎูŽูŠู’ุฑูŽ ุฃูู…ูŽู‘ุฉู ุฃูุฎู’ุฑูุฌูŽุชู’ ู„ูู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุชูŽุฃู’ู…ูุฑููˆู†ูŽ ุจูุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑููˆูู ูˆูŽุชูŽู†ู’ู‡ูŽูˆู’ู†ูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูู†ูƒูŽุฑู ูˆูŽุชูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุขู…ูŽู†ูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจู ู„ูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑุงู‹ ู„ูŽู‘ู‡ูู… ู…ูู‘ู†ู’ู‡ูู…ู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูู‡ูู…ู ุงู„ู’ููŽุงุณูู‚ููˆู†ูŽ ๏ดฟูกูกู 

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maโ€™ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik, (Q.S. Ali Imran, 3:110)

Dan sekaligus umat pilihan yang adil untuk menjadi saksi atas manusia (ummat wasathan litakuna syuhada li al-nas)

ูˆูŽูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุงูƒูู…ู’ ุฃูู…ูŽู‘ุฉู‹ ูˆูŽุณูŽุทุงู‹ ู„ูู‘ุชูŽูƒููˆู†ููˆุงู’ ุดูู‡ูŽุฏูŽุงุก ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆูŽูŠูŽูƒููˆู†ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุณููˆู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุดูŽู‡ููŠุฏุงู‹ ูˆูŽู…ูŽุง ุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ุงู„ู’ู‚ูุจู’ู„ูŽุฉูŽ ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ูƒูู†ุชูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุฅูู„ุงูŽู‘ ู„ูู†ูŽุนู’ู„ูŽู…ูŽ ู…ูŽู† ูŠูŽุชูŽู‘ุจูุนู ุงู„ุฑูŽู‘ุณููˆู„ูŽ ู…ูู…ูŽู‘ู† ูŠูŽู†ู‚ูŽู„ูุจู ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูŽู‚ูุจูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุฅูู† ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ู„ูŽูƒูŽุจููŠุฑูŽุฉู‹ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู‡ูŽุฏูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ููŠูุถููŠุนูŽ ุฅููŠู…ูŽุงู†ูŽูƒูู…ู’ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽูŽ ุจูุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู„ูŽุฑูŽุคููˆููŒ ุฑูŽู‘ุญููŠู…ูŒ ๏ดฟูกูคูฃ

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat) itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia, (Q.S. Al-Baqarah, 2:143).

Agama mereka pun merupakan agama yang tidak tertanding dalam semua aspek sebagaimana ditegaskan oleh Nabi SAW:

ูˆู‚ุงู„: ุงู„ู’ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ู ูŠูŽุนู’ู„ููˆู’ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูุนู’ู„ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ  )ุตุญูŠุญ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ุŒ 1/ 454)

Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih darinya, (Shahรฎh al-Bukhรขri, juz 1, halaman: 454).

Hal ini sekaligus mengandung arti bahwa umat Islam juga tidak tertandingi. Kenyataanya, hingga saat ini umat Islam masih terpuruk dan lebih banyak menjadi penonton daripada pemain di panggung peradaban.

Pernyataan Alquran,

(ูƒูŽู… ู…ูู‘ู† ููุฆูŽุฉู ู‚ูŽู„ููŠู„ูŽุฉู ุบูŽู„ูŽุจูŽุชู’ ููุฆูŽุฉู‹ ูƒูŽุซููŠุฑูŽุฉู‹ ุจูุฅูุฐู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู…ูŽุนูŽ ุงู„ุตูŽู‘ุงุจูุฑููŠู†ูŽ ๏ดฟูขูคูฉ

Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar, ( Q.S. al-Baqarah, 2:249).

Justru sekarang lebih banyak berlaku untuk umat yang lain daripada umat Islam sendiri yang notabene merupakan mayoritas. Hal ini tiada lain karena umat Islam hanya terpaku pada formalitas agama (fikih atau syariah dalam arti sempit) yang saat ini justru selalu menjadi sumber khilafiah berkepanjangan.

Pada umumnya mereka mengamalkan syariah tanpa melibatkan tarekat, padahal di dalam tarekat sebagaimana ditegaskan dan dibuktikan oleh al-Mukarram Said Syaikh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya-tersembunyi apa yang oleh beliau disebut โ€œteknologi Alquran,โ€ suatu teknologi yang mampu melahirkan energi ketuhanan yang maha dahsyat sebagai sumber senjata untuk mengusir iblis laโ€™natullah, musuh paling nyata setiap mukmin, sehingga pada gilirannya mereka mampu menegakkan shalat al khasyiโ€™in yang juga menjadi kunci mutlak kemenangan itu sendiri.

Syariโ€™at, tarekat, dan hakikat adalah tiga hal yang memiliki hubungan yang sangat kuat, yang salah satu dari ketiganya tidak bisa diabaikan.

Ibarat lautan yang di dalamnya terdapat mutiara yang amat besar dan indah. Untuk bisa mencapai dan mengambil mutiara tersebut, tentu kita membutuhkan kapal. Untuk mencapai dan memperoleh mutiara hakikat itu, kita butuh kapal syariโ€™at untuk mengarungi lautan tarekat dengan selamat.

Perumpamaan lainnya, syariโ€™at adalah pohon, tarekat adalah dahannya, dan hakikat adalah buahnya. Barangsiapa hidup hanya bersyariat tanpa berhakikat, maka sia-sia. Barangsiapa hanya berhakikat tanpa bersyariat, maka kerusakan baginya. Lebih jelasnya hal ini termaktub dalam kitab Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 408-409

Dalam sebuah syair disebutkan:

ููŽุดูŽุฑููŠู’ุนูŽุฉูŒ ูƒูŽุณูŽูููŠู’ู†ูŽุฉู ูˆูŽุทูŽุฑููŠู’ู‚ูŽุฉูŒ * ูƒูŽุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑู ูˆูŽุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉูŒ ุฏูุฑูŒู‘ ุบูŽู„ูŽุง

Syariat bagaikan kapal, tarekat bagaikan lautan, dan hakikat bagaikan intan yang mahal, (Kifรขyah al-Atqiyรขโ€™, halaman: 9)

Dalam kitab Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman 324 disebutkan pula bahwa orang-orang ahli dhahir adalah mereka yang ahli syariat, dan orang-orang ahli batin adalah mereka yang ahli hakikat. Keduanya menetapi hakikat, karena jalan menuju Allรขh al-Haqq di dalamnya terdapat hal yang dhahir dan yang bathin. Yang dhahir dari jalan itu adalah syariat, dan bathinnya adalah hakikat. Bagian inti hakikat terdapat dalam syariat, layaknya bagian inti dari keju itu terdapat pada susu. Tanpa adanya kemurnian susu, maka tak akan terbentuk keju.

Dengan demikian, maksud dari hakikat dan syariat adalah melaksanakan ubudiyah dengan cara yang diridhai. Tiap syariat yang tidak disertai hakikat, maka syariat itu rusak. Dan tiap hakikat yang tidak disertai syariat, maka hakikat itu batal. Syariat itu benar, dan hakikat itu adalah hakikat bagi syariat. Syariat adalah menjalankan perintah Allรขh, dan hakikat adalah menyaksikan (dengan dzat Allรขh) dalam perintah-Nya. (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 324)

Tarekat, Jalan Menuju Makrifat

Pengamalan tarekat akan membuahkan apa yang disebut dengan haqรฎqah, dan jalan tritunggal syarรฎat-tarekat-hakikat, pada gilirannya akan membuahkan al-maโ€™rifah billah (mengenal Allรขh) yang oleh Nabi SAW disebut sebagai โ€œpangkal ilmuโ€ (RAโ€™s al-โ€˜Ilm) (Musnad al-Rabi, halaman: 311), bahkan juga โ€œpangkal harta atau modal โ€œ (RAโ€™s al-Mal). (Kasyf al-Khafaโ€™, juz 2, halaman: 7), semuanya tertuang secara ringkas dalam sabda Nabi SAW:

ุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ุนูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽุงู„ููŠู’ ุŒ ูˆูŽุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ููŠู’ ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุญูŽุงู„ููŠู’ ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉู ุฑูŽุฃู’ุณู ู…ูŽุงู„ููŠู’

1532: Syariah adalah perkataanku, tarekat adalah perbuatanku, haqiqah adalah keadaan (batin)-ku, dan marifah adalah pangkal harta (modal)-ku, (Kasyf al-Khafaโ€™, juz 2, halaman :7).

Mengenal Allรขh (al-makrifah billah) merupakan tujuan utama penciptaan makhluk. Dalam sebuah Hadis Qudsi disebutkan:

ูƒูู†ู’ุชู ูƒูŽู†ู’ุฒู‹ุง ู…ูŽุฎู’ูููŠู‹ู‘ุง ููŽุฃูŽุญู’ุจูŽุจู’ุชู ุฃูŽู†ู’ ุฃูุนู’ุฑูŽููŽ ููŽุฎูŽู„ูŽู‚ูŽุชู ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ูŽ ู„ููŠูŽุนู’ุฑููููˆู’ู†ูู‰

Dulu Aku adalah mutiara yang tersembunyi, lalu Aku ingin dikenal; maka Kuciptakan makhluk agar mereka mengenal-Ku, (Abjad al-Ulum, Juz 2, halaman: 159).

Menurut al-Qari isi Hadis tersebut sesuai dengan firman Tuhan.

(ูˆูŽู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชู ุงู„ู’ุฌูู†ูŽู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูู†ุณูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู„ููŠูŽุนู’ุจูุฏููˆู†ู ๏ดฟูฅูฆ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku, (QS. Adz-Dzariyat, 51:56)

Ungkapan li yaโ€™buduni atau โ€œagar mereka mengabdi kepada-Kuโ€ oleh Ibn Abbas ditafsirkan dengan li yaโ€™Rafuni yaitu agar mereka mengenal-Kuโ€™, (Kasyf al-Khafa, juz 2, halaman: 173).

ูˆู‚ุงู„ ู…ุฌุงู‡ุฏ: ุฅู„ุง ู„ูŠุนุฑููˆู†ูŠ. ูˆูŽู‡ูŽุฐูŽุง ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ู ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽูˆู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฎู’ู„ูู‚ู’ู‡ูู…ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูุนู’ุฑูŽูู’ ูˆูุฌููˆู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุชูŽูˆู’ุญููŠู’ุฏูู‡ูุŒ (ุชูุณูŠุฑ ุงู„ุจุบูˆูŠุŒ ุฌ 7 ุŒ ุต: 380)

Penafsiran li yaโ€™buduni dengan li yaโ€™RAfuni dikemukakan juga oleh para mufassir lainnya seperti Mujahid yang dikutip oleh al Tsaโ€™alibi dalam Jawahir al-Hisan fi Tafsir Alquran, al-Baghawi dalam Maโ€™alim al Tanzil, dan al-Qurthubi dalam al-Jamiโ€™ li Ahkam Alquran, Abu al-Saud dalam Tafsir-nya, Ibn Juraij yang dikutip oleh Ibn Katsir dalam Tafsir-nya, dan juga Imam al-Alusi dalam Ruh al-Maโ€™ani.

Mengenal Allรขh SWT merupakan keharusan bagi seorang hamba yang ingin kembali kepada-Nya. Mengenal Allรขh SWT juga berarti mengenal jalan kembali kepada-Nya. Jalan kembali ini pulalah yang sebenarnya juga disebut dengan tarekat, yaitu jalan yang memang disiapkan secara khusus untuk ditempuh oleh hati (qalb), jiwa (nafs) atau ruh (ruh), tiga istilah yang menunjuk kepada satu makna yang dalam bahasa Imam al-Ghazali disebut dengan lathifah RAbbaniyyah (yaitu Dzat Mahahalus yang dinisbatkan kepada Allรขh Swt). (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 3, halaman: 3-4)

Dzat yang sangat halus tersebut adalah unsur yang asal penciptaannya berasal dari Allรขh SWT sebagaimana tersiRAt dari firman Allรขh SWT, โ€œnafakhtu fihi min ruhiโ€ (setelah Kutiupkan kepadanya sebagian ruh-Ku).

(ููŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽูˆูŽู‘ูŠู’ุชูู‡ู ูˆูŽู†ูŽููŽุฎู’ุชู ูููŠู‡ู ู…ูู† ุฑูู‘ูˆุญููŠ ููŽู‚ูŽุนููˆุงู’ ู„ูŽู‡ู ุณูŽุงุฌูุฏููŠู†ูŽ ๏ดฟูขูฉ

Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud, (Q.S. al-Hijr, 15:29).

(ููŽุณูŽุฌูŽุฏูŽ ุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุฉู ูƒูู„ูู‘ู‡ูู…ู’ ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููˆู†ูŽ ๏ดฟูงูฃ

Maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadaNya, (QS. Shad, 38:72).

Unsur inilah yang mampu mencapai prestasi al-maโ€™rifah billah (mengenal Allรขh) dan ia pulalah yang kelak kembali ke โ€œasalโ€-nya (Allรขh โ€˜azza wa jalla).

Persoalan mengenal Allรขh SWT dan jalan kembali kepada-Nya ini sudah harus diselesaikan di dunia ini. Jika di dunia seseorang tidak mengenal Allรขh SWT dan jalan kembali kepada-Nya, maka ia tidak akan pernah, setidak-tidaknya sangat sulit untuk kembali kepada Tuhannya; artinya, ia tidak akan masuk ke dalam golongan yang dipanggil oleh Allรขh SWT dengan firman-Nya:

 (ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูŽู‘ุชูู‡ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุงู„ู’ู…ูุทู’ู…ูŽุฆูู†ูŽู‘ุฉู ๏ดฟูขูง๏ดพ ุงุฑู’ุฌูุนููŠ ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูŽุจูู‘ูƒู ุฑูŽุงุถููŠูŽุฉู‹ ู…ูŽู‘ุฑู’ุถููŠูŽู‘ุฉู‹ ๏ดฟูขูจ๏ดพ ููŽุงุฏู’ุฎูู„ููŠ ูููŠ ุนูุจูŽุงุฏููŠ ๏ดฟูขูฉ๏ดพ ูˆูŽุงุฏู’ุฎูู„ููŠ ุฌูŽู†ูŽู‘ุชููŠ ๏ดฟูฃู 

Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridha dan diridhai, serta masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam sorga-Ku, (Q.S. al-Fajr, 89:27-30).

Dalam kaitan ini pulalah Allรขh SWT menegaskan:

(ูˆูŽู…ูŽู† ูƒูŽุงู†ูŽ ูููŠ ู‡ูŽู€ุฐูู‡ู ุฃูŽุนู’ู…ูŽู‰ ููŽู‡ููˆูŽ ูููŠ ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ุฃูŽุนู’ู…ูŽู‰ ูˆูŽุฃูŽุถูŽู„ูู‘ ุณูŽุจููŠู„ุงู‹ ๏ดฟูงูข

Barangsiapa di dunia buta (mata batinnya), maka dia di akhirat akan lebih buta lagi dan tersesat jalannya, (QS. al-Isra, 17:72)

Sumber: Alif.ID

08. Tarekat, Teknik Berzikir Efektif

Di samping menunjuk kepada pengertian-pengertian yang telah disebutkan sebelumnya, tarekat juga dapat didefinisikan secara singkat sebagai โ€œteknik berzikir efektifโ€. Sebelumnya telah disebutkan bahwa istilah tarekat dalam Alquran dan Hadis digunakan dalam konteks zikrullah dalam kerangka tauhid.

Dalam hadis al-Bukhari berikut kata thuruq (bentuk jamak dari thariq dan tarekat) juga digunakan dalam konteks ini:

ูˆูŽูููŠ ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุฅูู†ูŽู‘ ู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุฉูŒ ุณููŠูŽุงุญููŠู’ู†ูŽ ูููŠ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุณููˆูŽู‰ ู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุฉู ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฃูŽูˆู’ุง ู…ูŽุฌูŽุงู„ูุณูŽ ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑู ูŠูู†ูŽุงุฏููŠู’ ุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’ ุจูŽุนู’ุถู‹ุง ุฃูŽู„ูŽุง ู‡ูŽู„ูู…ูู‘ูˆู’ุง ุฅูู„ูŽู‰ ุจูŽุบููŠูŽู‘ุชููƒูู…ู’ ููŽูŠูŽุฃู’ุชููˆู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุญู’ูููˆู’ู†ูŽ ุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุณู’ุชูŽู…ูุนููˆู’ู†ูŽ ุฃูŽู„ูŽุง ููŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆู’ุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุฐู’ูƒูุฑููˆู’ุง ุฃูŽู†ู’ููุณูŽูƒูŽุŒ (ุงู„ุญุฏูŠุซ ู…ุชูู‚ ุนู„ูŠู‡ ู…ู† ุญุฏูŠุซ ุฃุจูŠ ู‡ุฑูŠุฑุฉ(

Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-malaikat yang bertugas berkeliling di tarekat-tarekat mencari ahli zikir. Jika mereka menemukan suatu kaum yang sedang berzikir kepada Allรขh, mereka berseru, โ€˜Sebutkan kebutuhan kalianโ€™.โ€Rasulullah SAW melanjutkan sabdanya, โ€œMalaikat-malaikat itu kemudian mengelilingi mereka dengan sayap-sayap mereka hingga ke langit dunia, (Ihya โ€˜Ulumuddin, juz 1, halaman :34).

Kata thuruq (tarekat-tarekat atau jalan-jalan) dalam Hadis tersebut menunjukkan kepada halaqah atau majelis zikir. Halaqah artinya lingkaran, dan halaqah zikir menunjukan kepada makna โ€œsekumpulan orang yang duduk melingkar untuk bersama-sama berzikir dan bermunajat kepada Allรขh โ€˜azza wa jallaโ€. Dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad, halaqah zikr ini disebut oleh Nabi SAW sebagai riyadh al-jannah (taman-taman surga):

ุนู† ุฃู†ุณ ุจู† ู…ุงู„ูƒ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูุฐูŽุง ู…ูŽุฑูŽุฑู’ุชูู…ู’ ุจูุฑููŠูŽุงุถู ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู ููŽุงุฑู’ุชูŽุนูŽูˆู’ุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุฑููŠูŽุงุถู ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุญูŽู„ูŽู‚ู ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑู

Jika kamu melewati taman-taman sorga, maka masuklah ke sanaโ€. Para sahabat bertanya, โ€œApa taman surga itu?โ€ Nabi menjawab, โ€œHalaqah-halaqah zikir, (Sunan al-Tirmidzi, Juz 5, halaman :532, Musnad Ahmad,juz 3, halaman:150).

Hadis tersebut memerintahkan orang-orang mukmin agar bergabung dengan halaqah zikir sebagai sebuah majelis yang sangat dicintai Allah SWT

Di dalam Alquran banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung perintah berzikir dan keutamaannya. Selama ini tidak sedikit ulama yang berpendapat bahwa berzikir itu hukumnya sunnah, bukan wajib. Pendapat semacam ini sebenarnya tidak dapat dibenarkan karena diantara dalil-dalil yang berkenaan dengan zikir justru menunjukan kepada hukum wajib.

Zikir merupakan aktivitas ibadah yang paling tinggi nilainya. Dalam sebuah firman Allah SWT, di samping digunakan lafadz yang memang mengandung makna keagungan dzikir, Allรขh SWT bahkan masih menggunakan lam al-taukid (lam yang dibaca fatihah dan menunjuk pada makna โ€œsungguh atau sangatโ€) untuk menegaskan betapa besar keutamaan, nilai, pahala, atau manfaat zikir, sebagaimana yang sering dibaca khatib Salat Jumat di akhir khutbahnya, โ€œWa ladzikrullahi akbar (sungguh zikrullah itu akbar).โ€

ุงุชู’ู„ู ู…ูŽุง ุฃููˆุญููŠูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจู ูˆูŽุฃูŽู‚ูู…ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉูŽ ุชูŽู†ู’ู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ููŽุญู’ุดูŽุงุก ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ูƒูŽุฑู ูˆูŽู„ูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ุชูŽุตู’ู†ูŽุนููˆู†ูŽ ๏ดฟูคูฅ๏ดพ

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu al-Kitab (Alquran) dan dirikanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan, (QS. al-Ankabut, 29:45).

Keakbaran kedudukan zikrullah sebagai amal terbaik juga dipertegas oleh hadis Nabi SAW dalam riwayat Ahmad dengan sanad hasan:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฃูŽู„ูŽุง ุฃูู†ูŽุจูู‘ุฆููƒูู…ู’ ุจูุฎูŽูŠู’ุฑู ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ููƒูู…ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽูƒูู‘ูŠูŒู‘ ูˆูŽุฃูŽุฒู’ูƒูŽุงู‡ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ู…ูŽู„ููŠูƒููƒูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽุฑู’ููŽุนูู‡ูŽุง ูููŠ ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุงุชููƒูู…ู’ ูˆูŽุฎูŽูŠู’ุฑู ู„ูŽูƒูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุฅูุนู’ุทูŽุงุกู ุงู„ุฐูŽู‘ู‡ูŽุจู ูˆูŽุงู„ู’ูˆูŽุฑูู‚ู ูˆูŽุฎูŽูŠู’ุฑู ู„ูŽูƒูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽู„ู’ู‚ูŽูˆู’ุง ุนูŽุฏููˆูŽู‘ูƒูู…ู’ ููŽุชูŽุถู’ุฑูุจููˆุง ุฃูŽุนู’ู†ูŽุงู‚ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุถู’ุฑูุจููˆุง ุฃูŽุนู’ู†ูŽุงู‚ูŽูƒูู…ู’ ู‚ูŽุงู„ููˆุง ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘

Maukah kalian kuberitahu amal yang paling baik untuk kalian, amal yang paling suci di sisi Tuhan kalian, amal yang paling mengangkat derajat kalian, amal yang lebih baik bagi kalian daripada menginfakkan emas dan perak, dan amal yang lebih baik bagi kalian daripada menghadapi musuh di medan jihad yang kemudian kalian dan musuh kalian saling menebas leher?โ€ Para sahabat menjawab, โ€œTentu, wahai Rasulullah.โ€ Nabi bersabda.โ€ zikrullah, (Musnad Ahmad, Juz 5, halaman: 239).

Selain sebagai amalan yang paling agung, zikrullah bahkan merupakan inti atau ruh semua aktivitas. Setiap aktivitas yang di dalamnya tidak ada zikrullah adalah sia-sia dan tidak mempunyai nilai apa-pun di mata Allรขh SWT Dalam sebuah hadis yang diriwayat oleh Imam al-Nasaโ€™i, Nabi SAW menyebut aktivitas semacam ini sebagai permainan belaka:

ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูู…ูŽุง ู„ูุตูŽุงุญูุจูู‡ู ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูููŠู’ู‡ู ุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ููŽู‡ููˆูŽ ู„ูŽู‡ู’ูˆูŒ ูˆูŽู„ูŽุนู’ุจูŒ

Segala sesuatu yang tidak bertolak dari zikrullah adalah permainan, (al-Sunan al-Kubra, Juz 5, Halaman: 302).

Satu faktor yang menyebabkan dzikrullah menduduki posisi tertinggi dalam keseluruhan aktivitas seorang mukmin yaitu terkait erat dengan keberadaanya sebagai pengusir iblis atau setan dari dalam diri manusia. Tidak dipungkiri bahwa makhluk terkutuk ini selalu menempel di dalam diri manusia sejak manusia itu lahir ke dunia. Imam al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda:

ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุง ู…ูู†ู’ ู…ูŽูˆู’ู„ููˆุฏู ูŠููˆู„ูŽุฏู ุฅูู„ูŽู‘ุง ูˆูŽุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ูŠูŽู…ูŽุณูู‘ู‡ู ุญููŠู†ูŽ ูŠููˆู„ูŽุฏู ููŽูŠูŽุณู’ุชูŽู‡ูู„ู ุตูŽุงุฑูุฎู‹ุง ู…ูู†ู’ ู…ูŽุณูู‘ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ุฅููŠูŽู‘ุงู‡ู ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูŽุฑู’ูŠูŽู…ูŽ ูˆูŽุงุจู’ู†ูŽู‡ูŽุง ุซูู…ูŽู‘ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุฃูŽุจููˆ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู‚ู’ุฑูŽุกููˆุง ุฅูู†ู’ ุดูุฆู’ุชูู…ู’ { ูˆูŽุฅูู†ูู‘ูŠ ุฃูุนููŠุฐูู‡ูŽุง ุจููƒูŽ ูˆูŽุฐูุฑูู‘ูŠูŽู‘ุชูŽู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌููŠู…ู)  ุตุญูŠุญ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ- ุทูˆู‚ ุงู„ู†ุฌุงุฉ ุŒ 6: 34)

Tidaklah seorang anak-pun dilahirkan kecuali dia pasti disentuh oleh syetan, (Shahih al-Bukhari-Thuq al-Najah, Juz 6, halaman: 34).

8325 โ€“ ุฅูู†ูŽู‘ ู„ูู„ู’ูˆูŽุณู’ูˆูŽุงุณู ุฎูุทูŽู…ู‹ุง ูƒูŽุฎูุทูŽู…ู ุงู„ุทูŽู‘ุงุฆูุฑู ููŽุฅูุฐูŽุง ุบูŽููŽู„ูŽ ุงุจู’ู†ู ุขุฏูŽู…ูŽ ูˆูŽุถูŽุนูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ู…ูู†ู’ู‚ูŽุงุฑูŽ ููู‰ ุฃูุฐูู†ู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ูŠููˆูŽุณู’ูˆูุณู ูุฅู† ุงุจู†ู ุขุฏู… ุฐูƒุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู†ูŽูƒูŽุตูŽ ูˆูŽุฎูŽู†ูŽุณูŽ ููŽู„ูุฐูŽู„ููƒูŽ ุณูู…ููŠูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุณู’ูˆูŽุงุณู ุงู„ู’ุฎูŽู†ูŽุงุณูุŒ (ุงุจู† ุดุงู‡ูŠู† ูู‰ ุงู„ุชุฑุบูŠุจ ูู‰ ุงู„ุฐูƒุฑ ุนู† ุฃู†ุณ ูˆู‡ูˆ ุถุนูŠู)ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุญุงุฏูŠุซ ุŒุฌ 9ุŒ 239)

Dalam bahasa Ibn Abbas yang dikutip oleh Imam al-Hakim dalam al-Mustadrak dan Imam al-Baihaqi dalam Syuโ€™ab al-Iman Hadis tersebut diungkapkan dengan kata-kata:โ€œTidaklah seorang manusia yang terlahir ke dunia kecuali al-waswas bertengger di hatinya; jika ia melakukan zikrullah, setan itu menahan diri; tetapi jika ia lalai, setan itu bergerilnya membisikkan godaan-godaanโ€ (Jami Hadis, juz 9, halaman: 239).

ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡. ูู‚ุงู„: ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุฌู’ุฑููŠู’ ู…ูู†ู’ ุงุจู’ู†ู ุขุฏูŽู…ูŽ (3) ู…ูŽุฌู’ุฑูŽู‰ ุงู„ุฏูŽู‘ู…ูุŒ ูˆูŽุฅูู†ูู‘ูŠู’ ุฎูŽุดููŠู’ุชู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽู‚ู’ุฐูŽููŽ ูููŠู’ ู‚ูู„ููˆู’ุจููƒูู…ูŽุง ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุงุŒ ุฃูŽูˆู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุดุฑู‹ุงโ€ (4(ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู’ุญูŽุงููุธู ุฃูŽุจููˆู’ ูŠูŽุนู’ู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ููˆู’ุตูู„ููŠูู‘: ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏูŒ ุจู’ู†ู ุจูŽุญู’ุฑูุŒ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุฏููŠ ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠู’ ุนูŽู…ูŽุงุฑูŽุฉูุŒ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุฒูŠุงุฏู‹ุง (5) ุงู„ู†ู‘ู…ูŠุฑูŠุŒ ุนู† ุฃู†ุณ ุจู† ู…ุงู„ูƒ ู‚ุงู„: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ูŽ ูˆูŽุงุถูุนู ุฎูุทูŽู…ูู‡ู (6) ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽู„ู’ุจู ุงุจู’ู†ู ุขุฏูŽู…ูŽุŒ ููŽุฅูู†ู’ ุฐูŽูƒูŽุฑูŽ (7) ุฎูŽู†ูŽุณูŽุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู†ูŽุณููŠูŽ (8) ุงูู„ู’ุชูŽู‚ูŽู…ูŽ ู‚ูŽู„ู’ุจูŽู‡ูุŒ ููŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุณู’ูˆูŽุงุณู ุงู„ู’ุฎูŽู†ูŽู‘ุงุณู.

Ibn Abbas menjelaskan, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ibn Abi Syaibah dalam Mushannafnya dan dikutip juga oleh Imam Ibn Katsir dan Imam al-Thabari dalam kitab tafsir mereka, bahwa yang dimaksud al-waswas adalah setan, kemudian ia berkata: โ€œSetan itu mendekam di kalbu anak Adam; jika ia lupa dan lalai, setan itu membisikkan godaan-godaan, dan jika ia berdzikir kepada Allรขh, setan itu menahan diriโ€. (Mushannaf Ibn Syaibah, juz 7, halaman: 135, Tafsir Ibn Katsir, juz 4, halaman: 539, Tafsir al-Thabari, juz 30, halaman: 355).

Jadi, tidak diragukan lagi bahwa musuh bebuyutan manusia adalah iblis, sang iblis tidak pernah berhenti menggoda manusia bahkan sejak manusia pertama Adam diciptakan dan makhluk-makhluk durhaka ini tidak mungkin dapat dihalau kecuali dengan senjata yang disebut zikrullah. Hal ini ditegaskan langsung oleh Nabi SAW melalui sabda beliau dalam riwayat Imam Ibn Hibban, Tirmidzi, dan Abu Yaโ€˜la:

ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ุฑูŽุฒู ู†ูŽูู’ุณูŽู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู

Seseorang tidak akan bisa melindungi diri-nya dari setan kecuali hanya dengan zikrullah, (Shahih Ibn Hibban, Juz 14, halaman: 125, Sunan al-Tirmidzi, Juz 5, halaman: 148, Musnad Abi Yaโ€™la, juz 3, halaman: 140).

Persoalannya, setiap orang sudah berzikir, sudah biasa menyebut asmaโ€™ Allah SWT dan mengingat-Nya, tetapi dalam kenyataan mereka tetap terperangkap dalam jebakan-jebakan sang iblis baik yang tampak maupun yang tersembunyi, seperti dengkil, dendam, โ€˜ujub, marah, dan penyakit-penyakit hati lainnya yang secara simultan menimbulkan perbuatan-perbuatan keji dan mungkar (al-fakhsyaโ€™ wa al-munkar) dalam berbagai bentuknya, dan yang paling layak dipertanyakan adalah bahwa semua itu tidak jarang justru dilakukan oleh orang-orang yang secara lahiriah sudah terbiasa berzikir. Berbagai kasus yang terjadi di lembaga-lembaga Islam, mulai dari sekolah-sekolah yang berlabel Islam hingga instansi-instansi yang menangani urusan-urusan keagamaan merupakan bukti kegagalan zikir mereka.

Rahasia kegagalan zikir mereka sebenarnya hanya terletak dalam satu hal mereka tidak melibatkan tarekat sebagai โ€œteknik berzikir efektifโ€. Logika awam membuktikan bahwa pekerjaan apapun yang dilakukan dengan tidak melibatkan tarekat (teknik/metode/cara) yang tepat, maka sudah dapat dipastikan hasilnya tidak maksimal atau bahkan gagal sama sekali.

Air dan pengolahannya adalah contoh sederhana yang dapat dikemukan di sini. Dalam kondisi biasa (tanpa teknologi) air hanya berfungsi sebagai pelepas dahaga, mencuci dan atau mandi. Dalam kasus ini manfaat air tidak maksimal. Sebaliknya tatkala terhadap air itu diterapkan teknologi tinggi (โ€˜ilm al-tarekat) oleh seorang pakar teknologi yang berkompeten di bidangnya, maka dari pengolahan air itu dapat diciptakan energi Raksasa yang sanggup membangkitkan tenaga listrik, menjalankan kereta api, dan bahkan juga dapat berfungsi sebagai peledak yang berkekuatan tinggi.

Kalau air saja dapat diolah menjadi sumber energi raksasa dengan melibatkan teknologi, lalu bagaimana dengan kalimah Allรขh yang oleh Alquran disebut sebagai โ€˜ulya (tertinggi) (kalimatullahi hiyal โ€˜ulya)? Bagaimana dengan zikrullah yang oleh Alquran digambarkan dengan kata akbar โ€˜maha hebatโ€™ (wa ladzikrullahi akbar)

Disinilah letak urgensi tarekat sebagai โ€œteknik berzikir efektifโ€, yaitu agar zikir yang dilakukan oleh seorang hamba dapat berfungsi maksimal dan mencapai efektivitasnya untuk menghalau sang iblis, terutama yang tanpa disadarinya telah lama berada di dalam dirinya/hatinya, menjadi biang kerok setiap keangkaramurkaan.

Sebagai โ€œteknik berzikir efektifโ€ tarekat melibatkan beberapa unsur yang harus difungsikan secara simultan, karena yang satu dengan yang lain memiliki keterkaitan yang sangat erat. Salah satu unsur dari unsur-unsur tersebut adalah zikir itu sendiri. Yang menjadi fondasi dan ruh semua aktivitas ibadah. Terkait dengan masalah ini, tarekat bahkan dapat dipahami juga sebagai istilah untuk paket-paket zikir dan tugas-tugas spiritual berdasarkan model kurikulum pembelajaran yang dijadikan sebagai media untuk mencapai kesucian jiwa dan kedamaian hati.

Sumber: Alif.ID

09. Lafal Dzikir yang Paling Utama

Di dalam Alquran perintah berdzikir diungkapkan berkali-kali dan pada umumnya muncul dalam tiga redaksi, yaitu:

ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑู ุงุณู’ู…ูŽ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุจููƒู’ุฑูŽุฉู‹ ูˆูŽุฃูŽุตููŠู„ุงู‹ ุŒ (ุฃู„ุฅู†ุณุงู† :ูขูฅ

Sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang, (Q.S. Al-Insan, 76:25), atau

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุจูู‘ ุงุฌู’ุนูŽู„ ู„ูู‘ูŠูŽ ุขูŠูŽุฉู‹ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุขูŠูŽุชููƒูŽ ุฃูŽู„ุงูŽู‘ ุชููƒูŽู„ูู‘ู…ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูŽ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉูŽ ุฃูŽูŠูŽู‘ุงู…ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฑูŽู…ู’ุฒุงู‹ ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑ ุฑูŽู‘ุจูŽู‘ูƒูŽ ูƒูŽุซููŠุฑุงู‹ ูˆูŽุณูŽุจูู‘ุญู’ ุจูุงู„ู’ุนูŽุดููŠูู‘ ูˆูŽุงู„ุฅูุจู’ูƒูŽุงุฑู ุŒ (ุงู„ ุนู…ุฑุงู† :ูคูก)

Berkata Zakariya: โ€œBerilah aku suatu tanda (bahwa isteriku telah mengandung)โ€. Allah berfirman: โ€œTandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hariโ€, (Q.S. Ali Imrรขn, juz 3, halaman:41, atau

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุฅูุฐูŽุง ู„ูŽู‚ููŠุชูู…ู’ ููุฆูŽุฉู‹ ููŽุงุซู’ุจูุชููˆุงู’ ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุงู’ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูƒูŽุซููŠุฑุงู‹ ู„ูŽู‘ุนูŽู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชููู’ู„ูŽุญููˆู†ูŽุŒ   (ุงู„ุฃู†ูุงู„: ูคูฅ)

Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung, (Q.S. al-Anfรขl, 8:45)

ููŽุฅูุฐูŽุง ู‚ูุถููŠูŽุชู ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ููŽุงู†ุชูŽุดูุฑููˆุง ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุงุจู’ุชูŽุบููˆุง ู…ูู† ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ูƒูŽุซููŠุฑุงู‹ ู„ูŽู‘ุนูŽู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชููู’ู„ูุญููˆู†ูŽุŒ (ุงู„ุฌู…ุนุฉ:ูกู )

Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaRAnlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung, (Q.S. al-Jumuโ€™ah, 62:10).

Berdzikir dapat dilakukan dengan berbagai lafadz yang maโ€™tsur dari beberapa Hadis Nabi SAW seperti subhanAllรขh, alhamdulillah, Allรขhu akbar, la ilaha illAllรขhistighfar, shalawat, al-asma al-husna, membaca ayat-ayat suci Alquran, dan lain sebagainya. Hanya saja, lafal dzikir yang paling utama dan paling agung adalah al-nafy wa al-itsbat (di Indonesiakan menjadi โ€œnafi-isbatโ€), yaitu ungkapan la ilaha illAllรขh (tidak ada Tuhan selain Allรขh).

ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑู ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ุงู„ุฏูู‘ุนูŽุงุกู ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุดูุนูŽูŠู’ุจู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ู†ูŽุคููˆู’ุทู : ุฅุณู†ุงุฏู‡ ุญุณู†

Yang didasarkan pada hadis Nabi yang menyatakan bahwa Dzikir yang paling utama adalah lรข ilรขha illAllรขhโ€, (Shahih Ibn Hibban, juz 3, halaman: 126, Sunan al-Tirmidzi, juz 5, halaman: 426 dan Sunan Ibn Majjah, juz 2, halaman: 1249).

Selanjutnya Nabi SAW mengatakan:

ู‚ูŽุงู„ูŽ (ู…ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฃูŽุญูŽุฏู ูŠูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฃูŽู†ูŽู‘ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู‹ุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูุฏู’ู‚ู‹ุง ู…ูู†ู’ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุญูŽุฑูŽู‘ู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑูุŒ ) ุตุญูŠุญ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 59)

Allรขh benar-benar mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan lรข ilรขha illallรขh semata-mata mengharap ridha-Nyaโ€, (Shahih al-Bukhari, juz 1, halaman: 59, juz 5, halaman: 2063).

Di samping itu, keutamaan dzikir ini dapat dipahami dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam-imam Hadis lainnya:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ (ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุธูŽู†ูŽู†ู’ุชู โ€“ ูŠูŽุง ุฃูŽุจูŽุง ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ โ€“ ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุชูŽุณู’ุฃูŽู„ู’ู†ููŠู’ ุนูŽู†ู’ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ู…ูู†ู’ูƒูŽ ู„ูู…ูŽุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ู…ูู†ู’ ุญูุฑู’ุตููƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุงูŽุณู’ุนูŽุฏูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุจูุดูŽููŽุงุนูŽุชููŠู’ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽุง ุฅู„ู‡ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ุฎูŽุงู„ูุตู‹ุง ู…ูู†ู’ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ุฃูŽูˆู’ ู†ูŽูู’ุณูู‡ูุŒ  )ุตุญูŠุญ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ ุฌ 1ุŒ ุต:  49)

Orang yang paling berbahagia dengan syafaatku di hari kiamat kelak adalah orang yang berdzikir dengan lรข ilรขha illallรขh secara murni dari kalbu atau jiwanyaโ€, (Musnad Ahmad, juz 2, halaman :373, Shahรฎh al-Bukhari, juz 1, halaman: 49, juz 5, halaman: 2402, al-Sunan al-Kubra, juz 3, halaman: 42).

Lafal dzikir nafi isbat (lรข ilรขha illAllรขh), dipilih dan dilazimkan oleh ahli tarekat Naqsyabandiyah sebagai lafal dzikir yang paling pokok.

Dalam Khulashah al-Tashanif fi al-Tasawuf yang terhimpun dalam Majmuโ€™ al-Rasail al-Imam al-Ghazali, Imam al-Ghazali menegaskan, โ€œPenyucian jiwa yang paling efektif adalah dengan mengintensifkan dzikir tarekat al-Naqsyabandiyah, yaitu dzikir dengan ismu dzat dan nafi isbatโ€, (Majmuโ€™ al-Rasail al-Imam al-Ghazali, halaman: 179).

Unsur-unsur pokok lainnya yang menjadi syarat dan rukun dalam tarekat baik sebagai โ€œteknik berdzikir efektifโ€ maupun sebagai โ€œcara pengamalan syariahโ€ dan โ€œjalan menuju maโ€™rifahโ€ adalah: mursyid (guru), wasilah (alat), rabithah (proses), dan mujahadah (suluk/iktikaf) semuanya disajikan dalam buku ini.

Dzikir itu Wajib Bukan Sunnah

Pandangan umum yang dikenal orang selama ini mengenai hukum berdzikir adalah bahwa berdzikir itu sunnah. Pandangan ini tampaknya perlu digarisbawahi dan dikaji ulang. Dimaklumi bahwa sunnah berimplikasi โ€œjika dikerjakan memperoleh pahala dan kalau ditinggalkan tidak apa-apaโ€, sedangkan wajib memiliki implikasi โ€œapabila dikerjakan memproleh pahala dan kalau ditinggalkan ada sanksi, dosa atau siksa.โ€

Kalau berdzikir itu sunnah, maka konsekuensinya adalah bahwa orang yang tidak melakukan dzikir tidak dikenai sanksi apa pun, padahal Allรขh berfirman:

ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุนู’ุฑูŽุถูŽ ุนูŽู† ุฐููƒู’ุฑููŠ ููŽุฅูู†ูŽู‘ ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุนููŠุดูŽุฉู‹ ุถูŽู†ูƒุงู‹ ูˆูŽู†ูŽุญู’ุดูุฑูู‡ู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ุฃูŽุนู’ู…ูŽู‰ ๏ดฟูกูขูค๏ดพ

Barangsiapa tidak mau berdzikir kepada-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta, (Q.S. Thaha, 20: 124).

ู„ูู†ูŽูู’ุชูู†ูŽู‡ูู…ู’ ูููŠู‡ู ูˆูŽู…ูŽู† ูŠูุนู’ุฑูุถู’ ุนูŽู† ุฐููƒู’ุฑู ุฑูŽุจูู‘ู‡ู ูŠูŽุณู’ู„ููƒู’ู‡ู ุนูŽุฐูŽุงุจุงู‹ ุตูŽุนูŽุฏุงู‹ ๏ดฟูกูง๏ดพ

Barangsiapa berpaling (tidak mau) berdzikir kepada Tuhannya, niscaya Dia memasukkannya ke dalam siksa yang pedih, (Q.S. al-Jinn, 72:17).

Dengan menyimak ketiga firman tersebut tidak diRagukan lagi bahwa hukum berdzikir itu wajib, bukan sunnah.

Oleh karena itu pula, setelah turun firman Allรขh,

ุฅูู†ูŽู‘ ูููŠ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุงุฎู’ุชูู„ุงูŽูู ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ู‡ูŽุงุฑู ู„ุขูŠูŽุงุชู ู„ูู‘ุฃููˆู’ู„ููŠ ุงู„ุฃู„ู’ุจูŽุงุจู ๏ดฟูกูฉู ๏ดพ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู‚ููŠูŽุงู…ุงู‹ ูˆูŽู‚ูุนููˆุฏุงู‹ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ูŽ ุฌูู†ููˆุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุชูŽููŽูƒูŽู‘ุฑููˆู†ูŽ ูููŠ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชูŽ ู‡ูŽุฐุง ุจูŽุงุทูู„ุงู‹ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ููŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ๏ดฟูกูฉูก๏ดพ

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang beRAkal, (190). (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): โ€œYa Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka (191), (Q.S. Ali Imrรขn, 3:190-191).

ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’: ู„ูŽู…ูŽู‘ุง ู†ูŽุฒูŽู„ูŽุชู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ุขูŠูŽุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู…ูŽ ูŠูุตูŽู„ูู‘ูŠู’ ููŽุฃูŽุชูŽุงู‡ู ุจูู„ูŽุงู„ู ูŠูุคูŽุฐูู‘ู†ูู‡ู ุจูุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ููŽุฑูŽุขู‡ู ูŠูŽุจู’ูƒููŠู’ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุชูŽุจู’ูƒููŠู’ ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุบูŽููŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽูƒูŽ ู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฏูŽู‘ู…ูŽ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู†ู’ุจููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุฃูŽุฎูŽู‘ุฑูŽ ! ูู‚ุงู„: ูŠูŽุง ุจูู„ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽููŽู„ูŽุง ุฃูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ุนูŽุจู’ุฏู‹ุง ุดูŽูƒููˆู’ุฑู‹ุง ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠูŽู‘ ุงู„ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉูŽ ุขูŠูŽุฉู‹ { ุฅู† ููŠ ุฎู„ู‚ ุงู„ุณู…ุงูˆุงุช ูˆุงู„ุฃุฑุถ ูˆุงุฎุชู„ุงู ุงู„ู„ูŠู„ ูˆุงู„ู†ู‡ุงุฑ ู„ุขูŠุงุช ู„ุฃูˆู„ูŠ ุงู„ุฃู„ุจุงุจ } ุซู… ู‚ุงู„: ูˆูŽูŠู’ู„ูŒ ู„ูู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุฑูŽุฃูŽู‡ูŽุง ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชูŽููŽูƒูŽู‘ุฑู’ ูููŠู’ู‡ูŽุง) ุชูุณูŠุฑ ุงู„ู‚ุฑุทุจูŠ ุฌ 4ุŒุต 300)

Nabi SAW melakukan shalat sambil terus menerus menangis, dan ketika ditanya mengapa, beliau bersabda, โ€œTelah turun kepada ayat inna fi khalqis samawati..(sesungguhnya dalam penciptaan langit โ€ฆdst.); maka celakalah orang yang membacanya tetapi tidak merenungkan isinya, (Shahih Ibn Hibban, juz 2, halaman: 386, Tafsir al-Qurthubi, juz 4, halaman: 300, Tafsir Ibn Katsir, juz , halaman: 441).

Sumber: Alif.ID

10. Unsur-unsur Tarekat, Mursyid

Kata mursyid berasal dari bahasa Arab dan merupakan isim faโ€™il (Inggris: present participle) dari kata kerja arsyada-yursyidu yang berarti membimbing, menunjuki (jalan yang lurus). Dari kata itu terbentuk kata rasyad (hal memperoleh petunjuk/kebenaran) atau rusyd dan rasyada (hal mengikuti jalan yang benar/lurus). (Lisan al-Arab, juz 3, halaman: 175-176).

Dengan demikian, makna mursyid adalah โ€œ(orang) yang membimbing atau menunjuki jalan yang lurusโ€ Dalam wacana tasawuf/tarekat mursyid sering digunakan dengan kata Arab Syaikh; kedua-duanya dapat diterjemahkan dengan โ€œguruโ€.

Dalam Alquran kata mursyid muncul dalam konteks hidayah (petunjuk) yang dioposisikan dengan dhalalah (kesesatan), dan ditampilkan untuk menyifati seorang wali yang oleh Tuhan dijadikan sebagai khalifah-Nya untuk memberikan petunjuk kepada manusia:

ูˆูŽุชูŽุฑูŽู‰ ุงู„ุดูŽู‘ู…ู’ุณูŽ ุฅูุฐูŽุง ุทูŽู„ูŽุนูŽุช ุชูŽู‘ุฒูŽุงูˆูŽุฑู ุนูŽู† ูƒูŽู‡ู’ููู‡ูู…ู’ ุฐูŽุงุชูŽ ุงู„ู’ูŠูŽู…ููŠู†ู ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุบูŽุฑูŽุจูŽุช ุชูŽู‘ู‚ู’ุฑูุถูู‡ูู…ู’ ุฐูŽุงุชูŽ ุงู„ุดูู‘ู…ูŽุงู„ู ูˆูŽู‡ูู…ู’ ูููŠ ููŽุฌู’ูˆูŽุฉู ู…ูู‘ู†ู’ู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ู…ูู†ู’ ุขูŠูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู ู…ูŽู† ูŠูŽู‡ู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ููŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ู…ูู‡ู’ุชูŽุฏู ูˆูŽู…ูŽู† ูŠูุถู’ู„ูู„ู’ ููŽู„ูŽู† ุชูŽุฌูุฏูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽู„ููŠู‘ุงู‹ ู…ูู‘ุฑู’ุดูุฏุงู‹ ๏ดฟูกูง๏ดพ

Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allรขh, maka ia benar-benar mendapatkan petunjuk, dan barangsiapa yang disesatkan, maka orang itu tidak akan pernah engkau dapati memiliki wali mursyid (pemimpin yang mampu memberi petunjuk), (Q.S. al-Kahfi, 18:17)

Kata wali (Awliyaโ€™) sendiri menunjukan kepada beberapa makna, antara lain al-nashir (penolong), (Lisan al-Arab, juz 15, halaman: 406), al-mawla fi al-din (pemimpin spiritual), (Lisan al-Arab, juz 15, halaman: 408), al-shadiq (teman karib) dan al-tabi al-muhibb (pengikut yang mencintai), (Lisan al-Arab, juz 15, halaman: 411). Semua makna ini berserikat dan secara simultan menjelaskan makna wali dalam ayat di atas, yaitu โ€œorang yang mencintai dan dicintai Allรขh sehingga layak menjadi pemimipin spritual yang harus diikutiโ€.

Pengertian wali semacam ini digambarkan dalam sebuah Hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan beberapa imam Hadis lainnya dengan redaksi:

ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู โ€“ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ โ€“ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู โ€“ ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ โ€“ : ู…ูŽู†ู’ ุขูŽุฐูŽู‰ ู„ููŠ ูˆูŽู„ููŠู‹ู‘ุง ููŽู‚ูŽุฏู ุงุณู’ุชูŽุญูŽู‚ูŽู‘ ู…ูุญูŽุงุฑูŽุจูŽุชููŠ ุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจูŽ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุนูŽุจู’ุฏููŠ ุจูู…ูุซู’ู„ู ุฃูŽุฏูŽุงุกู ููŽุฑูŽุงุฆูุถููŠ ุŒ ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽูŠูŽุชู’ู‚ูŽุฑูŽู‘ุจู ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูˆูŽุงููู„ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฃูุญูุจูŽู‘ู‡ู ุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุญู’ุจูŽุจู’ุชูู‡ู ูƒูู†ู’ุชู ุฑูุฌู’ู„ูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ุจูู‡ูŽุง ูŠูŽู…ู’ุดููŠ ุŒ ูˆูŽูŠูŽุฏูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ูŠูŽุจู’ุทูุดู ุจูู‡ูŽุง ุŒ ูˆูŽู„ูุณูŽุงู†ูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ูŠูŽู†ู’ุทูู‚ู ุจูู‡ู ุŒ ูˆูŽู‚ูŽู„ู’ุจูŽู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ูŠูŽุนู’ู‚ูู„ู ุจูู‡ู ุŒ ุฅูู†ู’ ุณูŽุฃูŽู„ูŽู†ููŠ ุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูู‡ู ุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฏูŽุนูŽุงู†ููŠ ุฃูŽุฌูŽุจู’ุชูู‡ู) ู…ุณู†ุฏ ุฃุจูŠ ูŠุนู„ู‰ุŒ ุฌ 12ุŒ ุต: 520(

Barangsiapa memusuhi seorang wali-Ku, maka Aku umumkan perang kepadanya. Tidaklah seorang hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai berupa ibadah-ibadah yang Aku wajibkan kepadanya, dan hamba-Ku itu terus menerus mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah, sehingga Aku pasti dengannya ia mendengar, (Akulah) kakinya yang dengannya ia berjalan, (Akulah) lisannya yang dengannya ia mengucapkan, dan (Akulah) hatinya yang dengannya ia berangan-angan. Jika ia meminta kepada-Ku niscaya Aku mengabulkannya, (Musnad Abi Yaโ€™la, juz 12, halaman: 520).

Menurut berbagai riwayat yang shahih, wali-wali Allรขh adalah hamba-hamba Allรขh yang memiliki karakteristik utama โ€œtidak pernah lepas dari berdzikir kepada Allรขhโ€ sebagaimana halnya Nabi SAW yang oleh โ€˜Aisyah dengan โ€œselalu berdzikir kepada Allรขh dalam setiap detik yang beliau milikiโ€ (kana yadzkurullaha fi kulli ahyanihi, (Musnad Abi Yaโ€™la, juz 8, halaman: 355). Imam al-Thabrani dalam al-Muโ€™jam al-Kabir-nya meriwayatkan dari Abdullah Ibn Masโ€™ud bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู…ูŽููŽุงุชููŠู’ุญูŽ ู„ูุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุคูŽูˆู’ุง ุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽุŒ (ุงู„ู…ุนุฌู… ุงู„ูƒุจูŠุฑ ุŒ ุฌ10ุŒ ุต: 205)

Sesungguhnya di antara manusia ada kunci-kunci dzikrullah; apabila mereka dilihat orang maka (yang melihat) itu langsung berdzikir kepada Allรขh, (al-Muโ€™jam al-Kabir, juz 10, halaman: 205).

Maksud โ€œkunci-kunci dzikrullahโ€ dalam riwayat tersebut adalah wali-wali Allรขh SWT sesuai dengan Hadis dalam riwayat Ibn Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW ditanya, โ€œWahai Rasulullah, siapakah wali-wali Allรขh itu? Beliau menjawab:

ู‚ุงู„ ุฑุฌู„: ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ุงู„ู„ู‡ู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุคูŽูˆู’ุง ุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ). ู…ุณู†ุฏ ุงู„ุจุฒุงุฑ ุŒุฌ 2ุŒ ุต: 187)

Orang-orang yang apabila mereka dilihat orang maka orang (yang melihat) itu berdzikir kepada Allรขh karena melihat mereka, (Mushannaf Ibn Abi Syaibah, juz 7, halaman: 79, Musnad al-Bazar, juz 2, halaman: 187).

Imam al-Suyuthi mengutip sebuah riwayat yang menceritakan bahwa kaum Hawariyyun bertanya kepada Nabi Isa As., โ€œSiapa wali-wali Allรขh yang tidak ada Rasa takut pada mereka dan mereka tidak pula bersedih?โ€ Nabi Isa menjawab:โ€œOrang-orang yang memandang hakikat dunia sementara manusia memandang permukaannya, dan orang-orang yang memandang dunia yang abadi (akhirat) sementara manusia memandang dunia yang fanaโ€ (Tafsir al-Durr al-Mantsur, juz 4, halaman: 370).

Dalam sebuah Hadis sahih diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู…: ( ุฅูู†ูŽู‘ ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุนูุจูŽู‘ุงุฏู‹ุง ู„ูŽูŠู’ุณููˆู’ุง ุจูุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูŠูŽุบู’ุจูุทูู‡ูู…ู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุดูู‘ู‡ูŽุฏูŽุงุกู ู‚ููŠู’ู„ูŽ: ู…ูŽู†ู’ ู‡ูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ู†ูŽุง ู†ูุญูุจูู‘ู‡ูู…ู’ ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‡ูู…ู’ ู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ุชูŽุญูŽุงุจููˆู’ุง ุจูู†ููˆู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ุฃูŽุฑู’ุญูŽุงู…ู ูˆูŽู„ูŽุง ุงู†ู’ุชูุณูŽุงุจู ูˆูุฌููˆู’ู‡ูู‡ูู…ู’ ู†ููˆู’ุฑูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ูŽุงุจูุฑูŽ ู…ูู†ู’ ู†ููˆู’ุฑู ู„ูŽุง ูŠูŽุฎูŽุงูููˆู’ู†ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุฎูŽุงููŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ุฒูŽู†ููˆู’ู†ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุญูŽุฒูŽู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุซูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุฑูŽุฃูŽ: { ุฃูŽู„ูŽุง ุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽุง ุฎูŽูˆู’ููŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุญู’ุฒูŽู†ููˆู’ู†ูŽ (ุตุญูŠุญ ุงุจู† ุญุจุงู† ุฌ 2ุŒุต: 332)

Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allรขh terdapat orang-orang yang bukan nabi dan bukan pula syuhadaโ€™ tetapi pada hari kiamat para Nabi dan syuhadaโ€™ menginginkan seperti mereka karena kedudukan mereka di sisi Allรขh โ€˜azza wa jalla.โ€
Para sahabat bertanya, โ€œWahai Rasulullah, siapa mereka dan apa amal-amal mereka? Boleh jadi kami akan mencintai mereka.โ€ Rasulullah bersabda, โ€œMereka adalah kaum yang saling mencintai dengan ruh Allรขh tidak atas dasar hubungan darah antara mereka dan tidak pula atas dasar harta yang saling mereka berikan. Demi Allรขh, wajah mereka adalah nur (Allรขh) dan mereka berada di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari nur; mereka tidak takut ketika orang lain takutโ€. Kemudian Rasulullah membacakan ayat


ุฃูŽู„ุง ุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ุงูŽ ุฎูŽูˆู’ููŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุญู’ุฒูŽู†ููˆู†ูŽ ๏ดฟูฆูข๏ดพ

Ketahuilah, sesungguhnya wali-wali Allรขh tidak ada Rasa takut pada mereka dan mereka tidak pula bersedih, (Q.S. Yunus, 10:62).

Hadis tersebut dikutip oleh Imam al-Jauzi dari jalur โ€˜Umar bin al-Khattab RA. dalam Zad al-Masir-nya, (Zad al-Masir, juz 4, halaman: 43-44), dan dikutip juga oleh Imam Ibn Hibban dalam Shahih-nya (Shahih Ibn Hibban, juz 2, halaman: 332), dan oleh Imam al-Baihaqi dalam al-Firdaus bi Maโ€™tsur al-Khithab (al-Firdaus bi Maโ€™tsur al-Khithab, juz 1, halaman: 134), dari jalur Abu Hurairah.

Tugas mursyid

  1. Mursyid sebagai Pemandu Jalan

Mursyid dalam tarekat adalah seorang wali yang layak diikuti sebagai imam dalam perjalanan menuju Tuhan. Ia adalah wali Allรขh Swt yang ciri khasnya sebagaimana disebutkan di atas. Jalan menuju Tuhan bukan jalan yang mulus melainkan jalan yang berliku-liku dan penuh dengan rintangan-rintangan berupa ranjau-ranjau iblis sehingga diperlukan pemandu yang arif untuk bisa selamat dari semua rintangan itu. Seorang salik, orang yang menempuh perjalanan (menuju Tuhan) atau yang biasa disebut dengan murid, yang telah membulatkan kehendaknya untuk menempuh perjalanan (menuju Tuhan) tidak boleh tidak harus didampingi mursyid sebagai pemandu jalan yang menuntun dan sekaligus memperingatkannya apabila ada bahaya yang mengancam. Keberadaan seorang mursyid dengan fungsi ini sangat mutlak.

Barangsiapa berjalan tanpa pemandu, ia memerlukan dua ratus tahun untuk perjalanan dua hari, kata Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi yang dikutip oleh Annemarie Schimmel (Dimensi Mistik dalam Islam, halaman:106), untuk menggambarkan betapa sulitnya perjalanan itu dan betapa pentingnya keberadaan seorang pemandu (mursyid).

Di antara syarat tarekat muโ€™tabarah adalah tarekat tersebut bersambung sampai Rasulullah dan diakui keberadaannya. Hal ini disebabkan karena jika seorang yang sanadnya terputus, atau tidak diberi izin untuk membaiat para murid tarekat, maka bagi seorang salik tidak boleh untuk mengambil sanad atau mempelajari tarekat dari guru tersebut. Bahkan, lebih berbahaya lagi jika seorang salik belajar tarekat hanya melalui bacaan atau buku-buku tanpa melalui baiat dan bimbingan seorang mursyid yang telah memiliki wewenang untuk mengajarkan tarekat tersebut. Karena jika sudah demikian, maka yang menjadi pembimbingnya adalah setan.

Syaikh Amรฎn al-Qurdhi mengatakan, โ€œWajib bagi orang yang menempuh thรขriqah yang sempurna perjalanannya kepada Allรขh dan suluknya atas kuasa seorang mursyid yang sampai pada maqam-maqam yang luhur itu, yang bersambung sampai Rasulullah SAW, juga mendapatkan izin (wewenang) dari gurunya untuk memberi arahan dan petunjuk kepada Allรขh, bukan didasarkan pada ketidaktahuan atau berdasarkan nafsu. Oleh karena itu, guru yang arif yang telah sampai (pada maqam-maqam itu) menjadi perantara bagi murid menuju Allรขh, yang menjadi pintu bagi murid untuk masuk menuju Allรขh. Barangsiapa tidak mempunyai guru yang menunjukkannya, maka yang menjadi penunjuknya adalah setan.โ€ (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman:524-525)

Posisi mursyid atau syaikh sufi menurut Ibn Taimiyah tidak ubahnya seperti imam dalam shalat dan pemandu haji (dalil-al-hajj); imam shalat diikuti oleh makmum, mereka shalat sesuai dengan shalatnya imam (yushalluna bi shalatihi), sedangkan pemandu haji menunjukan kepada jamaah jalan menuju baitullah (yadullu al-wafd ala thariq al-bait), (Minhaj Sunnah al-Nabawiyyah, juz 8, halaman: 38).

Dalam peristiwa Isra dan Miraj (perjalanan Nabi menuju Tuhan), Nabi SAW dipandu oleh Jibril As. yang berfungsi sebagai mursyid, imam atau guide, yaitu pemandu jalan yang menuntun dan membimbing beliau hingga sampai di hadirat Allรขh โ€˜azza wa jalla.

ูู‚ุงู„: ู…ูŽุง ู‡ูŽุฐูู‡ู ูŠูŽุง ุฌูุจู’ุฑูŽุงุฆููŠู’ู„ูุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุณูุฑู’ ูŠูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู’ุŒ ููŽุณูŽุงุฑูŽ ู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุณููŠู’ุฑูŽุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุดูŽูŠู’ุกูŒ ูŠูŽุฏู’ุนููˆู’ู‡ู ู…ูุชูŽู†ูŽุญูู‘ูŠู‹ุง ุนูŽู†ู ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ู ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ู‡ูŽู„ูู…ูŽู‘ ูŠูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฌูุจู’ุฑูŽุงุฆููŠู’ู„ู: ุณูุฑู’ ูŠูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏูุŒ ููŽุณูŽุงุฑูŽ ู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุณููŠู’ุฑูŽุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุซูู…ูŽู‘ ู„ูŽู‚ููŠูŽู‡ู ุฎูŽู„ู’ู‚ูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽู„ูŽุงุฆูู‚ูŽุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูู…ู’: ุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ูุŒ ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุขุฎูุฑูุŒ ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุญูŽุงุดูุฑูุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุฌูุจู’ุฑูŽุงุฆููŠู’ู„ู: ุงูุฑู’ุฏูุฏู’ ุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ูŽ ูŠูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ููŽุฑูŽุฏูู‘ ุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ูŽุŒ ุซูู…ูŽู‘ ู„ูŽู‚ููŠูŽู‡ู ุงู„ุซูŽู‘ุงู†ููŠู’ุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ู…ูุซู’ู„ูŽ ู…ูŽู‚ูŽุงู„ูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ููŠู’ู†ูŽ (1) ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุงู†ู’ุชูŽู‡ูŽู‰ ุฅูู„ูŽู‰ ุจูŽูŠู’ุชู ุงู„ู’ู…ูู‚ูŽุฏูŽู‘ุณูุŒ ููŽุนูุฑูุถูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู„ูŽู‘ุจูŽู†ู ูˆูŽุงู„ู’ุฎูŽู…ู’ุฑูุŒ ููŽุชูŽู†ูŽุงูˆูŽู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ุจูŽู†ูŽุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุฌูุจู’ุฑูŽุงุฆููŠู’ู„ู: ุฃูŽุตูŽุจู’ุชู ูŠูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏ ุงู„ู’ููุทู’ุฑูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุดูŽุฑูุจู’ุชูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุงุกูŽ ู„ูŽุบูŽุฑูŽู‚ู’ุชูŽ ูˆูŽุบูŽุฑูŽู‚ูŽุชู’ ุฃูู…ูŽู‘ุชููƒูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุดูŽุฑูุจู’ุชูŽ ุงู„ู’ุฎูŽู…ู’ุฑูŽ ู„ูŽุบูŽูˆูŽูŠู’ุชูŽ ูˆูŽุบูŽูˆูŽุชู’ ุฃูู…ูŽู‘ุชููƒูŽุŒ ุซูู…ูŽู‘ ุจูุนูุซูŽ ู„ูŽู‡ู ุขุฏูŽู…ู ููŽู…ูŽู†ู’ ุฏููˆู’ู†ูŽู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกูุŒ ููŽุฃูŽู…ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ูŽุฉูŽ. ุซูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุฌูุจู’ุฑูŽุงุฆููŠู’ู„ู: ุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ู’ุนูŽุฌููˆู’ุฒู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽุงู†ูุจู ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูุŒ ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุจู’ู‚ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูู‚ูŽุฏู’ุฑู ู…ูŽุง ุจูŽู‚ููŠูŽ ู…ูู†ู’ ุนูŽู…ู’ุฑู ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฌููˆู’ุฒูุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽู…ููŠู’ู„ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ููŽุฐูŽุงูƒูŽ ุนูŽุฏููˆูู‘ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูุจู’ู„ููŠู’ุณูุŒ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽู…ููŠู’ู„ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ููˆู’ุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽุŒ ููŽุฐูŽุงูƒูŽ ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ูˆูŽู…ููˆู’ุณูŽู‰ ูˆูŽุนููŠู’ุณูŽู‰ุŒ (ุชูุณูŠุฑ ุงู„ุทุจุฑูŠ ุฌ 17ุŒ ุต: 336)

Dalam Tafsir al-Thabari disebutkan bahwa dalam Miโ€™raj itu, Nabi SAW bertemu dengan seorang tua renta di sisi jalan, dan ketika beliau bertanya siapa orang itu, Jibril As. berkata, Teruslah berjalan, wahai Muhammad (sir ya muhammad)!

Beliau juga mendengar sebuah suara yang menyeru beliau agar menyingkir dari jalan, โ€œHalumma ya muhammad (ke sinilah Muhammad)!, sebelum Nabi SAW sempat menoleh Jibril sudah langsung memperingatkan, Teruslah berjalan, wahai Muhammad (sir ya muhammad)!

Beberapa saat kemudian Jibril memberikan penjelasan. Orang tua yang engkau lihat di sisi jalan tadi menunjukan bahwa tidak tersisa dari dunia ini kecuali sekadar sisi umur orang tua itu, sedangkan suara yang hendak memalingkanmu adalah Iblis (Tafsir al-Thabari, juz 17, halaman:336, Tafsir Ibn Katsir, juz 3, halaman:6, Al-AHadis al-Mukhtarah, juz 6, halaman:258).

Peristiwa Israโ€™ dan Miโ€™raj Nabi SAW memang menjadi rujukan utama para sufi, terutama yang berkenaan dengan unsur Jibril As. yang berfungsi sebagai mursyid, sang pemandu.

Keberadaan unsur Jibril AS. sangat mutlak sedemikian rupa sehingga andai kata unsur ini tidak ada, maka Nabi SAW akan terperangkap oleh jebakan iblis. Lalu bagaimana dengan umat beliau? Apakah mereka juga memerlukan unsur Jibril ini? Jawabannya pasti: ya, tidak boleh tidak. Posisi dan fungsi unsur Jibril As. ini justru diduduki dan dilaksanakan oleh Nabi sendiri.

Urgensi unsur Jibril sangat jelas terutama mengingat pernyataan Nabi SAW bahwa shalat adalah miโ€™raj-nya orang mukmin, (Syarh Sunan Ibn Majjah, halaman: 313). Artinya, orang-orang mukmin juga dimungkinkan mengalami miโ€™raj dengan izin dan kehendak Tuhan. Sebagai saRAna miโ€™raj, dalam shalat seorang mukmin harus melibatkan unsur Jibril, kalau tidak, maka shalatnya akan didominasi oleh unsur setan, sehingga shalat itu menjadi shalat yang tanpa makna, gersang, dan jauh dari nilai-nilai khusyuk, yang pada gilirannya tidak dapat berfungsi sebagai tanha an al-fahsya wa al-munkar mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, (Q.S. al-Ankabut, 29:45).

Shalat semacam ini kata Nabi SAW dalam riwayat al-Thabrani dengan perawi-perawi sahih (Majma al-Zawaid, juz 2: 258), adalah shalat yang hanya akan menjauhkan pelakunya dari Allรขh SWT (man lam tanhahu shalatuhu an al-fahsya wa al-munkar lam yazdad minAllรขhi illa budan), (al-Muโ€™jam al-Kabir, juz 11, halaman: 54). Berbagai kasus dalam kehidupan orang-orang mukmin menjadi bukti tak terbantah atas pernyataan ini.

Miโ€™raj adalah karunia Tuhan yang berupa perjalanan menuju Dia SWT dengan perbentangan berbagai fenomena ghaib (metafisik) sesuai dengan yang dikehendaki-Nya.

Dalam sejarah Nabi SAW dikenal dua jenis miโ€™raj: Khusus dan umum. Miโ€™raj khusus dialami Nabi SAW pada saat beliau menerima perintah shalat wajib lima waktu. Sedangkan miโ€™raj umum dialami Nabi SAW pada saat-saat yang lain termasuk ketika beliau dimuliakan Allรขh dengan diangkat sebagai Rasul.Dalam wacana sufi miโ€™raj umum lebih sering disebut dengan istilah muraqabah, dan sangat dimungkinkan dialami oleh siapa pun dari kalangan orang-orang beriman. Pengalaman melihat surga dan neraka dengan mata kepala (muraqabah) yang dialami para sahabat merupakan indikasi nyata atas kemungkinan ini.

Dalam kitab Shahih-nya Imam Muslim memuat bab yang menyinggung soal muraqabah; di dalamnya diriwayatkan sebuah hadis yang berasal dari Hanzhalah al-Usayyidi, salah seorang sekretaris Rasulullah SAW, ia berkata bahwa ketika Nabi bercerita tentang surga dan neraka, ia dan Abu Bakar al-Shiddiq RA. merasa melihat surga dan Neraka itu dengan mata kepala mereka, tetapi masing-masing dari mereka banyak yang lupa apa yang mereka lihat, lalu mereka memutuskan untuk menghadap Nabi SAW dan menanyakan hal itu. Dialog antara Hanzhalah dan Nabi dapat disimak dari kutipan berikut:

ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจูู†ู’ ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุงูŽู„ุชูŽู‘ูŠู’ู…ููŠ ูˆู‚ุทู† ุจู† ู†ุณูŠุฑ ูˆุงู„ู„ูุธ ู„ูŠุญูŠู‰ ุฃุฎุจุฑู†ุง ุฌุนูุฑ ุจู† ุณู„ูŠู…ุงู† ุนู† ุณุนูŠุฏ ุจู† ุฅูŠุงุณ ุงู„ุฌุฑูŠุฑูŠ ุนู† ุฃุจูŠ ุนุซู…ุงู† ุงู„ู†ู‡ุฏูŠ ุนู† ุญู†ุธู„ุฉ ุงู„ุฃุณูŠุฏูŠ ู‚ุงู„ ูˆูƒุงู† ู…ู† ูƒุชุงุจ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ู‚ุงู„ * ู„ูŽู‚ููŠูŽู†ููŠ ุฃูŽุจููˆ ุจูŽูƒู’ุฑุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ูƒูŽูŠู’ููŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ูŠูŽุง ุญูŽู†ู’ุธูŽู„ูŽุฉู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูู„ู’ุชู: ู†ูŽุงููŽู‚ูŽ ุญูŽู†ู’ุธูŽู„ูŽุฉูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ู…ูŽุง ุชูŽู‚ููˆู„ูุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูู„ู’ุชู: ู†ูŽูƒููˆู†ู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ุŒ ูŠูุฐูŽูƒูู‘ุฑูู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉูุŒ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ุง ุฑูŽุฃู’ูŠูŽ ุนูŽูŠู’ู†ูุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฎูŽุฑูŽุฌู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูู†ู’ุฏู ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ุŒ ุนูŽุงููŽุณู’ู†ูŽุง ุงู„ุฃูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌูŽ ูˆูŽุงู„ุฃูŽูˆู’ู„ุงูŽุฏูŽ ูˆูŽุงู„ุถูŽู‘ูŠู’ุนูŽุงุชูุŒ ููŽู†ูŽุณููŠู†ูŽุง ูƒูŽุซููŠุฑู‹ุงุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุจููˆ ุจูŽูƒู’ุฑ: ููŽูˆูŽุงู„ู„ู‡ูุŒ ุฅูู†ูŽู‘ุง ู„ูŽู†ูŽู„ู’ู‚ูŽู‰ ู…ูุซู’ู„ูŽ ู‡ูŽุฐูŽุงุŒ ููŽุงู†ู’ุทูŽู„ูŽู‚ู’ุชู ุฃูŽู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽุจููˆ ุจูŽูƒู’ุฑุŒ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฏูŽุฎูŽู„ู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ุŒ ู‚ูู„ู’ุชู: ู†ูŽุงููŽู‚ูŽ ุญูŽู†ู’ุธูŽู„ูŽุฉูุŒ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ูˆูŽู…ูŽุง ุฐูŽุงูƒูŽุŸ ู‚ูู„ู’ุชู: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุŒ ู†ูŽูƒููˆู†ู ุนูู†ู’ุฏูŽูƒูŽุŒ ุชูุฐูŽูƒูู‘ุฑูู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉูุŒ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ุง ุฑูŽุฃู’ูŠูŽ ุนูŽูŠู’ู†ูุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุฎูŽุฑูŽุฌู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูู†ู’ุฏููƒูŽุŒ ุนูŽุงููŽุณู’ู†ูŽุง ุงู„ุฃูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌูŽ ูˆูŽุงู„ุฃูŽูˆู’ู„ุงูŽุฏูŽ ูˆูŽุงู„ุถูŽู‘ูŠู’ุนูŽุงุชูุŒ ู†ูŽุณููŠู†ูŽุง ูƒูŽุซููŠุฑู‹ุง. ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ู†ูŽูู’ุณููŠ ุจููŠูŽุฏูู‡ูุŒ ุฅูู†ู’ ู„ูŽูˆู’ ุชูŽุฏููˆู…ููˆู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ุชูŽูƒููˆู†ููˆู†ูŽ ุนูู†ู’ุฏููŠุŒ ูˆูŽูููŠ ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑูุŒ ู„ูŽุตูŽุงููŽุญูŽุชู’ูƒูู…ู ุงู„ู’ู…ูŽู„ุงูŽุฆููƒูŽุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ููุฑูุดููƒูู…ู’ุŒ ูˆูŽูููŠ ุทูุฑูู‚ููƒูู…ู’ุŒ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ูŠูŽุง ุญูŽู†ู’ุธูŽู„ูŽุฉูุŒ ุณูŽุงุนูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽุณูŽุงุนูŽุฉู‹ุŒ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽ ู…ูŽุฑูŽู‘ุงุชู. (ุตุญูŠุญ ู…ุณู„ู…- ุนุจุฏ ุงู„ุจุงู‚ู‰ุŒ ุฌ 4ุŒ ุต: 1100)

Aku (Hanzhalah) berkata, Hanzhalah telah munafik, wahai Rasulullah. Rasulullah SAW bertanya, Ada apa? Aku (Hanzhalah) berkata, Wahai Rasulullah, kami pernah berada di hadapanmu mendengarkan engkau bercerita kepada kami tentang surga dan neraka sehingga kami seolah-olah melihat sorga dan neraka itu dengan mata kepala. Setelah kami pulang dari hadapanmu, serta bertemu dan bermain-main dengan anak-istri kami dan pergi keperkarangan kami, kami banyak lupa tentang hal itu.

Rasulullah SAW bersabda, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika kalian berkekalan dengan apa yang kalian lihat dihadapanku dan berkekalan dalam dzikir, niscaya para malaikat menjabat tangan kalian di atas tempat tidur kalian dan dijalan-jalan (tarekat-tarekat) kalian. Sayangnya, wahai Hanzhalah, (muraqabah itu) hanya sesaat dan sesaat (ini diucapkan tiga kali oleh beliau), (Shahรฎh Muslรฎm-โ€˜Abd al-Bรขq, juz 4, halaman:1100, Musnad Ahmad, juz 4, halaman:346, Sunan al-Tirmidzi, juz 4, halaman:666).

Dalam kasus tersebut para sahabat telah mengalami muraqabah dan sekaligus miโ€™raj, karena mโ€™iraj pada dasarnya dapat dipahami sebagai naik dan melintasi alam fisik, keluar dari dimensi ruang dan waktu, serta memasuki dan menyaksikan alam metafisik ketuhanan. Pengalaman miโ€™raj para sahabat tersebut terjadi berkat bimbingan Rasul SAW sebagai pemandu, sebagaimana Rasul sendiri mengalami miโ€™raj berkat bimbingan Jibril AS. dengan izin Allรขh SWT. Dengan kata lain, mereka dibawa miโ€™raj oleh Nabi SAW sebagaimana Nabi dibawa miโ€™raj oleh Jibril AS. dengan izin Allรขh. (Lalu, bagaimana dengan orang-orang mukmin lain yang tidak bertemu dengan Nabi? Siapa yang akan membawa mereka miโ€™raj?).

Hikmah yang dapat diambil dari pengalaman itu adalah bahwa yang bersangkutan pasti menyadari secara haqqul yaqin bahwa ungkapan Alquran inna lillahi wa inna ilaihi RAjiun (kami milik Allรขh dan kepada-Nya kami pulang)

ููŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆู†ููŠ ุฃูŽุฐู’ูƒูุฑู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุดู’ูƒูุฑููˆุงู’ ู„ููŠ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽูƒู’ููุฑููˆู†ูุŒ (ุงู„ุจู‚ุฑุฉ: ูกูฅูข)

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni`mat) โ€“Ku, (Q.S. al-Baqarah, 2:152).

Ini adalah benar (haqq), dan bahwa mereka ketika hidup di dunia pada hakikatnya sedang berada dalam perjalanan pulang menuju Tuhan, sebuah perjalanan yang sangat sulit dan berliku-liku.

Dengan adanya seorang pemandu, perjalanan itu akan terasa lebih ringan, mudah, dan lancar sehingga tepat sekali ungkapan Rumi yang dikutip sebelumnya, Barangsiapa berjalan tanpa pemandu, ia memerlukan dua ratus tahun untuk perjalanan dua hari.

Sumber: Alif.ID

11. Mursyid Sebagai Khalifah Rasul

Ngaji bersambung kitab Sabilus Salikin sudah sampai bagian ke-11. Pada edisi lalu, dibicarakan tentang mursyid sebagai satu dari sejumlah unsur tarekat, serta tugas mursyid sebagai pemandu jalan. Tugas mursyid yang lain adalah sebagai khalifah rasul. Menjadi mursyid tentulah tidak mudah dan ada kualifikasinya, yang juga dijabarkan di edisi ke-11 ini.

Imam-imam Hadis, selain al-Bukhari dan Muslim, meriwayatkan sebuah hadis perpisahan yang di dalamnya antara lain Nabi SAW bersabda:

โ€ฆ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุจูุณูู†ูŽู‘ุชูู‰ ูˆูŽุณูู†ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุฎูู„ูŽููŽุงุกู ุงู„ุฑูŽู‘ุงุดูุฏููŠู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽู‡ู’ุฏููŠูู‘ูŠู†ูŽ ุนูŽุถูู‘ูˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูˆูŽุงุฌูุฐูโ€ฆ.

Kalian harus mengikuti sunnahku dan sunnah al-khulafa al-RAsyidin yang memperoleh petunjuk; berpeganglah kepada sunnah-sunnah itu dan โ€˜gigitlahโ€™ sunnah-sunnah itu dengan gigi geRAham kalian, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 1, halaman: 18, Sunan al-Kubrรข lil Baihaqi, juz 10, halaman:114).

Dalam Hadis itu tampak bahwa sunnah Nabi SAW disandingkan dengan sunnah para khalifah (pengganti) beliau; kedua jenis sunnah ini sama-sama wajib diikuti dan dipegangi secara teguh oleh setiap mukmin. Ini menunjukan bahwa sunnah al-khulafa al-Rasyidun adalah sunnah yang suci sebagaimana Sunnah Nabi SAW sendiri. Tidak mungkin Nabi SAW memerintahkan mengikuti sunnah mereka apabila sunnah itu mengandung cacat atau hal-hal yang bertentangan dengan syaRA.

Siapakah sesungguhnya yang dimaksud dengan al-Khulaf al-Rasyidun itu? Selama ini ungkapan al-Khulafa al-Rasyidun dipahami sebagai pengganti Nabi SAW di bidang politik, yaitu sebagai kepala negara atau pemerintahan Islam yang bertanggung jawab atas semua urusan politik umat. Mereka adalah Abu Bakar al-Shiddiq RA., Umar bin al-Khattab RA., Utsman Ibn Affan RA., dan Ali bin Abi Thalib RA.

Belakangan nama Amirul Mukminin Umar Ibn Abd al-Aziz RA. diposisikan sebagai khalifah kelima dan sekaligus terakhir dari al-Khulafa al-Rasyidun, sehingga secara keseluruhannya al-Khulafa al-Rasyidun dalam pengertian ini hanya berjumlah lima orang. Tetapi di samping pengertian sebagai pengganti Nabi SAW di bidang politik, pengertian al-Khulafa al-Rasyidun juga dapat ditinjau dari segi spiritual, sebab Nabi SAW tidak sekedar sebagai kepala negara atau pemerintahan melainkan juga sebagai Nabi dan Rasul yang membawa misi tauhid dan ubudiah serta penyempurnaan akhlak yang mulia.

Beliau adalah pemimpin spiritual yang oleh Alquran digambarkan memiliki tugas-tugas:

  1. Membacakan kepada umat ayat-ayat Allรขh SWT
  2. Menyucikan kalbu mereka.
  3. Mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah

ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ู…ูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุคู…ูู†ููŠู†ูŽ ุฅูุฐู’ ุจูŽุนูŽุซูŽ ูููŠู‡ูู…ู’ ุฑูŽุณููˆู„ุงู‹ ู…ูู‘ู†ู’ ุฃูŽู†ููุณูู‡ูู…ู’ ูŠูŽุชู’ู„ููˆ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุขูŠูŽุงุชูู‡ู ูˆูŽูŠูุฒูŽูƒูู‘ูŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุนูŽู„ูู‘ู…ูู‡ูู…ู ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุญููƒู’ู…ูŽุฉูŽ ูˆูŽุฅูู† ูƒูŽุงู†ููˆุงู’ ู…ูู† ู‚ูŽุจู’ู„ู ู„ูŽูููŠ ุถูŽู„ุงู„ู ู…ูู‘ุจููŠู†ู ๏ดฟูกูฆูค๏ดพ

Sungguh Allรขh telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allรขh mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allรขh, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata, (Ali Imrรขn: 164).

Tugas-tugas seorang khalifah sudah sepatutnya sesuai dengan tugas-tugas Nabi SAW sebagai seorang Rasul, yaitu taโ€™lim (mengerjakan al-Kitab dan al-Hikmah) dalam kerangka tauhid, ubudiyah, dan penyempurnaan akhlak yang mulia. Dengan pengertian kedua ini, al-Khulafa al-Rasyidin pada dasarnya menunjuk kepada ulama yang oleh Nabi SAW diposisikan sebagai waratsah al-Anbiyรขโ€™ (ahli waris para Nabi), dan satu hal yang perlu dicatat adalah bahwa Nabi SAW atau Nabi-Nabi lainnya tidak mewariskan dinar atau dirham, mereka hanya mewariskan al-Ilm (ilmu) :

ูˆูŽุฅู†ูŽู‘ ุงู„ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกูŽ ูˆูŽุฑูŽุซูŽุฉู ุงู„ุฃู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ุŒ ูˆูŽุฅู†ูŽู‘ ุงู„ุฃู†ู’ุจููŠูŽุงุกูŽ ู„ูŽู…ู’ ูŠููˆูŽุฑูู‘ุซููˆู’ุง ุฏููŠู†ูŽุงุฑุงู‹ ูˆูŽู„ุงูŽ ุฏูุฑู’ู‡ูŽู…ุงู‹ ูˆูŽุฅู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูˆูŽุฑูŽู‘ุซููˆู’ุง ุงู„ุนูู„ู’ู…ูŽุŒ (ุตุญูŠุญ ุงุจู† ุญุจุงู†ุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 289)

Allah Berfirman:

ุซูู…ูŽู‘ ุฃูŽูˆู’ุฑูŽุซู’ู†ูŽุง ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุงุตู’ุทูŽููŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏูู†ูŽุง ููŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุธูŽุงู„ูู…ูŒ ู„ูู‘ู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูู‘ู‚ู’ุชูŽุตูุฏูŒ ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุณูŽุงุจูู‚ูŒ ุจูุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑูŽุงุชู ุจูุฅูุฐู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ูƒูŽุจููŠุฑู ๏ดฟูฃูข๏ดพ

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allรขh. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar, (Fathir, 35:32).

ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู† ู‚ูŽุจู’ู„ููƒูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฑูุฌูŽุงู„ุงู‹ ู†ูู‘ูˆุญููŠ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ููŽุงุณู’ุฃูŽู„ููˆุงู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑู ุฅูู† ูƒูู†ุชูู…ู’ ู„ุงูŽ ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ ๏ดฟูคูฃ๏ดพ

Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (al-Nahl, 16:43).

ูˆูŽุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ุณูŽู‘ุงุนูŽุฉูŽ ุขุชููŠูŽุฉูŒ ู„ูŽู‘ุง ุฑูŽูŠู’ุจูŽ ูููŠู‡ูŽุง ูˆูŽุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุจู’ุนูŽุซู ู…ูŽู† ูููŠ ุงู„ู’ู‚ูุจููˆุฑู ๏ดฟูง

Kami tiada mengutus Rasul-Rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui, (al-Anbiya, 21:7).

Ciri khas mereka adalah bahwa mereka tidak pernah meminta upah atas upaya dakwah mereka karena Nabi SAW juga tidak meminta upah atas dakwah beliau

ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุณู’ุฃูŽู„ูู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฌู’ุฑู ุฅูู†ู’ ู‡ููˆูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฐููƒู’ุฑูŒ ู„ูู‘ู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ ๏ดฟูกู ูค๏ดพ

Dan kamu sekali-kali tidak meminta upah kepada mereka (terhadap seruanmu ini), itu tidak lain hanyalah pengajaran bagi semesta alam, (Yusuf, 12: 104).

Dan Allรขh SWT memerintahkan agar mengikuti orang-orang yang tidak pernah meminta upah seperti mereka.

ุงุชูŽู‘ุจูุนููˆุง ู…ูŽู† ู„ุงูŽู‘ ูŠูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูู…ู’ ุฃูŽุฌู’ุฑุงู‹ ูˆูŽู‡ูู… ู…ูู‘ู‡ู’ุชูŽุฏููˆู†ูŽ ๏ดฟูขูก๏ดพ

Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk, (Yรขsin, 36:21).

ู‚ูู„ู’ ู…ูŽุง ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูู…ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฌู’ุฑู ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูŽู†ู’ ุดูŽุงุกูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽู‘ุฎูุฐูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูŽุจูู‘ู‡ู ุณูŽุจููŠู’ู„ู‹ุง ๏ดฟูฅูง๏ดพ

Katakanlah: โ€œAku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (menghaRApkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhannya, (al-Furqรขn 25:57).

Dengan warisan ciri khas semacam ini mereka layak menyandang gelar khalifah (pengganti) Rasul yang sekaligus sebagai penegak hujjah Allรขh, dan jumlah mereka tentu tidak hanya lima orang meskipun juga tidak banyak.

Sebagai hamba-hamba pilihan Tuhan, jumlah mereka memang sedikit sebagaimana ditegaskan oleh sayyidina Ali Ibn Thalib RA. ketika berkata kepada Kuhail ibn Ziyad, Demi Allรขh SWT, sungguh bumi ini tidak akan pernah kosong dari orang-orang yang menegakkan hujjah-hujjah Allรขh SWT agar tanda-tanda kebesaran-Nya tidak hilang dan hujjah-Nya tidak terbantahkan. Mereka adalah orang-orang yang jumlahnya sangat sedikit, namun sangat agung dan terhormat di sisi Allรขh SWT.

Bahwa al-Khulafa al-Rasyidin yang dimaksud oleh Nabi SAW lebih terkait dengan khalifah-khalifah spiritual daripada khalifah-khalifah di bidang politik dapat disimak pula dari kenyataan bahwa Umar bin al-Khattab RA. dan beberapa sahabat lainnya ternyata masih diperintahkan oleh Nabi SAW agar menemui dan meminta syafaat kepada Uwais al-Qarni RA., seorang laki-laki dalam Hadis riwayat Imam Muslim disebut sebagai Khayr al-Tabiin, orang terbaik di antara orang-orang yang hidup pada masa sahabat;

ุนู† ุนู…ุฑ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅู†ูู‘ูŠ ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽุŒ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ุฅู†ูŽู‘ ุฎูŽูŠู’ุฑูŽ ุงู„ุชูŽู‘ุงุจูุนููŠู†ูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ูŠูู‚ูŽุงู„ู ู„ูŽู‡ู: ุฃููˆูŽูŠู’ุณูŒุŒ ูˆูŽู„ูŽู‡ู ูˆูŽุงู„ูุฏูŽุฉูŒ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุจูู‡ู ุจูŽูŠูŽุงุถูŒุŒ ููŽู…ูุฑููˆู‡ูุŒ ููŽู„ู’ูŠูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ุŒ (ุฑูŠุงุถ ุงู„ุตุงู„ุญูŠู†ุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 240ุŒ ุชุฐูƒุฑุฉ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 49)

Sesungguhnya tabiin terbaik adalah seseorang yang bernama Uwais; dia hanya punya seorang ibu dan juga punya penyakit kusta; maka mintalah kepadanya agar ia memohonkan ampunan kepada Allรขh SWT untuk kalian, (Riyรขdh al-Shรขlihรฎn, juz 1, halaman: 240, TadzkiRAt al-Auliyรขโ€™, halaman: 49).

Berkaitan dengan diri Uwais al-Qarni RA. inilah, dalam sebuah riwayat yang berasal dari Abu Hurairah RA., disebutkan bahwa Nabi SAW bersabda:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ู„ูŽุฃูŽุฌูุฏู ู†ูŽููŽุณูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ู…ูู†ู’ ู‚ูุจูŽู„ู ุงู„ู’ูŠูŽู…ูŽู†ู

Aku mencium nafas tuhan yang Maha Rahman dari arah tanah Yaman, (Syaikh Ismail haqqi bin Musthofa al-Khalwati al-Barsawi, Tamรขm al-Faidh fi Bรขbi al-Rijรขl. Libanon: Dar Kutub al-Ilmiyah, 2010. halaman: 18)

Nafas al-Rahman yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah Uwais al-Qarni. Dia adalah wali Allรขh SWT yang paling besar pada masanya; disembunyikan oleh Allรขh SWT di tengah-tengah rakyat jelata sehingga orang-orang tidak mengetahuinya dan bahkan sering mengejeknya. Dia berasal dariku dan aku berasal darinya, kata Rasulullah SAW (al-Firdaus bi Maโ€™tsur al-Khithab, juz 1, halaman:113).

Ungkapan Rasul ini menunjukan kepada hubungan spiritual antara Uwais al-Qarni RA. dan Nabi SAW meskipun ia belum pernah bertemu dengan beliau.

Sifat dan Syarat (kualifikasi) Mursyid

Dengan menyimak misi, tugas-tugas, dan ciri khas dakwah Rasulullรขh SAW dan para khalifah (pengganti) beliau dapat dipahami bahwa tidak setiap ulamaโ€™ dapat serta-merta menjadi Mursyid terutama dalam kapasitasnya sebagai pemimpin dan guru spiritual, karena diantara ulama ada pula bahkan banyak sekali yang sekedar berbaju ulama tetapi prilakunya justru bertentangan dengan esensi ulamaโ€™ itu sendiri, yaitu takut kepada Allรขh SWT sebagaimana diisyaratkan Alquran:

ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆูŽุงู„ุฏูŽู‘ูˆูŽุงุจูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุนูŽุงู…ู ู…ูุฎู’ุชูŽู„ูููŒ ุฃูŽู„ู’ูˆูŽุงู†ูู‡ู ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูŽุฎู’ุดูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏูู‡ู ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุก ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽุฒููŠุฒูŒ ุบูŽูููˆุฑูŒ ๏ดฟูขูจ๏ดพ

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allรขh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allรขh Maha perkasa lagi Maha Pengampun, (Fathir, 35:28).

Di antara mereka banyak pula yang terbuai oleh harta dan kenikmatan duniawi; mereka tidak berdakwa kecuali upah yang akan diperolehnya sudah jelas. Ulamaโ€™ semacam ini oleh Imam al-Ghazali disebut dengan ulama dunia atau ulamaโ€™ suโ€™ (jahat) : Di antara perkara-perkara yang paling penting adalah mengetahui tanda-tanda yang membedakan antara ulamaโ€™ dunia dan ulamaโ€™ akhirat. Yang dimaksud dengan ulamaโ€™ dunia di sini adalah ulamaโ€™ suโ€™ yang bertujuan mengejar kenikmatan dunia serta memburu kehormatan dan kedudukan di antara ahli ilmu, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, halaman: 58).

Oleh karena itu ketika berbicara tentang kualifikasi seorang Mursyid, Imam al-Ghazali menjadikan kebebasan dari kecintaan terhadap harta dan kedudukan sebagai kriteria awal:

Mursyid adalah orang yang:

  1. Dari batinnya sudah keluar kecintaan terhadap harta dan kedudukan.
  2. Format pendidikannya berlangsung di tangan seorang Mursyid juga, dan begitulah seterusnya hingga silsilah itu berakhir pada Nabi SAW
  3. Mengalami riyadhah (latihan jiwa) seperti sedikit makan, bicara, dan tidur, serta banyak melakukan salat, sedekah dan puasa.
  4. Memperoleh cahaya dari cahaya-cahaya Nabi SAW
  5. Terkenal kebaikan biografinya dan kemulian akhlaknya seperti sabar, syukur, tawakal, yakin, damai, dermawan, qanaah, amanah, lemah lembut, rendah hati, berilmu, jujur, berwibawa, malu, tenang, tidak tergesa-gesa, dan lain sebagainya.
  6. Suci dari akhlaq yang tercela seperti sombong, kikir, dengki, tamak, beRAngan-angan panjang, gegabah dan lain sebagainya.
  7. Bebas dari ekstremitas orang-orang yang ekstrem.
  8. Kaya dengan ilmu yang diperoleh langsung dari Rasulullah SAW sehingga tidak membutuhkan ilmu orang-orang yang mengada-ada (Ilm al-Mukallafin), (Khulashah al-Tashanif al-Tasawuf dalam Majmu Rasail al-Imam al-Ghazali, halaman: 173).

Sedikit berbeda dari Imam al-Ghazali, al-MukarRAm Saidi Syaikh Prof. Dr. H. Kadirun Yahya mengumumkan kualifikasi sebagai berikut:

  1. Pilih Guru yang Mursyid, dicerdikan oleh Allรขh SWT, bukan dicerdikan oleh yang lain-lain, dengan izin dan ridha Allรขh SWT, karena Allรขh SWT
  2. Yang kamil mukamil (sempurna dan menyempurna), diberi karunia oleh Allรขh SWT, karena Allรขh SWT
  3. Yang memberi bekas pengajarannya, (kalau ia mengajar atau mendoa berbekas pada si murid, si murid berobah kearah kebaikan), berbekas pengajarannya itu, dengan izin dan ridha Allรขh SWT, biidznillรขh.
  4. Yang masyhur kesana kemari, kawan dan lawan mengatakan, ia seorang Guru Besar.
  5. Yang tidak dapat dicela oleh orang yang berakal akan pengajarannya, yaitu tidak dapat dicela oleh Hadis dan Alquran dan oleh ilmu pengetahuan (tidak bersalah-salahan dengan Hadis, Alquran dan akal).
  6. Tidak setengah kasih kepada dunia, karena bulatnya hatinya, kasih kepada Allรขh. Ia ada giat bergeloRA dalam dunia, bekerja hebat dalam dunia, tetapi bukan karena kasih kepada dunia itu, tetapi karena prestasinya itu adalah sebagai abdinya kepada Allรขh SWT dalam hidupnya.
  7. Mengambil ilmu dari Polan yang tertentu; Gurunya harus mempunyai tali yang nyata kepada Allรขh dan Rasul dengan silsilah yang nyata, (Ibarat Sekuntum Bunga dari Taman Firdaus, halaman: 173).

Dalam kitab Mutammimat, halaman 74, Nabi SAW mengajarkan kalimat thayyibah kepada para sahabat agar hati mereka jernih dan bersih jiwanya, dan selanjutnya bisa sampai kepada Allรขh SWT dan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Akan tetapi bagi orang yang berdzikir itu tidak bisa menghasilkan hati yang jernih dan jiwa yang bersih, dan juga tidak bisa menghasilkan inti dari dzikir kecuali berguru kepada seseorang yang alim yang mengamalkan ilmunya dengan sempurna dan yang memahami makna Alquran dan kitab-kitab agama, serta memahami ilmu Hadis dan sunnah, juga mengerti tentang akidah dan ilmu wushul. Serta silsilahnya sampai kepada Nabi SAW Orang yang memiliki sifat seperti inilah yang harus dijadikan guru, karena mencari guru itu harus teliti dan serius.

Bagi seorang mursyid disyaratkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Memahami apa yang dibutuhkan oleh para sรขlik, seperti ilmu fiqih dan akidah, yang sekiranya dapat memalingkan sรขlik ketika mengawali suluknya sehingga sรขlik tidak bertanya kepada selain mursyid.
  2. Mengetahui terhadap kesempurnaan-kesempurnaan hati, tata kRAma hati, kerusakan jiwa dan penyakit-penyakitnya, serta cara memelihara hati yang telah sehat dan stabil.
  3. Lemah lembut, penyayang terhadap muslim, khususnya pada para murid sรขlikin. Ketika sang mursyid melihat para muridnya tidak mampu untuk melawan hawa nafsu dan meninggalkan kebiasaannya, maka hendaknya sang mursyid memberi toleransi kepada mereka setelah memberi nasihat, tidak memutus mereka dari bimbingannya, dan tidak menjadikan hal tersebut sebagai penyebab celaka mereka di hari kemudian, serta selalu menemani mereka sampai mereka memperoleh hidayah.
  4. Menutupi aib-aib para murid yang diketahui oleh mursyid
  5. Menjaga diri dari harta sรขlik, dan tidak tamak pada apa yang dimiliki oleh mereka
  6. Melakukan apa yang diperintahkan oleh mursyid, dan meninggalkan apa yang dilarangnya (uswah), sehingga ucapannya memiliki pengaruh pada hati para muridnya
  7. Tidak duduk (bercakap-cakap) bersama-sama para muridnya, kecuali sesuai kadar kebutuhan, dan menyampaikan masalah tarekat dan syariโ€™at seperti menelaah kitab ini (Tanwรฎr al-Qulรปb), agar jiwa mereka bersih dari bisikan-bisikan yang kotor, dan mereka dapat beribadah dengan sempurna.
  8. Ucapannya harus murni dan bersih dari kejelekan hawa nafsu, guRAuan, dan segala sesuatu yang tidak bermanfaat.
  9. Tolerir terhadap hak dirinya, yakni tidak mengharap untuk dihormati dan dimuliakan. Tidak pula memaksakan haknya yang tidak mampu dilaksanakan para muridnya, tidak menetapkan amal yang membuat mereka bosan, tidak terlalu menampakkan kebahagiaan dan kesedihan, dan tidak pula menyulitkan mereka.
  10. Jika sang mursyid menyaksikan dari salah seorang muridnya bahwa dengan sering duduk bersama murid, keagungan mursyid menjadi hilang dalam hati murid, maka sang mursyid memerintahkannya untuk berkhalwat menyendiri di tempat yang tidak terlalu jauh dari sang mursyid.
  11. Jika mursyid mengetahui bahwa harga dirinya dalam hati salah seorang muridnya runtuh, maka hendaknya sang mursyid memalingkan muridnya dengan lemah lembut.
  12. Tidak lengah untuk selalu membimbing muridnya menuju ahwรขl-nya yang baik.
  13. Jika salah seorang muridnya ada yang bermimpi sesuatu, atau mengalami mukรขsyafah atau musyรขhadah, maka hendaknya sang mursyid tidak membicarakannya dengan murid tersebut, namun memberinya amalan yang bisa melindungi dirinya dari keburukan mimpi tersebut, dan bisa mengangkat derajatnya menjadi lebih luhur dan mulia. Karena jika mursyid membicarakan dan menjelaskan hal tersebut kepada muridnya, maka sang mursyid telah melanggar hak murid, sehingga menjadikan murid melihat dirinya memiliki derajat yang luhur, dan bisa menjatuhkan derajat diri murid sendiri.
  14. Melarang muridnya untuk tidak berbicara dengan orang yang tidak termasuk kawan suluknya, kecuali sangat penting. Juga melarang muridnya untuk tidak membicarakan dengan sesama kawan suluknya tentang kemuliaan-kemuliaan yang mereka peroleh. Karena jika mursyid membiarkan hal tersebut, maka sang mursyid telah melanggar hak murid sehingga menjadikan mereka takabbur.
  15. Membuat tempat khalwat untuk digunakan sรขlik menyendiri di dalamnya, yang sekiranya tidak ada yang bisa masuk ke dalamnya kecuali orang-orang tertentu. Dan tempat khalwat lain untuk dijadikan tempat berkumpulnya murid dengan para murid suluk lainnya.
  16. Tidak memperlihatkan aktifitas-aktifitas dan rahasia-rahasia sang mursyid kepada muridnya, tidak pula tidur, makan, dan minum di depan muridnya. Karena dengan hal itu, bisa jadi kemuliaan sang mursyid menjadi berkurang di mata murid yang masih lemah dalam memahami orang-orang yang telah mencapai kesempurnaan. Dan hendaknya, mursyid menahan muridnya yang bertindak memata-matai, dengan tujuan agar murid memperoleh kebaikan.
  17. Tidak memperkenankan murid untuk banyak makan sehingga meng-hancurkan segala sesuatu yang telah dilakukan oleh sang mursyid bagi muridnya, karena kebanyakan manusia menuruti keinginan perutnya.
  18. Melarang teman-teman mursyid untuk duduk bersama dengan mursyid yang lain, karena hal ini sangat membahayakan bagi murid. Namun, jika mursyid berkeyakinan bahwa muridnya memiliki keteguhan cinta kepada dirinya dan tidak khawatir hati muridnya goncang, maka hal ini tidak apa-apa.
  19. Menjaga diri untuk tidak mondar-mandir mendatangi para pemimpin dan pejabat, agar para muridnya tidak menirunya, sehingga sang mursyid menanggung dosa dirinya dan dosa murid-muridnya, karena ini termasuk dalam Hadis:

ู…ูŽู†ู’ ุณูŽู†ูŽู‘ ุณูู†ูŽู‘ุฉู‹ ุณูŽูŠูู‘ุฆูŽุฉู‹ ููŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูุฒู’ุฑูู‡ูŽุง ูˆูŽูˆูุฒู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ุนูŽู…ูู„ูŽ ุจูู‡ูŽุง . ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู… ูˆุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ

Barangsiapa melakukan tradisi yang buruk, maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya.

Pada umumnya, orang yang dekat dengan para pemimpin dan pejabat, sulit baginya untuk mengingkari perbuatan munkar yang dilakukan oleh para pemimpin dan pejabat yang dilihatnya. Jika sudah demikian, dengan sering berkecimpungnya mursyid dengan mereka, seakan-akan dia menyetujui terhadap kemunkaran (yang mereka lakukan).

  1. Ucapannya kepada murid-muridnya harus lemah lembut, menjaga diri dari perkataan kotor dan perkataan yang mencela mereka, agar hati mereka tidak lari darinya.
  2. Ketika salah seorang murid memanggilnya, lalu sang mursyid menjawabnya, maka sebaiknya jawaban sang mursyid itu tetap menjaga kehormatan dan kewibawaannya.
  3. Jika sang mursyid duduk di antara murid-muridnya, maka hendaknya dia duduk dengan tenang penuh wibawa, tidak banyak menoleh pada mereka, tidak tidur di depan mereka, tidak menjulurkan kaki, menundukkan pandangan, melirihkan suara, dan tidak merendahkan etikanya pada mereka. Pada hakikatnya para murid itu meyakini terhadap semua sifat yang terpuji, dan mengambilnya (sebagai contoh).
  4. Jika seorang murid mendatanginya, maka mursyid tidak berwajah muRAm. Dan ketika hendak mengakhiri (perbincangannya dengan murid), hendaknya sang mursyid mendoakannya tanpa permintaan dari murid. Dan ketika mursyid mendatangi salah seorang muridnya, maka mursyid harus dalam keadaan dan kondisi yang paling sempurna.
  5. Ketika salah seorang muridnya tidak ada, maka mursyid mencarinya dan mencari tahu apa penyebabnya. Jika murid itu sakit, mursyid menjenguknya. Jika murid itu sedang membutuhkan bantuan, maka sang mursyid menolongnya. Jika murid itu memiliki masalah, maka mursyid mendoโ€™akannya.

Secara global, satu kalimat yang menyimpulkan seluruh etika mursyid di atas adalah mursyid harus mengikuti prilaku Rasulullah SAW yang ada pada diri sahabat-sahabat beliau SAW dengan sekuat tenaga, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 525).

Sumber: Alif.ID

12. Wasilah

Urgensi posisi Mursyid yang sangat penting dalam thariqah sebagai jalan menuju Tuhan sebenarnya erat kaitannya dengan masalah wasilah. Allรขh SWT memerintahkan agar orang-orang mukmin mencarinya

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุงุชูŽู‘ู‚ููˆุงู’ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุงุจู’ุชูŽุบููˆุงู’ ุฅูู„ูŽูŠู‡ู ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉูŽ ูˆูŽุฌูŽุงู‡ูุฏููˆุงู’ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ูู‡ู ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชููู’ู„ูุญููˆู†ูŽ ๏ดฟูฃูฅ๏ดพ
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allรขh dan carilah wasilah (yang menyampaikanmu) kepada Allรขh, serta berjuanglah di jalan-Nya, agar kamu menang, (al-Maidah, 5:35).

Dari uraian-uraian berikut akan dipahami bahwa mursyid adalah pembawa wasilah sebagaimana Jibril adalah pembawa Buraq yang oleh Imam Zubaidi disebut sebagai kendaraan para nabi, (Syarh al-Nawawi Shahih Muslim, juz 2, halaman: 210).

Pengertian Wasilah

Wasilah artinya alat atau menurut definisi al-Razi dan Louis Maโ€™luf yaitu alat yang dipergunakan untuk mendekatkan sesuatu kepada sesuatu yang lain, (Mukhtar al-Shihah, juz 1, halaman: 300, al-Munjid fial-Lughah, halaman: 900). Menurut Abd. Rauf, wasilah adalah alat yang memudahkan sampainya sesuatu kepada sesuatu yang lain, atau dengan kata lain yang memungkinkan tercapainya suatu tujuan, (al-Taโ€™arif, halaman: 726).

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah lepas dari yang dimanakan wasilah dengan berbagai bentuknya. Seseorang tidak mungkin bisa berkomunikasi dengan keluarganya yang tinggal di luar negri, misalnya, tanpa menggunakan wasilah yang disebut telepon.

Hubungan melalui telepon semacam ini adalah hubungan langsung, bukan hubungan melalui perantara. Telepon bukan perantara, melainkan alat yang memungkinkan terjadinya hubungan langsung antara dua orang yang saling berjauhan. Perantara sangat berbeda dengan alat (wasilah). Dalam bahasa Arab, perantara biasa disebut dengan wasithah; bukan wasilah. Uang dan kendaraan adalah contoh lain dari wasilah yang sangat dibutuhkan untuk mempermudah tercapainya tujuan.

Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, yang dimaksud wasilah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan diri kita. Dengan pengertian semacam ini, maka sudah barang tentu alat tersebut sudah harus bisa sampai terlebih dahulu kepada Allรขh, padahal tidak ada sesuatu yang dapat sampai kepada Allรขh kecuali yang berasal dari Allรขh itu sendiri. Satu-satunya yang dapat sampai kepada Allรขh hanyalah cahaya (Nur) Allรขh sendiri, sebagaimana tidak ada yang dapat sampai kepada matahari kecuali cahaya matahari itu sendiri.

Dengan demikian, wasilah yang dimaksud dalam ayat 35 Surah al-Maidah pasti bukan amal saleh, bukan pula keimanan dan ketaatan sebagaimana yang dipahami orang selama ini, melainkan cahaya (Nur) Allรขh.
Perintah Tuhan dalam ayat 35 Surat al-Maidah tersebut adalah perintah mencari wasilah, bukan perintah mencari amal saleh, keimanan, dan ketaatan.

Mengenai tiga perkara ini perintah Tuhan yang muncul adalah mengerjakan, sehingga redaksi yang digunakan Tuhan dalam al-Qurโ€™an bukan ibtaghu, melainkan i`malu kerjakanlah, aminu berimanlah, dan athi`u taatlah atau kata-kata lain yang menjadi derivasinya. Jadi, kata ibtaghu carilah dalam ungkapan ibtaghu al-Wasilata menjadi kata kunci dalam memahami perintah ini.

Dalam peristiwa spektakuler Isra-Miraj, selain unsur Jibril dan Muhammad, terdapat satu unsur lagi yang terlibat, yaitu Buraq, kendaraan para nabi. Dikatakan kendaraan ini disebut buraq karena warnanya yang maha putih, cahayanya yang mahaterang, kecepatannya yang mahatinggi, dan segala sesuatu yang melekat pada buraq mirip dengan kilat semuanya di luar persepsi manusia. Kata buraq memang terambil dari barq kilat, (Lisan al-Arab, juz 10, halaman: 15). Dalam riwayat yang berasal dari Anas bin Malik Ra. disebutkan bahwa buraq itu lebih besar daripada keledai dan lebih kecil daripada bagal (peranakan kuda jantan dan keledai betina), (Shahih al-Bukhari, juz 2, halaman: 1173, Shahih Muslim, juz 1, halaman: 145, 150).

Bahasa yang digunakan oleh Rasulullรขh Saw. dalam menggambarkan karakteristik buraq sebagai kuda terbang adalah bahasa kias (majaz). Hal itu tampaknya memang disengaja oleh Nabi Saw. agar bisa dipahami oleh akal umat sesuai dengan tingkat peradaban dan pengetahuan mereka ketika itu; dan bahasa semacam ini sangat sering digunakan oleh Beliau Saw. dalam al-Hadits dan bahkan juga oleh Allรขh Swt. dalam al-Qurโ€™an. Dan Allรขh Swt. tidak mengutus seorang rasul-pun kecuali dengan bahasa yang dipahami kaumnya agar ia bisa memberikan penjelasan yang terang.

ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู† ุฑูŽู‘ุณููˆู„ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูู„ูุณูŽุงู†ู ู‚ูŽูˆู’ู…ูู‡ู ู„ููŠูุจูŽูŠูู‘ู†ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ููŽูŠูุถูู„ูู‘ ุงู„ู„ู‡ู ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽูŠูŽู‡ู’ุฏููŠ ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู…ู ๏ดฟูค๏ดพ
Dan tidaklah Kami mengutus seorang rasul pun kecuali dengan bahasa kaumnya agar ia memberikan penjelasan yang terang, (QS. Ibrahim, 14:4).

Benda tercepat yang dipahami bangsa Arab ketika itu adalah kuda untuk binatang darat dan burung untuk binatang udara, sehingga sangat wajar apabila Nabi Saw. menggambarkan buraq sebagai binatang serupa kuda atau keledai yang bisa terbang sebagai perpaduan antara kecepatan kuda dan burung.

Sejalan dengan perjalanan sang waktu, peradaban dan pengetahuan manusia berkembang dengan pesat. Dari penelitian-penelitian para ilmuwan berhasil diketahui bahwa benda yang memiliki kecepatan paling tinggi bukan lagi kuda atau burung; kecepatan itu dimiliki oleh cahaya. Dari buku-buku fisika diketahui bahwa kecepatan cahaya adalah 300.00 km/detik.

Andaikata Rasulullรขh Saw. hidup dan mengalami Isra-Miโ€™raj pada abad ini, abad teknologi yang dengan berbagai jenis kendaraan super canggih, maka dapat dipastikan bahwa buraq yang dikendarai beliau dalam peristiwa spektakuler itu tidak akan digambarkan sebagai kuda terbang yang lebih cepat dari kuda atau burung, melainkan sebagai benda yang jauh lebih cepat daripada cahaya fisik, yang tiada lain adalah cahaya Allรขh Swt. sendiri, cahaya metafisika Ketuhanan, yang hakikatnya hanya diketahui oleh Sang Pemilik.

Jadi, buraq adalah cahaya (Nรปr) Tuhan, dan cahaya (Nรปr) inilah yang disebut wasilah. Sebagaimana unsur Jibril, keberadaan unsur buraq mutlak diperlukan dalam menempuh perjalanan menuju Tuhan.

Sumber: Alif.ID

13. Qalbu Rasul sebagai Tempat Wasilah

Di dalam Alquran, Allรขh SWT membuat perumpamaan tentang Cahaya (nรปr)-Nya yang diungkapkan dengan redaksi:

ุงู„ู„ู‡ู ู†ููˆู’ุฑู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ู…ูŽุซูŽู„ู ู†ููˆุฑูู‡ู ูƒูŽู…ูุดู’ูƒูŽุงุฉู ูููŠู‡ูŽุง ู…ูุตู’ุจูŽุงุญูŒ ุงู„ู’ู…ูุตู’ุจูŽุงุญู ูููŠ ุฒูุฌูŽุงุฌูŽุฉู ุงู„ุฒูู‘ุฌูŽุงุฌูŽุฉู ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ูƒูŽูˆู’ูƒูŽุจูŒ ุฏูุฑูู‘ูŠูŒู‘ ูŠููˆู‚ูŽุฏู ู…ูู† ุดูŽุฌูŽุฑูŽุฉู ู…ูู‘ุจูŽุงุฑูŽูƒูŽุฉู ุฒูŽูŠู’ุชููˆู†ูุฉู ู„ูŽู‘ุง ุดูŽุฑู’ู‚ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽู„ูŽุง ุบูŽุฑู’ุจููŠูŽู‘ุฉู ูŠูŽูƒูŽุงุฏู ุฒูŽูŠู’ุชูู‡ูŽุง ูŠูุถููŠุกู ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽู…ู’ุณูŽุณู’ู‡ู ู†ูŽุงุฑูŒ ู†ูู‘ูˆุฑูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ููˆุฑู ูŠูŽู‡ู’ุฏููŠ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูู†ููˆุฑูู‡ู ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽูŠูŽุถู’ุฑูุจู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุจููƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ุนูŽู„ููŠู…ูŒ ๏ดฟูฃูฅ๏ดพ

Allรขh (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allรขh, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allรขh membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allรขh memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allรขh Maha Mengetahui segala sesuatu, (an-Nรปr, 24:35).

Menurut Kaโ€™ab al-Ahbar dan Ibn Jarir RA. yang dimaksud Nurihi alam ayat ini adalah Nuri al-Muhammad, Nur Muhammad, (Tafsir al-Qurthubi, juz 12, halaman: 259). Ketika ditanya oleh Ibn Abbas tentang ayat ini, lebih lanjut Kaโ€™ab mengatakan: โ€œIni adalah perumpamaan yang dibuat oleh Allรขh SWT untuk Nabi-Nya SAW al-misykah adalah dada (jasmani)-nya, al-Zujajah adalah Qalbu (rohani)-nya, sedangkan al-Mishbah adalah nubuwatโ€, (Tafsir al-Bughawi, juz 3, halaman: 346).

Komentar senada diungkapkan oleh Ibn Umar RA. yang dikeluarkan oleh Imam al-ThabRAni, Ibn โ€˜Adi, Ibn Mardawiyyah, dan Ibn. โ€˜Asakir: โ€œal-misykah adalah rongga dada (jasmani) Muhammad SAW, al-zujajah Qalbu (rohani)-nya sedangkan al-Mishbah adalah nur yang ada di dalam Qalbunyaโ€, (Majma al-Zawaid, juz 7, halaman:83, al-Muโ€™jam al-Awsath, juz 2, halaman: 235, al-Muโ€™jam al-Kabir, juz 12, halaman: 317, Tafsir al-Qurthubi, juz 12, halaman: 263, Fath al-Qadir, juz 4, halaman: 36).

Cahaya (nur) yang ada dalam kalbu Nabi tersebut, atau yang biasa disebut dengan Nur Muhammad, termasuk di dalamnya Alquran yang juga disebut dengan cahaya (nur) yang diturunkan ke dalam qalbunya

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽุงุกูƒูู… ุจูุฑู’ู‡ูŽุงู†ูŒ ู…ูู‘ู† ุฑูŽู‘ุจูู‘ูƒูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽู†ุฒูŽู„ู’ู†ูŽุง ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ู†ููˆุฑุงู‹ ู…ูู‘ุจููŠู†ุงู‹ ๏ดฟูกูงูค๏ดพ

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu`jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Alquran), (al-Nisรขโ€™, 4: 174)

ู‚ูู„ู’ ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูŽุฏููˆู‘ุงู‹ ู„ูู‘ุฌูุจู’ุฑููŠู„ูŽ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู†ูŽุฒูŽู‘ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽู„ู’ุจููƒูŽ ุจูุฅูุฐู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ู ู…ูุตูŽุฏูู‘ู‚ุงู‹ ู„ูู‘ู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽู‡ูุฏู‹ู‰ ูˆูŽุจูุดู’ุฑูŽู‰ ู„ูู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ๏ดฟูฉูง๏ดพ

Katakanlah: Barangsiapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Alquran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah, membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembiRA bagi orang-orang yang beriman, (al-Baqarah, 2:97).

Nur Muhammad tersebut merupakan cahaya Allรขh ada di bumi sebagai satu ujung sedangkan ujung yang lain ada di sisi Allรขh sendiri. Hal ini ditegaskan dengan kelanjutan firman-Nya dalam ayat yang sama:

โ€œCahaya (Allรขh) di atas cahaya (Muhammad); Allรขh menuntun kepada cahaya-Nya orang yang dikehendaki.โ€

Maksudnya adalah bahwa cahaya Allรขh berhubungan langsung dengan cahaya Muhammad, karena pada hakikatnya cahaya Allรขh dan cahaya Muhammad adalah satu, dan ditempat lain digambarkan sebagai tali Allรขh SWT yang harus dipegangi kuat-kuat. Dalam kaitan ini Allรขh SWT berfirman:

ูˆูŽุงุนู’ุชูŽุตูู…ููˆุงู’ ุจูุญูŽุจู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุฌูŽู…ููŠุนุงู‹ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽููŽุฑูŽู‘ู‚ููˆุงู’ ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุงู’ ู†ูุนู’ู…ูŽุชูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุฅูุฐู’ ูƒูู†ุชูู…ู’ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุก ููŽุฃูŽู„ูŽู‘ููŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู‚ูู„ููˆุจููƒูู…ู’ ููŽุฃูŽุตู’ุจูŽุญู’ุชูู… ุจูู†ูุนู’ู…ูŽุชูู‡ู ุฅูุฎู’ูˆูŽุงู†ุงู‹ ูˆูŽูƒูู†ุชูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ูŽ ุดูŽููŽุง ุญููู’ุฑูŽุฉู ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ููŽุฃูŽู†ู‚ูŽุฐูŽูƒูู… ู…ูู‘ู†ู’ู‡ูŽุง ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ูŠูุจูŽูŠูู‘ู†ู ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽูƒูู…ู’ ุขูŠูŽุงุชูู‡ู ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชูŽู‡ู’ุชูŽุฏููˆู†ูŽ ๏ดฟูกู ูฃ๏ดพ

Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah meneRangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk, (Ali Imrรขn, 3: 103).

Ayat lain yang tampaknya juga penting dikemukakan di sini untuk memahami keterkaitan Cahaya (Nรปr) Tuhan dengan kalbu orang mukmin sebagai singgasana nur itu, di samping keterkaitannya dengan hidayah, dzikir, dan perjalanan pulang menuju Tuhan adalah:

ุฃูŽููŽู…ูŽู† ุดูŽุฑูŽุญูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽุฏู’ุฑูŽู‡ู ู„ูู„ู’ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ู ููŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ููˆุฑู ู…ูู‘ู† ุฑูŽู‘ุจูู‘ู‡ู ููŽูˆูŽูŠู’ู„ูŒ ู„ูู‘ู„ู’ู‚ูŽุงุณููŠูŽุฉู ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู… ู…ูู‘ู† ุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฃููˆู’ู„ูŽุฆููƒูŽ ูููŠ ุถูŽู„ูŽุงู„ู ู…ูุจููŠู†ู ๏ดฟูขูข๏ดพ

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya)? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata, (al-Zumar, 39:22).

Imam al-Qurthubi mengutip sebuah Hadis yang berasal dari Ibn Masโ€™ud yang mengatakan bahwa para sahabat bertanya kepada Nabi SAW tentang ayat itu, Bagaimana dada orang itu menjadi lapang? Rasulullรขh SAW menjawab: Jika cahaya (Nur) itu masuk ke dalam qalbunya, maka ia menjadi lapang dan terbuka. Para sahabat masih bertanya, Apa tanda-tanda hal itu? Rasulullรขh SAW menjawab: Melakukan perjalanan pulang ke negeri abadi (akhirat) dan meninggalkan negeri tipu daya (dunia) serta bersiap-siap menjemput kematian sebelum tiba saatnya, (Tafsir al-Qurthubi (al-Jamiโ€™ li Ahkam Alquran), juz 15, halaman: 247).

Dari informasi di atas semakin jelas bahwa cahaya (Nur) Allรขh SWT bersemayam di dalam kalbu orang yang dikehendaki lapang dadanya oleh Allรขh SWT, dan karena kondisi orang semacam ini dioposisikan dengan orang yang berhati keras sehingga tidak berdzikir kepada Allรขh Swt, maka berarti bahwa orang yang didalam kalbunya terdapat cahaya (Nur) Allรขh Swt tiada lain adalah ahli dzikir. Ia adalah orang yang tidak pernah lepas dari berdzikir kepada Allรขh SWT.

Tidak seorang pun yang mendapat gelar sebagai ahli dzikir kecuali Nabi SAW sendiri dan hamba-hamba Allรขh SWT yang oleh beliau disebut sebagai mafatih al-dzikr kunci-kunci dzikir; mereka adalah wali-wali Allรขh yang apabila mereka dilihat orang maka orang (yang melihat) itu langsung berdzikir juga. Mereka itulah para โ€˜ulama yang disebut sebagai waratsah al-anbiya ahli waris para Nabi, yang kepada mereka Allรขh SWT mewariskan Alquran, sehingga di kalbu mereka itulah wasilah atau Nur Tuhan bersemayam.

Mencari dan melihat mereka adalah kewajiban yang diperintahkan Allรขh SWT kepada orang-orang yang beriman. Menemukan mereka berarti menemukan wasilah. Dengan wasilah, mereka akan dapat berhubungan langsung dengan Allรขh serta memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari-Nya, sebagaimana bumi berhubungan langsung dengan matahari melalui cahayanya sehingga memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari matahari itu sendiri Rabitah (Merabit).

Unsur lain yang juga sangat fundamental dalam tarekat sebagai jalan menuju Tuhan dan sekaligus sebagai teknik berdzikir efektif adalah rabitah al-mursyid (merabit mursyid) yang dalam istilah Imam al-Munawi disebut dengan shuhbat al-mursyid bersahabat dengan mursyid, yaitu ketika ia menyinggung cara pencapaian akhlak yang terpuji dalam al-Faydh al-Qadรฎr-nya: โ€œCara memperoleh akhlak yang terpuji adalah dengan memperbanyak dzikir sambil bersahabat dengan mursyid yang sempurnaโ€, (Faydh al-Qadรฎr, juz 3, halaman: 467).

Bersahabat dengan mursyid melahirkan akhlak yang agung, menyemaikan kesadaran keagamaan yang benar, dan membangkitkan gelora cinta ilahi yang tersalur dari kalbu mursyid ke dalam kalbu murid. Bersahabat dengan mursyid yang sempurna adalah langkah awal yang harus ditempuh dalam perjalanan menuju Tuhan. Perjalanan ini sekaligus menjadi sarana diagnosa dan terapi terhadap penyakit-penyakit yang dijangkitkan oleh virus paling ganas bernama iblis.

Dalam setiap kalbu terdapat apa yang disebut hazhzh al-Syaithan bagian setan, dan bagian inilah yang diambil Jibril dari qalbu Nabi Muhammad SAW. pada saat Beliau SAW berusia empat atau lima tahun dan pada saat menjelang kebeRangkatan beliau dalam perjalanan malam menuju Tuhan, (Shahih Muslim, juz 1, halaman: 147, Shahih Ibn Hibban, juz 14, halaman: 242, al-Mustadrak, juz 2, halaman: 575, Musnad Ahmad, juz 3, halaman: 149, 288, Musnad Abi Yaโ€™la, juz 6, halaman: 108, 224, Musnad Abi Awanah, juz 1, halaman: 113, 125).

Sumber: Alif.ID

14. Rabitah (Merabit)

Dari segi bahasa makna rabitah adalah hubungan atau ikatan; terambil dari kata rabth yang berarti mengikat atau menghubungkan, (al-Munawir Qamus โ€˜Arabi-Indunisia, halaman: 501). Ungkapan rabitah al-mursyid, dengan demikian, menunjukan kepada makna menghubungkan diri dengan mursyid atau merabit dengan mursyid.

Pada hakikatnya perintah rabitah itu mengikuti dan mempunyai landasan dari ayat Alquran, Hadis dan pendapatnya para ulamaโ€™, Di dalam Alquran perintah melakukan rabitah diungkapkan melalui firman Allรขh SWT:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุงุตู’ุจูุฑููˆุงู’ ูˆูŽุตูŽุงุจูุฑููˆุงู’ ูˆูŽุฑูŽุงุจูุทููˆุงู’ ูˆูŽุงุชูŽู‘ู‚ููˆุงู’ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชููู’ู„ูุญููˆู†ูŽ ๏ดฟูขู ู ๏ดพ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung, (Ali `Imrรขn, 3: 200).

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุงุชูŽู‘ู‚ููˆุงู’ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุงุจู’ุชูŽุบููˆุงู’ ุฅูู„ูŽูŠู‡ู ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉูŽ ูˆูŽุฌูŽุงู‡ูุฏููˆุงู’ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ูู‡ู ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชููู’ู„ูุญููˆู†ูŽ ๏ดฟูฃูฅ๏ดพ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan, (al-Maidah: 35)

Sedangkan dari Hadis sebagaimana disebutkan di dalam kitab Shahih al-Bukhari:

ุฃูŽู†ูŽู‘ ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจูŽุง ุจูŽูƒู’ุฑู  ุงู„ุตูู‘ุฏูู‘ูŠู’ู‚ู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุดูŽูƒูŽุง ู„ูู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุนูŽุฏูŽู…ูŽ ุงู†ู’ูููƒูŽุงูƒูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ููู‰ ุงู„ู’ุฎูŽู„ูŽุงุกูุŒ ุฃูŽูŠู’ ุจูุญูŽุณู’ุจู ุงู„ุฑูู‘ูˆู’ุญูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุฃูŽุจููˆู’ ุจูŽูƒู’ุฑู ูƒูŽุฑูŽู‘ู…ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽู‡ู ูŠูŽุฃู’ุฎูุฐูู‡ู ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽุŒ (ุงู„ุจู‡ุฌุฉ ุงู„ุณู†ูŠุฉุŒ ุต: 71)

Sesungguhnya sayyidina abu bakar as-Shiddiq RA. mengeluh kepada nabi Muhammad SAW. Tidak dapat berpisah dengan nabi hingga di dalam tempat mandi sekalipun (secara ruhani atau terbayang-bayang), sehingga Abu Bakar RA. merasa malu terhadap nabi SAW, (al-Bahjah al-Saniyah, halaman: 71).

ูˆุนู† ุฃูŽุจูŠ ู…ูˆุณู‰ ุงู„ุฃุดุนุฑูŠ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: ุฃู† ุงู„ู†ูŽู‘ุจูŠู‘ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: (( ุงู„ู…ูŽุฑู’ุกู ู…ูŽุนูŽ ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ )) ู…ูุชูŽู‘ููŽู‚ูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู‡ูุŒ (ุฑูŠุงุถ ุงู„ุตุงู„ุญูŠู†ุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 237)

Kata rabithu dalam ayat tersebut menurut Ibn Manzhur dalam Lisan al-Arab-nya bermakna hafizhu atau lazimu berkekalan atau terus-menerus, yaitu al-Muwazhabah โ€˜ala al-Amr berkekalan atau terus-menerus melakukan sesuatu. Asal makna RAbithu (ribath atau murabathah) adalah al-Iqamah โ€˜ala jihad al-โ€˜aduw (melakukan perang terhadap musuh), (Lisan al-Arab, juz 7, halaman: 303).

Pemahaman ideal mengenai maksud kata rabithu (ribrah atau murabathah) dalam firman Allรขh tersebut, dengan menyimak makna-makna yang terkait dengan kata itu sendiri, muncul dalam tarekat, yaitu berkekalan atau terus-menerus menghubungkan diri secara rohani dengan mursyid dalam rangka memerangi iblis sebagai musuh manusia yang paling nyata. Tidak ada musuh yang paling layak untuk selalu diwaspadai dan diperangi kecuali iblis laโ€™natullah yang memang berusaha terus menghancurkan manusia.

Lebih jauh dapat dikatakan bahwa rabitah al-mursyid (merabit mursyid) pada dasarnya adalah berjamaah secara rohani dengan mursyid, yaitu imam-berimam dalam khafilah rohani Rasulullah SAW Menunjuk kepada pengertian inilah Imam Jaโ€™far al-Shรขdiq, tokoh sufi dari kalangan ahli bait Nabi SAW, yang dikutip oleh Abu Nuโ€™aim al-Ishfahani dalam ensiklopedia orang-orang suciโ€“nya yang berjudul Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™ mengatakan: โ€œBarangsiapa menjalani hidup dengan bergabung dalam batin (rohani) Rasul, maka dialah yang disebut orang sufi, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 1, halaman: 20).

Di samping itu, dapat pula dikatakan bahwa rabitah al-mursyid (merabit mursyid) menunjuk kepada makna melibatkan Rasul SAW dalam setiap munajat dan ibadah agar munajat dan ibadah itu dapat langsung mendapat sambutan dari Allรขh sebagaimana yang diisyaratkan oleh firman Allรขh SWT:

ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู† ุฑูŽู‘ุณููˆู„ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ู„ููŠูุทูŽุงุนูŽ ุจูุฅูุฐู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุฅูุฐ ุธูŽู‘ู„ูŽู…ููˆุงู’ ุฃูŽู†ููุณูŽู‡ูู…ู’ ุฌูŽุขุคููˆูƒูŽ ููŽุงุณู’ุชูŽุบู’ููŽุฑููˆุงู’ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุบู’ููŽุฑูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู ุงู„ุฑูŽู‘ุณููˆู„ู ู„ูŽูˆูŽุฌูŽุฏููˆุงู’ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽูˆูŽู‘ุงุจุงู‹ ุฑูŽู‘ุญููŠู…ุงู‹ ๏ดฟูฆูค๏ดพ

Dan kami tidak mengutus seseorang Rasul, melainkan untuk dita`ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang, (al-Nisรขโ€™, 4: 64).

Melibatkan Rasul SAW atau merabit mursyid dalam ibadah dapat disimak pula dari sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan imam-imam Hadis lainnya disebutkan bahwa ketika Umar meminta izin kepada Nabi SAW, untuk menunaikan ibadah umrah, Nabi SAW bersabda:

ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฎููŠ ู„ูŽุง ุชูŽู†ู’ุณูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฏูุนูŽุงุฆููƒูŽุŒ (ู…ุณู†ุฏ ุฃุญู…ุฏุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 326)

โ€œWahai saudara mudaku, serikatkan (libatkan) kami dalam doamu dan jangan lupakan kami, (Musnad Ahmad, juz 1, halaman: 326).

Dalam kasus yang berbeda, melibatkan Rasul SAW atau merabit mursyid dapat disimak dari kisah Umar ibn Khaththab RA. yang melibatkan Paman Nabi SAW yang bernama Abbas RA. ketika ia berdoโ€™a memohon hujan:

ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุนูู…ูŽุฑู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ูƒูŽุงู†ููˆู’ุง ูŠูŽุชูŽูˆูŽุณูŽู‘ู„ููˆู’ู†ูŽ ุจูุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูููŠู’ ุญูŽูŠูŽุงุชูู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ุงูุณู’ุชูุณู’ู‚ูŽุงุกู ุซูู…ูŽู‘ ุชูŽูˆูŽุณูŽู‘ู„ูŽ ุจูุนูŽู…ูู‘ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุจูŽู‘ุงุณู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ู…ูŽูˆู’ุชูู‡ู ูˆูŽุชูŽูˆูŽุณูŽู‘ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู‡ููˆูŽ ุงูุณู’ุชูุณู’ู‚ูŽุงุคูู‡ูู…ู’ุŒ (ุชุญูุฉ ุงู„ุฃุญูˆุฐูŠุŒ ุฌ 10ุŒ ุต: 26)

Sayyidina umar RA. Telah menyebutkan sesungguhnya para sahabat bertawassul kepada nabi di waktu masih hidup untuk meminta hujan kepada Allah SWT kemudian para sahabat bertawassul kepada paman nabi (abbas) setelah wafat beliau, (Tuhwah al-Ahwadzi, juz 10, halaman: 26).

Artinya, Umar melibatkan โ€˜Abbas RA. sebagai pengganti Rasul SAW untuk mendapatkan karunia Allรขh SWT berupa hujan. Dengan melibatkan โ€˜Abbas RA. sesungguhnya Umar RA. hendak bergabung dalam khafilah rohani Rasul SAW melalui orang yang masih hidup dan yang dicintai Rasul SAW meskipun Umar RA. sendiri memiliki kedudukan yang istimewa di sisi Rasul SAW

Berdasarkan hal ini, maka orang-orang mukmin lainnya, apalagi yang hidup pada masa sekarang, sudah seyogianya mencari seorang hamba Allรขh SWT yang karena kecintaan dan ketaatannya kepada Allรขh SWT dan Rasul-Nya SAW layak dicintai oleh Allรขh SWT dan Rasul-Nya SAW dan layak pula menduduki posisi sebagai khalifah pengganti Rasul SAW.

Teknik Melakukan Rabitah

Di dalam shalat, ketika melakukan tasyahud, kita diperintahkan mengucapkan salam kepada Nabi SAW, Assalamuโ€™alaika ayyuhan nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh (salam dan Rahmat serta barakah Allรขh untukmu wahai Nabi SAW). Perintah ini harus dilakukan secara lahir dan batin, secara lahir dengan mengucapkan salam itu sendiri, sedangkan secara batin adalah menghubungkan rohani kita dengan rohani Rasul SAW, agar kita bisa bersama dengan Beliau SAW

Bersama dengan Rasul SAW sekaligus mengandung makna bersama dengan Allรขh SWT karena Rasul SAW tidak pernah berpisah sedetik-pun dari-Nya. Kenyataan bahwa di dalam rohani Beliau SAW tersimpan Nur Allรขh SWT, dan bahwa Beliau SAW sebagaimana ditegaskan oleh Aisyah RA. selalu berdzikir kepada Allรขh SWT

ุญุฏุซู†ุง ู‡ุงุฑูˆู† ุจู† ู…ุนุฑูˆู ุญุฏุซู†ุง ุงุณุญุงู‚ ุงู„ุฃุฒุฑู‚ ุญุฏุซู†ุง ุฒูƒุฑูŠุง ุจู† ุฃุจูŠ ุฒุงุฆุฏุฉ ุนู† ุฎุงู„ุฏ ุจู† ุณู„ู…ุฉ ุนู† ุงู„ุจู‡ูŠ ุนู† ุนุฑูˆุฉ : ุนู† ุนุงุฆุดุฉ ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆ ุณู„ู… ูƒุงู† ูŠุฐูƒุฑ ุงู„ู„ู‡ ููŠ ูƒู„ ุงุญูŠุงู†ู‡ุŒ (ู…ุณู†ุฏ ุฃุจู‰ ูŠุนู„ู‰ุŒ ุฌ 8ุŒ ุต: 355 )

Dalam kaitan inilah mengapa sebagian Kaum Arifin yaitu orang-orang yang sudah mengenal Allรขh SWT secara tahkik berkata: โ€œBersamalah engkau selalu dengan Allรขh, dan jika engkau belum bisa, maka bersamalah engkau selalu dengan orang yang sudah bersama dengan Allรขhโ€, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 512).

Namun begitu, karena kita tidak mengenal Rasul SAW secara jasmani, maka yang dapat kita lakukan adalah menghubungkan rohani kita dengan rohani ulama yang kita kenal secara jasmani, yaitu ulama yang benar-benar berkapasitas sebagai Waratsah al-Anbiyรขโ€™ (Ahli Waris Para Nabi), yang kepada mereka beliau mewariskan isi rohani beliau dengan izin Allรขh SWT.

Hamba-hamba Allรขh SWT seperti itu dalam Alquran disebut antara lain dengan al-Shadiqun, dan Allรขh memerintahkan kita agar selalu bersama dengan mereka (secara jasmani dan rohani).

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุงุชูŽู‘ู‚ููˆุงู’ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽูƒููˆู†ููˆุงู’ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ุตูŽู‘ุงุฏูู‚ููŠู†ูŽ ๏ดฟูกูกูฉ๏ดพ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allรขh SWT dan hendaklah kamu selalu bersama orang-orang yang benar, (al-Taubah, 9: 119).

Bahkan, bersama atau berjamaah secara rohani jauh lebih mungkin direalisasikan daripada berjamaah secara jasmani, sebab tidak mungkin kita dapat berjamaah dengan mereka secara jasmani dalam semua keadaan. Maka al-Shadiqun yaitu orang-orang yang benar, dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang benar dalam keimanan mereka kepada Allรขh, sehingga sebutan lain yang dikemukakan Alquran untuk mereka adalah al-Muminuna Haqqan, orang-orang mukmin sejati (hak), yaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allรขh SWT, hati mereka bergetar dan apabila dibacakan ayat-ayat Allรขh SWT kepada mereka keimanan mereka semakin bertambah, dan hanya kepada Allรขh SWT mereka bertawakal, menegakkan shalat dan menginfakkan sebagian harta yang dikaruniakan kepada mereka.

ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูู‚ููŠู…ููˆู†ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉูŽ ูˆูŽู…ูู…ูŽู‘ุง ุฑูŽุฒูŽู‚ู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ูŠูู†ููู‚ููˆู†ูŽ ๏ดฟูฃ๏ดพ ุฃููˆู’ู„ูŽู€ุฆููƒูŽ ู‡ูู…ู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ ุญูŽู‚ู‘ุงู‹ ู„ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุงุชูŒ ุนูู†ุฏูŽ ุฑูŽุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู…ูŽุบู’ููุฑูŽุฉูŒ ูˆูŽุฑูุฒู’ู‚ูŒ ูƒูŽุฑููŠู…ูŒ ๏ดฟูค๏ดพ ูƒูŽู…ูŽุง ุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽูƒูŽ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ู…ูู† ุจูŽูŠู’ุชููƒูŽ ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ ููŽุฑููŠู‚ุงู‹ ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ู„ูŽูƒูŽุงุฑูู‡ููˆู†ูŽ ๏ดฟูฅ๏ดพ

(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka, (al-Anfรขl, 8: 3-5).

Bukan orang-orang yang beriman tetapi di dalam hatinya tumbuh subur sifat-sifat nifaq (munafik) yang diantara ciri-ciri utama mereka adalah bahwa mereka tidak berdzikir kepada Allรขh kecuali sedikit.

ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู†ูŽ ูŠูุฎูŽุงุฏูุนููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฎูŽุงุฏูุนูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุงู…ููˆุงู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ู‚ูŽุงู…ููˆุงู’ ูƒูุณูŽุงู„ูŽู‰ ูŠูุฑูŽุขุคููˆู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ู‚ูŽู„ููŠู„ุงู‹ ๏ดฟูกูคูข๏ดพ

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali, (al-Nisรขโ€™, 4: 142).

Mereka tiada lain adalah wali-wali Allรขh yang oleh Nabi sebagaimana disinggung sebelumnya disebut dengan Mafatih al-Dzikr โ€˜kunci-kunci dzikirโ€™, dan yang sekarang lebih dikenal dengan sebutan kaum sufi, dan oleh Ibn Taimiyah disebut sebagai golongan yang paling baik setelah Nabi, (Majmรปโ€™ al-Fatawรข, juz 11, halaman: 17). Memandang mereka melahirkan dzikir kata Nabi dalam riwayat Imam al-ThabRAni ketika menggambarkan keberadaan mereka, (al-Muโ€™jam al-Kabir, juz 10, halaman: 205). Memandang mereka, terutama yang dilakukan secara rohani, mewujudkan apa yang dimaksud dengan Rabitah di sini.

Rabitah sebagai Penghalau Iblis

Melakukan Rabitah pada dasarnya dimaksudkan sebagai realisasi atas perintah berjamaah yang dalam nash diungkapkan dengan berbagai redaksi. Imam al-Bukhari dalam al-Tarikh al-Kabir-nya mengutip sebuah Hadis Nabi SAW, Kalian harus berjamaah, (al-Tarikh al-Kabir, juz 8, halaman: 447). sementara Imam Ahmad dalam Musnad-nya meriwayatkan sebuah Hadis bahwa Nabi SAW bersabda:

ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุจูุงู„ู’ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุฉูุŒ ูˆุฅููŠูŽู‘ุงูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ููุฑู’ู‚ูŽุฉูŽุŒ ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ูŽ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุงุญูุฏูุŒ ุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽู‡ู ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠูู‘

Wahai manusia, kalian harus berjamaah dan hindarilah bercerai-beRAi, (Jรขmiโ€™ Ushรปl fi Ahรขdits al-RAsรปl juz 6, halaman: 669).

Imam al-Tirmidzi dan al-Nasai meriwayatkan dari Ibn Umar bahwa Umar berkhutbah menyampaikan sabda-sabda Nabi yang di dalamnya antara lain beliau bersabda: Kalian harus berjamaah dan hindarilah bercerai (dari jamaah), karena setan bersama orang yang sendirian, (Sunan al-Tirmidzi, juz 4, halaman: 465, al-Sunan al-KubRA, juz 5, halaman: 388).

Dalam riwayat Imam al-Baihaqi Hadis tersebut diungkapkan dengan redaksi:

ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจููˆู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุญูŽุงููุธู ุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจููˆู’ ุงู„ู’ุนูŽุจูŽู‘ุงุณู ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจู’ู†ู ูŠูŽุนู’ู‚ููˆู’ุจูŽ ุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจูŽู‘ุงุณู ุจู’ู†ู ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุงู„ุฏูŽู‘ูˆู’ุฑููŠู’ ุซูŽู†ูŽุง ู‡ูŽุงุฑููˆู’ู†ู ุจู’ู†ู ู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ูู ุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจู’ู†ู ูˆูŽู‡ู’ุจู ุญูŽุฏูŽุซูŽู†ููŠู’ ุณูŽุนููŠู’ุฏู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠู’ ุงู„ู’ุนูู…ู’ูŠูŽุงุกู ุนูŽู†ู ุงู„ุณูŽู‘ุงุฆูุจู ุจู’ู†ู ู…ูŽู‡ู’ุฌูŽุงู†ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุดูŽู‘ุงู…ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุฅููŠู’ู„ููŠูŽุงุกู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุฏู’ุฑูŽูƒูŽ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูููŠู’ ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุฐูŽูƒูŽุฑูŽู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู„ูŽู…ูŽู‘ุง ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุนูู…ูŽุฑู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุงู„ุดูŽู‘ุงู…ูŽ ุญูŽู…ูุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฃูŽุซู’ู†ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽูˆูŽุนูŽุธูŽ ูˆูŽุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ูˆูŽุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ุจูุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ูู ูˆูŽู†ูŽู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ุซูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู…ูŽ ูููŠู’ู†ูŽุง ุฎูŽุทููŠู’ุจู‹ุง ูƒูŽู‚ููŠูŽุงู…ููŠู’ ูููŠู’ูƒูู…ู’ ููŽุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ุจูุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุตูู„ูŽุฉู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ู ูˆูŽุตูู„ูŽุงุญู ุฐูŽุงุชู ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุจูุงู„ู’ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุฉู ููŽุฅูู†ูŽู‘ ูŠูŽุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุฉู ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ูŽ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุงุญูุฏู

Kalian harus berjamaah, karena tangan Allรขh ada di atas jamaah dan setan bersama orang yang sendirian, (Syuโ€™ab al-Iman, juz 7, halaman: 488).

Hadis-Hadis di atas semuanya mengisyaratkan pentingnya berjamaah sebagai ajaran agama yang sangat fundamental, baik dalam urusan ibadah maupun dalam urusan muamalah, baik secara jasmani maupun secara rohani.

Dalam shalat kita dianjurkan berjamaah; bahkan setengah ulama menghukumi shalat berjamaah itu wajib berdasarkan hadis-hadis Nabi yang antara lain mengancam akan membakar rumah-rumah penduduk yang dekat dengan mesjid tetapi penghuninya tidak mau shalat berjamaah, (Shahih Muslim, juz 1, halaman: 451; Syarh al-Nawawi โ€˜ala Shahih Muslim, juz 5, halaman: 153).

Tujuan paling pokok dari berjamaah adalah melindungi diri dari gangguan iblis yang selalu mencari celah untuk memalingkan manusia dari kebenaran menuju kesesatan, dan mengeluarkan mereka dari cahaya menuju kegelapan.

Kalau yang dimaksud berjamaah hanya semata-mata berjamaah secara jasmani, maka efektivitas perlindungan diri tidak akan tercapai secara maksimal, sebab yang menjadi sarang iblis adalah kalbu manusia, sehingga kalbu pun harus dikondisikan agar juga berjamaah, yaitu dengan melakukan rabitah (merabit mursyid).

Rabitah yang dilakukan secara berkesinambungan melahirkan berbagai fenomena positif sebagai karunia Tuhan yang jenisnya bergantung kepada kehendak-Nya, antara lain yang paling utama adalah mengalami atau merasakan kahadiran Tuhan. Apa yang dialami Nabi Yusuf As. ketika nyaris terjerumus dalam kemesuman merupakan salah satu indikasi atas kenyataan ini.

Di dalam Alquran diceritakan bahwa Yusuf sudah nyaris melakukan perbuatan mesum bersama Zulaikha andai kata ia tidak melihat dan mengalami bukti Tuhannya. Ibn Abbas RA. menjelaskan, yang dikutip oleh Imam al-Thabari dalam Tafsir-nya, bahwa ungkapan andai kata Yusuf tidak melihat bukti Tuhannya dalam surah Yusuf ayat ke-24 tersebut adalah andaikata ia tidak melihat bayangan bentuk wajah ayahnya, (Tafsir al-Thabari, juz 16, halaman: 34, nomor 19013). Dari penjelasan Ibn Abbas ini semakin jelas bahwa Yusuf mengalami rabitah secara otomatis dengan izin Allรขh SAW

ูˆูŽุบูŽู„ูŽู‘ู‚ูŽุชู ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ูˆูŽุงุจูุŒ ูˆูŽุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ู„ููŠูŽุญูู„ูŽู‘ ุณูŽุฑูŽุงูˆููŠู’ู„ูŽู‡ูุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ู‡ููˆูŽ ุจูุตููˆู’ุฑูŽุฉู ูŠูŽุนู’ู‚ููˆู’ุจูŽ ู‚ูŽุงุฆูู…ู‹ุง ูููŠ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชูุŒ (ุชูุณูŠุฑ ุงู„ุทุจุฑูŠุŒ ุฌ 16ุŒ ุต: 34ุŒ ุฑู‚ู… 19013)

Dalam hal berdzikir kepada Allรขh khususnya, melakukan rabitah merupakan keharusan, karena jalan yang ditempuh dalam berdzikir adalah jalan rohani yang sangat halus dan penuh dengan ranjau-ranjau iblis yang selalu berusaha memalingkannya dari jalan Allรขh untuk kemudian menjerumuskannya ke dalam kesesatan.

Dalam kaitan inilah Imam al-Nawawi al-Jawi menegaskan dalam kitabnya Nihayah al-Zain, Orang yang berdzikir wajib mengikuti salah seorang Imam dari Imam-imam tasawuf, (Nihayah al-Zain (Bairut: Dar al-Fikr, t.t.) halaman: 7).

Sumber: Alif.ID

15. Suluk

Dalam wacana sufi, perjalanan dalam menempuh jalan-jalan menuju Tuhan disebut dengan suluk. Adapun orang yang melakukan perjalanan disebut sรขlik.

Asas pertama tarekat adalah al-Iradah, yaitu kehendak atau kemauan bulat untuk selalu mendekatkan diri kepada Allรขh SWT dengan menapaki jalan-jalan (menuju-Nya) secara sungguh-sugguh sedemikan rupa sehingga yang bersangkutan benar-benar mengalami dan merasakan (kehadiran) Tuhan (Rukun Ihsan: Seolah-olah beribadah melihat Allรขh SWT apabila tidak maka sadirilah bahwa Allรขh SWT melihatnya). Perintah Tuhan mengenai hal ini sangat jelas ketika berfirman:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุงุชูŽู‘ู‚ููˆุงู’ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุงุจู’ุชูŽุบููˆุงู’ ุฅูู„ูŽูŠู‡ู ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู„ูŽุฉูŽ ูˆูŽุฌูŽุงู‡ูุฏููˆุงู’ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ูู‡ู ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชููู’ู„ูุญููˆู†ูŽ ๏ดฟูฃูฅ๏ดพ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allรขh, dan carilah wasilah, serta bersungguh-sungguhlah menapaki jalan-jalan (menuju kepada)-Nya agar kamu memperoleh kemenangan atau kesuksesan, (al-Maidah, 5:35).

Sebenarnya tidak hanya manusia yang diperintahkan Tuhan untuk menapaki jalan-jalan-Nya lebah pun bahkan menjadi objek yang dikhitab Tuhan dengan perintah yang sama melalui wahyu yang disampaikan kepadanya, maka tempuhlah jalan-jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan untukmu.

ุซูู…ูŽู‘ ูƒูู„ููŠ ู…ูู† ูƒูู„ูู‘ ุงู„ุซูŽู‘ู…ูŽุฑูŽุงุชู ููŽุงุณู’ู„ููƒููŠ ุณูุจูู„ูŽ ุฑูŽุจูู‘ูƒู ุฐูู„ูู„ุงู‹ ูŠูŽุฎู’ุฑูุฌู ู…ูู† ุจูุทููˆู†ูู‡ูŽุง ุดูŽุฑูŽุงุจูŒ ู…ูู‘ุฎู’ุชูŽู„ูููŒ ุฃูŽู„ู’ูˆูŽุงู†ูู‡ู ูููŠู‡ู ุดูููŽุงุก ู„ูู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฅูู†ูŽู‘ ูููŠ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ุขูŠูŽุฉู‹ ู„ูู‘ู‚ูŽูˆู’ู…ู ูŠูŽุชูŽููŽูƒูŽู‘ุฑููˆู†ูŽ ๏ดฟูฆูฉ๏ดพ

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan, (al-Nahl, 16: 69).

Dalam kasus lebah ini terdapat tanda ketuhanan yang layak direnungkan oleh murid (orang yang berkehendak bulat bertemu dengan Tuhan). Perjalanan menuju Tuhan tidak mungkin dapat dilakukan, dan jalan-jalan menuju Tuhan pun tidak akan pernah tersingkap, kecuali dengan mujahadah (perjuangan yang sungguh-sungguh) yang dimotori oleh iradah tersebut. Hal ini ditegaskan Tuhan dalam sebuah firman-Nya:

ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฌูŽุงู‡ูŽุฏููˆู’ุง ูููŠู†ูŽุง ู„ูŽู†ูŽู‡ู’ุฏููŠูŽู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุณูุจูู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูŽู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ู…ูุญู’ุณูู†ููŠู†ูŽ ๏ดฟูฆูฉ๏ดพ

Dan orang-orang yang ber-mujahadah di dalam Kami, kepada mereka Kami benar-benar menunjukkan jalan-jalan menuju Kami; sesungguhnya Allรขh benar-benar bersama dengan orang yang mengalami ihsan (beribadah seolah-olah melihat Allรขh), (al-Ankabรปt, 29:69).

Latihan kejiwaan

Di dalam suluk, para sรขlik menyibukan diri dengan riyadhah (latihan kejiwaan) dalam Rangka pendekatan diri kepada Allรขh (al-Taqarrub ilallรขh) melalui pengamalan ibadah-ibadah faraidh (wajib) dan nawafil (sunnah), semua aktivitas ini dilakukan di atas fondasi dzikrullah, di samping dzikrullah itu sendiri dijadikan sebagai amalan yang berdiri sendiri, lepas dari ibadah-ibadah lainnya, sebagai wujud konkret pengamalan firman Allรขh SWT dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan Imam al-Bukhari dan Muslim:

ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุนูู…ูŽุฑู ุจู’ู†ู ุญูŽูู’ุตู ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจููŠ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ู…ูŽุดู ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฃูŽุจูŽุง ุตูŽุงู„ูุญู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุธูŽู†ูู‘ ุนูŽุจู’ุฏููŠ ุจููŠ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุง ู…ูŽุนูŽู‡ู ุฅูุฐูŽุง ุฐูŽูƒูŽุฑูŽู†ููŠ ููŽุฅูู†ู’ ุฐูŽูƒูŽุฑูŽู†ููŠ ูููŠ ู†ูŽูู’ุณูู‡ู ุฐูŽูƒูŽุฑู’ุชูู‡ู ูููŠ ู†ูŽูู’ุณููŠ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฐูŽูƒูŽุฑูŽู†ููŠ ูููŠ ู…ูŽู„ูŽุฅู ุฐูŽูƒูŽุฑู’ุชูู‡ู ูููŠ ู…ูŽู„ูŽุฅู ุฎูŽูŠู’ุฑู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจูŽ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุจูุดูุจู’ุฑู ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจู’ุชู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฐูุฑูŽุงุนู‹ุง ูˆูŽุฅูู†ู’ ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจูŽ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุฐูุฑูŽุงุนู‹ุง ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจู’ุชู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูŽุงุนู‹ุง ูˆูŽุฅูู†ู’ ุฃูŽุชูŽุงู†ููŠ ูŠูŽู…ู’ุดููŠ ุฃูŽุชูŽูŠู’ุชูู‡ู ู‡ูŽุฑู’ูˆูŽู„ูŽุฉู‹ุŒ (ุณู†ู† ุงู„ุชุฑู…ุฐูŠุŒ ุฌ 4ุŒ ุต: 418ุŒ ุฑู‚ู…: 3603ุŒ ุตุญูŠุญ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠุŒ ุฌ 4ุŒ ุต: 541ุŒ ุฑู‚ู…: 7405).

Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia berdzikir kepada-Ku; jika ia berdzikir kepada-Ku dalam dirinya,maka Aku berdzikir kepadanya dalam diri-Ku; jika ia berdzikir kepada-Ku dalam suatu kelompok, maka Aku berdzikir kepadanya dalam kelompok yang lebih baik daripada mereka. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta; jika ia mendekat kepada-Ku sehasta; maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku dalam keadaan berjalan, maka Aku mendatanginya dalam keadaan berlari, (Sunan at-Tirmidzi, juz 4, halaman: 418, nomor: 3603, Shahih al-Bukhari, juz 4, halaman: 541, nomor: 7405).

Intinya semua sunnah Nabi sebagai model Alquran yang hidup, nyata, dan sempurna, yang dalam bahasa Aisyah diungkapkan dengan redaksi akhlak Nabi adalah Alquran, (Musnad Ahmad, juz 6, halaman: 91, al-Muโ€™jam al-Awsath, juz 1, halaman: 30), diwujudkan secara konkret dan sungguh-sungguh dalam suluk. Berkekalan dalam wudhu, berdzikir dalam setiap keadaan (berdiri, duduk dan berbaring), berjamaah dalam semua salat wajib, menjaga moderasi antara lapar dan kenyang, menghiasi waktu malam dengan berbagai ibadah dan shalat sunah, mengosongkan qalbu dari selain Allรขh SWT, mengarahkan segenap konsentrasi dan perhatian sebagian contoh sunnah Nabi yang dipraktekkan dalam suluk.

Suluk sekaligus merupakan jalan menuntut ilmu dan maโ€™rifah yang dengannya Allรขh SWT melempangkan jalan menuju surga yang notabene jalan menuju Allรขh SWT sendiri karena surga tidak ada kecuali di sisi Allรขh. Sebuah Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Muslim, dan imam-imam Hadis lainnya, mendukung kenyataan ini:

ู…ูŽู†ู’ ุณูŽู„ูŽูƒูŽ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ุงู‹ ูŠูŽุทู’ู„ูุจู ูููŠู’ู‡ู ุนูู„ู’ู…ุงู‹ ุณูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‡ู ุทูŽุฑููŠู’ู‚ู‹ุง ู…ูู†ู’ ุทูุฑูู‚ู ุงู„ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู

Barangsiapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, niscaya Allรขh memudahkan baginya jalan menuju surga, (Sunan at-Tirmidzi, juz 5, halaman: 48, Sunan Ibn Majjah, juz 1, halaman: 71).

Sumber: Alif.ID

16. Suluk dalam Pandangan Ibnu Taimiyah

Ibnu Taimiyah yang selama ini dituding sebagai anti tarekat ternyata justru sangat mendukung suluk sebagai unsur fundamental dalam tarekat. Dalam kaitan ini ia menegaskan dalam Majmรปโ€™ al-Fatawรข-nya, โ€Suluk adalah menempuh jalan yang diperintahkan Allรขh dan Rasul-Nya berupa realisasi akidah, ibadah, dan akhlakโ€.

Semua ini sangat jelas dalam ibadah Alquran dan Sunnah, karena suluk menempati posisi makanan yang merupakan keharusan bagi orang mukmin. Oleh karena itu, semua sahabat mengenal suluk dengan petunjuk Alquran dan Sunnah dan sekaligus dari penyampaian Rasul sendiri.  Mereka tidak membutuhkan ahli-ahli fiqih dari kalangan sahabat, dan tidak pernah saling bertentangan satu sama lain.

Ini berbeda ketika ahli-ahli membicarakan fikih. Mereka cenderung saling bertentangan dalam kasus-kasus fiqih. Mereka berbicara dalam fatwa-fatwa yang diminta oleh suatu kelompok mengenai kasus-kasus yang berkaitan dengan fikih.

Adapun masing-masing dari mereka yang melakukan suluk, mendekatkan diri kepada Allรขh SWT dengan mengintensifkan ibadah yang diwajibkan dan yang disunnahkan,  berpedoman kepada Alquran dan Sunnah. Jika salah seorang dari mereka dalam hal itu berbicara dengan perkataan yang tidak ia sandarkan kepada dirinya sendiri, maka perkataan itu atau maknanya disandarkan kepada Allรขh dan Rasul-Nya.

Kadang-kadang di antara mereka ada yang mengucapkan kata-kata hikmah, dan hal itu ternyata berasal dari Nabi SAW sendiri. Ini sama dengan kata-kata hikmah, yang dikatakan orang dalam menafsirkan firman Allรขh nurun โ€˜ala nurin (cahaya di atas cahaya), (Majmรปโ€™ al-Fatawรข, juz 19, halaman: 273).

Lebih jauh Ibn Taimiyah menegaskan bahwa masalah suluk merupakan bagian dari masalah akidah yang semuanya ditetapkan dalam Alquran dan Sunnah sehingga tidak layak dipertentangkan: โ€œMasalah suluk merupakan salah satu jenis masalah akidah; semuanya ditetapkan dalam Alquran dan Sunnah. Mereka (para sahabat) tidak pernah saling bertentangan dalam masalah akidah dan tidak pula dalam masalah tarekat (jalan) menuju Allรขh. Apalagi, dengan tarekat seseorang dapat menjadi salah seorang wali dari wali-wali Allรขh yang abrar (bebas dari noda durhaka)  dan muqarrabin, (didekatkan kepada Allรขh).

Oleh karena itu, syaikh-syaikh tarekat sufi jika memerlukan rujukan dalam perkara-perkara syariat seperti yang berkenaan dengan nikah, warisan, bersuci, sujud sahwi, dan yang semacamnya,  akan mengikuti (taklid) ahli-ahli fiqihโ€ฆberijtihad. Barang siapa di antara mereka mengikuti Rasul, maka ia benar, dan barangsiapa menyimpang dari Rasul, maka ia salahโ€, (Majmรปโ€™ al-Fatawรข, juz 19, halaman: 274).

Jadi, dalam pandangan Ibn Taimiyah, sebuah pandangan yang sangat ideal, suluk merupakan masalah akidah sehingga tidak dapat didekati dengan pendekatan fikih, atau merupakan realisasi konkret dari tasawuf yang oleh Imam Muhammad Ibn Ahmad bin Jazi al-Kalabi al-Gharnathi disebut sebagai fikih batin, (al-Qawanin al-Fiqhiyyah li Ibn Jazi, halaman: 277).

Hal-hal yang berkenaan dengan suluk semuanya didasarkan pada Alquran dan Sunnah. Khalwat Nabi SAW di Gua Hiraโ€™, khususnya, menjadi rujukan utama bagi para salik sebagaimana ditegaskan juga oleh Buya Hamka ketika ia mengatakan: โ€œMaka kaum Shufiyah yang menyucikan dirinya dalam khalwatnya itu, pun mengambillah contoh teladan atas amal-amal mereka dalam khalwat, suluk dan tarekat, dan bermacam-macam sistem yang lain: khalawat dan tahannust Nabi di Gua Hiraโ€™, sampai terbuka hijab kegaiban oleh kemurnian jiwaโ€, (Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, halaman: 23).

Melalui suluk yang memenuhi syarat dan rukunnya, seseorang dengan izin Tuhannya akan mencapai tauhid yang murni atau โ€œmengalamiโ€ Allรขh Swt secara haqq al-Yaqin (keyakinan yang hak yang tidak bercampur dengan keraguan sedikit pun), sehingga tidak lagi memerlukan argumentasi-argumentasi logis mengenai keberadaan dan keesaan-Nya. Ia sudah mendapatkan pancaran cahaya langsung dari Allรขh SWT sehingga ia pun berjalan di muka bumi bagaikan pelita yang menerangi sekelilingnya.

Pelita mereka berasal dari nรปrun โ€˜ala nรปrin (cahaya di atas cahaya). Ibn al-Qayyim al-Jawziyah sambil mengutip firman Allรขh SWT dalam ayat ke 35 dari surah al-Nur menggambarkan  dengan ungkapan: โ€œLampu-lampu seseorang yang โ€˜mengalamiโ€™ Allรขh SWT secara tahkik (muwahhid) dan yang berjalan (salik) di atas jalan dan tarekat Rasul menyala dan bersinar dari pohon yang diberkati. Pohon zaitun yang tidak tumbuh di Timur dan tidak pula di Barat, yang minyaknya sudah hampir bisa menerangi tidak disentuh api. Nurun โ€˜ala nurin, Allรขh membimbing kepada cahaya-Nya orang-orang yang dikehendaki-Nya, dan Allรขh SWT membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusiaโ€, (Madรขrij al-Sรขlikin, juz 3, halaman: 98).

Suluk, Realisasi Khalwat, Uzlah, dan Iโ€™tikaf

Dalam tarekat sufi suluk dipahami dan diwujudkan dalam bentuk khalwat dan โ€˜uzlah, yaitu mengasingkan diri selama jangka waktu tertentu (10, 20, atau 40 hari) di sebuah tempat yang bebas dari kebisingan dan hiruk pikuk duniawi.

Teladan yang diambil oleh para salik dalam hal ini seperti ditegaskan Buya Hamka adalah kegemaran Nabi melakukan khalwat dan tahannuts di Gua Hiraโ€™. Imam al-Bukhari dan Muslim serta beberapa imam Hadis lainnya meriwayatkan sebuah Hadis bahwa umm al-Muโ€™min Aisyah berkata:

ุซูู…ูŽู‘ ุญูุจูู‘ุจูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ุฎูŽู„ุงูŽุกู ููŽูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุฎู’ู„ููˆ ุจูุบูŽุงุฑู ุญูุฑูŽุงุกู ููŽูŠูŽุชูŽุญูŽู†ูŽู‘ุซู ูููŠู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุชูŽู‘ุนูŽุจูู‘ุฏู ุงู„ู„ูŽู‘ูŠูŽุงู„ูู‰ูŽุŒ (ุณู†ู† ุงู„ูƒุจุฑู‰ ู„ู„ุจูŠู‡ู‚ู‰ุŒ ุฌ 9ุŒ ุต: 6).

Nabi digemarkan oleh Allรขh untuk melakukan khalwat, beliau selalu berkhalwat di Gua Hiraโ€™ dan melakukan tahannuts di sana, yaitu beribadah selama beberapa malam tertentu, (Sunan al-Kubrรข lil Baihaqi, juz 9, halaman: 6).

Para sufi melakukan suluk di masjid-masjid atau surau-surau yang oleh Alquran disebut sebagai rumah-rumah yang diizinkan Allรขh SWT untuk dimuliakan dan dijadikan tempat berdzikir menyebut asma-Nya

ูููŠ ุจููŠููˆุชู ุฃูŽุฐูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู† ุชูุฑู’ููŽุนูŽ ูˆูŽูŠูุฐู’ูƒูŽุฑูŽ ูููŠู‡ูŽุง ุงุณู’ู…ูู‡ู ูŠูุณูŽุจูู‘ุญู ู„ูŽู‡ู ูููŠู‡ูŽุง ุจูุงู„ู’ุบูุฏููˆูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุขุตูŽุงู„ู ๏ดฟูฃูฆ๏ดพ

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, (al-Nรปr, 24:36).

Rumah-rumah semacam inilah yang oleh para salik dijadikan tempat khalwat dan โ€˜uzlah; mereka menetap disitu selama beberapa hari untuk melakukan ibadah dan dzikir secara intensif. Dengan demikian, tidak mengheRAnkan apabila suluk mereka disebut juga dengan Iโ€™tikaf yang dari segi bahasa bermakna berdiam di sebuah tempat selama jangka waktu tertentu.

Dalam kasus ini para salik merujuk kepada Iโ€™tikaf Nabi SAW selama sepuluh hari dalam bulan RAmadhan. Dalam Shahih al-Bukhari disebutkan bahwa โ€˜Aisyah RA. berkata:

ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุนู’ุชูŽูƒููู ุงู„ู’ุนูŽุดู’ุฑูŽ ุงู„ุฃูŽูˆูŽุงุฎูุฑูŽ ู…ูู†ู’ ุฑูŽู…ูŽุถูŽุงู†ูŽ

Nabi SAW selalu Iโ€™tikaf selama sepuluh hari terakhir dari bulan bulan RAmadhan sampai Allรขh mewafatkan beliau, (Shahih Muslim, juz 2, halaman: 830).

Dan satu yang barangkali penting digarisbawahi di sini adalah bahwa Iโ€™tikaf pada dasarnya merupakan ibadah tersendiri; artinya tidak harus terkait dengan keharusan berpuasa dan tidak harus pula terkait dengan bulan Ramadhan. Imam al-Hakim dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa Nabi SAW bersabda:

ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุนู’ุชูŽูƒููู ุตููŠูŽุงู…ูŒ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณูู‡ู ู‡ูŽุฐูŽุง ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุตูŽุญููŠู’ุญู ุงู„ู’ุฅูุณู’ู†ูŽุงุฏูุŒ (ุงู„ู…ุณุชุฏุฑูƒุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 439)

Tidak ada keharusan berpuasa atas orang yang beriโ€™tikaf kecuali ia menetapkan puasa itu untuk dirinya sendiri, (al-MustadRAk, juz 1, halaman: 439).

Imam al-Baihaqi dan beberapa Imam Hadis lainnya meriwayatkan dari Aisyah RA. bahwa ia berkata: โ€œNabi SAW pernah melakukan Iโ€™tikaf selama sepuluh hari pertama bulan syawalโ€.

ูˆูŽูˆูŽุงุนูŽุฏู’ู†ูŽุง ู…ููˆุณูŽู‰ ุซูŽู„ุงูŽุซููŠู†ูŽ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู‹ ูˆูŽุฃูŽุชู’ู…ูŽู…ู’ู†ูŽุงู‡ูŽุง ุจูุนูŽุดู’ุฑู ููŽุชูŽู…ูŽู‘ ู…ููŠู‚ูŽุงุชู ุฑูŽุจูู‘ู‡ู ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู†ูŽ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู‹ โ€ฆ.๏ดฟูกูคูข๏ดพ

Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan TauRAt) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam, (Q.S al-Aโ€™rรขf: 142).

Ibn al-Qayyim al-Jawziyah mengutip pendapat ulamaโ€™ yang mendukung keabsahan Iโ€™tikaf sebagai ibadah yang mandiri ketika ia mengatakan: โ€œIโ€™tikaf merupakan ibadah yang berdiri sendiri, sehingga puasa tidak menjadi syarat dalam iโ€™tikaf sebagaimana halnya ibadah-ibadah lainnya seperti haji, salat, jihad dan ribath (merabit); iโ€™tikaf adalah menetap di suatu tempat tertentu untuk melakukan ketaatan kepada Allรขh Taโ€™ala, sehingga puasa tidak menjadi syarat dalam iโ€™tikaf sebagaimana halnya ribath (merabit); dan iโ€™tifaf merupakan qurbah (pendekatan diri kepada Allรขh) itu sendiri sehingga puasa tidak menjadi syarat dalam iโ€™tikaf sebagaimana halnya hajiโ€, (Hasyiyah Ibn al-Qayyim, juz 7, halaman: 106).

Satu hal yang pasti adalah bahwa suluk yang dilakukan dengan ikhlas semata-mata mencari ridha Allรขh SWT akan melahirkan manusia baru, yang dari dalam hatinya memancar mata air dan sumber-sumber hikmah yang kemudian mengalir pada lisannya. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Nabi SAW

ุฃุจูˆ ู‡ุฑูŠุฑุฉ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡: ู‚ุงู„: ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ู ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู…: ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุตูŽ ู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู’ู†ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ุธูŽู‡ูŽุฑูŽุชู’ ูŠูŽู†ูŽุงุจููŠู’ุนู ุงู„ู’ุญููƒู’ู…ูŽุฉูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู„ูุณูŽุงู†ูู‡ู. ุฃุฎุฑุฌู‡ ุฑุฒูŠู†ุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ูู‰ ุฃุญุงุฏุซ ุงู„ุฑุณูˆู„ุŒ ุฌ 11ุŒ ุต: 557ุŒ ุนูˆุงุฑู ุงู„ู…ุนุงุฑูุŒ ุต: 255)

Barangsiapa mengikhlaskan dirinya selama empat puluh pagi (hari) kecuali dari kalbunya memancar sumber-sumber hikmah yang mengalir pada lisannya, (Jรขmiโ€™ Ushรปl fi Ahรขdits al-RAsรปl, juz 11, halaman: 557; `Awรขrif al-Maโ€™รขrif, halaman: 255).

Hadis tersebut mengisyaratkan bahwa suluk dapat membidani kelahiran manusia baru yang utuh sehingga layak dijadikan sarana pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan yang selama ini lebih banyak menjadi slogan daripada kenyataan.

Sumber: Alif.ID

17. Beragam Tarekat Satu Hakikat

Tarekat adalah satu tradisi keagamaan dalam Islam yang sebenarnya sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Bahkan, perilaku kehidupan beliau sehari-hari adalah praktek kehidupan rohani yang dijadikan rujukan utama oleh para pengamal tarekat dari generasi ke generasi sampai sekarang.

Adapun dalam konteks wirid, Nabi SAW telah memberikan isi dzikir kepada para sahabat sesuai dengan derajat dan ahwalnya. Secara khusus ada dua sahabat yang diberikan oleh Rasulullรขh SAW:

  1. Sahabat Abu Bakar al-Shiddiq. Ia mengambil dari beliau dzikir ismu al-Mufrad yaitu โ€œAllรขhโ€.
  2. Sahabat Ali bin Abi Thalib. Ia  mengambil dari beliau dzikir al-nafi wa al-itsbat yaitu โ€œla ilaha illallรขhโ€. Sebagaimana disebutkan oleh beberapa sumber sejarah, sahabat Ali bin Abi Thalib RA para suatu hari datang kepada Nabi SAW. Kemudian Nabi bersabda, โ€œWahai Ali kamu harus melanggengkan dzikir kepada Allรขh SWT dalam keadaan sendiri (khalwat)โ€.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           Sahabat Ali berkata, โ€œIni adalah fadhilah dzikir. Setiap manusia melakukan dzikir.โ€ Maka Rasulullah bersabda, โ€œ Wahai Ali kiamat tidak akan terjadi selama disebut lafadz โ€œAllรขhโ€. Lalu sahabat Ali bertanya, โ€œBagaimana cara aku berdzikir wahai Rasulullah?โ€ Lalu Rasulullah menjawab, โ€œPejamkan matamu lalu dengarkan aku tiga kali, lalu ucapkanlah tiga kali sekiranya aku mendengar.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     Kemudian Rasulullah bersabda, โ€œLaa ilaaha illallรขhu tiga kali, sambil memajamkan kedua mata beliau seraya mengeraskan suara dan Ali mendengar. Lalu Ali mengucapkan  Laa ilaaha illallรขhu tiga kali, sambil memajamkan kedua mata beliau seraya mengeraskan suara dan Rasulullah SAW Mendengarโ€, (Abd Rahman Jabarut, Tarikh โ€˜Ajaibu al-Atsar fi al-Tarajim wa al-Akhbar, Juz 1, halaman: 346).

Sejak munculnya tasawuf Islam di akhir abad kedua hijriyah, sebagai kelanjutan dari gerakan golongan Zuhhad, muncullah istilah โ€œTarekatโ€ yang tampilan bentuknya berbeda dan sedikit demi sedikit menunjuk pada suatu yang tertentu, yaitu sekumpulan akidah-akidah, akhlaq-akhlaq dan aturan-aturan tertentu bagi kaum Sufi. Pada saat itu disebut โ€œTarekat Shufiyyahโ€ (metode orang-orang Sufi) menjadi penyeimbang terhadap sebutan โ€œTarekat Arbabi al-Aql wa al-Fikrโ€ (metode orang-orang yang menggunakan akal dan pikiran.

Yang pertama lebih menekankan pada dzauq (rasa), sementara yang kedua lebih menekankan pada burhan (bukti nyata atau empiris). Istilah โ€œtarekatโ€ terkadang digunakan untuk menyebut suatu pembimbingan pribadi dan perilaku yang dilakukan oleh seorang mursyid kepada muridnya. Pengertian terakhir inilah yang lebih banyak difahami oleh banyak kalangan, ketika mendengarkan kata โ€œtarekat.โ€

Pada perkembangan berikutnya, terjadi perbedaan diantara tokoh Sufi di dalam menggunakan metode laku batin mereka untuk menggapai tujuan utamanya, yaitu Allรขh SWT dan ridhanya. Ada yang menggunakan metode latihan-Iatihan jiwa, dari tingkat terendah, yaitu nafsu ammarah, ke tingkat nafsu lawwamah, terus ke nafsu muthmainah, lalu ke nafsu mulhimah, kemudian ke tingkat nafsu radhiyah, lalu ke nafsu mardhiyyah, sampai ke nafsu kamaliyyah.

Ada juga yang menggunakan metode takhalli, tahalli dan akhirnya tajalli. Ada pula yang menggunakan metode dzikir, yaitu dengan cara mulazamatudz-dzikri, yakni melanggengkan dzikir dan senantiasa mengingat Allรขh dalam keadaan apapun.

Perlu digarisbawahi di sini, bahwa meskipun nama tarekat dan metodenya beragam tapi tujuan dan hakekatnya satu. Hal ini sesuai dengan pernyataan para imam dan Syaikh tarekat. Di antaranya adalah:

  1. Imam al-Junaid bin Muhammad(297 H): Ahli Sufi adalah penghuni satu rumah, dimana orang lain tidak dapat memasukinya, (al-Risalah al-Qusyairiyah, halaman: 127).
  2. Imam Ibnu Arabi(638 H): Sesungguhnya para ahli adzwaq (Tarekat) jelas berada pada satu jalan, (al-Futรปhรขt al-Makkiyah, juz 3, halaman: 213).
  3. Ibnu โ€˜Ajibahmenjelaskan pernyataan Ibnu Bana Sirqisthi: Madzhab Sufi telah disepakati maksud dan aktifitasnya meskipun berbeda-beda jalurnya. Sesungguhnya al-Haq adalah satu dan jalannya adalah satu meskipun berbeda-beda jalurnya, titik akhirnya satu dan Rasanya (dzauq) satu. Maknanya sebagaimana dikatakan bahwa tarekat-tarekat itu bermacam-macam dan jalan al-Haq adalah satu. Madzhab Sufi adalah kesesuaian atau kesamaan antara ushul dan furuโ€™, (al-Futuhรขt al-Ilahiyah, halaman: 101).
  4. Razaq Qasyani(730 H), โ€œMaksud saya, sesungguhnya jalan (thariq) dan tujuan (ghayah) adalah hakekatnya satu, yaitu Al-Haq (Allรขh Swt)โ€, (Syarah Fushรปsh al-Hikam, halaman: 155).
  5. Qadir Isa: Sesungguhnya jalan (thariq) hakekatnya satu, meskipun beRagam metode amaliyah dan tata cara sesuai dengan ijtihad pada masa, situasi dan kondisi saat itu. oleh karena itu muncul beRagam tarekat sufi yang mana hakikatnya adalah satu, ( Haqaiq โ€˜an al-Tasawuf, halaman: 272).

Selain beberapa pernyataan di atas, ada beberapa pernyataan senada yang mungkin terlalu banyak kalau semuanya ditulis. Diantaranya adalah:

  1. Syaikh Abu Nasr Siroj al-Thusi(378 H), (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 457).
  2. Syaikh Abu Thalib al-Makki(386 H), (Qรปth al-Qulรปb, juz 2, halaman: 79).
  3. Imam Abu Hamid Muhammad aL-Ghazรขli(505 H), (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, halaman: 255).
  4. Syaikh Ahmad Shawi al-Maliki al-Khalwati(1241 H), (al-AsRAr al-RAbbaniyah wa al-Fuyudhat al-Rahmaniyah, halaman: 45).
  5. Syaikh Muhammad Kansus Tijani(1294 H), (Kasyfu al-Hijab, halaman: 329).
  6. Syaikh Muhammad Abu al-Faidl al-Manufi(1312 H), (Maโ€™alim al-Thariq ila Allรขh, halaman: 262).

Kebanyakan orang menganggap bahwa tasawuf terdiri dari beberapa madzhab dan aliran. Mereka menyamakan dengan bidang keilmuan yang menggunakan analisa logika sebagaimana filsafat. Kalau filsafat menggunakan analisa logika maka pantas muncul beberapa aliran. Sedangkan tasawuf adalah pengalaman seseorang (tajribah), maka tetap satu madzhab dan tidak terjadi brRagam aliran. Kalau kenyataan jalan (tarekat) tasawuf bermacam-macam, tetapi adanya perbedaan dan beragam jalan tersebut, semuanya menuju satu tujuan, (lihat al-Taโ€™arruf limadzhab ahli al-Tashawuf, halaman: 12-13).

Melihat beberapa pernyataan di atas maka sangat jelas sekali bahwa meskipun nama tarekat dan metodenya beragam tapi tujuan dan hakikatnya satu, yaitu al-Haq Allรขh SWT (ilahi anta maqshudi waridlaka mathlubi).

Sumber: Alif.ID

18. Nama-Nama Tarekat Sedunia

Tarekat sangat banyak jumlahnya. Mari kita mengenal mereka secara mendalam. Namun terlebih dahulu, lihat dan baca dulu seratusan nama tarekat di bawah ini. Penjelasan lebih lanjut hadir di ngaji berikutnya
  1. Tarekat al-Ibรขhiyyah
  2. Tarekat al-ittihรขdiyyah
  3. Tarekat al-Ahmadiyyah atau Badawiyah: Tarekat syaikh Badawi, (w. 1276 M), mempunyai beberapa cabang, yaitu :
  • Tarekat as-Syannawiyyah
  • Tarekat al-Marรขziqah
  • Tarekat al-Kannรขsiyyah
  • Tarekat al-Inbรขbiyyah
  • Tarekat al-Humรปdiyyah
  • Tarekat al-Munรขfiyyah
  • Tarekat as-Salamiyyah
  • Tarekat al-Halbiyyah
  • Tarekat az-Zรขhidiyyah
  • Tarekat as-Syuโ€™aibiyyah
  • Tarekat at-Tasqiyรขniyah
  • Tarekat al-โ€˜Arabiyyah
  • Tarekat as-Sathuwihiyyah
  • Tarekat al-Bandรขriyyah
  • Tarekat al-Musallimiyyah atau Tarekat Sarnabalillah
  • Dan Tarekat Bayumiyyah.
  1. Tarekat al-Idrisiyyah: cabang dari Tarekat al-Khรขdhirรฎyah daeRAh โ€˜Ashir
  2. Tarekat al-Adhamiyyah: dinisbatkan pada Syaikh IbRAhim bin Adham
  3. Tarekat al-Ismaโ€™รฎliyyah: Tarekat  daeRAh Qordofah
  4. Tarekat al-Isyrรขqรฎyyah: mengikuti Tarekat  SuhRAwardiyah al-Halbรฎ, nama lengkapnya Syihabuddin Yahya bin Habsyi bin Amirqi as-SuhRAwardi al-รฎsyrรขqรฎyyah dijuluki as-Suhrรขwardi al-Maqtul.
  5. Tarekat al-AsRAfiyyah: cabang dari tarekat Syadziliyah di turki (Abdullah ar-Rumi)
  6. Tarekat al-Iโ€™ti basyiyyah: cabang dari tarekat Khalwatiyah
  7. Tarekat ightisyรขsyiyyah: cabang dari tarekat Kubrรขwiyah di Khurosan
  8. Tarekat Akbariyyah: Tarekat  Hรขtimiyyah
  9. Tarekat โ€˜Amirul Ghunyah: cabang Hรขtimiyah dari Tarekat  Idrisiyyah
  10. Tarekat al-Ummi Sananiyyah: Tarekat  Sananiyyah
  11. Tarekat al-Awyasiyyah: dinisbatkan kepada Uwais al-Qorni
  12. Tarekat al-Bรขbรขiyyah
  13. Tarekat al-Buhuriyyah
  14. Tarekat al-Burรขqiyyah
  15. Tarekat al-Burhaniyyah atau Tarekat  al-Burhamiyyah atau Dasuqiyah, cabangnya tarekat al-Sahawiyah dan tarekat al-Syarรขbanah
  16. Tarekat al-Basthรขmiyyah atau al-Thaifuriyyah: dinisbatkn pada syaikh Abi Yazid Thaifur al-Busthami
  17. Tarekat al-Bakriyyah: dari mesir cabangnya Tarekat  al-Qรขdiriyah dan Tarekat  al-Khalwatiyyah
  18. Tarekat al-Bukรขiyyah: keturunan sudan berbasis Qรขdiriyah, dan memiliki dua cabang yaitu Fadhliyah dan Saidiyah al-Banawah cabang dari tarekat al-Qรขdiriyah
  19. Tarekat al-Bunuhiyah: tarekat Maghribiyah (maroko)
  20. Tarekat al-Bairiyah: tarekat dari jalan Qiliqiyah
  21. Tarekat al-Bairuhajat: tarekat Afghoniyah dari pengikut al-Anshori al-Harowi
  22. Tarekat al-Byromiyah: pendirinya adalah haji Byrom keturunan Turki dari tarekat al-Shafawiyah, terpecah menjadi:
  • al-Hamzawiyah
  • al-Syaikhiyah
  • al-Hammatiyah
  1. Tarekat al-Bayumiyah: cabang dari al-Ahmadiyah
  2. Tarekat al-Bataiyyah: tarekat Tunisiyah maroko
  3. Tarekat al-Tijaniyah: tarekat jazariyah maghribiyah tersebar hingga ke sudan
  4. Tarekat al-Tasyasyatiyah: tarekat india, afganistan
  5. Tarekat al-Jabawiyah: tarekat al-Saโ€™diyah
  6. Tarekat al-Jarahiyah: cabang turki dari tarekat al-Khalwatiyah
  7. Tarekat al-Jazuliyah: cabang tarekat al-Syadziliyah, diantaranya adalah cabang:
  • al-Darqowah
  • al-Hammadasyah
  • al-AiSAWiyah
  • al-Syarqowah
  • al-Thaibiyah
  1. Tarekat al-Jalalah: cabang tarekat al-Qรขdiriyah dalam maghrib maroko
  2. Tarekat al-Jalaliyah al-Najariyah: cabang tarekat al-Suhrรขwardiyah, daeRAh india dinisbatkan kepada syaikh Makhdum Jihaniyan, w. 1383 M.)
  3. Tarekat al-Jamaliyah: cabang farisy dari tarekat al-Sahrurodiyah, pendirinya adalah ardestani (alm) keturunan ke-15 masehi. Dan juga tarekat al-Jamaliyah yaitu tarekat Turki yang bertempat di Istanbul
  4. Tarekat al-Jalwatiyah: cabang Turki shofwiyah, cabangnya adalah:
  • tarekat al-Hasyimiyah
  • al-Rusyaniyah (Kalsyaniyah)
  • al-Fanaโ€™iyah
  • al-Hudzaโ€™iyah dinisabtkan kepada syaikh Junaid
  1. Tarekat al-Junaidiyah: keturunan Junaidi dan cabangnya adalah:
  • tarekat al-Khawajikan
  • al-Kubrรขwiyah
  • al-Qรขdiriyah
  1. Tarekat al-Hatimiyah: keturunan ibnu arรขby (Akbariyah)
  2. Tarekat al-Habibiyah: cabang dari tarekat al-Syadiliyah
  3. Tarekat al-Haririyah: cabang dari Tarekat ar-Rifaiyyah
  4. Tarekat al-Hafnawiyah: cabang dari tarekat al-Khalwatiyah (wafat 1767 M.)
  5. Tarekat al-Hakimiyah: dinisbatkan kepada imam hakim at-Tรฎrmรฎdzi
  6. Tarekat al-Hallajiyah: dinisbatkan kepada al-Hallaj
  7. Tarekat al-Hamadasyiyah: cabang maghroby dari tarekat al-Jazulawiyah yang mempunyai cabang:
  • tarekat al-Daghwaghiyah
  • tarekat al-Shadaqiyah
  • tarekat al-RAbahiyah
  • tarekat al-Qasimiyah
  1. Tarekat al-Hamzawiyah: gabungan tarekat dari tarekat al-BiRAmiyah dan tarekat al-Malamiyah
  2. Tarekat al-Hanshaliyah: tarekat bangsa maghRAbiyah (Maroko)
  3. Tarekat al-Haidariyah: cabang dari tarekat al-Qondariyah (Paris atau PRAncis)
  4. Tarekat al-Khรขdiriyah atau Khidriyah: tarekat yang dinisbatkan pada ibnu Dabbagh, cabangnya:
  • al-Murghaniyyah
  • al-Idrisiyyah
  • al-Sanusiyyah.
  1. Tarekat al-KhaiRAziyah: dinisbatkan pada Abi Saโ€™id al-Khiroz
  2. Tarekat al-Khafifiyah: Ibnu Khofif as-Syirozi
  3. Tarekat al-Khafiyah: nama laqab dari tarekat an-Naqsyabandiyah di negara china dan Turkistan.
  4. Tarekat al-Khalwatiyyah: cabang tarekat Suhrowardiyyah di kurosan (IRAn) cabang yang di turki adalah:
  • Sarรขhiyah Ightibasyiyah as-Sayaqiyah
  • al-Niy aziyah
  • al-Sunbรปliyah
  • al-Syamsiyyah
  • al-Kalfaniyyah
  • as-Syujaโ€™iyah

cabang di Mesir adalah:

  • al-Dhaโ€™ifiyyah
  • al-Hafnuwiyyah
  • as-Sabaโ€™iyah
  • as-Shawiyah
  • ad-Dardiyah
  • al-mughsiyah
  • an-Naubah
  • al-Hรฎjaz
  • al-Khalรฎlyyah, di Tunisia
  • al-Khumรปsiyyah al-Khawรขjรขkรขn di IRAn merupakan cabang Tarekat al-Junaidi, di daeRAh Turkinistan disebut al-Yusรปwiyah dinisbatkan pada syaikh Yusuf al-Hamdzรขnรฎ
  • ad-Darqรขwah cabang Tarekat al-Jazรปliyyah, Tarekat ad-Darqawah memiliki cabang:
  • al-Bauzรฎdiyah al-Kitรขniyyah
  • al-hรฎrรขqiyyah
  1. Tarekat al-Khilyaliyah
  2. Tarekat al-Khumusiyah
  3. Tarekat al-Khรขwajakรขn
  4. Tarekat al-Khowรขthoriyyah
  5. Tarekat al-Dardiriyah
  6. Tarekat al-Darqowah
  7. Tarekat ad-Dasuqiyah: Burhaniyah
  8. Tarekat ad-Dahriyah: berkembang di negara Yaman, China dan Turki
  9. Tarekat ad-Dahabiyah: sebutan tarekat al-Kubrowiyah di Paris atau PRAncis
  10. Tarekat ar-Rohhรขliyyah
  11. Tarekat ar-Rohmรขniyyah: cabang kholwatรฎ.
  12. Tarekat ar-RosรปliSyรขhiyyah di India
  13. Tarekat ar-RAsyidiyah: cabang tarekat al-Yusufiyyah.
  14. Tarekat ar-Rifaโ€™iyyah: cabang dari Tarekat ini adalah:
  • Tarekat as-Suriyah
  • al-Haririyah
  • as-Saโ€™diyah
  • as-Siyadiyah

sedangkan di mesir cabangnya bernama:

  • Tarekat al-Baziyah
  • al-Malikiyah
  • Tarekat al-Habibiyah.
  1. Tarekat ar-Rukniyah: cabang dari tarekat al-KubRawiyah berkembang di IRAq dinisbatkan kepada (โ€˜alaโ€™ ad-Daulah as-Samnani (w. 1336 M))
  2. Tarekat ar-RAusyiniyah: cabang tarekat Khalwatiyyah berkembang di Mesir dan Turqi, dinisbatkan pada Syaikh al-Kalsyรขni 1553 M (cabang Tarekat as-SuhRAwardiyah).
  3. Tarekat ar-Rumiyah atau Tarekat Asrofiyyah
  4. Tarekat az-Zarruqiyah: cabang iRAn dari tarekat as-Syadzili dinisbatkan pada Syaikh Zaruq
  5. Tarekat az-Ziyaniyah: cabang maghrobi dari tarekat as-Syadzili
  6. Tarekat az-Zainiyah: cabang tarekat as-Suhrowardiyyah di turki
  7. Tarekat as-Sรขlimiya atau Sahliyah
  8. Tarekat as-Sabโ€™รฎniyah: tarekat yang dinisbatkan kepada Ibnu Sabโ€™in
  9. Tarekat as-Siqthiyah: Tarekat yang dinisbatkan kepada Sari as-Siqthi (w. 867 M)) di turki
  10. Tarekat as-Salรขmiyah atau Tarekat โ€˜Arรปsiyah
  11. Tarekat as-Sulthรขniyah: turkinistaniyah
  12. Tarekat as-Samรขniyah: cabang tarekat as-Syadzili dinisbatkan kepada Muhammad Abdul Karim as-Samani al-Madani
  13. Tarekat as-Sunbuliyah: cabang tarekat Khalwatiyah di turki
  14. Tarekat as-Sannan Ummiyah: di turki
  15. Tarekat as-Sananiyah: di tunis
  16. Tarekat as-Sanusiyah: di libya
  17. Tarekat as-Suhrowardiyyah: dinisbatkan kepada Abdul Qohir as-Suhrowardi disebut juga Siddรฎqiyah berdasarkan nama Abu Bakar as-Siddiq dan memiliki cabang yaitu:
  • Jalรขliyah
  • Jamaliyah
  • Khalwatiyah
  • RAusyaniyah
  • Shofwiyah
  • Zainiyah
  1. Tarekat as-Sahliyah: dinisabtkan kepada syaikh Sahal at-Tastari
  2. Tarekat as-Suhailiyah: cabang tarekat jazair as-Syadzili
  3. Tarekat as-Sayรขriyah: dinisbatkan kepada syaikh Abil Abbas as-Sayari
  4. Tarekat as-Syadziliyah: cabangnya adalah:
  • al-Habรฎbiyah
  • al-Karzรขziyah
  • an-Nasyiriyah
  • as-Syaikhiyah
  • Syahiliyah
  • al-Yusufiyah
  • az-Zaruqiyah
  • az-Ziyaniyah
  • al-Bakriyah
  • al-Khowathiriyah
  • al-Jauhariyah
  • al-Makkiyah
  • al-Hasyimiyah
  • al-Samaniyah
  • al-โ€˜Afifiyah
  • al-Qรขsimiyah
  • al-โ€˜Arรปsiyah
  • al-Handusyiyah
  • al-Qรขwujiyyah.
  1. Tarekat as-Syarqawah: cabang maghrob dari tarekat al-Jazuliyah
  2. Tarekat as-Syarqรขwiyah: tarekat al-Khalwatiyah
  3. Tarekat as-Syatthรขriyyah: dinisbatkan kepada syaikh abdullah as-Syaththar (w. 1415 M))
  4. Tarekat as-Syaโ€™baniyah: cabang Tarekat Kholwatiyah
  5. Tarekat as-Syaudziyah: cabang Tarekat sabโ€™รฎniyah di turki
  6. Tarekat at-Thรขlibiyah atau Maghribiyah
  7. Tarekat al-โ€˜Arรปsiyah: cabang Tarekat Qรขdiriyah
  8. Tarekat al-โ€˜Azรปziyah: di tunis
  9. Tarekat al-โ€˜Asyรฎqiyyah: adalah Tarekat syathรขriyyah di india dan dinisbatkan kepada Abu Yazid al-โ€˜Isyqi
  10. Tarekat al-โ€˜Alwaniyah
  11. Tarekat al-โ€˜Alรขwiyah: di nisbatkan kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib
  12. Tarekat al-โ€˜Awamiriyah: Berada di Tunisiah
  13. Tarekat al-โ€˜Idrusiyah: Berada di Yaman
  14. Tarekat al-Ghazรขliyah: Berada di MadRasah al-Ghazรขliyah
  15. Tarekat al-Ghautsiyah: cabang Tarekat syathariyah di india
  16. Tarekat Firdausiyyah: cabang Tarekat Kubrรขwiyyah di india
  17. Tarekat Qรขdiriyah: dinisbatkan kepada โ€˜Abdul Qรขdir Jailani dan mempunyai cabang di yaman dan somali:
  • Alyafiโ€™iyah
  • Masyariโ€™iyah
  • โ€˜Arabiyah,
  • dan di india :
  • al-Banawah
  • al-Karzamar,
  • dan di anรขdul :
  • al-AsyRAfiyah
  • Hindiyah
  • al-Khalusiyah
  • Nabalasiyah
  • Rumiyah
  • Waslaniyah
  • dan di mesir :
  • al-FaRAdhiyah
  • Qasimiyah
  • dan di maghribi :
  • โ€˜Amariyah
  • โ€˜Arusyiyah
  • Bauโ€™iliyah
  • al-Jalalah
  • al-Bukaiyah
  1. Tarekat al-Qorrรขโ€™iyyah: berada di tunis.
  2. Tarekat al-Qusyairiyyah: dinisbatkan kepada Imam Qusyairรฎ.
  3. Tarekat al-Qoshรขriyyah: dinisbatkan kepada Khamdรปn al-Qoshรขr dan nama dari Tarekatnya yaitu malamatiyah.
  4. Tarekat al-Qolandariyyah: berada di paris.
  5. Tarekat al-Qunyawiyyah
  6. Tarekat al-Kubrรขwiyah: merupakan cabang Tarekat dari Junaidiyah, cabang-cabangnya yaitu:
  • al-โ€˜Idrusiyah
  • al-Hamdaniyah
  • al-Ightisaiyah
  • an-Nur Bakhsyiyah
  • an-Nuriyati
  • ar-Rukniyah.
  1. Tarekat al-Karzuniyah: cabang Tarekat al-Khafifiyah
  2. Tarekat al-Karzariyah
  3. Tarekat al-Matbuliyah: dinisbatkan kepada syaikh IbRAhim al-Matlubi
  4. Tarekat al-Muhรขsabah: dinisbatkan kepada syaikh Hรขrits al-Muhรขsibรฎ.
  5. Tarekat al-Muhammadiyah: dinisbatkan kepada nabi Muhammad yang pertama menggunakan nama ini adalah Ali al-Khowas dan Abdul Wahhab as-Syaโ€™roni
  6. Tarekat al-Madรขriyah: berada di hindia.
  7. Tarekat al-Madรขniyah: nama awal Imam Syadziliyah.
  8. Tarekat al-MuRAdiyah: berada di turki.
  9. Tarekat al-Murรขzaqรขh: cabang dari Tarekat al-Ahmadiyah.
  10. Tarekat al-Masyisyiah: dinisbatkan kepada Ibnu Masyis.
  11. Tarekat al-Mishriyah: an-Niazayiah cabang dari Tarekat Jalwatiyah.
  12. Tarekat al-Muthรขwaโ€™ah: al-Ahmadiyah.
  13. Tarekat al-MaghRAbiyah: Tarekat berkembang di maghrib yang diikuti oleh murid-murid, penyair paris
  14. Tarekat al-Malamiyah: berada di KhaRasan.
  15. Tarekat al-Malamatiyah: al-Hamzawiyah cabang Tarekat al-BiRAmiyah di turki.
  16. Tarekat al-Manshuriyyah: berada di al-Halajiyah.
  17. Tarekat al-Maulawiyyah: dinisbatkan kepada Jalaluddin ar-Rumiy, cabangnya al-Bustansyiniyah wal Irsyadiyah.
  18. Tarekat an-Niโ€™matulliyyah: Tarekat syiโ€™ah di kota Kurman paris yang bersumber dari Tarekat Qรขdiriyyah al-Yafiโ€™iyah.
  19. Tarekat an-Naqsyabandiyah: berada di Turkistan dari Thaifuriyah
  20. Tarekat al-Khalidiyah: Tarekat an-Naqsyabandiyah dinisbatkan kepada Khalid an-Naqsyabandi.
  21. Tarekat an-Nuruddiniyah: berada di JaRAkhiyah yang dinisbatkan kepada Tarekat ad-Diniyah.
  22. Tarekat an-Nuriyah: yang dinisbatkan kepada Abi Khasin an-Nuri.
  23. Tarekat an-Niyazziyah: cabang dari Tarekat Jalwatiyah di turki.
  24. Tarekat al-Haddarah: berada di al-Maghrib.
  25. Tarekat al-Warits โ€˜Alisyahiyah: berada di hindia.
  26. Tarekat al-Yusuyah: cabang dari Khawajakan diTurkistan.
  27. Tarekat Yunusiyah: dinisbatkan kepada syaikh asy-Sibaniy, (1222M).
  28. Tarekat al-Haddaiyah: dinisbatkan kepada syaikh Imam al-Haddรขd
  29. Tarekat Jistiyah atau Histiyah: dinisbatkan kepada Muโ€™inuddin al-Jisti
  30. Tarekat Umรขriyah
  31. Tarekat Utsmaniyah
  32. Tarekat al-Abbasiyah
  33. Tarekat az-Zainabiyah
  34. Tarekat Qรขdiriyah an-Naqsyabandiyah: dinisbatkan kepada Syaikh Ahmad Khatib Sambas(1802-1872 M.)
  35. Tarekat Haqqรขniyah an-Naqsyabandiyah: yang dinisbatkan kepada Syaikh Muhammad Nazim Adil al-Haqqani

Berdasarkan rujukan kitab: Mausuโ€™ah as-Shufiyah, halaman: 264-270, Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 2-3, Risalah al-Qusyairiyah, Aโ€™lรขm as-Shรปfiyah, Thabaqรขt as-Shรปfiyah, Thabaqรขt al-Kubrรข, an-Nafahรขt al-Qudsiyah, al-Munqabah al-Auliyรขโ€™, Thabaqรขt al-Qรขdhi al-Zakariyah, Thabaqรขt al-Masyayikh.

Sumber: Alif.ID

19. Pengertian Sufi dan Tasawuf

Ngaji kitab Sabilus Salikin yang disusun oleh pengasuh Pondok Pesantren Ngalah Pasuruan, Sholeh Bahruddin beserta para santri, telah memasuki Bab II yaitu tentang Sufi dan Tasawuf.  Sufi dan tasawuf dimaknai secara berbeda oleh banyak ulama. Terdapat hampir 90 ulama yang memaknainya di dalam kitab Tahdzib al-Asrar fi Ushul al-Tasawwuf, namun untuk edisi ke-19 ini akan dituliskan 45 ulama dulu, dan bersambung di edisi ke-20.


Para โ€˜Ulamaโ€˜ memberikan pengertian berbeda-beda atas makna sufi dan tasawuf. Rasรปlullah SAW bersabda;

ู…ูŽู†ู’ ุณูŽู…ูุนูŽ ุตูŽูˆู’ุชูŽ ุงูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุตูู‘ูˆู’ูู ูŠูŽุฏู’ุนููˆู’ู†ูŽ ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูุคู’ู…ูู†ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฏูุนูŽุงุฆูู‡ูู…ู’ ูƒูุชูุจูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽุงููู„ููŠู’ู†ูŽ

Barangsiapa mendengar suara ahli tasawuf yang sedang berdoโ€™a dan dia tidak mengucapkan amin atas doโ€™anya maka dia termasuk golongan orang yang lalai, (Tahdzรฎb al-Asrรขr fรฎ Ushรปl al-Tasawuf, halaman: 11).

Berikut ini pendapat para โ€˜ulamaโ€˜ sufi tentang pengertian sufi dan tasawuf yang dijelaskan dalam kitab Tahdzรฎb al-Asrรขr fรฎ Ushรปl al-Tasawuf, halaman: 11-22;

  1. Ibrรขhรฎm bin Adham, tasawuf adalah luhurnya sebuah tujuan yang dicita-citakan setiap umat agar terhindar dari tergelincirnya langkah dan melakukan Zuhud (Mencegah) dari apa-apa yang dihalalkan oleh Allรขh SWT, bukan dari sesuatu yang di haramkan Allรขh SWT
  2. Sarri as-Saqathi, sufi adalah seseorang yang tidak pernah padam dari cahaya maโ€˜rifat Allรขh SWT sebab cahaya sifat wiraโ€™i dirinya, orang yang tidak berbicara dengan bathin ilmu yang bisa merusak dhahirnya ilmu, orang yang tidak tertarik dengan kemuliaan yang bisa merusak batas-batas aturan.
  3. Dzunnun al-Mishri, ketika di tanya apakah tasawuf itu lafadz yang musytaq atau julukan? beliau berkata; tasawuf adalah menutupi dan menyimpan amal yang bisa menyebabkan riyaโ€™.
  4. Syaikh Imam al-Junaidรฎ, tasawuf adalah;
    1. Meninggalkan ikhtiyar.
    2. Menjauhi sesuatu yang tidak pantas.
    3. Seseorang yang mempunyai 8 sifat yaitu sakhaโ€™ (dermawan), sabar, ridha, isyarah, ghurbah (menyendiri), berpakaian sufi, siyรขhah (perjalanan ruhani), dan merasa fakir.

al-Junaidรฎ juga menjelaskan bahwa orang sufi memiliki tiga sifat, yakni:

  • Bagaikan bumi, yang semua orang menempatinya baik orang yang taat atau orang tidak taat.
  • Bagaikan mendung yang menaungi siapa saja.
  • Bagaikan hujan yang menyirami orang taat dan yang tidak taat.
  1. Abรป Jaโ€™far al-Naisรขburรฎ, sufi adalah seseorang yang perilaku dan perbuatannya suka memaafkan (pemaaf), mengajak untuk berbuat kebaikan (amar maโ€˜ruf), dan menjauhi dari sifat-sifat bodoh.
  2. Abรป โ€˜Utsman al-Hairi, siapakah orang sufi itu? Beliau berkata;
    1. Orang-orang muโ€˜min yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allรขhโ€ฆ (QS. al-Ahzab: 23)
    2. Orang yang tidak membanggakan amalnya, karena orang yang membanggakan amalnya berarti meremehkan nikmat Tuhannya.
  3. Abu Yazid al-Busthami, tasawuf adalah membuang nafsu dalam Abu Yazid al-Busthami, tasawuf adalah membuang nafsu dalam ibadah, menyandarkan hati pada sifat ketuhanan, berperilaku dengan akhlak yang luhur dan melihat Allรขh SWT secara utuh. Tasawuf juga dapat ditinjau dari tiga sisi;
    1. Syariโ€˜at: membersihkan hati dari kotoRAn dan berperilaku baik pada sesama makhluk dan mengikuti Rasul pada semua syariโ€˜atnya
    2. Haqiqat: tidak ada kejelekan, tidak ada kehidupan, tidak ada keburukan, terbebas dari menghamba kepada syahwat (nafsu), keluar dari syubhat, melebur sifat-sifat kemanusiaan, meninggalkan semua yang dicintai dan cukup dengan Allรขh
    3. al-Haq: Allรขh al-Haq memilih Sufi karena sifatnya yang bersih, sehingga dikatakan golongan yang bersih.
  4. Sahal bin Abdullah, Sufi adalah; orang yang darahnya selalu dialirkan, miliknya selalu dimubahkan, tidak melihat sesuatu kecuali dari Allรขh, mensucikan Allรขh pada semua ciptaan-Nya. Dan tasawuf adalah; Menghindari perselisihan, meRasa tenang terhadap Allรขh SWT, berlindung kepada Allรขh SWT, dan menjauhi makhluk.
  5. Abรป Husain al-Nรปri, tasawuf ialah meninggalkan semua bagian nafsu, bisa menguasai waktu. Dan orang Sufi adalah; mereka yang meRasa tenang ketika tidak ada, dan mengalah ketika ada, mereka yang meninggalkan kepentingan nafsu dan memilih kepentingan Allรขh SWT, serta mereka yang menemukan dan memahami keberadaannya.
  6. Jรขbir bin Dรขwud, tasawuf ialah mengharapkan Allรขh yang Haq pada makhluk tanpa perantara makhluk.
  7. Muhammad bin Alรฎ al-Tirmidzรฎ, orang Sufi ialah orang yang tujuan dan cita-cita utamanya adalah Allรขh yang H
  8. Abรปl Abbรขs bin Masrรปq, orang yang berpura-pura tasawuf akan di siksa dengan siksa yang tidak pernah diberikan kepada seorang makhluk di alam ini, sedangkan orang yang ber-tasawuf dengan sungguh-sungguh akan diberi kenikmatan yang tidak pernah diberikan kepada seorang makhluk di alam ini.
  9. Muznรฎ al-Kabรฎr, tasawuf adalah berbudi pakerti dan mengosongkan tangan dari beberapa harta dan membersihkan jiwa dari berangan-angan serta menjaga Allรขh yang Haq pada setiap keadaan.
  10. al-Wรขlรฎd bin Qรขsim, tasawuf adalah menjaga gerak-gerik sifat dari mengikuti jejak syahwat (hawa nasfu) dan bersegera memilih Allรขh yang Haq dalam segala keinginanya.
  11. Abรป Husain bin Hindun, Tasawuf adalah memurnikan cinta.
  12. al-Kattรขnรฎ, Tasawuf berarti bersih dan menyaksikan, Tasawuf juga berarti budi pekerti, seseorang yang tambah Tasawuf-nya berarti bertambah pula akhlaknya. Orang Sufi ialah orang yang taโ€˜at dan ketika beribadah dianggap masih melakukan kesalahan dan membutuhkan banyak istighfar.
  13. Abรป Ali al-Rudzbรขrรฎ, Tasawuf adalah;
    1. Membersihkan budi pekerti dari kotoRAn seorang hamba
    2. Nama untuk orang-orang yang dipercaya oleh Allรขh dan orang-orang yang dicintai oleh Allรขh
    3. Menetap atau mendiami pada pintu Allรขh sekalipun ditolak
    4. Membatasi kebebasan, dan

Abรป Ali al-Rudzbรขrรฎ juga berkata, bahwa Sufi ialah barangsiapa yang melepas setiap geRAkan dengan berfikir dan tunduk pada jalur takdir serta tidak memperoleh teman kecuali secukupnya.

  1. Husain bin Mansyรปr, Sufi adalah;
    1. Seseorang yang tidak bisa menerima orang lain dan tidak diterima orang lain
    2. Seseorang yang mempunyai sifat dari Allรขh SWT
    3. Orang yang mempunyai sifat seperti yang di Isyarahkan oleh Allรขh SWT di dalam Alquran;
  2. as-Syiblรฎ, Sufi adalah;
    1. Orang yang selalu menepati janji-janji Allรขh SWT
    2. Orang yang tidak memandang di dunia dan akhirat bersama dengan selain Allรขh SWT
    3. Orang yang memutuskan hubungan yang tidak bisa menjadi lantaran kepada Allรขh SWT seperti yang dilakukan oleh Nabi Musa yang memutskan hubungannya dengan kaumnya sehingga melakukan khรขlwat (menyendiri)
    4. Orang yang tidak memiliki sesuatu dan tidak dimiliki oleh sesuatu
    5. Bagaikan anak kecil yang berada dipangkuan Allรขh SWT (dalam kekuasaan) yang Haq

Imam as-Syiblรฎ juga mengatakan bahwa Tasawuf adalah membatasi gerakanmu dan menjaga setiap nafasmu, serta terjaga dari memperhatikan alam semesta (perhatiannya hanya kepada dunia)

  1. Ruwaim, Tasawuf adalah;
    1. Permulaan menggunakan ruh jika mampu, jika tidak mampu jangan sekali-kali sibuk dengan sesuatu yang tidak berguna
    2. Meninggalkan keutamaan diantara dua hal dan melakukan segala amal kebaikan. Imam Ruwaim juga berkata, Sufi ialah melakukan segala amal kebaikan.
  1. โ€˜Amr bin โ€˜Utsmรขn al-Makki, orang Sufi adalah orang yang menggunakan keutamaan waktu yang ada.
  2. Abรปl โ€˜Abbรขs bin โ€˜Athaโ€™;
    1. Orang Sufi adalah orang yang jiwanya bersih dari kotoRAn dan sifat-sifat indRawi
    2. Keutamaan orang Sufi adalah mengalahkan seluruh manusia dengan kepasrahannya
    3. Permulaan Tasawuf adalah sรขlik berdiri di depan Allรขh yang Haq sepertihalnya mayit bearada ditangan orang yang sedang memandikannya, mayit tetap dalam kekuasaan orang yang memandikan dan tidak ada pilihan lain bagi mayit tersebut.
  3. Abbas al-Jarรฎrรฎ, Sufi adalah tidak menghiRAukan terhadap kenikmatan yang dianggap baik dan cobaan yang dianggap jelek. Sedangkan Tasawuf adalah;
    1. Memperhatikan keadaan hati dan tetap teguh pada akhlak/etika
    2. Manusia yang paling utama ketika menyibukkan dirinya dengan memanfaatkan semua waktu yang ada.
  4. Qays bin Abdul Azรฎz, Tasawuf adalah sabar terhadap rekayasa nafsu dan menghindari sesuatu yang dianggap jinak.
  5. Ahmad RAjรขโ€™ al-Makkรฎ, orang Sufi adalah orang yang cara makannya seperti orang yang sakit dan tidurnya seperti orang yang tenggelam, sedangkan Tasawuf ialah tunduk kepada Allรขh yang H
  6. Yahya al-โ€˜Alawรฎ, Tasawuf adalah menetapi (menguatkan) sirrรฎ sampai tidak tersisa (habis)
  7. Abรป โ€˜Abdillah al-QuRAsyรฎ, Tasawuf adalah mengawali dengan menghilangkan sifat-sifat insaniyah (manusiawi) dan diakhiri dengan mengikat sifat-sifat ubudiyah (menghamba).
  8. Abรปl Hadรฎd, Tasawuf adalah Allรขh memuliakanmu di keRajaan-Nya seperti Allรขh memuliakan selainmu dikeRajaan-Nya. (tidak meRasa lebih mulia dari orang lain/tawaddhuโ€˜).
  9. Abรป Khashรฎb, Tasawuf adalah budi pekerti yang tidak sepatutnya digunakan kecuali untuk taat kepada Allรขh SWT
  10. Fรขris al-Baghdรขdรฎ, perilaku Sufi ada 3, antara lain; sadar dan mengambil โ€˜ibรขRAt, malu dan memohon ampun, serta menerima teguRAn dan menerima alasan.
  11. al-Nashรฎbรฎ, Sufi adalah orang yang tidak mengenal lelah untuk mencari Allรขh SWT dan tidak menggelisahkan sebab.
  12. al-Nabรขjรฎ, Tasawuf adalah mensucikan Rahasia dari kotoRAn dengan berpaling pada selain Allรขh yang H
  13. Abรป Turรขb al-Nakhsyabรฎ, Sufi adalah;
    1. Orang yang tidak mengotori segala sesuatu melainkan membersihkan segala sesuatu
    2. Orang yang bersih karena Allรขh SWT
  14. Samnรปn al-Muhibbi, Tasawuf adalah;
    1. Masuk dalam segala budi pekerti yang baik dan keluar dari segala budi pekerti yang jelek
    2. Mengirimkan jiwa dalam hukum Allรขh SWT
  15. Abรป Muhammad al-Murtaโ€˜isyu, Sufi adalah tidak sebaiknya mendahulukan jejak cita-citanya (hawa nafsu)
  16. Abรป Zayd al-Warรขq, Tasawuf adalah sebagaimana firman Allรขh SWT โ€œOrang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allรขh. Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)โ€ (Q.S. al-Ahzab: 23)

โ€ฆุฑูุฌูŽุงู„ูŒ ุตูŽุฏูŽู‚ููˆู’ุง ู…ูŽุง ุนูŽุงู‡ูŽุฏููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ููŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูŽู‘ู†ู’ ู‚ูŽุถูŽู‰ ู†ูŽุญู’ุจูŽู‡ู ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูŽู‘ู†ู’ ูŠูŽู†ู’ุชูŽุธูุฑู ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽุฏูŽู‘ู„ููˆู’ุง ุชูŽุจู’ุฏููŠู’ู„ุงู‹ ๏ดฟุงู„ุฃุญุฒุงุจ: ูขูฃ๏ดพ

Dan sifat mereka adalah sebagaimana firman Allรขh SWT โ€œโ€ฆ.mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosongโ€, (Q.S. Ibrahรฎm: 43)

โ€ฆู„ูŽุง ูŠูŽุฑู’ุชูŽุฏูู‘ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุทูŽุฑู’ููู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽูู’ุฆูุฏูŽุชูู‡ูู…ู’ ู‡ูŽูˆูŽุงุกูŒ ๏ดฟุงู„ุฃุญุฒุงุจ: 34๏ดพ

  1. Ibrรขhรฎm al-Khawรขsh, Tasawuf adalah meninggalkan beban dan mengerjakan uasaha sampai tampak indah (berhasil dengan baik)
  2. Abรป Saโ€˜รฎd al-Hasan bin Yasรขr al-Bashri, Tasawuf adalah senang dalam beribadah, mengeRAhkan kesunguh-sungguhan dan meninggalkan kesibukan perkara yang tidak ada gunanya.
  3. Abรป Sulaimรขn al-Dรขrรขni, Tasawuf adalah pekerjaannya itu hanya Allรขh yang mengetahui, serta bersama Allรขh dan hanya Allรขh yang mengetahui.
  4. Abรป Yaโ€˜qub al-NahRAjรปriketika ditanya perihal Tasawuf, beliau berkata; mereka yang mengadu itu termasuk umat yang tertinggal, dan Tasawuf itu adalah membawa hati dengan menitipkan kehadiRAn kepada Allรขh SWT sehingga Allรขh SWT bercakap-cakap dengan hatinya.
  5. Abรปl Hasan al-Sanjรขri, Sufi adalah orang yang berpuasa dan shalat dengan menetapi ataupun berpaling, baik berzuhud dan menyepi sendiri, baik cepat dan pelan.
  6. al-Hasan bin Ahmad al-Masรปhi, Tasawuf adalah memutus sesuatu yang mengantungkan kepadanya, mengambil dengan kebenaran, berbicara dengan lembut dan putus asa dari makhluk.
  7. Abรป โ€˜Alรฎ al-Makkรฎ, Tasawuf adalah tiga nama/sifat yang terkumpul yaitu; penetapan, keikhlasan dan kebinasaan, penetapan yang dimaksud alah bersama Allรขh SWT, dan keikhlasan itu dari sifat kemanusiaan dan kebinasaan dari Akhlak.
  8. Mimsyรขd al-Dainรปri, Tasawuf adalah;
    1. Kejernihan Rahasia dan amal (perbuatan) karena untuk mencari ridha Allรขh al-Jabbar, dan persahabatan dengan manusia tanpa usaha (mencari)
    2. Kecukupan, sedikit mengetahui manusia, dan meninggalkan sesuatu yang tidak ada gunanya.
  9. Abรป โ€˜Ali al-Hasan al-Asfihรขni, Sufi adalah orang yang memakai pakaian kain wool (bulu domba) yang bersih, orang yang memakan hawa nafsu dengan Rasa pahit, orang yang membuang dunia dibelakang tengkuk, dan mengikuti jejak Nabi SAW.

Sumber: Alif.ID

20. Pengertian Sufi dan Tasawuf (lanjutan)

Sabilus Saikin bagian ke-20 masih melanjutkan pengertian sufi dan tasawuf  menurut ulama dalam kitab Tahdzรฎb al-Asrรขr fรฎ Ushรปl al-Tasawuf. Bagian sebelumnya menjabarkan pengertian sufi dan tasawuf hingga nomor 45. Berikut ini lanjutannya.

  1. Abรป โ€˜Ali al-Hasan, sufi adalah kaum pilihan, dia dipilih maka dia memilih.
  2. Abรป Husain bin Jarรฎr, sufi adalah orang yang tidak terhalangi oleh bumi dan langit dan tidak tertutupi kecuali pandangan yang belawanan.
  3. Abรป Bakar Muhammad bin Mรปsa al-Wasรฎthi, sufi adalah orang yang ucapannya penuh dengan ibarat, serta hatinya menerangi jalan fikirannya.
  4. โ€˜Ali bin Sahal, sufi adalah orang yang bersih dari bencana dan sirna dari melihat pemberian.
  5. Qazuwainรฎ, Tasawuf adalah ilmu yang diperoleh tanpa belajar dan tanpa usaha.
  1. Abรป Jaโ€™far al-Haddรขd, tasawuf adalah merasa tenang terhadap Allรขh SWT, dan Lari dari makhluk.
  2. โ€˜Ali bin โ€˜Abdullah, tasawuf adalah ilmu yang samar sifatnya tapi tetap hakikatnya
  3. Abul Husain al-Zanjรขnรฎ, tasawuf adalah bagusnya amal (perbuatan), sempurnanya โ€˜ubudiyah (ibadah) dan meRasa fakir kepada Allรขh SWT serta bagusnya orang yang mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW.
  4. Abul Husain al-Warรขq, sufi adalah orang yang jika dihadapkan pada dua keadaan, maka dia akan memilih hal yang paling baik dan yang paling luhur.
  1. Abรป โ€˜Abdullah bin Jallรขโ€™, sufi adalah;
    1. Orang yang fakir dan sunyi dari sebab
    2. Orang yang selalu bersama Allรขh SWT dimanapun berada dan dia tidak tercegah dari Allรขh SWT oleh setiap kedudukannya.
  2. Ibnu Yazdรขniyรขr, tasawuf adalah orang yang menerima agama dengan baik, menjaga, membersihkan dan memenuhi.
  3. Ghรขnim bin Saโ€˜รฎd, tasawuf adalah memuliakan kefakiran dan mengagungkan Allรขh yang H
  1. โ€˜Utsmรขn al-Maghribรฎ, tasawuf adalah keadaan hatinya bercampur kebingungan dan orang yang bingung tidak ada nama yang dikenal.
  2. Abรป Hatim al-โ€˜Athรขr, sufi adalah mereka para pemimpin yang membentangkan pemberitahuan.
  3. al-Quhthabรฎ, sufi adalah orang yang mensifati seluruh dhahirnya sebagai pertanda dirinya, meremehkan segala sesuatu yang rusak (sesuatu selain Allรขh), jiwanya resah meninggalkan segala sesuatu yang bisa mendekatkan diri kepada Allรขh SWT (taqarrub), jiwanya memutuskan bukti dan faidah, keadaan jiwanya merasa lemah berhadapan dengan Allรขh SWT.
  1. Abรป Bakar bin Sannรขn, tasawuf adalah engkau menemukan kelemahan dalam dirimu, sehingga kekuasaan (Allรขh) menjadi jelas terhadapmu.
  2. Zanzรขnรฎ, tasawuf adalah menghilangkan kedudukan, tidak menghiraukan kehidupan dunia dan akhirat (lebih mementingkan bermuโ€˜amalah dengan Allรขh), setiap orang yang kembali kepada Allรขh maka dia telah mengesakan Allรขh. setiap orang yang kembali kepada nafsunya maka dia telah menemukannya. Setiap orang yang kembali kepada makhluk maka dia telah menemukan mereka. Dan hal ini telah diketahui.
  1. Yรปsuf bin Husain, beliau berkata;
    1. Tasawuf adalah menanggung resiko dalam bermuโ€˜amalah dengan Allรขh sampai tidak menggunakan beberapa waktu yang dimakruhkan
    2. Orang-orang terbaik dari sufi adalah yang terbaik dari manusia, yang terjelek dari sufi adalah yang terjelek dari manusia, sehingga para sufi adalah yang terbaik atas segala keadaan
    3. Setiap umat memiliki ahli sufi, mereka adalah titipan Allรขh yang keberadaannya diRahasiakan dari manusia.
  1. Abรป Bakar al-Warรขq, sufi adalah orang yang hatinya bersih dari macam-macam kotoran, hatinya selamat dari kejelekan orang lain, hatinya mengakar dengan sifat mengerahkan seluruh kemampuan dan lebih mementingkan kepentingan orang lain daripada kepentingan diri sendiri (ngalah).
  2. Abรป Bakar bin Thรขhir: sufi adalah orang yang tidak cinta dengan jin dan manusia dibanding Allรขh (lebih mencintai Allรขh), karena barang siapa yang cinta tanpa melibatkan Allรขh maka dia tidak beruntung.
  1. al-Zaqรขq, sufi adalah orang yang menjadikan pekerjaannya mengikuti kehendak orang lain (tidak mengecewakan).
  2. Abรป Yaโ€™qub al-Muzรขbili, tasawuf adalah melenyapkan keadaan jiwa dalam sisi kemanusiaan (keadaan hati tidak ditunjukkan kepada manusia).
  3. Hasnรปn al-Dainรปri, tasawuf adalah menjaga dzat yang disembah, meniggalkan sesuatu yang tidak ada, dan mengambil sesuatu dari yang ada.
  1. Abรป Bakar al-Zรขhdรขbรขdรฎ, tasawuf adalah
    1. Meniggalkan Rasa aman dari ajakan nafsu
    2. Tidak hidup kecuali dengan dzat yang wajib wujudnya di dunia dan akhirat.
  2. Abรป Muhammad al-Zanjรขni, tasawuf adalah mengeluarkan kesibukan dunia dari dalam hati.
  3. Abรป Bakar al-HalanjiTasawuf adalah jernih, yang berarti orang yang mendatangi panggilan hakikat, yaitu tidak berbohong.
  1. Abรป Hasan al-Sirwรขni al-Kabรฎr, sufi adalah orang yang selalu bersama dengan al-Waridad (sesuatu pengetahuan ghaib yang datang ke dalam hati tanpa disengaja) bukan bersama wirid.
  2. Jaโ€™far bin Muhammad bin Nashรฎr al-Khalidi, tasawuf adalah menenggelamkan diri dalam ibadah, keluar dari (kebiasaan) manusia, dan melihat kepada Allรขh secara menyeluruh.
  3. Abรป al-Hasan al-Bรปsyanji, tasawuf adalah meringkas harapan, melanggengkan amal (ibadah), memperbanyak takut (kepada Allรขh), dan menyedikitkan malas (beribadah kepada Allรขh).
  1. Abรป Bakar al-Daqi, sufi adalah;
    1. Bangun tidur langsung berdzikir atau tafakkur sampai tertidur
    2. Berhakikat dengan sungguh-sungguh bersama Allรขh.
  2. Abรป โ€˜Abdillah Ahmad bin โ€˜Athรขโ€™ al-Rรปdzabรขri, sufi adalah orang yang merasa nikmat dengan cobaan karena dia tidak memandang terhadap cobaan itu, tetapi cara pandangnya kepada dzat yang telah menentukan cobaan tersebut, Allรขh telah menentukan cobaan itu kepadanya sehingga dia merasakan kenikmatan terhadap sesuatu yang telah ditentukan oleh Allรขh. Pandangan tersebut berlandaskan karena cinta kepada Allรขh sehingga antara cobaan dan nikmat terasa sama.
  1. Umar bin Najรฎd, sufi adalah orang yang bersabar terhadap perintah dan larangan.
  2. Abรป Abdillah bin Khafรฎf, Tasawuf adalah;
    1. Sabar atas berlakunya ketetapan Allรขh dan mengambil sikap seperti sikapnya orang-orang pilihan, tidak mengambil amal yang ringan (rukhshah) karena takut dan lari dari api neraka
    2. Menghilangkan perilaku watak kemanusiaan, meletakkan sifat-sifat ruhaniah, (semua perilaku) berhubungan dengan ilmu hakikat, melakukan amal yang utama karena kehidupan akhirat yang abadi, memberi nasihat kepada seluruh umat, patuh kepada Allรขh SWT secara hakiki, mengikuti syariโ€™at Rasulullah SAW
    3. Tidak lupa, tidak melirik, tidak berpisah dari Allรขh SWT, berbakti kepada orang tua, meninggalkan tuntutan nafsu dan meRasakan Rasa yang sama ketika dipuji dan dicela

Abรป Abdillah bin Khafรฎf juga berpendapat, bahwa sufi adalah orang yang memperhatikan Allรขh dengan sesuatu keadaan jiwa yang wajib dijaganya.

  1. Abรป Sahal: tasawuf adalah berpaling dari pertentangan.
  2. Abรป Qรขsim al-Nashrรขbadi:tasawuf adalah cahaya dari Allรขh yang Haq yang menunjukkan jalan kepada-Nya, dan getaran dari jiwa (khatir) yang berasal dari Allรขh yang memberi tanda isyarat menuju kepada Allรขh.
  1. Husain al-Hamรฎri, sufi adalah;
    1. Orang yang tidak gelisah dalam kegelisahannya dan orang yang tetap dalam (maqam) ketetapannya
    2. Keberadaan Sufi ada dalam al-Wujdu (sesuatu pengetahuan ghaib yang datang ke dalam hati tanpa disengaja) dan sifatnya dalah hijab (penghalang)
    3. Orang yang tidak bisa angkat oleh bumi dan langit tidak bisa menaunginya (menurut Hadis qudsi bahwa langit dan bumi tidak bisa memuat Allรขh, yang bisa memuat Allรขh hanya hati hamba Allรขh)

ู„ูŽุงูŠูŽุณูŽุนูŽู†ููŠู’ ุฃูŽุฑู’ุถููŠู’ ูˆูŽู„ูŽุงุณูŽู…ูŽุงุฆููŠู’ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ูŠูŽุณูŽุนูŽู†ููŠู’ ู‚ูŽู„ู’ุจู ุนูŽุจู’ุฏููŠู’ ุงู„ุชูŽู‘ู‚ูู‰ุŒ (ููŠุถ ุงู„ู‚ุฏูŠุฑ ุŒุฌ 2 ุญุฏูŠุซ 4969)

Dunia adalah alam jasmani sementara hati adalah alam ruhani. Alam jasmani tidak bisa memuat alam ruhani sehingga dikatakan bumi tidak mampu mengangkat dan langit tidak bisa menaungi orang sufi.

  1. Lebih mulia dibanding ungkapan bahasa akan tetapi barangsiapa yang menyicipinya maka dia menemukan rasanya.
  1. Abรป Qasim Al-Rรขzรฎ, tasawuf adalah;
    1. Keadaan jiwa yang tegak bersama dengan Allรขh al-Haq
    2. Tasawuf dapat membuahkan tawaddhuโ€˜, meninggalkan memandang selain Allรขh dan meninggalkan meRasa bahagia dengan kefakiran (merasa lebih utama dari orang lain), melihat keutamaan orang-orang fakir, berubat kebaikan kepada seluruh makhluk baik mukmin dan kafir selama tidak merobohkan syariโ€™at dan masuk pada kemakruhan.
  2. Abรป Bakar al-Husaini al-Mukri, tasawuf adalah menjaga beberapa rahasia dan menjauhi hal-hal yang jelek.
  1. Manshรปr bin Muhammad al-Sajzรฎ, tasawuf itu menyedikitkan makan, tidur, merendahkan nafsu, berusaha sekuat tenaga melaksanakan taat dan meninggalkan maksiat.
  2. Husain bin al-Mutsannรข,tasawuf adalah membersihkan hati dari segala getaran hati yang rusak, dan jiwa bisa merasakan adanya al-Washlu (diterima oleh Allรขh).
  3. Ruwaim al-Junaid, ketika ditanya apa itu tasawuf dan hakikatnya. Beliau menjawab, tasawuf adalah ambillah lahirnya jangan engkau bertanya tentang hakikinya sehigga engkau bisa tenggelam di dalamnya. Lalu Imam Ruwaim berkata, sufi adalah orang yang melaksanakan taat kepada Allรขh tanpa ada yang mengetahuinya kecuali Allรขh.
  1. Basyar, sufi adalah orang yang dikhususkan oleh Allรขh.
  2. Abรป Qรขsim, sufi adalah orang yang bertambah ilmunya maka berkurang watak dasar kemanusiaannya, (Tahdzรฎb al-Asrรขr fรฎ Ushรปl al-Tasawuf, halaman: 11-22).

Selanjutnya, Sayyidina โ€˜Usmรขn bin โ€˜Affan berkata; tasawuf adalah mencari washรฎlah menuju keutamaan, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 1 halaman: 100). Keterangan lain menyebutkan bahwa tasawuf adalah berakhlak dengan akhlak ketuhanan, (Muโ€™jam al-Kalimรขt as-Shรปfiyah, halaman: 22).

Berikut ini penjelasan beberapa โ€˜Ulamaโ€™ tentang tasawuf yang terdapat di dalam kitab Hilyah;

  1. Abรป Yazรฎd al-Rabiโ€˜ bin Khutsaimberkata sesungguhnya tasawuf ialah memuliakan hati dan tidak menghiRAukan unsur lahir/zhahir, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 2, halaman: 5).
  2. โ€˜Urwah bin Zubair, tasawuf adalah menampakkan anugerah dan menyimpan cobaan, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 2, halaman: 70).
  1. Sรขlim bin Abdullah, tasawuf adalah menetapi khudhuโ€˜ (sifat tunduk) dan qunuโ€˜ (sifat rendah diri) serta tidak berkeluh kesah, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 2, halaman: 70).
  2. Abรป al-โ€˜Aliyyah, tasawuf ialah ridha dengan bagian yang diterima dan dermawan dengan kenikmatan, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 2, halaman: 112).
  1. Muhammad bin Wรขsiโ€˜,sesungguhnya tasawuf ialah khusyรปโ€˜ (tunduk), khumรปl (menyembunyikan amal yang baik dan menampakkan amal yang buruk), qunuโ€˜ (sifat rendah diri), dan dzubรปl (sifat layu), (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 2, halaman: 238).

Menurut Imam Qusyairi terdapat ciri-ciri kepribadian dan perilaku orang sufi;

ุนูŽู„ุงูŽู…ูŽุฉู ุงู„ุตูู‘ูˆู’ูููŠู‘ ุงู„ุตูŽู‘ุงุฏูู‚ู: ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูู’ุชูŽู‚ูุฑูŽู‘ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุบูู†ู‰ูŽุŒ ูˆูŽูŠูŽุฐูู„ูŽู‘ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุนูุฒูู‘ุŒ ูˆูŽูŠูŽุฎู’ูู‰ูŽ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ุดูู‘ู‡ู’ุฑูŽุฉูุŒ ูˆูŽุนูŽู„ุงูŽู…ูŽุฉู ุงู„ุตูู‘ูˆู’ูููŠู’ ุงูŽู„ู’ูƒูŽุงุฐูุจู: ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุบู’ู†ููŠูŽ ุจูุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู’ููŽู‚ู’ุฑูุŒ ูˆูŽูŠูŽุนูุฒูŽู‘ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ุฐูู„ูู‘ุŒ ูˆูŽูŠูŽุดู’ุชูŽู‡ูุฑูŽ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุฎูู„ูŽููŽุงุกูุŒ (ุงู„ุฑุณุงู„ุฉ ุงู„ู‚ุดูŠุฑูŠุฉุŒ ุต: 126-127).

Berikut ciri-cirinya yang terbagi menjadi dua;

  • Seorang Sufi Shรขdiq: merasa miskin setelah memperoleh kekayaan, merasa hina setelah mendapatkan kemuliaan, dan menyamarkan dirinya setelah terkenal
  • Seorang Sufi Kรขdzib: merasa kaya akan harta sesudah faqir, merasa mulia setelah hina, merasa terkenal yang mana sebelumnya dia tidak masyhur, (ar-Risรขlah al-Qusyairiyah, halaman: 126-127).

Sementara itu, maqรขm orang sufi ada tiga, diantaranya;

  1. Maqรขm Islรขm, kesempurnaan taqwรข dan istiqรขmah
  2. Maqรขm Imรขn, kesempurnaan thumaโ€˜nรฎnah dan yaqรฎn
  3. Maqรขm Ihsรขn, adalah tingkatan yang tertinggi. Yaitu maqรขm dimana seorang hamba dapat ber-musyรขhadah (melihat Allรขh dengan mata hati) atau merasa selalu diawasi Allรขh, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 84).

Dalam Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™ disebutkan bahwa sufi adalah orang yang tidak memiliki apa-apa, serta tidak dikuasai oleh siapapun.

ูˆูŽู‚ููŠู’ู„ูŽ: ุงู„ุตูู‘ูˆู’ูููŠ ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽู…ู’ู„ููƒู ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽู…ู’ู„ููƒูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒุŒ

Dikatakan bahwa seorang Sufi adalah orang yang tidak memiliki sesuatu, dan tidak pula dimiliki oleh apapun, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 329).

Kemuliaan dan keutamaan para sufi adalah bahwa mereka bisa mencapai Haqรฎqat รŽmรขn dengan mewujudkan tiang atau rukun-rukun รŽmรขn yang diantaranya adalah รŽmรขn kepada Qadar, (baik dan buruknya, manis dan pahitnya) bagi mereka adalah sama dalam arti ridha, pasrah, kesempurnaan maโ€™rifat dan murninya keyakinan baik pada waktu gembiR maupun susah, waktu dalam kehinaan maupun kejayaan, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 69).

Fudhayl bin Iyad menceritakan kisah seorang raja yang terkenal dengan nama Sultan Hรขrun al-Rasyรฎd yang sedang mendengarkan nasihat seorang โ€˜ulamaโ€™ sufi yang bernama Syaikh Rajaโ€˜ bin Hayat yang mengatakan; โ€œWahai sultan jika anda ingin selamat dari siksa Allรขh SWT di akhirat, maka cintailah orang-orang muslim seperti anda mencintai diri sendiri, apa yang anda benci pada diri sendiri berlakukanlah pada diri mereka (jika sudah bisa) lalu matilah sesukamu. Aku mengatakan ini kepada anda karena aku sangat khawatir pada suatu hari anda terpleset dari jalan kebenaran, apakah ada orang mengatakan hal ini pada anda sebelumnya dengan landasan belas kasihan dan memintakan rahmat Allah untuk anda?โ€

Seketika itu, Sultan Hรขrun al-Rasyรฎd menangis sampai tak sadarkan diri. Setelah sadar, Sultan  Hรขrun al-Rasyรฎd minta untuk dinasihati lagi. Kemudian Syaikh Rajaโ€˜ bin Hayat berkata; โ€œWahai pimpinan orang-orang muโ€™min, sesungguhnya paman nabi yang bernama abbas datang kepada nabi lalu bartanya tentang kepemimpinanโ€. Nabi SAW bersabda;

ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงุฑูŽุฉูŽุญูŽุณู’ุฑูŽุฉูŒ ูˆูŽู†ูŽุฏูŽุงู…ูŽุฉูŒ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉูุŒ ููŽุฅูู†ู ุงุณู’ุชูŽุทูŽุนู’ุชูŽ ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุชูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ุฃูŽู…ููŠู’ุฑู‹ุง ููŽุงูู’ุนูŽู„ู’.

โ€œSesungguhnya menjadi pemimpin adalah kesedihan dan penyesalan pada hari kiyamat, jika engkau mampu untuk tidak jadi pemimpin maka lakukanlahโ€.

Mendengar nasihat ini Sultan  Hรขrun al-Rasyรฎd menangis dengan keras lalu Sultan  Hรขrun al-Rasyรฎd meminta nasihat lagi, syaikh Rajaโ€™ bin Hayat berkata wahai orang yang wajahnya tampan anda akan ditanya oleh allah tentang keadaaan ini pada hari kiyamat, jika anda mampu untuk menjaga wajah tampan ini dari jilatan api neraka, maka hati-hatilah tiap pagi dan sore dalam hati anda ada tipu daya kepada salah satu rakyat anda karena Nabi SAW bersabda;

ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุตู’ุจูŽุญูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุบูŽุงุดู‹ู‘ุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฑูุญู’ ุฑูŽุงุฆูุญูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู.

โ€œBarang siapa pada pagi harinya memiliki tipu daya kepada manusia, maka dia tidak akan mencium bau surgaโ€.

Kemudian Sultan Hรขrun al-Rasyรฎd menangis, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 6 halaman: 341).

Sumber: Alif.ID

21. Pembahasan Tasawuf

โ€œBarangsiapa yang bertasawuf tanpa Ilmu Fiqih, maka dia disebut zindiq (orang yang pura-pura beriman), dan barangsiapa yang mendalami Ilmu Fiqih tanpa bertasawuf maka dia disebut fasiq. Barangsiapa yang menyeimbangkan antara keduanya maka dialah ahli haqรฎqat yang sesungguhnya (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 64)โ€

Demikian terjemahan dari kalimat ini:

ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุตูŽูˆูŽู‘ููŽ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชูŽููŽู‚ูŽู‘ู‡ู’ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุชูŽุฒูŽู†ู’ุฏูŽู‚ูŽุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุชูŽููŽู‚ูŽู‘ู‡ูŽ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชูŽุตูŽูˆูŽู‘ูู’ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุชูŽููŽุณูŽู‘ู‚ูŽุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฌูŽู…ูŽุนูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ููŽู‚ูŽุฏู’ ุชูŽุญูŽู‚ูŽู‘ู‚ูŽ

Tidak ada perbedaan pendapat di antara para imam bahwa Allรขh SWT telah menyebutkan di dalam Alquran orang-orang yang tulus,  taat (patuh), tunduk, yakin, ihlas,  berbuat baik, dan orang-orang yang takut kepada Allรขh. Alquran juga menyebutkan  orang-orang yang selalu mengharap ridha Allรขh,  ahli ibadah, orang-orang yang beriโ€˜tikaf,  sabar,  ridha,  tawakal,  tawaddhuโ€˜,  mencintai Allรขh, dan bertaqwa. Mereka adalah orang-orang pilihan,  berbakti, dan  dekat dengan Allรขh.

Tidak ada pula perbedaan pendapat bahwa mereka semua adalah umat Muhammad SAW. Jika mereka tidak ada di masa nabi Muhammad dan memang mustahil keberadaannya di semua masa, maka tentu Allรขh tidak akan menyebutkannya di dalam Alquran dan Rasรปlullah tidak akan menjelaskannya di dalam Hadis, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 20).

ูˆูŽู…ูŽูˆู’ุถููˆู’ุนู ู‡ูฐุฐูŽุง ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู: ุงูŽู„ุฐูŽู‘ุงุชู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูŽู‘ุฉูุŒ ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุจู’ุญูŽุซู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ุจูุงุนู’ุชูุจูŽุงุฑู ู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ููŽุชูู‡ูŽุง : ุฐูŽุงุชู‹ุง ูˆูŽุตูููŽุงุชู ูˆูŽุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุกู : ุชูŽุนูŽู„ูู‘ู‚ู‹ุง ูˆูŽุชูŽู€ุฎูŽู„ูู‘ู‚ู‹ุง ูˆูŽุชูŽู€ุญูŽู‚ูู‘ู‚ู‹ุง. ูˆูŽูˆูŽุงุถูุนูู‡ู: ุงูŽู„ุฑูŽู‘ุณููˆู’ู„ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽุญู’ูŠู‹ุง ูˆูŽุฅูู„ู’ู‡ูŽุงู…ู‹ุง. ูˆูŽุญูŽุฏูู‘ู‡ู: ุตูุฏู’ู‚ู ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽุฌูู‘ู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูฐู‰ ู…ูู†ู’ ุญูŽูŠู’ุซู ูŠูŽุฑู’ุถูŽู‰ุŒ ุจูู…ูŽุง ูŠูŽุฑู’ุถูŽู‰. ูˆูŽุงุณู’ุชูู…ู’ุฏูŽุงุฏูู‡ู: ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจู ูˆูŽุงู„ุณูู‘ู†ูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽุฅูู„ู’ู‡ูŽุงู…ูŽุงุชู ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูู€ุญููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽููุชููˆู’ุญูŽุงุชู ุงู„ู’ุนูŽุงุฑููููŠู’ู†ูŽ. ูˆูŽุซูŽู…ู’ุฑูŽุชูู‡ู: ุชูŽุตู’ูููŠูŽุฉู ุงู„ู’ุจูŽูˆูŽุงุทูู†ู ุจูุงู„ุชูŽู‘ุฎูŽู„ูู‘ูŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุญูŽู„ูู‘ูŠูŽู‘ุฉู ู„ูุชูŽุชูŽู‡ูŽูŠูŽู‘ุฃูŽ ู„ููˆูŽุงุฑูุฏูŽุงุชู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑู ุงู„ู’ุฅูู„ูฐู‡ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ููุชููˆู’ุญูŽุงุชู ุงู„ุฑูŽู‘ุจูŽู‘ุงู†ููŠูŽู‘ุฉู.

Tema pembahasan tasawuf adalah dzat yang maha tinggi (Allรขh), karena yang dibahas tentang maโ€™rifatullah baik dzat, sifat dan nama-nama-Nya dengan taโ€™alluq, takhalluq, dan tahaqquq-Nya. Peletak dasar tasawuf adalah Rasulullah SAW melalui wahyu dan ilham. Batas tasawuf adalah kebenaran dalam ber-tawajjuh (menghadap) kepada Allรขh dari apa saja dan dengan apapun yang diridhai-Nya.

Landasan/dasar tasawuf adalah Alquran, Hadis, ilham para orang-orang shalih dan orang-orang yang maโ€™rifatullah (orang-orang yang terbuka hatinya). Buah tasawuf adalah membersihkan batin dengan takhalliyah (membersihkan batin dari sifat-sifat tercela) dan tahalliyah (membersihkan batin dengan sifat-sifat terpuji) agar siap untuk menerima nur ilรขhiyah (cahaya ketuhanan), (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 60).

Rukun Tasawuf

Ahmad bin Muhammad bin โ€˜Ajรฎbah al-Hasanรฎ menjelaskan beberapa rukun tasawuf berikut ini;

ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง: ุงูŽุฑู’ูƒูŽุงู†ู ุงู„ุชูŽู‘ุตูŽูˆูู‘ูู ู…ูŽุฌู’ู…ููˆู’ุนูŽุฉูŒ ูููŠู’ ุงูŽุฑู’ุจูŽุนูŽุฉู ุงู„ู’ุงูŽุดู’ูŠูŽุงุกูุŒ ูˆูŽู‡ููŠูŽ: ูƒูŽููู‘ ุงู„ู’ุฃูŽุฐูŽู‰ุŒ ูˆูŽุญูŽู…ู’ู„ู ุงู„ู’ุฌูŽููŽุงุŒ ูˆูŽุดูู‡ููˆู’ุฏู ุงู„ุตูŽู‘ููŽุงุŒ ูˆูŽุฑูŽู…ู’ูŠู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุจูุงุงู„ู’ู‚ูŽููŽุง.

Rukun tasawuf ada empat;

  1. Kafful Adzรข, yakni Mencegah penganiayaan/kezhaliman,
  2. Hamlul Jafรข, yakni Sabar (menerima) ketidakramahan atau kebrutalan orang lain,
  3. Syuhudu al-Shafรข, yakni kejernihan hatinya tampak dalam perilakunya, dan
  4. Ramyud Dunyรข bil Qafรข, yakni Menghilangkan kecintaan dunia (zuhud), (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 13).

Lima Pokok/Dasar Tasawuf

ู†ูŽู‚ู’ุถู ุงู„ู’ุฃูุตููˆู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ูƒูŽุงู†ู ู‡ููˆูŽ: ุฅูู‡ู’ู…ูŽุงู„ูู‡ูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽู…ูŽู„ู ุจูุฃูŽุถูŽุฏูŽุงุฏูู‡ูŽุง. ูˆูŽุฃูุตููˆู’ู„ู ุงู„ุชูŽู‘ุตูŽูˆูู‘ูู ุฎูŽู…ู’ุณูŽุฉูŒ: ุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูููŠ ุงู„ุณูู‘ุฑูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽู„ูŽุงู†ููŠูŽุฉู. ูˆูŽุงูุชู’ุจูŽุงุนู ุงู„ุณูู‘ู†ูŽู‘ุฉู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ู. ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุนู’ุฑูŽุถู ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู€ุฎูŽู„ู’ู‚ู ูููŠ ุงู„ู’ุฅูู‚ู’ุจูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุฏู’ุจูŽุงุฑู. ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ุถูŽู‰ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ู‚ูŽู„ููŠู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽุซููŠู’ุฑู. ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ุฌููˆู’ุนู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ุฑูŽู‘ุงุกู ูˆูŽุงู„ุถูŽู‘ุฑูŽู‘ุงุกู.

  • Taqwa kepada Allรขh di kala sepi dan dalam keramaian,
  • Mengikuti sunnah Nabi dalam segala ucapan dan perbuatan,
  • Tidak bergantung terhadap makhluk baik di hadapan maupun di belakangnya,
  • Ridha dengan pemberian Allรขh baik banyak maupun sedikit, dan
  • Semua permasalahan di kembalikan kepada Allรขh baik dalam waktu gembiRA maupun susah, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 354).
  • Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu Tasawuf

ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุซูุจููˆู’ุชู ุดูŽุฑูŽููู‡ู ุจูุงุงู„ู†ูŽู‘ู‚ู’ู„ูุŒ ููŽู„ูŽุง ุดูŽูƒูŽู‘ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ูˆูŽุงู„ุณูู‘ู†ูŽู‘ุฉูŽ ูˆูŽุฅูุฌู’ู…ูŽุงุนูŽ ุงู„ู’ุฃูู…ูŽู‘ุฉู ูˆูŽุฑูŽุฏูŽุชู’ ุจูู…ูŽุฏู’ุญู ุฌูุฒู’ุฆููŠูŽู‘ุงุชูู‡ู ูˆูŽู…ูŽุณูŽุงุฆูู„ูู‡ูุŒ ูƒูŽุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ู‚ู’ูˆูŽู‰ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุตูู‘ุฏู’ู‚ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุฎู’ู„ูŽุงุตูุŒ ูˆูŽุงู„ุทูู‘ู…ูŽุฃู’ู†ููŠู’ู†ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุฒูู‘ู‡ู’ุฏูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ูˆูŽุฑูŽุนูุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูู‘ู„ูุŒ ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ุถูŽู‰ุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุณู’ู„ููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑูŽุงู‚ูŽุจูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุดูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉูุŒ ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑู ุฐูฐู„ููƒูŽ ู…ูู†ู’ ู…ูŽุณูŽุงุฆูู„ูู‡ู.

Keutamaan dan kemuliaan ilmu tasawuf tidak diRagukan di dalam Alquran, Hadis dan Ijmaโ€™ โ€˜Ulamaโ€™ tentang  bagian-bagian dan berbagai permasalahannya, seperti taubat, taqwa, istiqamah, jujur, ikhlas, thumaโ€˜ninah, zuhud, waraโ€™, tawakkal, ridha, berserah diri, kecintaan kepada Allรขh, muraqabah, musyahadah, dan lain sebagainya, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 61).

Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mengetahui perilaku hati (yang baik atau yang tercela) dan cara membersihkan dari sifat-sifat tercela serta menghiasi diri dengan akhlak yang baik dan meninggalkan akhlak yang tercela. Sasaran tasawuf adalah perilaku hati dan panca indra, sedangkan buahnya adalah sucinya hati dan maโ€˜rifat, juga selamat di akhirat dan ridha Allรขh serta kebahagiaan yang abadi.

Sedangkan kemuliaannya adalah;

(ูˆูŽููŽุถู’ู„ูู‡ู) ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ุฃูŽุดู’ุฑูŽูู ุงู„ู’ุนูู„ููˆู’ู…ู ู„ูุชูŽุนูŽู„ูู‘ู‚ูู‡ู ุจูู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูˆูŽ ุญูุจูู‘ู‡ู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู’ู„ุฅูุทู’ู„ุงูŽู‚ู (ูˆูŽู†ูุณู’ุจูŽุชูู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ููˆู’ู…ู) ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ุฃูŽุตู’ู„ูŒ ู„ูŽู‡ูŽุง ูˆูŽุดูŽุฑู’ุทูŒ ูููŠู’ู‡ูŽุง ุฅูุฐู’ ู„ูŽุง ุนูู„ู’ู…ูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ุนูŽู…ูŽู„ูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูู‚ูŽุตู’ุฏู ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽุฌูู‘ู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ููŽู†ูุณู’ุจูŽุชูู‡ู ู„ูŽู‡ูŽุง ูƒูŽุงู„ุฑูู‘ูˆู’ุญู ู„ูู„ู’ุฌูŽุณูŽุฏู.

Keutamaannya ilmu tasawuf sesungguhnya paling mulia karena berhubungan dengan maโ€˜rifat dan cinta kepada Allรขh SWT, sementara hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu yang lainnya adalah menjadi pokok dan syarat atas keberadaan ilmu-ilmu yang lain, karena tidak ada ilmu dan amal kecuali bertujuan tawajjuh kepada Allรขh SWT bisa disimpulkan bahwa hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu-ilmu yang lain seperti halnya ruh dengan jasad, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 406).

Hakikat Tasawuf

Tasawuf adalah sebuah ilmu untuk menggembleng batin yang bertujuan agar keadaan dan perilaku diri menjadi lebih baik, dan semakin dekat dengan Allรขh sang Khaliq. Sehingga tidak salah jika tasawuf disebut sebagai ilmu batin, karena sasaran utamanya adalah sisi batin. Tasawuf adalah ilmu yang paling luhur dan agung, yang paling terang dalam menyinari batin.

ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ุชูŽู‘ุตูŽูˆูู‘ููŽ ูˆูŽูŠูู‚ูŽุงู„ู ู„ูŽู‡ู ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ู’ุจูŽุงุทูู†ู. ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฌูŽู„ูู‘ ุงู„ู’ุนูู„ููˆู’ู…ู ู‚ูŽุฏู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูู‡ูŽุง ู…ูŽุญูŽู„ุงู‹ู‘ ูˆูŽููŽุฎู’ุฑู‹ุง. ูˆูŽุฃูŽุณู’ู†ูŽุงู‡ูŽุง ุดูŽู…ู’ุณู‹ุง ูˆูŽุจูŽุฏู’ุฑู‹ุง . ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ููŽุถูŽู‘ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูŽุงููŽู‘ุฉู ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏูู‡ู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุฑูุณูู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุฆูู‡ู ุตูŽู„ูŽูˆูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ุงูŽู…ูู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’. ูˆูŽุฌูุนูู„ูŽ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุนู’ุฏูŽู†ูŽ ุงู’ู„ุฃูŽุณู’ุฑูŽุงุฑู. ูˆูŽุงุฎู’ุชูŽุตูŽู‘ู‡ูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุจูŽูŠู’ู†ู ุงู’ู„ุฃูู…ูŽู‘ุฉู ุจูุทูŽูˆูŽุงู„ูุนู ุงู’ู„ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑู. ููŽู‡ูู…ู ุงู„ู’ุบููŠูŽุงุซู ู„ูู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ู. ูˆูŽุงู„ุฏูŽู‘ุงุฆูุฑููˆู’ู†ูŽ ูููŠู’ ุนูู…ููˆู’ู…ู ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘.

Sehingga para Mutashawwif atau Sufi (orang yang mempelajari dan berperilaku Tasawuf) adalah orang-orang yang diberikan keunggulan dari semua manusia setelah para Nabi dan Rasul. Dalam hati mereka terkuak rahasia-rahasia langit. Hati mereka penuh dengan cahaya Ilahi dan mereka menjadi penolong dan pelindung bagi umat yang membutuhkannya. Karena hati mereka selalu bersama Allรขh al-Haq (Yang Maha Benar), maka setiap ucapan dan perbuatan mereka bersumber dari al-Haqq, sehingga selalu diarahkan pada kebenaran, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 404).

ู‚ูŽุฏู’ ุนูŽู„ูู‘ู…ููˆู’ุง ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฏูŽูˆูŽุงู…ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ูŠู’ุฑู ู‚ูŽุทู’ุนู‹ุง ูŠูุคูŽุฏูู‘ูŠู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูˆูุตููˆู’ู„ู.

Sudah diketahui bahwa sebuah perjalanan seseorang yang langgeng (ber-tasawuf) dapat mengantarkan pada wushรปl (sampainya seorang sรปfรฎ kepada maโ€˜rifatullah), (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 72).

Wushรปl kepada Allรขh SWT yang dimaksud adalah ketika seorang Sรปfรฎ atau Sรขlik (murid) sampai pada titik kesenangan, ketenangan, dan kerinduan kepada Allรขh SWT yang besar dan jernihnya cinta kepada Allรขh SWT hal ini lah yang kemudian seorang sufi atau salik mendapatkan predikat/gelar al-Shรขdiq, as-Sรขirin, dan al-Thรขlibin. Ketiga gelar ini adalah derajad yang dekat dengan Allรขh SWT, (Nasyโ€™atu al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 265)

Oleh karena itu, ilmu untuk menggembleng dan membenahi sisi batin adalah sebuah ilmu yang hanya diberikan kepada orang-orang yang dipilih oleh Allรขh SWT

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ู’ุจูŽุงุทูู†ู ุณูุฑูŒู‘ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุณู’ุฑูŽุงุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูˆูŽุญููƒู’ู…ูŒ ู…ูู†ู’ ุญููƒูŽู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽู‚ู’ุฐูููู‡ู ูููŠู’ ู‚ูู„ููˆู’ุจู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุดูŽุงุกู ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏูู‡ู . ุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽู‡ู ุงู„ุฏูŽู‘ูŠู’ู„ูŽู…ููŠู’ ุนูŽู†ู’ ุนูŽู„ููŠุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ูู‰ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 324).

Sebagaimana sabda Nabi SAW: โ€œIlmu batin adalah salah satu rahasia dari rahasia-rahasia Allรขh SWT, dan salah satu hukum dari hukum-hukum Allรขh SWT yang diletakkan dalam hati para hamba yang dikehendaki-Nyaโ€. HR. ad-Dailami dari Ali, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 324).

Mati/Lenyapnya Ilmu Tasawuf

Tasawuf atau tarekat akan hilang sebab para ahlinya wafat, dengan demikian akan hilang pula pengetahuan atau ilmunya (haliyah, tradisi-tradisi dll).

ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽู‚ู’ุจูุถู ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูŽ ุงูู†ู’ุชูุฒูŽุงุนู‹ุง ูŠูŽู†ู’ุชูŽุฒูุนูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูุŒ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ูŠูŽู‚ู’ุจูุถู ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ูŽ ุจูู‚ูŽุจู’ุถู ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฅูุฐูŽุง ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุจู’ู‚ูŽ ุนูŽุงู„ูู…ูŒ ุงุชูู‘ู€ุฎูŽุฐูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฑูุคููˆู’ุณู‹ุง ุฌูู‡ูŽู‘ุงู„ู‹ุง ููŽุณูุฆูู„ููˆู’ุงุŒ ููŽุฃูŽูู’ุชูŽูˆู’ุง ุจูุบูŽูŠู’ุฑู ุนูู„ู’ู…ู ููŽุถูŽู„ูู‘ูˆู’ุง ูˆูŽุฃูŽุถูŽู„ูู‘ูˆู’ุง.

Sesungguhnya Alah tidak akan mengambil suatu ilmu dari suatu kaum, akan tetapi Allรขh akan mengambilnya dengan mewafatkan para ulamaโ€™ sehingga tidak ada seorangpun yang โ€˜alim, kemudian mereka menjadikan pemimpin-pemimpin yang bodoh, yang ketika ditanya, maka mereka menjawab (memberikan fatwa) dengan tanpa landasan keilmuan, yang sesat dan menyesatkan, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 15).

Sumber: Alif.ID

22. Istilah-istilah dalam Tasawuf

Penjelasan dan keterangan

Berikut ini adalah penjelasan beberapa istilah;

  • Sรขlik adalah murid, yakni para penempuh jalan ruhani, (Muโ€™jam al-Kalimรขt as-Shรปfiyah, halaman: 190).
  • Tahallรฎ adalah menghiasi diri dengan asma-asma Allรขh sesuai dengan batasan yang telah disyariโ€˜atkan yang sulit untuk dibedakan, (al-Futรปhรขt al-Makkiyah, Juz 4 halaman: 168). Tahallรฎ juga berarti sebgai tahapan penghiasan diri dengan segala amal shalih, (Iqadh al-Himam fรฎ Syarh al-Hikam, halaman: 11-12)
  • Takhallรฎ adalah menyendiri dan berpaling dari hal-hal yang dapat menyibukkan diri dari Allรขh SWT, (al-Futรปhรขt al-Makkiyah, Juz 4 halaman: 169). Takhallรฎ juga berarti tahapan pengosongan dan pembersihan diri dari sifat dan perbuatan tercela, (Iqadh al-Himam fรฎ Syarh al-Hikam, halaman: 11-12)
  • Tajallรฎ adalah nur ilahiyah yang turun kepada seseorang yang bisa membuka hati dari rahasia alam ghaib, (al-Futรปhรขt al-Makkiyah, Juz 4 halaman: 171). Tajallรฎ juga bermaksud sebagai tahapan penampakan diri Tuhan atau nur ilahiyah kepada para salik menuju kedekatan dengan Tuhan (maโ€™rifat billah), (Iqadh al-Himam fรฎ Syarh al-Hikam, halaman: 11-12).
  • Sirrรฎ adalah sesuatu yang tidak bisa diRasakan oleh angan-angan, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 211).
  • Fanaโ€™ dan Baqaโ€™ adalah dua nama yang menjadi sifat seorang hamba yang selalu mengesakan Allรขh SWT Sehingga menjadikan terangkatnya deRajat dari golongan orang โ€˜awรขm menuju kepada deRajat golongan orang yang khรขs (khusus). Artinya Fanaโ€™ dan Baqaโ€™ pada awalnya adalah hilangnya kebodohan sebab tetapnya ilmu dan hilangnya kemaksiatan sebab ketaatan atau kepatuhan, hilangnya lupa kepada Allรขh sebab dzikir dan hilangnya melihat geRAk-gerik hamba disebabkan tetapnya melihat pertolongan Allรขh SWT, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 195). Fanaโ€™ juga berarti hilangnya sifat-sifat yang buruk, dan Baqaโ€™ berarti tampaknya sifat-sifat yang terpuji, (al-Risรขlah al-Qusyairiyah, halaman: 67).

Mengenai hakikat Fanaโ€™ dan Baqaโ€™ dijelaskan;

(ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ููŽู†ูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽู‚ูŽุงุกู) ููŽุงู„ู’ููŽู†ูŽุงุกู ุณูู‚ููˆู’ุทู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ุตูŽุงูู ุงู„ู’ู…ูŽุฐู’ู…ููˆู’ู…ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽู‚ูŽุงุกู ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ุตูŽุงูู ุงู„ู’ู…ูŽุญู’ู…ููˆู’ุฏูŽุฉู. ููŽู…ูŽุชูŽู‰ ุจูŽุฏูŽู„ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุฃูŽูˆู’ุตูŽุงููŽู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุฐู’ู…ููˆูŽู…ูŽุฉูŽ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุญูŽุตูŽู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ููŽู†ูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽู‚ูŽุงุกู. ูˆูŽุงู„ู’ููŽู†ูŽุงุกู ุงูุซู’ู†ูŽุงู†ู: (ุฃูŽุญูŽุฏูู‡ูู…ูŽุง) ู…ูŽุง ุฐูŽูƒูŽุฑู’ู†ูŽุงู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุจููƒูŽุซู’ุฑูŽุฉู ุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุถูŽุฉู (ูˆูŽุงู„ุซูŽู‘ุงู†ููŠู’) ุนูŽุฏูŽู…ู ุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงุณู ุจูุนูŽุงู„ูŽู…ู ุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽูƒููˆู’ุชูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุจูุงู„ู’ุงูุณู’ุชูุบู’ุฑูŽุงู‚ู ูููŠู’ ุนูŽุธูŽู…ูŽุฉู ุงู„ู’ุจูŽุงุฑููŠ ูˆูŽู…ูุดูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉู ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘. (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ 172)

Adapun hakikat fanaโ€™ dan baqaโ€™. Fanaโ€™ adalah hilangnya sifat-sifat yang hina, dan baqaโ€™ adalah wujudnya sifat-sifat yang terpuji. Ketika seorang hamba (sรขlik) mengganti sifat-sifatnya yang hina, maka tercapailah baginya fanaโ€™ dan baqaโ€™. Fanaโ€™ ada 2 macam; pertama sebagaimana yang telah kami sebutkan yaitu dengan memperbanyak riyadhah (olah batin, tirakat; jawa) kedua, tidak adanya pengindraan terhadap โ€˜alam malakut, yaitu dengan menenggelamkan diri dalam keagungan Allรขh Sang Pencipta, dan musyahadah (seakan melihat) Allรขh Yang Haq, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 172, lihat juga di dalam kitab al-Risรขlah al-Qusyairiyah, halaman: 67).

Allรขh SWT telah menetapkan ukuran segala sesuatu sebelum alam diciptakan pada zaman azali. Ketetapan ini dalam bahasa tauhid lebih dikenal dengan istilah qadhaโ€™, yang berarti kehendak atau ketetapan Allah terkait dengan segala sesuatu baik yang wujud maupun tidak wujud. Karena qadhaโ€™ adalah kehendak Allรขh SWT, maka qadhaโ€™ merupakan salah satu sifat dari dzat Allรขh SWT yang qadim (lampau yang tidak ada permulaannya).

ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ู’ู‚ูŽุถูŽุงุกู ููŽู‡ููˆูŽ ุชูŽุนูŽู„ูู‘ู‚ู ุฅูุฑูŽุงุฏูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ุจูุงู„ู’ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกู ูููŠ ุงู’ู„ุฃูŽุฒูŽู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ู‡ููŠูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูููŠู’ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ูŠูŽุฒูŽุงู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ูˆููู’ู‚ู ุนูู„ู’ู…ูู‡ู ููŽู‡ููˆูŽ ู…ูู†ู’ ุตูููŽุงุชู ุงู„ุฐูŽู‘ุงุชู. ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ู’ู‚ูŽุฏูŽุฑู ููŽู‡ููˆูŽ ุฅููŠู’ุฌูŽุงุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุงู’ู„ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุฏูŽุฑู ู…ูŽุฎู’ุตููˆู’ุตูุŒ ูˆูŽูˆูŽุฌู’ู‡ู ู…ูุนูŽูŠูŽู‘ู†ู ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ููŽู‡ููˆูŽ ู…ูู†ู’ ุตูููŽุงุชู ุงู’ู„ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ู ุŒ ููŽุงู„ู’ู‚ูŽุถูŽุงุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ู…ูŒ ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽุฏูŽุฑู ุญูŽุงุฏูุซูŒ. (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต 87)

Setiap ketetapan tersebut diwujudkan dalam qadar dengan ukuran-ukuran tertentu, dan dengan bentuk-bentuk tertentu. Qadar adalah bentuk perwujudan dari sebuah perencanaan Allah pada zaman azali. Karena qadar berhubungan dengan perwujudan terhadap ada atau tidaknya segala sesuatu, maka qadar bersifat Hadis (baru), (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 87).

Berikut ini adalah sebuah Hadis yang menjelaskan bahwa doโ€™a dapat menolak qadhaโ€™ dan perbuatan baik dapat menambah umur.

ู„ูŽุง ูŠูŽุฑูุฏูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽุถูŽุงุกูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ุฏูู‘ุนูŽุงุกูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฒููŠู’ุฏู ูููŠ ุงู„ู’ุนูู…ู’ุฑู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู’ุจูุฑูู‘ (ููŠุถ ุงู„ู‚ุฏูŠุฑุŒ ุฌ 6ุŒ ุต 582)

Rasรปlullah SAW bersabda: โ€œTiada yang bisa menolak qadhaโ€™ (ketentuan Allah) kecuali doโ€™a, dan tiada yang dapat menambah usia kecuali perbuatan baikโ€, (Faydh al-Qadรฎr, juz 6 halaman: 582).

  • Sementara itu ikhlรขs adalah perbuatan yang didasari ketulusan, yakni beRAmal tanpa mengharap imbalan apapun, baik imbalan yang bersifat duniawi maupun imbalan yang bersifat ukhRawi, antara zhahir dan batin sama-sama rela. Pengertian ikhlas ini, lebih lumRAh kita dengar dalam istilah Jawa โ€œsepi ing pamrih, rame ing gaweโ€. Menurut pendapat Syaikh Ruwaim disebutkan bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan kebaikannya layaknya dia menyembunyikan keburukannya, sehingga sama sekali dia tidak ingin menampakkan apalagi memamerkan kebaikan apapun yang pernah dilakukannya. berikut penjelasannya;

ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุงู„ู’ุฅูุฎู’ู„ูŽุงุตู ูƒูู„ูู‘ ุนูŽู…ูŽู„ู ู„ูŽุง ูŠูุฑููŠู’ุฏู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุตูŽุงุญูุจูู‡ู ุบูŽุฑู’ุถู‹ุง ูููŠ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู. ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‡ููˆูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุณู’ุชูŽูˆููŠูŽ ุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู ุงู„ู’ุนูŽุงุจูุฏู ูููŠ ุงู„ุธูŽู‘ุงู‡ูุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุงุทูู†ู. ูˆูŽู‚ููŠู’ู„ูŽ: ุงู„ู’ู…ูุฎู’ู„ูุตู ู…ูŽู†ู’ ูŠูุฎู’ูููŠู’ ุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชูู‡ูุŒ ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูุฎู’ูููŠู’ ุณูŽูŠูู‘ุฆูŽุงุชูู‡ู. (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต 274)

Ruwaim berkata: โ€œIkhlรขs adalah semua perbuatan yang pelakunya tidak mengharapkan bagian baik di dunia maupun di akhiratโ€. Ruwaim selanjutnya berkata: โ€œIkhlรขs adalah penyembahan seorang hamba antara zhahir dan batinnya samaโ€. Dikatakan pula bahwa seseorang yang ikhlรขs adalah (seperti) orang yang menyembunyikan kebaikannya, sebagaimana dia menyembunyikan keburukannya,  (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 274)

ูˆูŽุถูุฏูู‘ ุงู„ู’ุฅูุฎู’ู„ูŽุงุตู ุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุกู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฅูุฑูŽุงุฏูŽุฉู ู†ูŽูู’ุนู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุจูุนูŽู…ูŽู„ู ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู

  • Kebalikan ikhlas adalah riyaโ€™, riyaโ€™ adalah menghendaki kemanfaatan dunia dengan perbuatan akhirat, (Sirรขj al-Thรขlibรฎn, juz 2, halaman: 364).

ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽูƒููˆู†ููˆุงู’ ูƒูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฎูŽุฑูŽุฌููˆู’ุง ู…ูู† ุฏููŠูŽุงุฑูู‡ูู… ุจูŽุทูŽุฑู‹ุง ูˆูŽุฑูุฆูŽุงุกูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆูŽูŠูŽุตูุฏูู‘ูˆู’ู†ูŽ ุนูŽู† ุณูŽุจููŠู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุจูู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู’ู†ูŽ ู…ูุญููŠู’ุทูŒุŒ (ุงู„ุฃู†ูุงู„: ูคูง)

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allรขh SWT Dan (ilmu) Allรขh SWT meliputi apa yang mereka kerjakan, (Q.S. al-Anfรขl: 48)

ูˆูŽุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽ ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏู ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽุฎู’ูˆูŽููŽ ู…ูŽุง ุฃูŽุฎูŽุงูู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู ุงู„ุดูู‘ุฑู’ูƒู ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ุบูŽุฑู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุกู (ุฅุฑุดุงุฏ ุงู„ุนุจุงุฏุŒ ุต: 67ุŒ ุณุฑุงุฌ ุงู„ุทุงู„ุจูŠู†ุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 233).

Imam Ahmad meriwayatkan sebuah Hadis dari Rasรปlullรขh SAW: Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti atas diri kalian adalah syirik kecil yaitu riyaโ€™, (Irsyรขd al-โ€˜Ibรขd, halaman: 67, Sirรขj al-Thรขlibรฎn, Juz 1 halaman: 233).

Riyaโ€™ (pamer) dikelompokkan menjadi 5 bagian:

ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑูŽุงุฆู ุจูู‡ู ูƒูŽุซููŠู’ุฑูŒ ูˆูŽุชูŽุฌู’ู…ูŽุนูู‡ู ุฎูŽู…ู’ุณูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุงู„ู’ู‚ูุณู’ู…ู ุงู„ู’ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุกู ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ุจูุงู„ู’ุจูŽุฏูŽู†ู: ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูุฅูุธู’ู‡ูŽุงุฑู ุงู„ู†ูู‘ุญููˆู’ู„ู ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ููŽุงุฑู ู„ููŠููˆู’ู‡ูŽู…ูŽ ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ุดูุฏูŽู‘ุฉูŽ ุงู„ู’ุงูุฌู’ุชูู‡ูŽุงุฏู ูˆูŽุนูŽุธูู…ูŽ ุงู„ู’ุญูุฒู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู…ู’ุฑู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ูˆูŽุบูŽู„ูŽุจูŽุฉู ุฎูŽูˆู’ูู ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉูุŒ ููŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ููŽูŠูุฑูŽุงุคููˆู’ู†ูŽ ุจูุฅูุธู’ู‡ูŽุงุฑู ุงู„ุณูู‘ู…ูŽู†ู ูˆูŽุตูŽููŽุงุกู ุงู„ู„ูŽู‘ูˆู’ู†ู ูˆูŽุงุนู’ุชูุฏูŽุงู„ู ุงู„ู’ู‚ูŽุงู…ูŽุฉู ูˆูŽุญูุณู’ู†ู ุงู„ู’ูˆูŽุฌู’ู‡ู ูˆูŽู†ูŽุธูŽุงููŽุฉู ุงู„ู’ุจูŽุฏูŽู†ู ูˆูŽู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ุถูŽุงุกู ูˆูŽุชูŽู†ูŽุงุณูุจูู‡ูŽุงุŒ ุงู„ุซูŽู‘ุงู†ูู‰ ุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุกู ุจูุงู„ู’ู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุฒูู‘ูŠูู‘: ุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ู’ู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุฉู ููŽุจูุชูŽุดู’ุนููŠู’ุซู ุดูŽุนู’ุฑู ุงู„ุฑูŽู‘ุฃู’ุณู ูˆูŽุญูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ุดูŽู‘ุงุฑูุจู ูˆูŽุฅูุทู’ุฑูŽุงู‚ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฃู’ุณู ููู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุดููŠูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ู‡ูุฏููˆู’ุกู ููู‰ ุงู„ู’ุญูŽุฑูŽูƒูŽุฉู ูˆูŽุฅูุจู’ู‚ูŽุงุกู ุฃูŽุซูŽุฑู ุงู„ุณูู‘ุฌููˆู’ุฏู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูˆูŽุฌู’ู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑูŽุงุคููˆู’ู†ูŽ ุจูุงู„ุฒูู‘ูŠูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุทูŽุจูŽู‚ูŽุงุชู: ููŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุทู’ู„ูุจู ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ูŽุฉูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุญู ุจูุฅูุธู’ู‡ูŽุงุฑู ุงู„ุฒูู‘ู‡ู’ุฏู ููŽูŠูŽู„ู’ุจูุณู ุงู„ุซูู‘ูŠูŽุงุจูŽ ุงู„ู’ู…ูุฎู’ุฑูู‚ูŽุฉูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุณูŽุฎูŽุฉูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุตููŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุบูŽู„ููŠู’ุธูŽุฉูŽ ู„ููŠูุฑูŽุงุฆููŠูŽ ุจูุบูŽู„ูŽุธูู‡ูŽุง ูˆูŽูˆูŽุณูŽุฎูู‡ูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุตู’ุฑูู‡ูŽุง ูˆูŽุชูŽุฎูŽุฑูู‘ู‚ูู‡ูŽุง ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ููƒู’ุชูŽุฑูุซู ุจูุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุงุŒ ุงู„ุซูŽู‘ุงู„ูุซู ุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุกู ุจูุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู: ูˆูŽุฑููŠูŽุงุกู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ุจูุงู„ู’ูˆูŽุนู’ุธู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุฐู’ูƒููŠู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู†ูู‘ุทู’ู‚ู ุจูุงู„ู’ุญููƒู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุญููู’ุธู ุงู’ู„ุฃูŽุฎู’ุจูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ุขุซูŽุงุฑูุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ููŽู…ูุฑุงูŽุกูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ุจูุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุจูุญููู’ุธู ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ุนูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ู ูˆุงู„ุชูŽู‘ููŽุงุตูุญู ููู‰ ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฑูŽุงุชู ูˆูŽุญููู’ุธู ุงู„ู†ูŽู‘ุญู’ูˆู ุงู„ู’ุบูŽุฑููŠู’ุจู ู„ูู„ู’ุฅูุบู’ุฑูŽุงุจู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ูˆูŽุฅูุธู’ู‡ูŽุงุฑู ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽุฏูู‘ุฏู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู„ูุงุณู’ุชูู…ูŽุงู„ูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆู’ุจูุŒ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุจูุนู ุงู„ุฑูู‘ูŠุงูŽุกู ุจูุงู„ู’ุนูŽู…ูŽู„ู: ูƒูŽู…ูุฑูŽุงุกูŽุงุฉู ุงู„ู’ู…ูุตูŽู„ูู‘ู‰ ุจูุทููˆู’ู„ู ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ู ูˆูŽู…ูŽุฏูู‘ ุงู„ุธูŽู‘ู‡ู’ุฑู ูˆูŽุทููˆู’ู„ู ุงู„ุณูู‘ุฌููˆู’ุฏู ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ูƒููˆู’ุนู ูˆูŽุฅูุทู’ุฑูŽุงู‚ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฃู’ุณูุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ููŽู…ูุฑูŽุงุกูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ุจูุงู„ุชูŽู‘ุจูŽุฎู’ุชูุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุฎู’ุชููŠูŽุงู„ู ูˆูŽุชูŽุญู’ุฑููŠู’ูƒู ุงู„ู’ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽุชูŽู‚ู’ุฑููŠู’ุจู ุงู„ู’ุฎูŽุทูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฎู’ุฐู ุจูุฃูŽุทู’ุฑูŽุงูู ุงู„ุฐูŽู‘ูŠู’ู„ู ูˆูŽุฅูุฏูŽุงุฑูŽุฉู ุงู„ู’ุนูŽุทู’ููŽูŠู’ู†ู ู„ููŠูŽุฏูู„ูู‘ูˆู’ุง ุจูุฐูŽุงู„ููƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ุฎูŽุดูŽู…ูŽุฉูุŒ ุงู„ู’ุฎูŽุงู…ูุณู: ุงู„ู’ู…ูุฑูŽุงุกูŽุงุฉู ุจูุงู„ู’ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ูˆูŽุงู„ุฒูŽู‘ุงุฆูุฑููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฎูŽุงู„ูŽุทููŠู’ู†ูŽ ูƒูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูŠูŽุชูŽูƒูŽู„ูŽู‘ูู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุฒููŠู’ุฑูŽ ุนูŽุงู„ูู…ู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ู„ููŠูู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ููู„ูŽุงู†ู‹ุง ู‚ูŽุฏู’ ุฒูŽุงุฑูŽ ููู„ูŽุงู†ู‹ุงุŒ (ุงุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3ุŒ ุต: 263-264).

Riyaโ€™ (pamer) banyak sekali macamnya dan dikelompokkan menjadi lima bagian:

  1. Riyaโ€™ dalam masalah agama dengan badannya, yaitu dengan memperlihatkan kurusnya badan dan pucatnya wajah agar orang tersebut disangka sebagai orang yang sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah dan sangat prihatin atas perkara agama dan sangat takut kepada akhirat. Adapun ahli dunia maka dia memamerkan dengan menampakkan kegemukannya, bersihnya kulit, tegak bentuk tubuhnya, ketampanan wajahnya, bersih dan kuatnya anggota badan, dsb.
  2. Riyaโ€™ dengan keadaaan tubuh dan penampilan. Adapun riya dengan keadaan tubuh adalah kumalnya rambut, memotong kumis, menundukkan kepala ketika berjalan, pelan-pelan dalam bergerak dan menetapkan bekasnya sujud pada kening. Sedangkan riyaโ€™ dengan penampilan adalah orang yang mendapatkan kedudukan menurut ahli shalรขh (ahli kebaikan) dengan menampakkan kezuhudannya dengan menggunakan pakaian compang-camping, kotor, pendek, kasar kainnya supaya terlihat jelek, kumuh, pendek, dan compang-camping pakaian tersebut sesungguhnya dia tidak termasuk orang yang susah di dunia.
  3. Riyaโ€™ dengan ucapan. Riyaโ€™ ahli agama adalah dengan petuah, memberi nasihat, ucapan yang bijaksana, menjaga Hadis Nabi dan atsar sahabat Nabi. Adapun riyaโ€™ ahli dunia adalah dengan ucapan, yaitu dengan menghafal syair-syair serta pribahasa, fasih dalam mengucapkan kalimat, menjaga kaidah bahasa yang aneh. Bagi orang yang memiliki keutamaan menampakkan Rasa senang pada manusia supaya mendapatkan simpati
  4. Riyaโ€™ dengan perbuatan, seperti riyaโ€™nya orang yang shalat dengan memperpanjang berdiri ketika sholat, menegakkan punggung, memanjangkan sujud dan rukuโ€™ dan menundukkan kepala. Adapun ahli dunia, riyaโ€™nya dengan sombong, menghayal, menggerak-gerakkan kedua tangan, memperpendek langkah kaki, mengambil sesuatu dengan saputangan, mencari simpati supaya memperoleh jabatan dan nama baik
  5. Riyaโ€™ dengan banyaknya sahabat, orang yang berkunjung, teman sejawat, seperti orang yang mempertajam ucapan dengan tujuan supaya para โ€˜Ulamaโ€™ mendatanginya sehingga dia mengatakan sesungguhnya โ€˜Ulamaโ€™ ini telah mendatangi seseorang, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, Juz 3 halaman: 263-264).
  • Berikutnya penjelasan mengenai Ahwal yang merupakan jamaโ€™ dari kata hรขl, yang bermakna sesuatu yang terjadi di dalam hati atau hati yang tertimpa sesuatu. Menurut al-Junaidi, hรขl adalah sesuatu yang singgah di dalam hati. Karena itulah, hรขl tidak bisa kekal, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 40). Hรขl juga berarti sebuah makna atau keadaan yang datang pada hati dan bukan hasil usaha dari diri Sรขlik, (al-Thuruq al-Shรปfiyah, halaman: 57)

Bersambungโ€ฆ

Sumber: Alif.ID

23. โ€œWiraโ€™iโ€

Begitu banyak istilah dalam ilmu tasawuf. Edisi ini masih melanjutkan tema mengenai istilah-istilah dalam tasawuf. Yang pertama adalah wiraโ€™iWiraโ€™i adalah maqam yang mulia.  Rasรปlullah SAW bersabda, โ€œtiang agamu adalah wiraโ€™iโ€œ.

Wiraโ€™i memiliki tiga tingkatan:

1) Orang yang menghindari syubhat, yaitu sesuatu antara halal dan haram. 2) Orang yang menghindari sesuatu yang menghentikan hati dari berdzikir kepada Allรขh SWT. 3) Orang-orang yang terhindar dari sesuatu yang menyibukkan hatinya dari berdzikir kepada Allรขh SWT (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 42).

Orang-orang yang wiraโ€™i juga memiliki perbedaan berdasarkan tingkatannya;

ูˆูŽุงู„ู’ูˆูŽุฑูŽุนู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ูˆูŽุฑูŽุนู ุงู’ู„ุนูŽุงู…ูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽูŠูŽุชูŽูƒูŽู‘ู„ูŽู…ูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูุงู„ู„ู‡ู ุณูŽุงุฎูุทู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุฑูŽุงุถููŠู‹ุงุŒ ูˆูŽูˆูŽุฑูŽุนู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ููŽุธูŽ ูƒูู„ูŽู‘ ุฌูŽุงุฑูุญูŽุฉู ุนูŽู†ู’ ุณูุฎู’ุทู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽูˆูŽุฑูŽุนู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ูŽ

ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุดูุบู’ู„ูู‡ู ูŠูŽุฑู’ุถูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‡ูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 76).

Waraโ€˜ ada tiga macam; Waraโ€˜-nya orang โ€˜awรขm yaitu tidak berbicara kecuali dengan Allรขh SWT, baik dalam keadaan senang atau tidak. Waraโ€˜-nya orang khรขsh adalah dengan menjaga semua anggota tubuh dari kemurkaan Allรขh SWT, dan Waraโ€˜-nya orang akhรขsh yaitu dengan (menjaga) semua kesibukannya agar diridhai oleh Allรขh SWT, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 76).

Berikut ini adalah mutiara nasihat Dzunnun al-Mishri yang terangkum dalam kitab Hilyah:

1. Tiga tanda khauf (takut) adalah; a) waraโ€˜ dari barang syubhat dengan cara memperhatikan ancaman, b) Menjaga lisan dengan memperhatikan keagungan, dan c) Mengobati kesedihan yang berat menjadi lebih ringan daripada menghadapi murka dzat yang sabar lagi pemaaf (al-Halรฎm).

2. Tiga tanda amal ikhlas; a) Pujian dan hinaan dari manusia terasa sama, b) Melupakan pandangan manusia tentang amal karena memandang kepada Allรขh SWT, dan c) Menetapkan pahala amal di akhirat dengan pengampunan Allah dan menetapkannya di dunia dengan pujian yang baik.

3. Tiga tanda kesempurnaan amal adalah; a) Meninggalkan perjalanan keliling negara-negara, b) Menyedikitkan atau meminimalkan kegembiraan karena mendapatkan kenikmatan seperti menghadapi cobaan, dan c) Ketulusan hati pada semua keadaan baik Rahasia maupun terlihat.

4. Tiga tanda โ€˜Amal Yaqin adalah; a) Meminimalkan perbedaan dengan manusia dalam pergaulan, b) Tidak menghiraukan pujian manusia, dan c) Menghilangkan hinaan manusia.

5. Tiga tanda tawakkal; a) Melepaskan hubungan-hubungan dengan manusia, b) Tidak mencari simpati dalam kesempatan untuk menaikkan kedudukan, dan c) Jujur dalam muโ€˜amalah (pekerjaan) dengan sesama mahluk.

6. Tiga tanda kesabaran adalah; a) Menjauhi pergaulan dengan keras, b) Berdiam diri pada saat terkena cobaan, dan c) Menampakkan kekayaan dalam kehidupan padahal berada dalam jeratan kefakiran

7. Tiga tanda hikmah adalah; a) Melepaskan jiwa dari keterikatan dengan manusia, b) Menasihati manusia menurut kadar akalnya sehingga mereka mampu melakukan nasihat tersebut. Sedangkan yang ketiga beliau tidak menyebutkan.

8. Tiga tanda zuhud adalah; a) Angan-angan yang pendek, b) Cinta kefakiran, dan c) Merasa cukup dengan kesabaran.

9. Tiga tanda ahli ibadah adalah; a) Mencintai waktu malam untuk digunakan tahajjud, berdzikir dan berkhalwat, b) Tidak suka dengan datangnya tubuh karena terlihat manusia, dan c) Lupa dengan amal-amal yang baik karena takut timbul fitnah.

10. Tiga tanda tawaddhuโ€˜; a) Mengecilkan diri karena mengetahui celah pada dirinya, b) Menghormati manusia karna menghormati ke-Esaan Allรขh SWT, dan c) Menerima kebenaran dan nasihat dari orang lain

11. Tiga tanda dermawan adalah; a) Memberikan sesuatu padahal dirinya membutuhkan, b) Takut meRasa cukup karena pemberiannya tidak diikuti orang lain, dan c) Takut jiwanya meRasa cukup karena berhasil memasukkan kebahagiaan kepada manusia.

12. Tiga tanda budi pekerti yang baik adalah: a) Meminimalkan perbedaan terhadap manusia yang bergaul, b) Memperbaiki ahlak yang ditolak (jelek), dan (c) Menetapkan tercegahnya nafsu yang selalu mencela terhadap orang-orang yang berselisih dengannya tanpa mengetahui aib mereka.

13. Tiga tanda belas kasih Rasul bagi makhluk; beliau tidak menyebutkan yang pertama, melainkan yang kedua dan yang ketiga, yaitu: b) Menangisi (sedih dalam hati) terhadap anak yatim dan orang-orang miskin, dan c) Menghilangkan hinaan terhadap musibah orang muslim dan memberikan nasihat kepada manusia.

14. Tiga tanda orang-orang yang berkecukupan dengan Allรขh SWT adalah: a) Tawaddhuโ€˜ kepada orang-orang faqir dan orang-orang yang hina, b) Mengagungkan terhadap orang-orang kaya yang sombong, dan c) Meninggalkan bergaul dengan orang-orang yang cinta dunia lagi sombong.

15. Tiga tanda malu: a) Menemukan kedamaian dalam hati dengan hilangnya keresahan, b) Memenuhi kholwatnya dengan tafakkur bagaikan darah yang mengalir dalam tubuh, dan (c) MeRasakan kewibawaan Allรขh SWT dengan muraqabah yang jernih.

16. Tiga tanda maโ€˜rifat adalah: a) Menerima apa adanya atas semua yang ditetapkan oleh Allรขh SWT, (b) Memutuskan semua hal yang merintangi jalan menuju Allah. (c) Bangga dengan Allรขh SWT

17. Tiga tanda taslรฎm (orang yang pasrah): a) Menerima semua ketentuan-ketentuan Allรขh SWT dengan senang hati, b) Bersabar ketika menerima cobaan, dan c) Bersyukur ketika dalam kebingungan, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 8 halaman: 31-32).

Kemudian, Dzunnun al-Mishri meneruskan kembali nasihat-nasihatnya di halaman berikutnya:

1. Tiga tanda al-Hummul (menyembunyikan amal baik); a) Tidak bicara kepada orang atau mencegah pembicaraan, b) Tidak suka menampakkan ilmu di depan teman, dan c) MeRasa menemukan sesuatu yang menyakitkan ketika memberi nasihat, karena tidak menyukai perkataan.

2. Tiga tanda al-Hilm (sabar dan pemaaf) adalah; a) Meminimalkan amarah saat perbedaan pendapat dan menerima manusia karena tawaddhuโ€˜ kepada Allรขh SWT, b) Melupakan perbuatan jelek seseorang dan memaafkannya, dan c) Membalas kejelekan seseorang dengan kebaikan.

3. Tiga tanda Taqwรข; a) Meninggalkan kesenangan yang tercela walaupun ada kesempatan melakukannya, b) Melakukan amal-amal kebaikan walaupun nafsu berlari darinya, dan c) menyampaikan amanat kepada pemiliknya walaupun ada kebutuhan terhadapnya.

4. Tiga tanda yang menempel (dekat) dengan Allรขh SWT; a) Lari kepada Allรขh SWT dalam semua keadaan, b) Meminta kepada Allรขh SWT atas segala sesuatu, dan c) Meminta arahan tiap waktu terhadap-Nya.

5. Tiga tanda rajaโ€˜ adalah; a) Beribadah dengan manisnya hati, b) Bernafaqah (bersedekah) di jalan Allรขh SWT karena meyakini adanya pahala, dan c) Tiada henti-hentinya melaksanakan keutamaan amal dengan kejernihan jiwa.

5. Tiga tanda malu (kepada manusia) adalah; a) Menimbang ucapan sebelum berbicara, b) Menjauhi sesuatu yang akan membutuhkan alasan darinya, dan c) Meninggalkan ajakan orang bodoh karena merasa kasihan kepadanya.

6. Tiga tanda malu (kepada Allah) seperti yang disabdakan Rasรปlullah SAW;

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุณููˆู’ู„ู: ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ุชูŽู†ู’ุณูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽู‚ูŽุงุจูุฑูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽู„ูŽุงุŒ ูˆูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุญู’ููŽุธูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุฃู’ุณูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุญูŽูˆูŽู‰ุŒ ูˆูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุชู’ุฑููƒูŽ ุฒููŠู’ู†ูŽุฉูŽ ุงู„ู’ู€ุญูŽูŠูŽุงุฉู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง.

Tiga tanda tersebut adalah; a) Tidak melupakan kuburan dan akhirat, b) menjaga kepala dan isinya, dan c) meninggalkan keindahan kehidupan dunia.

7. Tiga tanda al-Afdhรขl (keutamaan) adalah; a) Menyambung kembali tali persaudaraan yang sudah putus, b) Memberi kepada orang yang menolak memberi, dan c) Memaafkan terhadap orang yang mendhalimi.

8. Tiga tanda kejujuran adalah; a) Terus menjaga kejujuran, b) Berdiam diri ketika melihat yang berharga, dan c) Tidak suka istiqamah sirrรฎ (rahasia) kepada Allรขh SWT terlihat manusia baik secara diam-diam atau terlihat, hal ini karena lebih mementingkan Allรขh SWT dari pada pandangan manusia.

9. Tiga tanda memutuskan rintangan dari jalan menuju Allรขh SWT adalah; a) Lebih mendahulukan ilmu, b) Cepat memahami hukum, dan c) Tajam pemahaman.

9. Tiga tanda amal-amal petunjuk (al-rasyรฎd) adalah; a) Tetangga yang baik, b) Memberi nasihat saat bermusyawarah, dan c) bagus dalam bertetangga.

10. Tiga tanda kebahagiaan adalah; a) Memahami agama, b) Ringan melakukan amal ibadah, dan c) Bagus dalam bertetangga, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 8 halaman: 61-62)

Mengenai tanda-tanda orang faqรฎr yang sesungguhnya, Ibrรขhรฎm al-Khawwรขs menjelaskan ada dua; 1) Tidak mau mengeluh/mengadu, dan 2) Menyembunyikan bekas/jejak musibah, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 47).

Berikut ini adalah macam-macam faqรฎr;

ูˆูŽุงู„ู’ููŽู‚ู’ุฑู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ููŽู‚ู’ุฑู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽูŠูŽุทู’ู„ูุจูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฏููˆู’ู…ูŽ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽูู’ู‚ูุฏูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุฌููˆู’ุฏูŽุŒ ูˆูŽููŽู‚ู’ุฑู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณูู‘ูƒููˆู’ุชู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฏูŽู…ูุŒ ูˆูŽููŽู‚ู’ุฑู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุจูŽุฐู’ู„ู ูˆูŽุงู’ู„ุฅููŠู’ุซูŽุงุฑู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ูˆูุฌููˆู’ุฏูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 77).

Faqรฎr ada tiga macam; faqรฎr-nya orang โ€˜awรขm, yaitu tidak mencari yang tidak ada sehingga barang yang ada menjadi sirna. faqรฎr-nya orang khรขsh yaitu diam ketika tidak adanya sesuatu. faqรฎr-nya orang akhash, yaitu dengan mengupayakan dan mengutamakan yang ada, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 77).

Muraqabah

Berikutnya keterangan mengenai muraqabahMurรขqabah secara bahasa berarti pendekatan. Sedangakan secara istilah, murรขqabah adalah mata hati yang selalu memandang Allah SWT dengan taโ€™dzim (mengagungkan-Nya), (Majmuโ€™ al-Rasail al-Imam al-Ghazali, halaman: 179). Muraqabah juga berarti mengetahui dan meyakini bahwa sesungguhnya Allรขh SWT Maha melihat segala sesuatu yang ada di dalam hati dan mengetahui semua itu. Allรขh Swt selalu memantau setiap getaran yang tercela yang membuat hati sibuk hingga lupa berdzikir, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 51).

Al-Harits berkata, barangsiapa yang memperbaiki hati/batinnya dengan jalan muraqabah dan ikhlas dalam beramal, maka Allรขh akan menghiasi dhahir/lahirnya dengan perilaku mujahadah serta senang melakukan amalan-amalan yang sunnah, (Thabaqรขt al-Shรปfiyah, halaman: 62).

Selanjutnya adalah penjelasan tentang mahabbatullรขh. Yakni cinta kepada Allรขh SWT dengan mengikuti jejaknya Nabi Muhammad SAW dari segi akhlak/perilakunya, pekerjaanya, serta hal-hal yang telah diperintahkan. Sunnahnya yaitu mengikuti syariโ€˜atnya sebagaimana mencintai Allรขh adalah dengan mencintai Rasul Nya, (Nasyโ€™atu al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 278).

ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุญู’ุตูู„ู ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ู„ูุฑูŽุจูู‘ู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุณูŽู„ุงูŽู…ูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ู…ูู†ู’ ูƒูุฏููˆู’ุฑูŽุงุชู ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู. ููŽุฅูุฐูŽุง ุงุณู’ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุชู’ ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ุงู„ู„ู‡ู ููู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ุฎูŽุฑูŽุฌูŽุชู’ ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุบูŽูŠู’ุฑู. ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู’ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉูŽ ุตูููŽุฉูŒ ู…ูุญู’ุฑูู‚ูŽุฉูŒ ุชูŽุญู’ุฑูู‚ู ูƒูู„ูŽู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ู…ูู†ู’ ุฌูู†ู’ุณูู‡ูŽุง (ูˆูŽุนูŽู„ุงูŽู…ูŽุชูู‡ูŽุง) ู‚ูŽุทู’ุนู ุดูŽู‡ูŽูˆูŽุงุชู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉู . ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุญู’ูŠูŽ ุจู’ู†ู ู…ูุนูŽุงุฐู: ุตูŽุจู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูุญูุจูู‘ูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุดูŽุฏูู‘ ู…ูู†ู’ ุตูŽุจู’ุฑู ุงู„ุฒูŽู‘ุงู‡ูุฏููŠู’ู†ูŽุŒ (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต: 485).

Hakikat kecintaan seorang hamba kepada Allรขh tidak akan terwujud kecuali dengan hati yang telah bersih dari segala kotoran. Ketika mahabbatullรขh telah ada dalam hati, maka cinta kepada selain-Nya akan sirna. Ini disebabkan karena mahabbah adalah satu sifat yang bisa membakar segala sesuatu yang tidak termasuk bagian dari mahabbah itu sendiri. Di antara tanda-tanda Mahabbatullรขh adalah hilangnya keinginan duniawi maupun ukhaawi. Yahya ibn Muโ€˜adz berkata: โ€œKesabaran para pecinta Allรขh SWT itu lebih dahsyat daripada kesabaran orang-orang yang ahli zuhudโ€, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 485).

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ู: ุนูŽู„ูŽุงู…ูŽุฉู ุญูุจูู‘ ุงู„ู„ู‡ู ุญูุจูู‘ ุฐููƒู’ุฑูู‡ู.

Nabi SAW bersabda: โ€œTanda cinta kepada Allรขh SWT adalah cinta menyebut-Nyaโ€, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 290).

ูˆูŽุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ููŠู’ ุนูŽู†ู’ ู…ูŽุงู„ููƒู ุนูŽู†ู’ ุณูู‡ููŠู’ู„ู ุจู†ู ุฃูŽุจููŠู’ ุตูŽุงู„ูุญู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ู‡ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูุฌูุจู’ุฑููŠู’ู„ูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุญู’ุจูŽุจู’ุชู ููู„ุงูŽู†ู‹ุง ููŽุฃูุญูุจูŽู‘ู‡ู ููŽูŠูุญูุจูู‘ู‡ู ุฌูุจู’ุฑููŠู’ู„ู ุซูู…ูŽู‘ ูŠูู†ูŽุงุฏููŠู’ ูููŠู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ ููู„ุงูŽู†ู‹ุง ููŽุฃูุญูุจูู‘ูˆู’ู‡ู ููŽูŠูุญูุจูู‘ู‡ู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ุซูู…ูŽู‘ ูŠููˆู’ุถูŽุนู ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ู‚ูŽุจููˆู’ู„ู ูููŠ ุงู’ู„ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุจู’ุบูŽุถูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽุงู„ููƒูŒ ู„ุงูŽ ุฃูŽุญู’ุณูŽุจูู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุจูุบู’ุถู ู…ูุซู’ู„ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽุŒ (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ุญูˆุงู„ูƒุŒ ุฌ 3ุŒ ุต: 128).

Sementara itu, Ketika Allรขh SWT mencintai seorang hamba karena mulia budi pekerti, kearifan, dan kebijaksanaannya yang selalu bermanfaat bagi orang di sekitarnya. Maka, tidaklah sulit bagi Allรขh SWT untuk mengangkat derajat hamba yang dicintai-Nya. Allรขh SWT akan mengatakannya kepada malaikat Jibril bahwa Dia mencintai seorang hamba, yang kemudian Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit. Dan jika sudah demikian, maka seluruh penduduk langit pun turut mencintai hamba tersebut. Demikan halnya dengan hamba yang dimurkai-Nya, jika Allรขh SWT murka terhadap seorang hamba, maka Allรขh SWT akan mengatakannya kepada malaikat Jibril, kemudian Jibril mengumumkannya kepada seluruh penduduk langit. Sehingga seluruh penduduk langit pun turut murka pada hamba tersebut, (Tanwรฎr al-Hawรขlik, juz 3, halaman: 128).

Berikutnya tentang prasangka atau praduga yang memiliki peran besar dan hikmah yang agung dalam kehidupan ini. Maka sudah sepatutnya kita harus selalu menjaga setiap bisikan hati agar tetap  berprasangka baik (Husnuzhan) terhadap segala sesuatu yang telah Allรขh SWT tetapkan, agar kita termasuk orang-orang yang beruntung. Dan sebaliknya, dengan berburuk sangka (Suโ€™udzan) kepada-Nya akan memberikan kemadharatan pada diri kita sendiri.

Rasรปlullรขh SAW Bersabda;

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูฐู‰: ุฃูŽู†ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุธูŽู†ูู‘ ุนูŽุจู’ุฏููŠู’ ุจููŠู’ ุฅูู†ู’ ุธูŽู†ูŽู‘ ุฎูŽูŠู’ุฑู‹ุง ููŽู„ูŽู‡ู ูˆูŽุฅูู†ู’ ุธูŽู†ูŽู‘ ุดูŽุฑู‹ู‘ุง ููŽู„ูŽู‡ู.

Allรขh SWT berfirman: โ€œAku sebagaimana prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika dia berprasangka baik, maka (baik) baginya. Dan jika dia berprasangka buruk, maka (buruk) baginyaโ€, (Faydh al-Qadรฎr, juz 4, halaman: 643).

ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽู†ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุธูŽู†ูู‘ ุนูŽุจู’ุฏููŠู’ ุจููŠู’ ููŽู„ู’ูŠูŽุธูู†ูŽู‘ ุจููŠู’ ุฎูŽูŠู’ุฑู‹ุงุŒ (ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3ุŒ ุต: 374).

Allรขh SWT berfirman: โ€œAku tergantung prasangka hamba-Ku kepada-Ku, oleh karena itu berbaik prasangkalah kepada-Kuโ€.

Hal tersebut sesuai dengan pengertian dan sebuah keyakinan bahwa Allรขh SWT sangat dekat dengan kita. Sehingga kedekatan itu adalah kedekatan secara hakiki.

ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุจู ุงู„ู’ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ููŠูู‘ ู‚ูุฑู’ุจู ุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ู’ูƒูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰: ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุณูŽุฃูŽู„ูŽูƒูŽ ุนูุจูŽุงุฏููŠู’ ุนูŽู†ูู‘ูŠู’ ููŽุฅูู†ูู‘ูŠู’ ู‚ูŽุฑููŠู’ุจูŒ. ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰: ูˆูŽู†ูŽุญู’ู†ู ุฃูŽู‚ู’ุฑูŽุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ู„ุงูŽ ุชูุจู’ุตูุฑููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽุฒูŽู‘ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุงุฆูู„ู: ูˆูŽู†ูŽุญู’ู†ู ุฃูŽู‚ู’ุฑูŽุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุญูŽุจู’ู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุฑููŠู’ุฏู. ูˆูŽุญูŽุธูู‘ูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ู…ูุดูŽุงู‡ูŽุฏูŽุชููƒูŽ ู„ูู‚ูุฑู’ุจูู‡ู ููŽู‚ูŽุทู’ุŒ ููŽุชูŽุณู’ุชูŽูููŠู’ุฏู ุจูู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ู…ูุดูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉู ุดูุฏูŽู‘ุฉูŽ ุงู„ู’ู…ูุฑูŽุงู‚ูŽุจูŽุฉู ูˆูŽุบูŽู„ูŽุจูŽุฉูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽูŠู’ุจูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุฃูŽุฏูู‘ุจูŽ ุจูุขุฏูŽุงุจู ุงู„ู’ุญูŽุถู’ุฑูŽุฉู ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ููŽู„ุงูŽ ูŠูŽู„ููŠู’ู‚ู ุจููƒูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ูˆูŽุตู’ูู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ูˆูŽุดูู‡ููˆู’ุฏูู‡ู ู…ูู†ู’ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู ุงู„ู’ู…ูุคูŽู„ูู‘ูู ุฑูŽุญูู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ู‡ูŽุฐูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ููŠู’ ู…ูŽุง ุฃูŽู‚ู’ุฑูŽุจูŽูƒูŽ ู…ูู†ูู‘ูŠู’ ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุจู’ุนูŽุฏูŽู†ููŠู’ ุนูŽู†ู’ูƒูŽุŒ (ุดุฑุญ ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุฌ 2ุŒ ุต: 40).

Kedekatan hakiki adalah dekatnya Allรขh SWT dengan dirimu. Allรขh SWT berfirman: โ€œDan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku dekatโ€, (Q.S. al-Baqarah: 186). Dan Allรขh SWT berfirman: โ€œDan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihatโ€, (Q.S. al-Waqiโ€˜ah: 85).

Dan firman Allรขh: โ€œDan Kami lebih dekat kepadanya dari pada uRAt lehernyaโ€, (Q.S. Qaaf: 16). Bagianmu dari semua itu adalah persaksianmu terhadap kedekatan-Nya saja. Dengan musyahadah ini kau ambil hikmah dengan kedekatan yang sungguh-sungguh, ketakutan yang mendalam, dan beretika dengan etika di hadapan Allรขh SWT Tidak pantas bagimu, kecuali dengan beretika sebagai seorang hamba, dan penyaksianmu kepada Allรขh SWT melalui dirimu.

Sebagaimana apa yang diucapkan oleh muโ€™allif (Ibnu โ€˜Athaโ€™illah) setelah ini: โ€œTuhanku, alangkah dekatnya Engkau dariku, dan alangkah jauhnya diriku dari-Muโ€, (Syarh al-Hikam, juz 2, halaman: 40).

Pandangan Allรขh SWT terhadap makhluk-Nya berbeda dengan apa yang menjadi pandangan makhluk. Allรขh SWT memberikan penilaian atas seorang hamba bukan dari sisi zhahirnya, melainkan yang menjadi ukuran adalah sisi batinnya. Seburuk apapun wajah seorang hamba dan serendah apapun derajatnya di mata manusia, namun penilaian Allรขh SWT hanya tertuju pada kemuliaan hatinya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasรปlullah SAW;

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู ุฅูู„ูŽู‰ ุตููˆูŽุฑููƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ููƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู ุฅูู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆู’ุจููƒูู…ู’ . ุฑูˆุงู‡ ู…ุณู„ู… (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต 419)

Nabรฎ SAW bersabda: โ€œSesungguhnya Allรขh SWT tidak memandang penampilan kalian, juga tidak memandang harta kalian, melainkan Dia memandang hati kalianโ€, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 419).

Selain itu, ada pula sebuah pengakuan dosa dari seorang hamba dengan memohon ampun kepada Allรขh SWT akan tetapi pengakuan tersebut adalah bohong. Hal itulah yang kemudian Rasรปlullรขh SAW menganggap mereka adalah golongan orang-orang yang menghina Allรขh SWT

ูˆูŽุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุงูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุจูุงู„ูู‘ู„ุณูŽุงู†ู ุงู„ู’ู…ูุตูุฑูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุฐูู‘ู†ููˆู’ุจู ูƒูŽุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽู‡ู’ุฒูุฆู ุจูุฑูŽุจูู‘ู‡ูุŒ (ุชู†ุจูŠู‡ ุงู„ุบุงูู„ูŠู†ุŒ ุต: 370).

Dikisahkan dari Nabi SAW bahwa beliau bersabda: โ€œOrang yang memohon ampun dengan lisan (membaca istighfar) tapi tetap melakukan perbuatan dosa, maka dia seperti orang yang menghina Tuhannyaโ€, (Tanbรฎh al-Ghรขfilรฎn, halaman: 370).

Sumber: Alif.ID

24. Taubat

Pada dasarnya pengakuan dosa dengan memohon ampun kepada  Allรขh SWT merupakan perbuatan taubat. Karena secara harfiah taubat adalah rujรปโ€˜ (kembali). Sedangkan secara istilah, taubat adalah kembali dari ucapan dan perbuatan yang buruk menuju ucapan dan perbuatan yang baik.

Firman Allรขh SWT;

ูŠูฐุข ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆู’ุง ุชููˆู’ุจููˆู’ุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู‹ ู†ูŽู‘ุตููˆู’ุญู‹ุง. (ุงู„ุชุญุฑูŠู…: ูจ)

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allรขh dengan taubat yang semurni-murninya, (Q.S. at-Tahrรฎm: 08).

Berikut ini adalah macam-macam taubat;

ููŽุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฐูู‘ู†ููˆู’ุจู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ูŠู’ุฆูŽุงุชูุŒ ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุฎูŽู„ูู‘ูŠูŽ ู‚ูŽู„ู’ุจูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉู ู…ูŽุง ุณููˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ุŒ ูˆูŽุชูŽูˆู’ุจูŽุฉู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุณู’ุชูŽุบู’ุฑูู‚ูŽ ุฑููˆู’ุญูŽู‡ู ุจูู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ุงู„ู„ู‡ู

ู„ูŽุงุจูู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู. (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต 76 )

Taubat terbagi menjadi tiga golongan, yaitu;

  1. Taubat orang โ€˜awรขm yaitu taubat dari dosa dan keburukan,
  2. Taubat orang khรขsh adalah mengosongkan hatinya dari maโ€˜rifat selain Allรขh SWT, dan
  3. Taubat orang akhรขsh adalah dengan menenggelamkan ruhnya dalam mahabbah (cinta) Allรขh SWT, bukan mahabbah selain-Nya, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 76).

Pembagian-pembagian tersebut didasarkan pada maqam (tingkatan-tingkatan tertentu). Orang โ€˜awรขm adalah orang biasa pada umumnya. Sedangkan orang khรขsh ada yang menyebutkan bahwa ini adalah tingkatan para โ€˜Ulamaโ€™, dan para wali (kekasih) Allรขh SWT, dan orang akhรขsh atau akhรขshshul khรขsh adalah tingkatan bagi para Nabรฎ dan RAsรปl.

Mengenai syarat-syarat taubat dijelaskan sebagai berikut;

ุดูุฑููˆู’ุทู ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉู: ุงู„ู†ูŽู‘ุฏูŽู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ุนูŽู…ูู„ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุฎูŽุงู„ูŽููŽุงุชูุŒ ูˆูŽุชูŽุฑู’ูƒู ุงู„ุฒูŽู‘ู„ูŽู‘ุฉู ููู‰ ุงู„ู’ุญูŽุงู„ูุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุตู’ู…ููŠู’ู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุนููˆู’ุฏูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูุซู’ู„ู ู…ูŽุง ุนูŽู…ูู„ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุนูŽุงุตููŠ. (ุงู„ุฑุณุงู„ุฉ ุงู„ู‚ุดูŠุฑูŠุฉุŒ ุต 92)

Syarat-syarat taubat adalah menyesali perbuatan yang jelek, meninggalkan perbuatan jelek seketika, membulatkan tekad (berniat) untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat, (ar-Risรขlah al-Qusyairiyah, halaman: 92, lihat juga di dalam kitab Minahu as-Saniyah, halaman: 2). Juga dijelaskan;

(ูˆูŽุดูุฑููˆู’ุทู ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉู) ุนูู†ู’ุฏูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุณูู‘ู†ูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุฉู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ: ุงู„ู†ูŽู‘ุฏูŽู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ุณูŽู„ูŽููŽุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุฑู’ูƒู ููู‰ ุงู„ู’ุญูŽุงู„ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุฒู’ู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุงูŠูŽุนููˆู’ุฏูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูุซู’ู„ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ููู‰ ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽู‚ู’ุจูŽู„ูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ูู‰ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต 177-178).

Dan syarat taubat menurut golongan Ahlussunnah wal Jamaโ€˜ah ada tiga; menyesali perbuatan buruk yang telah berlalu, meninggalkan perbuatan buruk, dan bersungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan buruk tersebut di masa yang akan datang, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 177-178).

Selanjutnya diterangkan;

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’: ุดูุฑููˆู’ุทู ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉู ุซูŽู…ูŽุงู†ููŠูŽุฉูŒุŒ ุงู„ุซูŽู‘ู„ูŽุงุซูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุฐู’ูƒููˆู’ุฑูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุงุจูุนู: ุฃูŽุฏูŽุงุกู ู…ูŽุธูŽุงู„ูู…ู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูˆูŽุญูู‚ููˆู’ู‚ูู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฎูŽุงู…ูุณู: ู‚ูŽุถูŽุงุกู ู…ูŽุง ููŽูˆู’ุชูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุงุฌูุจูŽุงุชู. ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ุงุฏูุณู: ุฅูุฐูŽุงุจูŽุฉู ูƒูู„ูู‘ ู„ูŽุญู’ู…ู ู†ูŽุจูŽุชูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽุฑูŽุงู…ู ุจูุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุถูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฌูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉู. ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ุงุจูุนู: ุฅูุตู’ู„ูŽุงุญู ุงู„ู’ู…ูŽุฃู’ูƒููˆู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุดู’ุฑููˆู’ุจู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู„ู’ุจููˆู’ุณู ุจูุฌูŽุนู’ู„ูู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฌูู‡ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุญูŽู„ูŽุงู„ู. ูˆูŽุงู„ุซูŽู‘ุงู…ูู†ู: ุชูŽุทู’ู‡ููŠู’ุฑู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูู„ูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุบูŽุดูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽูƒู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุณูŽุฏู ูˆูŽุทููˆู’ู„ู ุงู’ู„ุฃูŽู…ูŽู„ู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ูŽุง. (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ูู‰ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต 178)

Sebagian โ€˜Ulamaโ€™ berkata: โ€œSyarat-syarat taubat ada 8, yang tiga sudah disebutkan sebelumnya. Dan yang keempat, menerima aniaya manusia dan memenuhi hak-haknya. Kelima, meng-qadhaโ€™ kewajiban yang telah tertinggal. Keenam, menghilangkan setiap daging yang tumbuh dari baRAng haram dengan riyadhah dan mujahadah. Ketujuh, mencari makanan, minuman dan pakaian yang halal. Kedelapan, mensucikan hati dari tipu daya, rekayasa, hasud dan banyak beRAngan-angan, dan lain sebagainyaโ€, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 178).

Alhaqq

Berikutnya adalah penjelasan lafadz-lafadz yang berlaku dikalangan โ€˜Ulamaโ€™ Sufi, antara lain;

  1. ุงูŽู„ู’ู€ุญูŽู‚ูู‘ ุจูุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ูู‘ ู„ูู„ู’ุญูŽู‚ูู‘al-haq yang dimaksud adalah Allรขh SWT dan di dalam keterangan tafsir Abรป Shalih;

ูˆูŽู„ูŽูˆู ุงุชูŽู‘ุจูŽุนูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ุฃูŽู‡ู’ูˆูŽุงุกู‡ูู…ู’ โ€ฆ. ๏ดฟุงู„ู…ุคู…ู†ูˆู† : ูงูก๏ดพ

Andaikata kebenaran itu menuruti hawa nafsu merekaโ€ฆ, (Q.S. al-Muโ€™minun: 71).

Abรป Saโ€˜รฎd menjelaskan, yang dimaksud kalimat tersebut di atas adalah mengenai hati seorang hamba yang bersemayam bersama al-haq dengan al-haq dan karena al-haq. Yaitu, al-Haq adalah Allรขh SWT

  1. ู…ูู†ู’ู‡ู ุจูู‡ู ู„ูŽู‡ู, yaitu dari Allรขh SWT dengan Allรขh SWT dan karena Allรขh SWT Maksud dari kalimat tersebut adalah seorang hamba Allรขh yang melihat amal perbuatanya dan disandarkan pada dirinya sendiri, maka ketika hatinya sudah dipenuhi dengan cahaya maโ€˜rifat, dia akan tahu bahwa semua perkara itu dari Allรขh SWT, berdiri dengan izin Allรขh SWT, diketahui karena Allรขh SWT, dan dikembalikan pada Allรขh SWT hal inilah yang singgah di hati hamba Allรขh SWT dalam suatu waktu, kemudian timbul dalam hatinya peRasaan ridha dan menyerahkan diri pada Allรขh SWT dan sifat-sifat baik lainnya, maka hati menjadi jernih pada setiap tingkah laku dan waktunya, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 287).

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽู‡ูŽู„ู’: ุงู„ู’ุขูŠูŽุงุชู ู„ูู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุนู’ุฌูุฒูŽุงุชู ู„ูู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุงุชู ู„ูู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุบููˆู’ุซูŽุงุชู ู„ูู„ู’ู…ูุฑููŠู’ุฏููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ู…ู’ูƒููŠู’ู†ู ู„ูุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู’ุฎูุตููˆู’ุตูุŒ (ุทุจู‚ุงุช ุงู„ุตูˆููŠุฉุŒ ุต: 171).

Sahal berkata: bahwa ayat-ayat adalah milik atau untuk Allรขh SWT, mukjizat adalah untuk para Nabi, kaRamah untuk para wali, al-Maghรปtsรขt (pertolongan) untuk orang-orang yang membutuhkan, dan al-Tamkรฎn (semangat untuk beribadah) bagi orang-orang tertentu, (Thabaqรขt al-Shรปfiyah, halaman: 171).

Berikutnya penjelasan mengenai tiga ungkapan tentang pembagian ilmu maโ€˜rifat (ilmu pengetahuan).

ูˆูŽุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฑูŽุงุชู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ุชูุทู’ู„ูŽู‚ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุนูู„ููˆู’ู…ู ุงู„ู’ุฌูŽู„ููŠูŽู‘ุฉู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ: ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ูุŒ ูˆูŽุนูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ูุŒ ูˆูŽุญูŽู‚ูู‘ ุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ูุŒ (ุณุฑุงุฌ ุงู„ุทุงู„ุจูŠู†ุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 43).

Yakni Ungkapan yang digunakan untuk menunjukkan ilmu-ilmu yang agung, yaitu; โ€˜Ilmul Yaqรฎn, โ€˜Ainul Yaqรฎn, dan Haqqul Yaqรฎn, (Sirรขj al-Thรขlibรฎn, juz 1 halaman: 43).

ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ู’ุญูŽุงุตูู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฏูŽู‘ู„ููŠู’ู„ู ุงู„ู’ุนูŽู‚ู’ู„ููŠูู‘. ูˆูŽุนูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ู’ุญูŽุงุตูู„ู ุจูุงู„ู’ู…ูุดูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉู. ูˆูŽุญูŽู‚ูู‘ ุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ู’ุญูŽุงุตูู„ู ู…ูู†ู’ ููŽู†ูŽุงุกู ุตูููŽุงุชู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ูˆูŽุจูŽู‚ูŽุงุคูู‡ู ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ุนูู„ู’ู…ู‹ุง ูˆูŽุดูู‡ููˆู’ุฏู‹ุง ูˆูŽุญูŽุงู„ู‹ุงู„ูŽุงุนูู„ู’ู…ู‹ุง ููŽู‚ูŽุทู’ุŒ ููŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูŠูŽูู’ู†ูŽู‰ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุชูŽู‘ุญู’ู‚ููŠู’ู‚ู ุตูููŽุงุชูู‡ู ู„ูŽุงุฐูŽุงุชูู‡ูุŒ (ุงู„ุณูŠุฑ ูˆุงู„ุณู„ูˆูƒ ุฅู„ู‰ ู…ู„ูƒ ุงู„ู…ู„ูˆูƒุŒ ุต: 39-40).

โ€˜Ilmul yaqรฎn adalah ilmu yang didapatkan dari dalil โ€˜aqli (nalar). โ€˜Ainul yaqรฎn adalah ilmu yang didapatkan melalui musyahadah. Haqqul yaqรฎn adalah ilmu yang diperoleh dari fanaโ€™ (sirna)-nya sifat-sifat hamba, dan baqaโ€™ (tetap)-nya hamba dengan Allรขh SWT yang haqq secara ilmu, persaksian dan hal (anugrah Allรขh), dan bukan dengan ilmu saja. Sedangkan yang sirna pada hakikatnya adalah sifat hamba, bukan dzat-Nya, (al-Sair wa al-Sulรปk ila Malik al-Mulรปk, halaman: 39-40).

Tentang penjelasan lebih lanjut mengenai tiga pembagian ilmu ini, bisa dibaca di Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 196.

Selanjutnya mengenai Ulul โ€˜Ilmรฎ al-Qรขimรฎn yang merupakan para pewaris nabi yang selalu berpegang teguh pada kitab-kitab Allรขh SWT, bersungguh-sungguh mengikuti jejak Rasรปlullah SAW, para sahabat, dan tabiโ€˜in yang mengembara di jalan para wali dan orang-orang shalih. Mereka ada tiga kelompok; 1) ahli Hadis, 2) ahli fiqih, dan  3) ahli tasawuf.

Yang menjadi dasar keterangan tersebut adalah Hadis iman. Yakni, ketika malaikat jibril bertanya kepada Rasulullah tentang tiga hal pokok. Yaitu; 1) tentang Islรขm dan รŽmรขn, 2) Ihsรขn lahir batin, dan 3) HaqรฎqatIslรขm itu dhahir, รŽmรขn itu dhahir-batin, dan Ihsรขn itu Haqรฎqat dhahir batin. Hadis tersebut adalah;

ุงูŽู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ุงูŽู†ู’ ุชูŽุนู’ุจูุฏูŽุงู„ู„ู‡ูŽ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ูƒูŽ ุชูŽุฑูŽุงู‡ูุŒ ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽูƒูู†ู’ ุชูŽุฑูŽุงู‡ู ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุฑูŽุงูƒูŽ (ุฃุฎุฑุฌู‡ ุจุฎุงุฑูŠ ูˆู…ุณู„ู… ูˆุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุฅุจู† ู…ุงุฌู‡)

โ€œIhsรขn ialah beribadah kepada Allรขh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika tidak mampu maka sesungguhnya Allรขh melihatmuโ€.

Malaikat jibril membenarkan hal itu. Ilmu itu disertai dengan amal, amal itu disertai dengan ikhlas. Ikhlas ialah menghaRAp ridha Allรขh SWT, kesimpulannya tiga kelompok di atas berbeda ilmu dan amalnya, tujuan dan deRajatnya memiliki keutamaan sendiri-sendiri, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 12).

Syariat dan Hakekat

Berikutnya adalah penjelasan tentang syarรฎโ€˜at;

ููŽุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ุนูŽุฉู ู‡ููŠูŽ: ุฅูุตู’ู„ูŽุงุญู ุงู„ู’ู€ุฌูŽูˆูŽุงุฑูุญู ุงู„ุธูŽู‘ุงู‡ูุฑูŽุฉูุŒ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุชูŽุฏู’ููŽุนู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ู‡ููŠูŽ ุฅูุตู’ู„ูŽุญู ุงู„ุณูŽู‘ุฑูŽุงุฆูุฑู ุงู„ู’ุจูŽุงุทูู†ูŽุฉูุŒ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุง ุชูŽุฏู’ููŽุนู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ู‡ููŠูŽ ูƒูŽุดู’ูู ุงู„ู’ุญูุฌูŽุงุจู ูˆูŽู…ูุดูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ุจูŽุงุจู ู…ูู†ู’ ุฏูŽุงุฎูู„ู ุงู„ู’ุญูุฌูŽุงุจูุŒ ููŽุงู„ุดูŽู‘ุงุฑููŠู’ุนูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุนู’ุจูุฏูŽู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ุทูŽู‘ุงุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽู‚ู’ุตูุฏูŽู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุดู’ู‡ูŽุฏูŽู‡ู.

Syarรฎโ€˜at adalah memperbaiki organ-organ tubuh secara lahir, dan syariโ€™at  merupakan jalan menuju tarekat, yang mana tarekat adalah usaha untuk memperbaiki batiniyah, dan tarekat  merupakan pengantar menuju Haqรฎqat, yang dapat membuka penghalang (hijab), dan melihat (musyahadah) dengan kekasih. Pendek kata, syarรฎโ€˜at adalah beribadah (menghamba) kepada-Nya, sedangkan tarekat adalah menjadikan Allรขh sebagai satu-satunya tujuannya, dan haqรฎqat adalah kemampuan menyaksikan Allรขh SWT dengan mata hatinya, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 27).

Pada dasarnya syarรฎโ€˜at dan haqรฎqat tidak bertentangan, karna haqรฎqat adalah asrรขru al-rubรปbiyah (rahasia ketuhanan) dan untuk bisa mencapainnya harus melalui tarekat. Yaitu dengan menjalankan syarรฎโ€˜at Islรขm dengan keteguhan hati. Maka barangsiapa yang menjalankan cara (tarekat) seperti itu maka dia akan sampai pada haqรฎqat, sehingga haqรฎqat menjadi pamungkas atau pemuncak dari tujuan syarรฎโ€˜at. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh al-Junaidรฎ ketika beliau ditanya tentang haqรฎqat, beliau menjawab;

ู…ูŽุง ุจูŽู„ูŽุบูŽ ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุฅูู„ูŽู‘ุง ูˆูŽุฌูŽุจูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุชูŽู‘ู‚ูŽูŠูู‘ุฏู ุจูุญูู‚ููˆู’ู‚ู ุงู„ู’ุนูุจููˆู’ุฏููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุชูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุตูŽุงุฑูŽ ู…ูุทูŽุงู„ูุจู‹ุง ุจูุขุฏูŽุงุจู ูƒูŽุซููŠู’ุฑูŽุฉูุŒ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุทูŽุงู„ูุจู ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‡ูŽุง ุบูŽูŠู’ุฑูŽู‡ู.

Seseorang tidaklah sampai pada deRajat Haqรฎqat, kecuali dia harus menjalani penghambaan dengan sepenuh hati. Sehingga dia menjadi orang yang dipenuhi dengan adab, dan Allah SWT tidak mencari dengan jalan selain itu, (al-Intishรขr Lil Auliyรขโ€™ al-Akhyรขr, halaman: 126).

Berikut ini adalah tamtsil antara syarรฎโ€˜at dan haqรฎqat;

ุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ุนูŽุฉู ุนูŽู…ูŽู„ู ุงู„ู’ู€ุฌูŽูˆูŽุงุฑูุญูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉู ุงู„ู’ุจูŽูˆูŽุงุทูู†ูุŒ ููŽุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ุนูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุนู’ุจูุฏูŽู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ ุชูุดูŽุงู‡ูุฏูŽู‡ูุŒ ููŽุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ุนูŽุฉู ู…ูู†ู’ ูˆูŽุธูŽุงุฆููู ุงู„ุฑูู‘ูˆู’ุญูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉูุŒ ุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ุนูŽุฉู ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุจูŽุดูŽุฑููŠูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ุฑูู‘ูˆู’ุญูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ู†ูŽู‚ู’ุถู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุญู’ุฏูู‡ูู…ูŽุง ูŠูุฒูŽุงุฏู ูููŠ ุงู„ู’ุขุฎูุฑู.

Dengan demikian, syarรฎโ€˜at merupakan amal perbuatan organ-organ tubuh zhahir. Sedangkan haqรฎqat adalah ilmu pengetahuan tentang batin. syarรฎโ€˜at adalah suatu amaliah/pekerjaan dimana seorang hamba menyemba Allรขh SWT sedangkan haqรฎqat adalah amaliah/pekerjaan yang dilakukan oeh seorang hamba dan bagaimana ia melihat/menyaksikan Allรขh SWT dengan mata batinnya. Syarรฎโ€˜at juga merupakan bagian dari fungsi spiritual dan penguat organ tubuh (jasmani), sementara haqรฎqat adalah penguat ruh (rohani) dan keduanya tidak akan mengurangi antara yang satu dengan yang lainnya, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 331).

Sesunguhnya perbedaan pendapat dikalangan para โ€˜Ulamaโ€™ tentang ilmu zhahir itu rahmat dari Allah Swt, karena orang yang membenarkan akan membantah orang yang menyalahkan. dan berusaha menjelaskan (kepada semua orang) tentang kesalahan orang yang menyalahkan, tentang perbedaan pendapat untuk memperebutkan kebenaran dalam masalah agama. Sehingga mereka menghindari hal itu. Jika tidak demikian maka manusia akan rusak karena hilangnya esensi agama.

Begitu juga dengan perbedaan pendapat dikalangan โ€˜Ulamaโ€™ Ahli Haqรฎqat itu juga rahmat dari Allรขh SWT, dikarenakan masing-masing berbicara pada masanya, menjawab pertanyaan dilihat dari sisi keadaan batinnya, memberikan isyarat yang ditimbulkan oleh pengertian yang muncul dalam hati sebagai akibat dari istiqamah dalam ketaatan, mereka adalah ahli berbuat ketaatan, mampu menguasai hatinya, sebagai murid, dan Ahli Haqรฎqat, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 102).

Sumber: Alif.ID

25. Islam, Iman, dan Ihsan

Pilar agama itu ada tiga, yakni islam, iman, dan ihsanโ€ฆโ€ฆ

ุฃูŽุฑู’ูƒูŽุงู†ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ: ุงู„ู’ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ูุŒ (ุฏูุฑููˆู’ุณู ุงู„ู’ุนูŽู‚ูŽุงุฆูุฏู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ููŠูŽู‘ุฉูุŒ ุต: 3)

Berikut ini pembahasan islam, iman, dan ihsan:

ู‡ูฐุฐูู‡ู ู…ูŽู†ูŽุงุฒูู„ู ุงู„ุซูŽู‘ู„ูŽุงุซู ู‡ููŠูŽ ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ูŠูŽู†ู’ุฒูู„ูู‡ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุฑููŠู’ุฏู ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุชูŽุญูู„ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง. ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ู ุงู„ู’ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽู…ูŽุญูŽู„ูู‘ ุชูŽุทู’ู‡ููŠู’ุฑู ุงู„ู’ุฌูŽูˆูŽุงุฑูุญู ุงู„ุธูŽู‘ุงู‡ูุฑูŽุฉู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฐูู‘ู†ููˆู’ุจู ูˆูŽุชูŽุญู’ู„ููŠูŽุชูู‡ูŽุง ุจูุทูŽุงุนูŽุฉู ุนูŽู„ูŽู‘ุงู…ู ุงู„ู’ุบููŠููˆู’ุจู. ูˆูŽู…ูŽู†ู’ุฒูู„ู ุงู„ู’ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽู…ูŽุญูŽู„ูู‘ ุชูŽุทู’ู‡ููŠู’ุฑู ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆู’ุจู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุณูŽุงูˆูู‰ ูˆูŽุงู„ู’ุนููŠููˆู’ุจูุŒ ูˆูŽุชูŽุญู’ู„ููŠูŽุชูู‡ูŽุง ุจูู…ูŽู‚ูŽุงู…ูŽุงุชู ุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ูุŒ ู„ูุชูŽุชูŽู‡ูŽูŠูŽู‘ุฃูŽ ู„ูุญูŽู…ู’ู„ู ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ. ูˆูŽู…ูŽู†ู’ุฒูู„ูŽุฉู ุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูŽุญูŽู„ูู‘ ุงู„ุดูู‘ู‡ููˆู’ุฏู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽูŠูŽุงู†ู.
Islรขm adalah tempat penyucian anggota-anggota lahir dari segala dosa dan menghiasinya dengan tujuan taat kepada Allรขh โ€˜allam al ghuyub.

รŽmรขn adalah tempat penyucian hati dari perbuatan buruk dan sifat-sifat tercela dan menghiasinya dengan maqรขm-maqรขm yaqin agar siap untuk menggapai maโ€™rifatullah.

Ihsรขn adalah tempat di mana seorang hamba dapat bermusyahadah (melihat Allรขh dengan mata hati) atau merasa selalu diawasi Allรขh, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 68).

Sementara itu, hilangnya Islรขm disebabkan empat hal;
ุฐูู‡ูŽุงุจู ุงู„ู’ุฅูุณู’ู„ูŽุงู…ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŽุฉู: ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ูู‡ูŽุง: ู„ูŽุงูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู’ู†ูŽ ุจูู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุงู„ุซูŽู‘ุงู†ูู‰: ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู’ู†ูŽ ุจูู…ูŽุง ู„ูŽุงูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุงู„ุซูŽู‘ุงู„ูุซู: ู„ูŽุงูŠูŽุชูŽุนูŽู„ูŽู‘ู…ููˆู’ู†ูŽ ู…ูŽุง ู„ูŽุงูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุงุจูุนู: ูŠูŽู…ู’ู†ูŽุนููˆู’ู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุชูŽู‘ุนูŽู„ูู‘ู…ูุŒ (ุทุจู‚ุงุช ุงู„ุตูˆููŠุฉุŒ ุต: 173).

  1. Tidak mengamalkan/mengerjakan apa yang sudah diketahui.
  2. Mengamalkan apa yang tidak diketahui (beramal tidak berilmu).
  3. Tidak mau mempelajari apa yang tidak diketahui.
  4. Melarang manusia/orang lain untuk belajar, (Thabaqรขt al-Shรปfiyah, halaman: 173).

Ibnu Salim di dalam kitab al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 273 menjelaskan empat rukun รŽmรขn, antara lain;

  1. รŽmรขn kepada Qadar
  2. รŽmรขn kepada Qudrat
  3. Membinasakan kekuasaan dan kekuatan yang kita miliki.
  4. Menemukan pertolongan Allรขh SWT dalam segala urusan.

Sementara itu, di dalam kitab Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 331 dijelaskan mengenai syarat-syarat รŽmรขn;
(ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ู’) ุฃูŽู†ูŽู‘ูƒูŽ ุฅูุฐูŽุง ุณูุฆูู„ู’ุชูŽ ุนูŽู†ู’ ุดูุฑููˆู’ุทู ุงู’ู„ูุงูŠู’ู…ูŽุงู†ูุŸ (ููŽุงู„ู’ุฌูŽูˆูŽุงุจู) ุนูŽุดู’ุฑูŽุฉูŒ ุงูŽู„ู’ู€ุฎูŽูˆู’ูู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุฌูŽุงุกู ููู‰ ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ุงูุดู’ุชููŠูŽุงู‚ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุนู’ุธููŠู’ู…ู ู„ูู…ูŽู†ู’ ุนูŽุธูŽู‘ู…ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุชูŽู‡ูŽุงูˆูู†ู ุจูู…ูŽู†ู’ ุชูŽู‡ูŽุงูˆูŽู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ุถูŽุง ุจูู‚ูŽุถูŽุงุกู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูŽุฐู’ุฑู ู…ูู†ู’ ู…ูŽูƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ุดูู‘ูƒู’ุฑู ู„ูู†ูุนู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูู‘ู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุณู’ุจููŠู’ุญู ุจูุญูŽู…ู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ูู‰ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 331).

Sepuluh syarat รŽmรขn tersebut antara lain adalah sebagai berikut;

  1. al-Khauf, takut kepada Allรขh SWT
  2. al-Rajรขโ€™, mengharap anugerah Allรขh SWT
  3. Isytiyรขq, rindu kepada Allรขh SWT
  4. al-Taโ€˜dzim, menghormati orang yang menghormati Allรขh SWT
  5. al-Tahรขwun, meremehkan orang yang meremehkan Allรขh SWT
  6. Ridhรข, menerima keputusan Allรขh SWT
  7. al-Hadzr, takut dari berbuat makar terhadap Allรขh SWT
  8. al-Syukru, syukur atas nikmat Allรขh SWT
  9. al-Tawakkal, tawakkal kepada Allรขh SWT, dan
  10. al-Tasbรฎh, bertasbih dengan memuji Allรขh SWT (dzikirullah).

Salah satu sifat orang yang beriman adalah mencari perantaraan, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 74).
Dalam istilah tauhid, รŽmรขn berarti membenarkan dalam hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Dan dalam pemahaman lain dapat diartikan bahwa รŽmรขn adalah menetapkan keyakinan akan sebuah kebenaran dalam hati, kemudian keyakinan itu diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dalam perbuatan nyata.

Dalam melaksanakan perintah serta meninggalkan larangan Allรขh dan Rasul-Nya, sering kali manusia teledor, lalai atau bahkan meninggalkannya, hal ini kemudian Nabi Muhammad memberikan resep untuk memperbarui keadaan keimanan yang tidak stabil, dengan memperbanyak membaca tahlil, seperti hadist berikut ini;
ุนูŽู†ู’ ุงูŽุจููŠู’ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ุนู… ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฌูŽุฏูู‘ุฏููˆู’ ุงููŠู’ู…ูŽุงู†ูŽูƒูู…ู’, ู‚ููŠู’ู„ูŽ: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูƒูŽูŠู’ููŽ ู†ูุฌูŽุฏูู‘ุฏู ุงููŠู’ู…ูŽุงู†ูŽู†ูŽุงุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงูŽูƒู’ุซูุฑููˆู’ุง ู…ูู†ู’ ู‚ูŽูˆู’ู„ู: ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุงูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. Rasรปlullah SAW bersabda; โ€œPerbaruilah รฎmรขn kalian semuaโ€, kemudian ada yang berkata; โ€œwahai Rasรปlullah bagaimana caranya kita semua bisa memperbarui รฎmรขn?โ€ Rasรปlullah menjawab; โ€œperbanyaklah membaca tahlilโ€, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 2 halaman: 250).

Berikut ini adalah firman Allรขh SWT kepada Nabi Musa As.;
ูŠูŽุง ู…ููˆู’ุณูŽู‰ ู„ูŽูˆู’ู„ูŽุง ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุงูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽุณูŽู„ูŽู‘ุทู’ุชู ุฌูŽู‡ูŽู†ูŽู‘ู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุงุŒ (ุญู„ูŠุฉ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุฌุฒ 2ุŒ ุต: 236ุŒ ุฌุฒ 4ุŒ ุต: 436. ูƒุงุดูุฉ ุงู„ุณุฌุง ุŒ ุต: 14)
Hai Musa, andaikata di dunia ini tidak ada orang yang mengucap lafad ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุงูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู niscaya aku (Allรขh) akan memasukkan penduduk dunia ke neraka jahannam, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 2 halaman: 236, Juz 4 halaman: 436, Kรขsyifah al-Sajรข, halaman: 14).

Ada sebuah hadรฎts shahรฎh yang menjelaskan bahwa kiamat (hari akhir) tidak akan pernah terjadi selama manusia membaca tahlil (ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุงูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู) dan Rasรปlullah SAW bersabda bahwa kiamat tidak akan terjadi selama di bumi masih ada manusia yang berdzikir.

Berikut penjelasan Hadisnya;
ุนูŽู†ู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจูู†ู’ ุนูŽุจูŽู‘ุงุณู ูˆูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจูู†ู’ ุนูู…ูŽุฑูŽุŒ ูˆูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจูู†ู’ ุนูŽู…ู’ุฑููˆ ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุนูŽุงุตู’: ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตู„ุนู… ู‚ุงู„: ู„ูŽุง ุชูŽู‚ููˆู’ู…ู ุงู„ุณูŽู‘ุงุนูŽุฉู ู…ูู†ู’ ุงูŽุญูŽุฏู ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุงูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู. ู‡ูฐุฐูŽุง ุญูŽุฏููŠู’ุซูŒ ุตูŽุญููŠู’ุญูŒ.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Umar dan Abdullah bin Amar bin Ash, sesungguhnya Rasรปlullah SAW Bersabda; โ€œHari kiamat tidak akan terjadi selama ada seseorang yang membaca ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุงูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ูโ€, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 3 halaman: 74).

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠ ุตู„ุนู…: ู„ูŽุง ุชูŽู‚ููˆู’ู…ู ุงู„ุณูŽู‘ุงุนูŽุฉู ูˆูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุงูŽุฑู’ุถู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ ุงู„ู„ู‡.
Dan Rasรปlullah SAW Bersabda; โ€œKiamat tidak akan terjadi selama di bumi masih ada orang yang berdzikir Allรขh, Allรขhโ€, (Tamรขm al-Faidh fi Bรขbi al-Rijรขl, halaman: 171).

Selanjutnya, Rasรปlullah SAW juga menjelaskan bahwa hari kiamat tidak akan pernah terjadi sehingga banyak terjadi pembunuhan dan peperangan, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 6 halaman: 407).
ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡: ู„ูŽุง ุชูŽู‚ููˆู’ู…ู ุงู„ุณูŽู‘ุงุนูŽุฉู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽูƒู’ุซูุฑูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽุฑู’ุฌู. ู‚ูู„ู’ู†ูŽุง:ูˆูŽ ู…ูŽุง ุงู„ู‡ุฑุฌุŸ ู‚ุงู„: ุงู„ู’ู‚ูŽุชู’ู„ู.

รŽmรขn sendiri memiliki karakter sesuai dengan makhluk yang memilikinya.
ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุณูุฆูู„ู’ุชูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูŽู…ู’ ู‚ูุณู’ู…ู (ููŽุงู„ู’ุฌูŽูˆูŽุงุจู) ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูŽู…ู’ุณูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูŒ ู…ูŽุทู’ุจููˆุนูŒ ู„ุงูŽ ูŠูŽุฒููŠู’ุฏู ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽู†ู’ู‚ูุตูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุงู„ู’ู…ูŽู„ุงูŽุฆููƒูŽุฉู. ูˆูŽุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูŒ ู…ูŽุนู’ุตููˆู’ู…ูŒุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ูŠูŽุฒููŠู’ุฏู ุจูู†ูุฒููˆู’ู„ู ุงู’ู„ุฃูŽุญู’ูƒูŽุงู…ู ุงู„ุดูŽู‘ุฑู’ุนููŠูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽู†ู’ู‚ูุตู. ูˆูŽุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูŒ ู…ูŽู‚ู’ุจููˆู’ู„ูŒุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ุชูŽุงุฑูŽุฉู‹ ูŠูŽุฒููŠู’ุฏู ุจูุงู„ุทูŽู‘ุงุนูŽุฉู ูˆูŽุชูŽุงุฑูŽุฉู‹ ูŠูŽู†ู’ู‚ูุตู ุจูุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ุดูŽู‘ุงููุนููŠูŽู‘ุฉู ุฐูŽุงุชู ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ูŠูŽุฒููŠู’ุฏู ุจุงูู„ุทูŽู‘ุงุนูŽุฉู ูˆูŽูŠูŽู†ู’ู‚ูุตู ุจูุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽู‘ุฉู. ูˆูŽุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูŒ ู…ูŽูˆู’ู‚ููˆู’ููŒุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู’ู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูู…ูŽู‘ุฉู ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ููŽุฅูุฐูŽุง ุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ุงู„ู†ูู‘ููŽุงู‚ู ู…ูู†ู’ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ุตูŽุญูŽู‘ ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูŒ ู…ูŽุฑู’ุฏููˆู’ุฏูŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุงู„ู’ูƒููู’ุฑูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ุตูŽุงุฑูŽู‰ ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุดู’ุจูŽู‡ูŽุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 331).

Keterangan di atas menjelaskan mengenai lima golongan atau macam-macam รŽmรขn. Berikut penjelasan yang dimaksud;

  1. Golongan yang รŽmรขn-nya bersifat tetap, tidak bertambah dan tidak berkurang. Golongan ini disebut dengan รŽmรขnยฌ-nya para malaikat.
  2. Golongan yang รŽmรขn-nya terus bertambah. Golongan ini disebut dengan รŽmรขnยฌ-nya para Nabi dan Rasul. Hal itu disebabkan para Nabi dan Rasul adalah orang-orang yang dijaga dari kesalahan (maโ€™shum).
  3. Golongan yang รŽmรขn-nya dapat berkurang karena maksiat, dan dapat bertambah karena taat. Golongan ini disebut dengan รŽmรขnยฌ-nya orang-orang muโ€™min.
  4. Golongan yang รŽmรขn-nya didiamkan dalam arti รŽmรขn mereka tidak akan benar selama kemunafikan masih ada dalam hati mereka. Golongan ini disebut dengan รŽmรขnยฌ-nya orang-orang yang munafik.
  5. Golongan yang รŽmรขn-nya ditolak, mereka adalah golongan orang-orang kafir, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 331).

Berikutnya adalah keterangan mengenai tempatnya รŽmรขn dan Islรขm yang dijelaskan di dalam kitab Syarh al-Hikam;
ู‚ุงูŽู„ูŽ ุจูŽุนู’ุถู ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ุธูŽุงู‡ูุฑู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ู…ูŽุญูŽู„ูู‘ ุงู’ู„ุฅูุณู’ู„ุงูŽู…ู ูˆูŽุจูŽุงุทูู†ูู‡ู ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ููŽู…ูู†ู’ ู‡ูŽู‡ูู†ูŽุง ุชูŽููŽุงูˆูŽุชูŽ ุงู„ู’ู…ูุญูุจูู‘ูˆู’ู†ูŽ ููู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ู„ูููŽุถู’ู„ู ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู’ู„ุฅูุณู’ู„ุงูŽู…ู ูˆูŽููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ุจูŽุงุทูู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุธูŽู‘ุงู‡ูุฑูุŒ (ุดุฑุญ ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุฌ 2ุŒ ุต: 36).
Sebagian orang alim berkata: โ€œBagian luar hati adalah tempatnya Islรขm, bagian dalam hati adalah tempatnya รŽmรขn. Dari sinilah para pecinta itu berbeda-beda dalam cintanya, karena lebih unggulnya รŽmรขn atas Islรขm-nya, dan lebih unggulnya batin atas lahirnyaโ€, (Syarh al-Hikam, juz 2 halaman: 36).

Selanjutnya mengenai empat tingkatan/derajad รŽmรขn yang dijelaskan di dalam kitab Tanwรฎr al-Qulรปb;
(ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ู’) ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู’ู„ูุฅูŠู’ู…ูŽุงู†ูŽ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนู ู…ูŽุฑูŽุงุชูุจูŽ (ุงูŽู„ู’ุฃููˆู’ู„ูŽู‰) ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู’ู†ูŽ ุจูุฃูŽู„ู’ุณูู†ูŽุชูู‡ูู…ู’ ุฏููˆู’ู†ูŽ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูŽู†ู’ููŽุนูู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ู„ูุญููู’ุธู ุฏูู…ูŽุงุฆูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุตูŽูˆู’ู†ู ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ูู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽู‡ูู…ู’ ููู‰ ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ูƒูŽู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰: (ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงููู‚ููŠู’ู†ูŽ ููู‰ ุงู„ุฏูŽู‘ุฑู’ูƒู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ููŽู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู) ู€ (ุงู„ุซูŽู‘ุงู†ููŠูŽุฉู) ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุนูŽุงู…ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ุจูู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽู„ู’ุณูู†ูŽุชูู‡ูู…ู’ ู„ูŽูƒูู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชูŽุฎูŽู„ูŽู‘ู‚ููˆู’ุง ุจูู…ูู‚ู’ุชูŽุถูŽุงู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ุชูŽุธู’ู‡ูŽุฑู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุซูŽู…ูŽุฑูŽุงุชู ุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ู ููŽูŠูุฏูŽุจูู‘ุฑููˆู’ู†ูŽ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู„ู‡ ูˆูŽูŠูŽุฎูŽุงูููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุฌููˆู’ู†ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูŽู‡ูุŒ ูˆูŽูŠูŽุฌู’ุชูŽุฑูุฆููˆู’ู†ูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ู…ูุฎูŽุงู„ูŽููŽุฉู ุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ู ูˆูŽู†ูŽู‡ู’ูŠูู‡ู (ุงู„ุซูŽู‘ุงู„ูุซูŽุฉู) ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุงู„ู’ู…ูู‚ูŽุฑูŽู‘ุจููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽู‡ูู…ู’ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุบูŽู„ูŽุจูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุงุณู’ุชูุญู’ุถูŽุงุฑู ุนูŽู‚ูŽุงุฆูุฏู ุงู„ู’ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูุŒ ููŽุงู†ู’ุทูŽุจูŽุนูŽุชู’ ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ุจูŽูˆูŽุงุทูู†ูู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽุตูŽุงุฑูŽุชู’ ุจูŽุตูŽุงุฆูุฑูู‡ูู…ู’ ูƒูŽุงูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุชูุดูŽุงู‡ูุฏู ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกูŽ ูƒูู„ูŽู‘ู‡ูŽุง ุตูŽุงุฏูุฑูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ุนูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู’ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุฒูŽู„ููŠูŽู‘ุฉูุŒ ููŽุธูŽู‡ูŽุฑูŽุชู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุซูŽู…ูŽุฑูŽุงุชู ุฐูŽู„ููƒูŽุŒ ููŽู„ูŽุง ูŠูŽุนููˆู’ู„ููˆู’ู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุดูŽู‰ู’ุกู ุณููˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฎูŽุงูููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฑู’ุฌููˆู’ู†ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูŽู‡ู: ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุฑูŽุฃูŽูˆู’ุง ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽู…ู’ู„ููƒููˆู’ู†ูŽ ู„ูุฃูŽู†ู’ููุณูู‡ูู…ู’ ู†ูŽูู’ุนู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ุถูŽุฑู‹ู‘ุงุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽู…ู’ู„ููƒููˆู’ู†ูŽ ู…ูŽูˆู’ุชู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ุญูŽูŠูŽุงุฉู‹ ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูุดููˆู’ุฑู‹ุงุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูุญูุจูู‘ูˆู’ู†ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูŽู‡ู: ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽุง ู…ูุญู’ุณูู†ูŽ ุณููˆูŽุงู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูู‡ูŽุฐูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุฎู ุฃูŽุจููˆ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ู ุฑูŽุถูู‰ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู: (ูˆูŽู‡ูŽุจู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุจููƒูŽ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ู„ูŽุง ู†ูŽุฎูŽุงููŽ ุบูŽูŠู’ุฑูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูŽุฑู’ุฌููˆู’ ุบูŽูŠู’ุฑูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูุญูุจูŽู‘ ุบูŽูŠู’ุฑูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูŽุนู’ุจูุฏูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ุณููˆูŽุงูƒูŽ) ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ุชูŽุฑูุถููˆู’ู†ูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู…ูู†ู’ ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุญู’ูƒูŽุงู…ูู‡ู: ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽุฑูŽุฃูŽูˆู’ุง ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉูŽ ู…ูŽุญูŽู„ูŽู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽุฑูŽุงุฑูุŒ ููŽุณูŽุนูŽูˆู’ุง ู„ูŽู‡ูŽุง ุณูŽุนู’ูŠูŽู‡ูŽุง (ุงู„ุฑูŽู‘ุงุจูุนูŽุฉู) ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู’ููŽู†ูŽุงุกู ููู‰ ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุญููŠู’ุฏู ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽุบู’ุฑูู‚ููŠู’ู†ูŽ ููู‰ ุงู„ู’ู…ูุดูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉูุŒ ูƒูŽู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู: ูˆูŽุฃูŽุบู’ุฑูู‚ู’ู†ููŠู’ ููู‰ ุนูŽูŠู’ู†ู ุจูŽุญู’ุฑู ุงู„ู’ูˆูุญู’ุฏูŽุฉู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ู„ูŽุง ุฃูŽุฑูŽู‰ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽุณู’ู…ูŽุนูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽุฌูุฏูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽุญูŽุณูŽู‘ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ูˆูŽุงุฌู’ู…ูŽุนู’ ุจูŽูŠู’ู†ููŠู’ ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽูƒูŽ ูˆูŽุญูŽู„ูŽู‘ ุจูŽูŠู’ู†ููŠู’ ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุบูŽูŠู’ุฑููƒูŽ. ูˆูŽู‡ูŽุฐุง ุงู„ู’ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ูŠูŽุญู’ุตูู„ู ูˆูŽูŠูŽู†ู’ู‚ูŽุทูุนูุŒ (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต: 83).

Empat tingkatan รŽmรขn yang dimaksud di atas adalah;
1) รŽmรขn-nya orang-orang munafik hanya membenarkan dengan lisan mereka tanpa diyakini dengan hati, akan tetapi รŽmรขn mereka berguna di dunia untuk menjaga darah dan harta mereka, sedang di akhirat sebagaimana firman Allรขh SWT; โ€œSesungguhnya orang-orang munafik akan ditempatkan di neraka yang paling bawahโ€.

2) รŽmรขn-nya orang-orang muโ€™min. Mereka meyakini dengan hati dan membenarkan dengan lisan, akan tetapi mereka tidak melakukan apa yang sudah ditetapkan Allรขh SWT, dan buah dari keyakinannya tidak tampak. Maka, ketika mereka ber-tadabbur pada Allรขh SWT mereka masih takut dan berharap pada selain-Nya, dan mereka berani untuk mengingkari perintah-Nya dan larangan-Nya.

3) รŽmรขn Muqarrabin, yaitu mereka yang menyibukkan diri dengan menghadirkan aqidah keimanan, sehingga keimanan mereka menyatu dalam batin mereka. Mata hati mereka seolah-olah memandang segala sesuatu yang keseluruhannya itu keluar dari ketentuan pada zaman azali. Maka, tampaklah hasil dari keimanan mereka. Mereka tidak meminta tolong kepada selain Allรขh SWT, mereka tidak takut dan tidak pula berharap kecuali kepada Allรขh SWT Mereka berkeyakinan bahwa makhluk itu tidak mempunyai kemanfaatan dan bahaya baginya. Dan juga tidak kematian, kehidupan, dan kebangkitannya, dan tidak mencintai selain Allรขh SWT karena selain Allรขh SWT tidak bisa berbuat kebaikan. Oleh karena itu Syaikh Abรป Hasan berkata: โ€œBerilah kami haqรฎqat รŽmรขn kepada-Mu sehingga kami tidak takut kepada selain-Mu, tidak mengharap sesuatu kepada selain-Mu, tidak mencintai kepada selain-Mu, dan tidak menyembah sesuatu selain-Muโ€. Dan mereka (muqarrabin) tidak berpaling dari kehendak dan hukum-Nya. Karena sesungguhnya Allรขh SWT adalah Dzat Yang Maha Bijaksana, dan mereka berkeyakinan bahwa akhirat adalah tempat yang kekal, maka mereka pun berlomba-lomba.

4) รŽmรขn-nya Ahlul Fanaโ€™ dalam ketauhidannya yang tenggelam dalam musyahadah, sebagaimana yang dijelaskan oleh Sayyid Abdu as-Salam: โ€œTenggelamkanlah aku dalam sumber lautan keesaan-Mu sehingga kami tidak melihat, tidak mendengar, tidak menemukan dan meRasakan kecuali kepada-Mu. Kumpulkanlah antara aku dan engkau dan halangi antara aku dan selain engkauโ€, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halman: 83).

Dan pembahasan berikutnya tentang hakikat Ihsรขn.
(ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู) ููŽู‡ูู‰ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุนู’ุจูุฏูŽ ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุฑูŽุจูŽู‘ู‡ู ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุฑูŽุงู‡ูุŒ ูƒูŽู…ูŽุง ููู‰ ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุฌูุจู’ุฑููŠู’ู„ูŽ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู„ูŽุงู„ู ุงู„ู’ู…ูŽุญูŽู„ูู‘ู‰: ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ู…ูุฑูŽุงู‚ูŽุจูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰ ููู‰ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูŽุงุชู ุงู„ุดูŽู‘ุงู…ูู„ูŽุฉู ู„ูู„ู’ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุณู’ู„ุงูŽู…ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุชูŽู‚ูŽุนูŽ ุนูุจูŽุงุฏูŽุงุชู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ูƒูู„ูู‘ู‡ูŽุง ููู‰ ุญูŽุงู„ู ุงู„ู’ูƒูŽู…ูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฅูุฎู’ู„ูŽุงุตู ูˆูŽุบูŽูŠู’ุฑูู‡ู.
Yakni, seorang hamba yang sedang beribadah/menyembah kepada Allรขh SWT seakan-akan melihat Allรขh SWT Imam Jalal al-Mahallรฎ menyatakan bahwa hakikat Ihsรขn adalah muraqabah kepada Allรขh SWT dalam berbagai ibadah yang meliputi รŽmรขn dan Islรขm. sehingga seluruh ibadah seorang hamba mencapai kesempurnaan, seperti ikhlas, dan lain-lain, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 86).

Sumber: Alif.ID

26. Akhlak Mulia (Husnul Khuluq)

Etika baik, budi pekerti luhur, atau akhlak terpuji memang bisa dibentuk oleh lingkungan. Namun, akhlak mulia bukan semata karena dibentuk oleh lingkungan. Akhlak mulia adalah sebuah anugerah yang Allรขh SWT berikan kepada hamba-Nya yang terpilih.

Seorang hamba yang dikehendaki Allรขh SWT untuk menjadi hamba yang baik, maka Allรขh SWT akan menganugerahkan baginya akhlak mulia. Sebaliknya, jika seorang hamba dikehendaki menjadi orang yang tidak baik, maka Allรขh SWT berikan baginya akhlak yang tidak baik.

ุฅูู†ูŽู‘ ู‡ูฐุฐูู‡ู ุงู’ู„ุฃูŽุฎู’ู„ุงูŽู‚ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ููŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุจูู‡ู ุฎูŽูŠู’ุฑู‹ุง ู…ูŽู†ูŽุญูŽู‡ู ุฎูู„ูู‚ู‹ุง ุญูŽุณูŽู†ู‹ุงุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุจูู‡ู ุณููˆู’ุกู‹ุง ู…ูŽู†ูŽุญูŽู‡ู ุฎูู„ูู‚ู‹ุง ุณูŽูŠูู‘ุฆู‹ุงุŒ (ููŠุถ ุงู„ู‚ุฏูŠุฑุŒ ุฌ 2ุŒ ุต: 694).

Sesungguhnya akhlak ini dari Allรขh SWT, barangsiapa yang Allรขh SWT kehendaki baik maka Allรขh SWT memberinya akhlaq yang mulia dan barangsiapa yang Allรขh SWT kehendaki buruk maka Allรขh SWT memberinya akhlaq yang buruk, (Faydh al-Qadรฎr, juz 2 halaman: 694).

ููŽุงู„ู’ุฎูู„ูู‚ู ุนูุจูŽุงุฑูŽุฉูŒ ุนูŽู†ู’ ู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุฉู ูููŠ ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุฑูŽุงุณูุฎูŽุฉู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ุชูŽุตู’ุฏูุฑู ุงู„ู’ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ู ุจูุณูู‡ููˆู’ู„ูŽุฉู ูˆูŽูŠูุณู’ุฑู ู…ูู†ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ุญูŽุงุฌูŽุฉู ุฅูู„ูŽู‰ ูููƒู’ุฑู ูˆูŽุฑููˆูŽุงูŠูŽุฉู ููŽุฅูู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ุงู„ู’ู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุฉู ุจูุญูŽูŠู’ุซู ุชูŽุตู’ุฏูุฑู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ุงู„ู’ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ู ุงู„ู’ุฌูŽู…ููŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุญู’ู…ููˆู’ุฏูŽุฉู ุนูŽู‚ู’ู„ู‹ุง ูˆูŽุดูŽุฑู’ุนู‹ุง ุณูู…ููŠูŽุชู’ ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽูŠู’ุฆูŽุฉู ุฎูู„ูู‚ู‹ุง ุญูŽุณูŽู†ู‹ุง. (ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3 ุต 49)

Husnul khulรปq merupakan suatu ungkapan keadaan jiwa yang tertanam di dalamnya. Berbagai perbuatan muncul darinya dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Dan apabila keadaan yang tertanam itu muncul darinya perbuatan yang baik menurut akal dan norma, maka disebut dengan etika yang baik, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 3 halaman: 49).

ููŽุงู„ู’ุฎูู„ูู‚ู ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ู ุตูููŽุฉู ุณูŽูŠูู‘ุฏู ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ู ุงู„ุตูู‘ุฏูู‘ูŠู’ู‚ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุชูŽู‘ุญู’ู‚ููŠู’ู‚ู ุดูŽุทู’ุฑู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ูˆูŽุซูŽู…ู’ุฑูŽุฉู ู…ูุฌูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุชูŽู‘ู‚ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฑููŠูŽุงุถูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุชูŽุนูŽุจูู‘ุฏููŠู’ู†ูŽ. (ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3 ุต 45)
Husnul khulรปq merupakan sifat para Rasul dan perbuatan utama para shiddiqin. Husnul khulรปq secara hakiki merupakan separuh dari keimanan, hasil dari mujahadah para muttaqin, dan hasil latihan orang yang beribadah, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 3 halaman: 45).

Berikut ini adalah dasar Husnul khulรปq;

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ุจูุนูุซู’ุชู ู„ูุฃูุชูŽู…ูู‘ู…ูŽ ู…ูŽูƒูŽุงุฑูู…ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุงู‚ูุŒ ุฑูˆุงู‡ ุฃุญู…ุฏ ูˆุงู„ุญุงูƒู… ูˆุงู„ุจูŠู‡ู‚ูŠุŒ (ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3 ุต 46).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. Rasulullah SAW bersabda: โ€œSesungguhnya aku diutus Allรขh SWT untuk menyempurnakan akhlak yang muliaโ€, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, Juz 3 halaman: 46)

Allรขh SWT berfirman;

ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูู„ูู‚ู ุนูŽุธููŠู…ู. (ุงู„ู‚ู„ู…: ูค)

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung, (Q.S. al-Qalam: 4)

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจูู‰ ุฏูŽุฑู’ุฏูŽุงุกูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฃูŽุซู’ู‚ูŽู„ู ู…ูŽุง ูŠููˆู’ุถูŽุนู ูููŠ ุงู„ู’ู…ููŠู’ุฒูŽุงู†ู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญูุณู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูู„ูู‚ูุŒ ุฑูˆุงู‡ ุฃุจูˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ. (ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3 ุต 46).

Rasรปlullah bersabda: โ€œAmal yang paling berat di mizan (timbangan amal) pada hari kiamat adalah taqwa kepada Allรขh SWT dan budi pekerti yang baikโ€, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, Juz 3 halaman: 46).

Berikut ini empat rukun yang dapat menghasilkan Husnul Khulรปq dengan cara mengambil jalan tengah (iโ€˜tidal) dan sesuai dengan keadaan;

ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ูƒูŽุงู†ู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŽุฉู ูˆูŽุงุนู’ุชูŽุฏูŽู„ูŽุชู’ ูˆูŽุชูŽู†ูŽุงุณูŽุจูŽุชู’ ุญูŽุตูŽู„ูŽ ุญูุณู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูู„ูู‚ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ูˆูŽู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุบูŽุถูŽุจู ูˆูŽู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ุดูŽู‘ู‡ู’ูˆูŽุฉู ูˆูŽู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุนูŽุฏู’ู„ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ู‚ููˆูŽู‰. (ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3 ุต 49)

  1.  ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู, berfungsi mempermudah menemukan perbedaan antara ucapan, iโ€˜tiqad dan perbuatan yang benar dan yang salah. Jika berhasil maka bisa menghasilkan hikmah yang menjadi pokok akhlak yang baik.
  2.   ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุบูŽุถูŽุจู, berfungsi mengekang dan mampu melepaskan menurut batas kebijaksanaan (akal dan norma).
  3.   ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ุดูŽู‘ู‡ู’ูˆูŽุฉู, berada di bawah kendali hikmah (akal dan norma).
  4.   ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุนูŽุฏู’ู„ู, berfungsi menguasai ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ุดูŽู‘ู‡ู’ูˆูŽุฉู dan ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุบูŽุถูŽุจู di bawah akal dan norma, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, Juz 3 halaman: 49).
  1.  ุงู„ุญููƒู’ู…ูŽุฉู ุญูŽุงู„ูŽุฉูŒ ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุจูู‡ูŽุง ูŠูุฏู’ุฑููƒู ุงู„ุตูŽู‘ูˆูŽุงุจูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽุทูŽุงุกู ูููŠ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ู ุงู„ูุงุฎู’ุชููŠูŽุงุฑููŠูŽู‘ุฉู
  2. ุงู„ุดูŽู‘ุฌูŽุงุนูŽุฉู ูƒูŽูˆู’ู†ู ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุบูŽุถูŽุจู ู…ูู†ู’ู‚ูŽุงุฏูŽุฉู ู„ูู„ู’ุนูŽู‚ู’ู„ู ูููŠ ุฅูู‚ู’ุฏูŽุงู…ูู‡ูŽุง ูˆูŽุฅูุญู’ุฌูŽุงู…ูู‡ูŽุง
  3. ุงู„ู’ุนูููŽู‘ุฉู ุชูŽุฃูŽุฏูู‘ุจู ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ุงู„ุดูŽู‘ู‡ู’ูˆูŽุฉู ุจูุชูŽุฃู’ุฏููŠู’ุจู ุงู„ู’ุนูŽู‚ู’ู„ู ูˆูŽุงู„ุดูŽู‘ุฑู’ุนู
  4. ุงู„ู’ุนูŽุฏู’ู„ู ุญูŽุงู„ูŽุฉูŒ ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู‚ููˆูŽู‘ุฉูŒ ุจูู‡ูŽุง ุชูุณูŽูˆูู‘ุณู ุงู„ู’ุบูŽุถูŽุจูŽ ูˆุงู„ุดูŽู‘ู‡ู’ูˆูŽุฉูŽ ูˆูŽุชูŽุญู’ู…ูู„ูู‡ูู…ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูู‚ู’ุชูŽุถูŽู‰ ุงู„ู’ุญููƒู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุชูŽุถู’ุจูุทูู‡ูู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุงูุณู’ุชูุฑู’ุณูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุงูู†ู’ู‚ูุจูŽุงุถู ุนูŽู„ูŽู‰ ุญูŽุณูŽุจู ู…ูู‚ู’ุชูŽุถูŽุงู‡ูŽุง. ููŽู…ูŽู†ู ุงุนู’ุชูŽุฏูŽู„ูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ุฃูุตููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŽุฉูŽ ุชูŽุตู’ุฏูุฑู ุงู„ู’ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุงู‚ู ุงู„ู’ุฌูŽู…ููŠู’ู„ูŽุฉู ูƒูู„ูู‘ู‡ูŽุง. (ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3 ุต 49-50)

Pokok dan sumber akhlak

1. Hikmah adalah keadaan jiwa yang dapat digunakan untuk menemukan kebenaran dari semua perbuatan sadar yang salah.

2. Keberanian adalah kekuatan sifat kemarahan yang ditundukkan oleh akal dalam keputusan maju dan mundurnya.

Sifat yang muncul dari keberanian adalah al-Karรขm (dermawan), an-Najdah (keberanian), at-Tasahum (keinginan pada hal-hal yang menyebabkan perbuatan baik), Kasrun Nafsi (mengekang hawa nafsu), al-Ihtimal (menanggung penderitaan), al-Hilm (sabar dan pemaaf), ats-Tsabat (pendirian teguh), Kadzmul Ghaidh (menahan amarah), al-Waqar (berwibawa), at-Tawรขdud (penuh cinta) dll.

Jika keberanian terlalu lemah, maka menimbulkan sifat-sifat yang seperti an-Nihanah (rendah diri), adz-Dzullah (hina), al-Jazโ€˜u (penyesalan), al-Khusasah (pendek pikir dan hina), Shagrun Nafsi (kecil jiwa), al-Inkibat (merasa terkekang untuk menuntut haknya).

Jika keberanian terlalu tinggi, maka muncul sifat-sifat yang jelek seperti Tahawwur (berani tanpa perhitungan dan pemikiran), al-Badzahu (angkuh), al-Shalifu (pengakuan terhadap sesuatu yang tidak dimilikinya, dalam arti perbuatan atau suatu hal), Isytisyathah (sifat amarah yang berlebihan), sombong/โ€˜Ujub (membanggakan diri).

3. Menjaga kehormatan diri adalah mendidik kekuatan syahwat dengan didikan akal dan norma.

Sifat baik yang muncul dari menjaga kehormatan diri adalah pemurah, malu, sabar, toleran, Qanaโ€™ah (menerima apa adanya), Wiraโ€™i, lemah lembut, suka menolong, tidak tamak.

Jika dorongan โ€˜Iffah (menjaga kehormatan diri) terlalu lemah dan kuat maka akan memunculkan sifat yang jelek seperti sifat rakus, sedikit Rasa malu, keji, boros, kikir, riyaโ€™, mencela diri, gila, suka bergurau, pembujuk, hasut, iri hati, mengadu domba, merendahkan diri di hadapan orang-orang kaya dan meremehkan fakir miskin, dll.

4. Adil adalah keadaan jiwa dan kekuatannya yang mengusai kemarahan dan syahwat dan membawanya kepada kehendak hikmah (ilmu dan norma), dan mencegahnya menurut batas kebijaksanaan.

Sifat baik yang muncul dari sifat adil adalah Husnu at-Tadbir (penalaran yang baik), Juudah adz-Dzihn (kejernihan hati), Tsiqabat ar-Raโ€™yi (kecerdasan berpikir), Ishabah adz-Dhan (kebenaran dugaan), kecerdasan berpikir terhadap amal-amal yang lembut dan kecerdasan berfikir terhadap bahaya jiwa yang tersembunyi.

Jika dorongan adil terlalu lemah maka akan menimbulkan sifat-sifat yang jelek seperti kebodohan, al-Ghumarah (tidak punya kepandaian), al-Humku (dungu), gila, dll.

Jika dorongan adil terlalu kuat maka akan muncul sifat-sifat jelek seperti cerdik licik, jahat, al-Makru (rekayasa), al-khadaโ€™ (suka menipu), al-Addahaโ€™ (tipu muslihat).

Barangsiapa pokok dan sumber akhlaknya iโ€™tidal (tidak terlalu lemah dan tidak terlalu kuat) maka akhlak yang keluar darinya adalah seluruh akhlak yang baik, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, Juz 3 halaman: 49-50).

Sementara itu, sumber akhlak yang tercela (buruk) dijelaskan sebagai berikut;

  • Ridha terhadap jiwanya yang makin jauh kepada Allรขh SWT
  • Takut terhadap makhluk, dan
  • Dan mementingkan duniawi.

Kemudian dari ciri yang pertama muncullah syahwat (keinginan), kelalaian, dan maksiat. Lantas dari ciri yang kedua muncullah sifat pemarah, dengki dan hasud. Dan ciri yang ketiga  muncullah sifat serakah, tamaโ€™ (mengharapkan pemberian selain dari Allรขh), dan sifat kikir.

Sumber: Alif.ID

27. Perilaku Orang Takwa

Takwa adalah merasa takut untuk melakukan hal/perbuatan yang dilarang oleh Allรขh SWT, sehingga memilih untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan oleh Allรขh SWT.

berikut ini adalah macam-macam perilaku orang yang takwa:

ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ู‚ู’ูˆูŽู‰ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ุจูุงู„ูู‘ู„ุณูŽุงู†ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฅููŠู’ุซูŽุงุฑู ุฐููƒู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฒูŽู„ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูุฒูŽุงู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐููƒู’ุฑู ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ููŽูƒูŽุงู†ูŽุŒ ูˆูŽุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ุจูุงู’ู„ุฃูŽุฑู’ูƒูŽุงู†ู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฅููŠู’ุซูŽุงุฑู ุฎูุฏู’ู…ูŽุฉู ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฒูŽู„ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูุฒูŽุงู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูุฏู’ู…ูŽุฉู ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ููŽูƒูŽุงู†ูŽุŒ ูˆูŽุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ุจูุงู„ู’ุฌูู†ูŽุงู†ู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฅููŠู’ุซูŽุงุฑู ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฒูŽู„ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูุฒูŽุงู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู†ู’ ููŽูƒูŽุงู†ูŽ. (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต 76)

Taqwรข ada tiga macam. Takwanya orang awam dengan lisan, yaitu lebih mendahulukan menyebut Allรขh daripada menyebut makhluk. Takwanya orang khash dengan anggota tubuh, yaitu lebih mendahulukan untuk melayani Allรขh daripada melayani makhluk. Takwanya orang akhash dengan hati, yaitu lebih mendahulukan cinta kepada Allรขh daripada cinta kepada makhluk, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 76).

Syaikh Abรป Yazรฎd berkata jika seorang laki-laki telah menghamparkan sajadahnya di atas air, dan duduk bersila di atas udara, maka janganlah kamu terperdaya hingga kamu melihat bagaimana dia menjalani perintah dan menjauhi larangan Allรขh SWT, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 280).

Tangisan Orang yang Takut kepada Allรขh

Menangis karena takut kepada Allรขh memang benar adanya, dan hal itu dijelaskan di dalam Alquran;

ูˆูŽูŠูŽู€ุฎูุฑูู‘ูˆู’ู†ูŽ ู„ูู„ู’ุฃูŽุฐู’ู‚ูŽุงู†ู ูŠูŽุจู’ูƒููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽูŠูŽุฒููŠู’ุฏูู‡ูู…ู’ ุฎูุดููˆู’ุนู‹ุง (ุงู„ุฅุณุฑุงุก: ูกู ูฉ)

โ€œDan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuโ€˜โ€, (Q.S. al-Israโ€™: 109).

ุฎูŽุฑูู‘ูˆู’ุง ุณูุฌูŽู‘ุฏู‹ุง ูˆูŽุจููƒููŠู‹ู‘ุง (ุงู„ู…ุฑูŠู…: ูฅูจ).

Mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis, (Q.S. Maryam: 58).

Dan berikut ini adalah penjelasan Nabรฎ SAW ketika ditanya tentang perihal keselamatan dan tangisan.

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุจููˆู’ ุฃูู…ูŽุงู…ูŽุฉู ู„ูุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ู…ูŽุงุงู„ู’ู†ูŽุฌูŽุงุฉูุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ:(ุฃูŽู…ู’ุณููƒู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู„ูุณูŽุงู†ูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽู„ููŠูŽุณูŽุนู’ูƒูŽ ุจูŽูŠู’ุชูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽุงุจู’ูƒู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูŽุทููŠู’ุฆูŽุชููƒูŽ)ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ู: (ุญูุฑูู‘ู…ูŽุชู’ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ูŽุงุซู ุฃูŽุนู’ูŠูู†ู: ุนูŽูŠู’ู†ู ุณูŽู‡ูŽุฑูŽุชู’ ููู‰ ุณูŽุจููŠู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุนูŽูŠู’ู†ู ุจูŽูƒูŽุชู’ ู…ูู†ู’ ุฎูŽุดู’ูŠูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู)ุŒ ูˆูŽุณูŽูƒูŽุชูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงูˆูู‰ู’ ุนูŽู†ู ุงู„ุซูŽู‘ุงู„ูุซูŽุฉู. ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: (ูŠูŽุงุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุงูŽุจู’ูƒููˆู’ุงุŒ ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุจู’ูƒููˆู’ุง ููŽุชูŽุจูŽุงูƒููˆู’ุง. ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ูŠูŽุจู’ูƒููˆู’ู†ูŽ ููู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุชูŽุณููŠู’ู„ูŽ ุฏูู…ููˆู’ุนูู‡ูู…ู’ ููู‰ ูˆูุฌููˆู’ู‡ูู‡ูู…ู’ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุฃูŽู†ู’ู‡ูŽุงุฑูŒุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ููŽุฑูŽุบูŽุชู’ ุฏูู…ููˆู’ุนูู‡ูู…ู’ ุชูŽุณููŠู’ู„ู ุงู„ุฏูู‘ู…ูŽุงุกู ููŽู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุณูููู†ู‹ุง ุฃูุฑู’ุณูู„ูŽุชู’ ููู‰ ู…ูŽุฌูŽุงุฑูŽูŠ ุฏูู…ููˆู’ุนูู‡ูู…ู’ ู„ูŽุฌูŽุฑูŽุชู’) .(ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ู’) ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุจููƒูŽุงุกูŽ ู…ูู†ู’ ุฎูŽุดู’ูŠูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฏูŽู„ูู‘ ุงู„ู’ุฃูŽุฏูู„ูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฎูŽูˆู’ูู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽูŠู’ู„ู ุงูู„ูŽู‰ ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู. ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽุงู„ูุจู ู„ูู„ู’ุจููƒูŽุงุกู ุดูŽูŠู’ุขู†ู: ุงู„ู’ุฎูŽูˆู’ูู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ุฏูŽู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ุณูŽู„ูŽููŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุชูŽู‘ูู’ุฑููŠู’ุทู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ู‚ู’ุตููŠู’ุฑูุŒ ูˆูŽุฃูŽุนู’ุธูŽู…ู ุณูŽุจูŽุจูู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู. (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ูู‰ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต 263-264)

Abu Umamah bertanya kepada Rasulullah SAW: โ€œApa keselamatan itu?โ€. Nabรฎ menjawab: โ€œJagalah lisanmu, luaskanlah rumahmu, menangislah atas kesalahanmuโ€. Nabi bersabda: โ€œTiga mata yang diharamkan masuk neraka; mata yang terjaga fi sabilillah, mata yang menangis karena takut kepada Allรขh SWTโ€, dan perawi Hadis tidak meneruskan pada bagian yang ketiga. Nabi juga bersabda: โ€œWahai manusia menangislah engkau, jika engkau tidak bisa menangis maka paksalah untuk menangis, karena sesungguhnya ahli neraka itu menangis di neraka sehingga air matanya mengalir di wajahnya bagaikan aliRAn sungai, ketika air matanya habis maka mengalirlah darah (sebagai ganti air mata), seandainya sebuah kapal yang dilepas pada aliRAn air matanya maka kapal akan berlayarโ€.

Ketahuilah bahwa menangis karena takut kepada Allรขh SWT itu merupakan bukti Rasa takut kepada Allรขh SWT dan condongnya diri untuk lebih memilih akhirat. Dua hal yang bisa menyebabkan menangis, yaitu takut kepada Allรขh SWT, menyesal terhadap perilaku yang melampaui batas dan kecerobohan yang telah lalu. Dan penyebab utamanya adalah mahabbah (rasa cinta), (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 263-264).

Berikut ini adalah kisah para sahabat menangis ketika mengingat kematian dan akan adanya hari kimat;

ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุนูู…ูŽุฑู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠู’ุฒู ูŠูŽุฌู’ู…ูŽุนู ุงู„ู’ููู‚ูŽู‡ูŽุงุกูŽ ููŽูŠูŽุชูŽุฐูŽุงูƒูŽุฑููˆู’ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุซูู…ูŽู‘ ูŠูŽุจู’ูƒููˆู’ู†ูŽ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู’ู‡ูู…ู’ ุฌูŽู†ูŽุงุฒูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ู…ูู†ู’ ุฐููƒู’ุฑูู‡ู ุฃููƒู’ุฑูู…ูŽ ุจูุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกูŽ: ุชูŽุนู’ุฌููŠู’ู„ู ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉูุŒ ูˆูŽู‚ูŽู†ูŽุงุนูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจูุŒ ูˆูŽู†ูŽุดูŽุงุทู ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู. ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ู†ูŽุณููŠูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชูŽ ุนููˆู’ู‚ูุจูŽ ุจูุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกูŽ ุชูŽุณู’ูˆููŠู’ูู ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉูุŒ ูˆูŽุนูŽุฏูŽู…ู ุงู„ุฑูู‘ุถูŽุง ุจูุงู„ู’ูƒูŽููŽุงููุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ูƒูŽุงุณูู„ู ููู‰ ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูŽุฉู. (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจ ุต 451)

โ€˜Umar bin โ€˜Abdul โ€˜Azรฎz mengumpulkan para ahli fiqih, kemudian mereka saling mengingatkan tentang mati dan kiamat, kemudian mereka menangis seakan-akan di depan mereka tertapat jenazah. Barangsiapa yang banyak mengingat mati maka akan diberi kemuliaan dengan tiga hal; mempercepat taubat, hati yang menerima, giat dalam ibadah. Dan barangsiapa yang lupa dengan mati maka akan disiksa dengan tiga hal: menunda-nunda taubat, tidak senang dengan kecukupan, malas dalam ibadah, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 451).

Sabar, Tawakal, dan Tawadhuโ€˜

Menurut Imam Junaid, sabar adalah menahan kepahitan tanpa bermuram wajah, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 271).

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆู’ุง ุงุตู’ุจูุฑููˆู’ุง ูˆูŽุตูŽุงุจูุฑููˆู’ุง ูˆูŽุฑูŽุงุจูุทููˆู’ุง ูˆูŽุงุชูŽู‘ู‚ููˆู’ุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ุชููู’ู„ูุญููˆู†ูŽ

Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allรขh SWT supaya kamu beruntung, (Q.S. Ali โ€˜Imran: 200).

Makna dari kata ayat di atas adalah;

  • ุงุตู’ุจูุฑููˆู’ุง, sabar yang berarti mengajak nafsu untuk taat dan patuh kepada Allรขh SWT
  • ุตูŽุงุจูุฑููˆู’ุง, sabar dengan perubahan hati (dari akhlak yang buruk menuju akhlak yang baik) untuk menghadapi cobaan Allรขh SWT
  • ุฑูŽุงุจูุทููˆู’ุง, persambungan sirri dengan Rasa rindu kepada Allรขh SWT

ู…ูŽุง ุฑูุฒูู‚ูŽ ุนูŽุจู’ุฏูŒ ุฎูŽูŠู’ุฑู‹ุง ู„ูŽู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽูˆู’ุณูŽุนูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู

Tiada rizki yang diberikan kepada seorang hamba itu lebih baik dan lebih luas daripada sabar, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 271).

Dari segi perilaku, sabar dikelompokkan menjadi tiga golongan;

ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุตูŽุจู’ุฑู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽุฉูุŒ ูˆูŽุตูŽุจู’ุฑู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุทูŽู‘ุงุนูŽุฉูุŒ ูˆูŽุตูŽุจู’ุฑู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุนููŠูŽู‘ุฉูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 77).

Tiga golongan tersebut adalah; sabar-nya orang โ€˜awam yaitu dari kemaksiatan, sabar-nya orang khรขs yaitu atas ketaatan, dan sabar-nya orang akhรขs yaitu bersama Allรขh SWT

Sementara itu, dari segi maqรขm, sabar terbagi menjadi lima.

(ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู) ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูŽู…ู’ุณูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุตูŽุจู’ุฑูŒ ู„ูู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุตูŽุจู’ุฑูŒ ููู‰ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุตูŽุจู’ุฑูŒ ุจูุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุตูŽุจู’ุฑูŒ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุตูŽุจู’ุฑูŒ ุนูŽู†ู ุงู„ู„ู‡ู. ููŽุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู ู„ูู„ู‡ู ุนูŽู†ูŽุงุกูŒุŒ ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู ูููŠู’ู‡ู ุจูŽู„ูŽุงุกูŒุŒ ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู ุจูู‡ู ุจูŽู‚ูŽุงุกูŒุŒ ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู ู…ูŽุนูŽู‡ู ูˆูŽููŽุงุกูŒุŒ ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุฌูŽููŽุงุกูŒุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ูู‰ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 272).

Lima sabar itu adalah; 1) Sabar Lillรขh (tunduk, patuh kepada Allรขh SWT), 2) Sabar Fillรขh (cobaan), 3) Sabar Billรขh (tetap untuk selalu bersama Allรขh SWT), 4) Sabar Maโ€˜allรขh (menepati janji setia), dan 5) sabar โ€˜Anillรขh (jauh dari Allรขh SWT), (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 272).

Dan orang-orang yang bersabar atas perilaku buruk orang lain dikategorikan sebagai orang-orang yang shiddiq (terpercaya). Itulah kisah, as-Syadzili membiarkan perilaku orang-orang/musuh yang menyakiti beliau.

(ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ุฃูŽุฌู’ุฑูŽู‰ ุงู’ู„ุฃูŽุฐูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู’ู‡ูู…ู’ ูƒูŽูŠู’ู„ูŽุง ุชูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ุณูŽุงูƒูู†ู‹ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุฒู’ุนูุฌูŽูƒูŽ ุนูŽู†ู’ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูุดู’ุบูู„ูŽูƒูŽ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ) ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุฃูŽุฐูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู„ูู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ู†ูุนู’ู…ูŽุฉูŒ ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽุฉูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู„ูŽุง ุณููŠูŽู‘ู…ูŽุง ู…ูู…ูŽู‘ู†ู’ ุงูุนู’ุชูŽุงุฏูŽู‘ ู…ูู†ู’ู‡ู ุงู„ู’ู…ูู„ูŽุงุทูŽููŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุจูŽุฑูŽู‘ุฉูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุงูุญู’ุชูุฑูŽุงู…ูŽ ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูŠููู’ู‚ูุฏูู‡ู ุนูŽุฏูŽู…ูŽ ุงู„ุณูู‘ูƒููˆู’ู†ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุชูŽุฑู’ูƒูŽ ุงู’ู„ุงูุนู’ุชูู…ูŽุงุฏู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽููŽู‚ู’ุฏูŽ ุงู’ู„ุฃูู†ู’ุณู ุจูู‡ูู…ู’ ููŽูŠูŽุชูŽุญูŽู‚ูŽู‘ู‚ู ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ุนูุจููˆู’ุฏููŠูŽู‘ุชูู‡ู ู„ูุฑูŽุจูู‘ู‡ู ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ุฃูŽุจููˆ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ู ุงู„ุดูŽู‘ุงุฐูู„ููŠูู‘ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุขุฐูŽุงู†ููŠู’ ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ูŒ ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉู‹ ููŽุถูŽู‚ู’ุชู ุฐูŽุฑู’ุนู‹ุง ุจูุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽู†ูู…ู’ุชู ููŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชู ูŠูู‚ูŽุงู„ู ู„ููŠู’ ู…ูู†ู’ ุนูŽู„ูŽุงู…ูŽุฉู ุงู„ุตูู‘ุฏูู‘ูŠู’ู‚ููŠูŽู‘ุฉู ูƒูŽุซู’ุฑูŽุฉู ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆูู‡ูŽุง ุซูู…ูŽู‘ ู„ูŽุง ูŠูุจูŽุงู„ููŠู’ ุจูู‡ูู…ู’ุŒ (ุดุฑุญ ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุฌ 2ุŒ ุต: 57-58).

Allรขh SWT memberikan potensi kepada makhluk untuk berbuat yang menyakitkan, agar engkau tidak merasa tentRAm dengan mereka. Allรขh SWT menghendakimu agar menjauhi segala sesuatu yang dapat menyibukkan dirimu sehingga jauh dari Allรขh SWT Perbuatan manusia yang menyakitkan atas seorang hamba merupakan sebuah kenikmatan yang besar bagi dirinya. Apalagi perbuatan yang menyakitkan itu dari orang yang biasa menyayanginya, memuliakannya, berbuat baik padanya, dan menghormatinya. Karena perbuatan itu akan menjadikan dirinya tidak merasa tentram, tidak tergantung, dan tidak terhibur dengan mereka.

Jika sudah demikian, maka akan menjadi nyata ubudiyahnya kepada Allรขh SWT Abu Hasan al-Syadzili RA. berkata: โ€œSeorang manusia menyakitiku, dan aku tak mampu membalasnya. Lalu aku tertidur, kemudian aku bermimpiโ€, dan dikatakan kepadaku โ€œTermasuk dari tanda-tanda orang yang shiddiq (yang berbakti kepada Allรขh SWT) adalah orang yang banyak musuh, namun dia tidak mempedulikan merekaโ€, (Syarh al-Hikam, juz 2 halaman: 57-58).

Orang yang bersabar juga harus mengetahui, macam-macam balaโ€™ (ujian/cobaan dari Allรขh SWT), itulah sebabnya ada tiga kategori balaโ€™ yang diberikan oleh Allรขh SWT kepada hambanya sesuai dengan tingkat dan kemampuan.

ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽู„ูŽุงุกู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุจูŽู„ุงูŽุกู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ุชูŽู‘ุฃู’ุฏููŠู’ุจูุŒ ูˆูŽุจูŽู„ุงูŽุกู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ุชูŽู‘ู‡ู’ุฐููŠู’ุจูุŒ ูˆูŽุจูŽู„ุงูŽุกู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ุชูŽู‘ู‚ู’ุฑููŠู’ุจูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 77).

Ketiga balaโ€™ itu adalah; 1) Balaโ€™-nya orang โ€˜awam, sebagai bentuk pelajaran, 2) Balaโ€™-nya orang khรขs, sebagai bentuk perbaikan etika, dan 3) Balaโ€™-nya orang akhรขs sebagai bentuk taqarrub (mendekatkan diri kepada Allรขh SWT), (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 77).

Berikutnya mengenai tanda-tanda orang yang tawakkal.

(ูˆูŽุนูŽู„ุงูŽู…ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุชูŽูˆูŽูƒูู‘ู„ู) ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุงูŠูŽุณู’ุฃูŽู„ูŽ ูˆูŽู„ูŽุงูŠูŽุฑูุฏูŽู‘ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ุจูุณูŽ (ูˆูŽุฃูŽูƒู’ู…ูŽู„ู) ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ูู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูƒูŽุงู„ู’ู…ูŽูŠูู‘ุชู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠู ุงู„ู’ุบูŽุงุณูู„ู ูŠูู‚ูŽู„ูู‘ุจูู‡ู ูƒูŽูŠู’ููŽ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ู„ูŽุงูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ู„ูŽู‡ู ุญูŽุฑูŽูƒูŽุฉูŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุฏู’ุจููŠู’ุฑูŒ. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุจููˆู’ ุงู„ุฏูŽู‘ุฑู’ุฏูŽุงุกู ุฐูŽุฑู’ูˆูŽุฉู ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุงู’ู„ุฅูุฎู’ู„ุงูŽุตู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูู‘ู„ู ูˆูŽุงู’ู„ุงูุณู’ุชูุณู’ู„ุงูŽู…ู ู„ูู„ุฑูŽู‘ุจูู‘ ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ (ูˆูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ) ููู‰ ุงู„ู’ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูŽุงุชู ุฃูŽุนูŽุฒูู‘ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูู‘ู„ู ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูู‘ู„ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูŠูุญูŽุจูู‘ุจู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏูŽ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ุชูŽู‘ูู’ูˆููŠู’ุถูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽู‡ู’ุฏููŠู’ู‡ู ูˆูŽุจูู‡ูุฏูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูŠููˆูŽุงููู‚ู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุฑูุถู’ูˆูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุจูู…ููˆูŽุงููŽู‚ูŽุฉู ุฑูุถู’ูˆูŽุงู†ู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุณู’ุชูŽูˆู’ุฌูุจู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽูŠูุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ู„ูู‚ูŽุถูŽุงุฆูู‡ู ูˆูŽูŠูููŽูˆูู‘ุถู’ ุงูŽู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุถูŽ ุจูู‚ูŽุฏูŽุฑูู‡ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽู‚ูŽุงู…ูŽ ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽุญู’ุณูŽู†ูŽ ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ูŠูŽู‚ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽููŽุฑูŽู‘ุบูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุฑูุฌู’ู„ูŽูŠู’ู‡ู ู„ููƒูŽุณู’ุจู ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑู ูˆูŽุฃูŽู‚ูŽุงู…ูŽ ุงู’ู„ุฃูŽุฎู’ู„ุงูŽู‚ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูู€ุญูŽุฉูŽ ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ุชูุตู’ู„ูุญู ู„ูู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุฃูŽู…ู’ุฑูŽู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุทูŽุนูŽู†ูŽ ููู‰ ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูู‘ู„ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ุทูŽุนูŽู†ูŽ ููู‰ ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู…ูŽู‚ู’ุฑููˆู’ู†ูŒ ุจูู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูู‘ู„ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ุŒ (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต: 479).

Orang yang bertawakal, adalah mereka yang tidak meminta, tidak menolak, dan tidak menahan. Keadaan yang paling sempurna dari tawakal ini adalah seorang sรขlik menghadapkan dirinya kepada Allรขh SWT seakan-akan dia adalah mayat yang ada di hadapan orang yang memandikannya, tubuhnya dibolak-balikkan dia tetap diam dan menerima apa adanya. Abu Dardaโ€™ menyatakan bahwa buah imรขn adalah ikhlรขs, tawakal, dan pasrah sepenuhnya kepada Allรขh โ€˜Azza wa jalla. Tidak ada maqรขm (tempat) yang lebih mulia dibandingkan dengan tawakal. Karena tawakal menjadikan hamba mencintai Allรขh SWT Dengan kepasrahan ini, sรขlik memperoleh hidayah, sehingga dia pun memperoleh keridhaan-Nya. Jika Allรขh SWT telah meridhainya, maka kemuliaan dari Allรขh SWT akan diperolehnya.

Oleh karena itu, barangsiapa bertawakal kepada Allรขh SWT, menyerahkan segala urusan kepada-Nya, ridha dengan qodar-Nya, maka dia benar-benar telah menegakkan agama, dan memperbaiki iman dan keyakinannya. Sehingga kedua tangan dan kakinya hanya tergerak untuk kebajikan. Dia benar-benar menjadi orang yang berakhlak mulia, yang dengan akhlak mulia tersebut segala urusannya pun menjadi baik. Sebaliknya, barangsiapa menghina terhadap tawakal, maka dia menghina keimanannya, karena keimanan selalu bersamaan dengan tawakal. Barangsiapa mencintai orang-orang ahli tawakal, maka dia mencintai Allรขh SWT, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 479).

Berikut ini adalah macam-macam tawakal:

ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ููŽุงุนูŽุฉูุŒ ูˆูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู ุงู„ู’ู€ุฎูŽุงุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุทูŽู‘ุงุนูŽุฉูุŒ ูˆูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุนูู†ูŽุงูŠูŽุฉูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 76).

Tawakal terbagi menjadi tiga; 1) Tawakalnya orang โ€˜awรขm yaitu tawakal atas syafaโ€˜at, 2) Tawakalnya orang khรขsh yaitu tawakkal atas ketaatan, dan 3) Tawakalnya orang akhรขsh yaitu tawakkal atas pertolongan, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 76).

Selanjutnya adalah pembahasan tentang tawaddhuโ€˜:

ุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽุงุถูุนู ููŠู ุงูุตู’ุทูู„ูŽุงุญูู‡ูู…ู’: ุงูŽู„ู’ุฅูุณู’ุชูุณู’ู„ูŽุงู…ู ู„ูู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ูˆูŽุชูŽุฑู’ูƒู ุงู„ู’ุฅูุนู’ุชูุฑูŽุงุถู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุญููƒู’ู…ู (ุงู„ุทุฑู‚ ุงู„ุตูˆููŠุฉุŒ ุต: 265).

Tawaddhuโ€˜ menurut istilah ahli โ€˜Ulamaโ€™ Sufรฎ adalah menyerahkan diri kepada kebenaran dan meninggalkan berpaling pada hukum, (al-Thuruq al-Shรปfiyah, halaman: 265).

ูˆูŽู‚ููŠู’ู„ูŽ: ู‡ููˆูŽ ุงูŽู„ู’ู€ุฎูุดููˆู’ุนู ู„ูู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูู†ู’ู‚ููŠูŽุงุฏู ูˆูŽู‚ูŽุจููˆู’ู„ูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽู†ููŠูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ููŽู‚ููŠู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽุจููŠู’ุฑู ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ุบููŠู’ุฑู ูˆูŽุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ูู ูˆูŽุงู„ู’ูˆูŽุถููŠู’ุนู (ุงู„ุทุฑู‚ ุงู„ุตูˆููŠุฉุŒ ุต: 266).

Dikatakan juga: โ€œTawaddhuโ€˜ adalah tenangnya hati pada kebenaran, mengikuti dan menerima kebenaran itu, baik dari orang kaya, fakir, orang tua, anak kecil, orang mulia maupun orang yang rendahโ€, (al-Thuruq al-Shรปfiyah, halaman: 266).

Mengenai dasar Tawaddhuโ€˜,di dalam Alquran dijelaskan;

ูˆูŽุงุฎู’ููุถู’ ุฌูŽู†ูŽุงุญูŽูƒูŽ ู„ูู…ูŽู†ู ุงุชูŽู‘ุจูŽุนูŽูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ (ุงู„ุดุนุฑุงุก: 215)

Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman, (Q.S. al-Syuโ€˜arรขโ€™: 215).

ูˆูŽุนูุจูŽุงุฏู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽู…ู’ุดููˆู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ู‡ูŽูˆู’ู†ุงู‹ (ุงู„ูุฑู‚ุงู†: 63)ุŒ ู…ูŽุนู’ู†ูŽุงู‡ู: ุฎูŽุงุดูุนููŠู’ู†ูŽ ู…ูุชูŽูˆูŽุงุถูุนููŠู’ู†ูŽ.

(Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati) (Q.S. al-Furqan: 63), maknanya: โ€œDengan khusyuโ€˜, dengan tawaddhuโ€˜โ€.

Rasรปlullah SAW bersabda;

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘: ู„ุงูŽูŠูŽุฏู’ุฎูู„ู ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉูŽ ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ูููŠ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ู…ูุซู’ู‚ูŽุงู„ู ุฐูŽุฑูŽู‘ุฉู ู…ูู†ู’ ูƒูุจู’ุฑู.

Nabi SAW bersabda: โ€œTidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat sebiji SAWi dari sifat sombongโ€, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 311).

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘: ู…ูŽุง ุชูŽูˆูŽุงุถูŽุนูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ู„ู„ู‡ู ุงูู„ูŽู‘ุง ุฑูŽููŽุนูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู.

Nabi SAW bersabda: โ€œTidaklah tawaddhuโ€˜ seorang laki-laki kepada Allรขh SWT, kecuali Allรขh SWT mengangkat derajatnyaโ€, (Tanbรฎh al-Ghรขfilรฎn, halaman: 67).

Sementara itu Barangsiapa yang melihat dirinya memiliki nilai-nilai (kelebihan), maka tidak ada baginya sikap tawaddhuโ€˜.

ูˆูŽู‚ููŠู’ู„ูŽ: ุนูŽู„ูŽุงู…ูŽุฉู ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽุงุถูุนู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุนู’ุชูŽู‚ูุฏูŽ ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุณูŽุงู†ู ุฃูŽู†ูŽู‘ ูƒูู„ูŽู‘ ู…ูุณู’ู„ูู…ู ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ู’ู‡ู.

Abรป Sulaimรขn al-Dรขrรขni berkata: โ€œTanda-tanda tawaddhuโ€˜ adalah apabila seseorang meyakini bahwa sesungguhnya orang lain itu lebih baik dari dirinyaโ€, (al-Thuruq al-Shรปfiyah, halaman: 270).

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุจููˆู’ ูŠูŽุฒููŠู’ุฏูŽ: ุงูŽู„ุชูŽู‘ูˆูŽุงุถูุนู ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุงูŠูŽุฑูŽู‰ ูููŠ ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุดูŽุฑู‹ู‘ุง ู…ูู†ู’ู‡ู.

Abu Yazid al-Busthami berkata: โ€œTanda-tanda tawaddhuโ€˜ adalah seseorang yang tidak melihat makhluk lebih jelek dirinyaโ€, (al-Thuruq al-Shรปfiyah, halaman: 270).

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ู…ูŽุง ู…ูู†ู’ ุขุฏูŽู…ููŠูู‘ ุฅูู„ุงูŽู‘ ูููŠ ุฑูŽุฃู’ุณูู‡ู ุญููƒู’ู…ูŽุฉูŒ ุจููŠูŽุฏู ู…ูŽู„ููƒู ููŽุฅูุฐูŽุง ุชูŽูˆูŽุงุถูŽุนูŽ ู‚ููŠู’ู„ูŽ ู„ูู„ู’ู…ูŽู„ููƒู ุฅูุฑู’ููŽุนู’ ุญููƒู’ู…ูŽุชูŽู‡ู ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุชูŽูƒูŽุจูŽู‘ุฑูŽ ู‚ููŠู’ู„ูŽ ู„ูู„ู’ู…ูŽู„ููƒู ุถูŽุนู’ ุญููƒู’ู…ูŽุชูŽู‡ู. ุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽู‡ู ุงู„ุทูŽู‘ุจู’ุฑูŽุงู†ููŠูู‘ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ ุนูŽุจูŽู‘ุงุณูุŒ (ุงู„ุทุฑู‚ ุงู„ุตูˆููŠุฉุŒ ุต: 267).

Nabi SAW bersabda: โ€œTidaklah ada anak cucu Adam, kecuali mempunyai sebuah hikmah dari Allรขh SWT Ketika dia tawaddhuโ€˜, maka dilaporkan kepada Allรขh SWTโ€. Lalu Allรขh SWT berfirman: โ€œTampakkan hikmahnya!โ€. Dan ketika dia sombong maka dilaporkan kepada Allรขh SWT: โ€œHilangkan hikmahnya!โ€, (al-Thuruq al-Shรปfiyah, halaman: 267).

ู‚ูŽุงู„ูŽ (ุนู…): ู…ูŽู†ู’ ุชูŽูˆูŽุงุถูŽุนูŽ ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽููŽุนูŽ ุงู„ู„ู‡ู

Barangsiapa tawaddhuโ€˜ kepada Allรขh SWT maka Allรขh SWT akan mengangkat derajatnya, (al-Thuruq al-Shรปfiyah, halaman: 267).

Sumber: Alif.ID

28. Hati

ูˆู‚ุงู„ ููŠ ุงู„ุญูƒู… : โ€œู†ููˆู’ุฑูŒ ู…ูุณู’ุชูŽูˆู’ุฏูŽุนูŒ ูููŠ ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆู’ุจูุŒ ู…ูŽุฏูŽุฏูู‡ู ุงู„ู†ูู‘ูˆู’ุฑู ุงู„ู’ูˆูŽุงุฑูุฏู ู…ูู†ู’ ุฎูŽุฒูŽุงุฆูู†ู ุงู„ู’ุบููŠููˆู’ุจูโ€ุŒ (ุงู„ูุชูˆุญุงุช ุงู„ุฅู„ู‡ูŠุฉ ูู‰ ุดุฑุญ ุงู„ู…ุจุงุญุซ ุงู„ุฃุตู„ูŠุฉุŒ ุต: 32).

Seperti yang dijelaskan di dalam kitab al-Hikam bahwa Nur (cahaya ilahi) bertempat atau dititipkan di hati seseorang, cahaya yang diturunkan Allรขh SWT dari persaudaraan yang gaib. Dalam hal ini, pembahasan hati ini terkait dengan masalah ikhlas yaitu termasuk Rahasiaku yang kutitipkan di hati seorang hamba yang aku cintai, tidak karena terlihat oleh malaikat yang mencatatnya, dan juga tidak karena setan yang merusak amalnya, (al-Futuhat al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 32).

Mengenai macam-macam hati, dijelaskan;

ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ู‚ูŽู„ู’ุจู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽุทููŠู’ุฑู ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽูˆู’ู„ูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุงุนูŽุฉูุŒ ูˆูŽู‚ูŽู„ู’ุจู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽุทููŠู’ุฑู ููู‰ ุงู„ู’ุนูู‚ู’ุจูŽู‰ ุญูŽูˆู’ู„ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุงุชูุŒ ูˆูŽู‚ูŽู„ู’ุจู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽุทููŠู’ุฑู ููู‰ ุณูุฏู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูู†ู’ุชูŽู‡ูŽู‰ ุญูŽูˆู’ู„ูŽ ุงู’ู„ุฃูู†ู’ุณู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงุฌูŽุงุชูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 78).

Hati ada tiga macam; hati orang awam adalah hati yang melayang dalam urusan dunia yang dibarengi dengan ketaatan. Hati orang khash adalah hati yang melayang dalam urusan akhirat yang diliputi dengan kemuliaan. Hati orang akhash adalah hati yang melayang dalam SidRAtul Muntaha (keagungan Allรขh SWT yang tanpa batas) dalam keadaan terhibur dan selalu bersama dengan Allรขh SWT, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 78).

Berikutnya mengenai penjelasan yang meneRangkan obat hati;

ุฏูŽูˆูŽุงุกู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ุฎูŽู…ู’ุณูŽุฉู ุฃูŽุดู’ูŠูŽุงุกูŽ: ู‚ูุฑูŽุงุกูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุจูุงุงู„ุชูŽู‘ุฏูŽุจูู‘ุฑูุŒ ูˆูŽุฎูŽู„ูŽุงุกู ุงู„ู’ุจูŽุทู’ู†ูุŒ ูˆูŽู‚ููŠูŽุงู…ู ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ูุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุถูŽุฑูู‘ุนู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ุณูŽู‘ุญูŽุฑูุŒ ูˆูŽู…ูุฌูŽุงู„ูŽุณูŽุฉู ุงู„ู’ุตูŽุงู„ูุญููŠู’ู†ูŽุŒ (ุทุจู‚ุงุช ุงู„ุตูˆููŠุฉุŒ ุต: 222).

Obat hati ada lima; 1) Membaca Alquran dengan tadabbur (berusaha memahami maknanya). 2) Mengosongkan perut (lapar berpuasa). 3) Qiyรขmul Lail (mengisi malam-malamnya dengan ibadah). 4) menghamba atau mendekatkan diri kepada Allรขh pada malam hari. 5) Bergaul dengan para shalihin, (Thabaqรขt al-Shรปfiyah, halaman: 222).

Berikut ini adalah penjelasan mengenai hati orang yang fasiq dan munafiq;

ูˆูŽุตูŽู„ุงูŽุญู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ุจูุทูŽู‡ูŽุงุฑูŽุชูู‡ู ุนูŽู†ู ุงู„ุตูู‘ููŽุงุชู ุงู„ู’ู…ูŽุฐู’ู…ููˆู’ู…ูŽุฉู ูƒูู„ูู‘ู‡ูŽุง ุฏูŽู‚ููŠู’ู‚ูู‡ูŽุง ูˆูŽุฌูŽู„ููŠู’ู„ูู‡ูŽุง ูˆูŽู‡ูŽุฐูู‡ู ู‡ููŠูŽ ุงู„ุตูู‘ููŽุงุชู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงู‚ูุถูŽุฉู ู„ูู„ู’ุนูุจููˆู’ุฏููŠูŽู‘ุฉู ู…ูู†ู’ ุฃูŽูˆู’ุตูŽุงูู ุงู„ู’ุจูŽุดูŽุฑููŠูŽู‘ุฉู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ุฃูŽุดูŽุงุฑูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุคูŽู„ูู‘ูู ุฑูŽุญูู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ุชูŽุณูู…ูู‘ ุตูŽุงุญูุจูŽู‡ูŽุง ุจูุณูู…ูŽู‘ุฉู ุงู„ู†ูู‘ููŽุงู‚ู ูˆูŽุงู„ู’ููุณููˆู’ู‚ู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ูƒูŽุซููŠู’ุฑูŽุฉูŒ ู…ูุซู’ู„ู ุงู„ู’ูƒูุจู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุนูุฌู’ุจู ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุณูู‘ู…ู’ุนูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุญูู‚ู’ุฏู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุณูŽุฏู ูˆูŽุญูุจูู‘ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุงู„ู ูˆูŽูŠูŽุชูŽููŽุฑูŽู‘ุนู ุนูŽู†ู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู’ู„ุฃูุตููˆู’ู„ู ููุฑููˆู’ุนูŒ ุฎูŽุจููŠู’ุซููŠูŽู‘ุฉูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฏูŽุงูˆูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุบู’ุถูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุฐูŽู„ู’ุฐูู„ู ู„ูู„ู’ุฃูŽุบู’ู†ููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงุณู’ุชูุญู’ู‚ูŽุงุฑู ุงู„ู’ููู‚ูŽุฑูŽุงุกู ูˆูŽุชูŽุฑู’ูƒู ุงู„ุซูู‘ู‚ูŽู‘ุฉู ุจูู…ูŽุฌููŠู’ุกู ุงู„ุฑูู‘ุฒู’ู‚ู ูˆูŽุฎูŽูˆู’ูู ุณูู‚ููˆู’ุทู ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ุฒูู„ูŽุฉู ู…ูู†ู’ ู‚ูู„ููˆู’ุจู ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ู ูˆูŽุงู„ุดูู‘ุญูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุจูุฎู’ู„ู ูˆูŽุทููˆู’ู„ู ุงู’ู„ุฃูŽู…ูŽู„ู ูˆูŽุงู’ู„ุฃูŽุดูŽุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุทูŽุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุบูู„ูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุบูŽุดูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุจูŽุงู‡ูŽุงุฉู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุตูŽู†ูู‘ุนู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฏูŽุงู‡ูŽู†ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽุณู’ูˆูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ููŽุธูŽุงุธูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุบูู„ู’ุธูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุบูŽูู’ู„ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽููŽุงุกู ูˆูŽุงู„ุทูŽู‘ุจู’ุดู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุฌูŽู„ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุญูุฏูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุถูŽูŠูู‘ู‚ู ุงู„ุตูŽู‘ุฏู’ุฑู ูˆูŽู‚ูู„ูŽู‘ุฉู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽู‚ูู„ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุกู ูˆูŽุชูŽุฑู’ูƒู ุงู„ู’ู‚ูŽู†ูŽุงุนูŽุฉู ูˆูŽุญูุจูู‘ ุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุณูŽุฉู ูˆูŽุทูŽู„ูŽุจู ุงู„ู’ุนูู„ููˆูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุงูู†ู’ุชูุตูŽุงุฑู ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุฅูุฐูŽุง ู†ูŽุงู„ูŽู‡ูŽุง ุงู„ุฐูู‘ู„ูู‘ . ูˆูŽุนูู†ู’ุตูุฑู ูŠูŽู†ูŽุงุจููŠู’ุนูู‡ูŽุง ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฑูุคู’ูŠูŽุฉู ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ุถูŽุง ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽุชูŽุนู’ุธููŠู’ู…ู ู‚ูŽุฏู’ุฑูู‡ูŽุง ูˆูŽุชูŽุฑู’ูููŠู’ุนู ุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ูŽุง ููŽุจูู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู’ู„ุฃูู…ููˆู’ุฑู ูƒูŽููŽุฑูŽ ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽููŽุฑูŽ ูˆูŽู†ูŽุงููŽู‚ูŽ ู…ูŽู†ู’ ู†ูŽุงููŽู‚ูŽ ูˆูŽุนูŽุตูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ุนูŽุตูŽู‰ ูˆูŽุจูู‡ูŽุง ุฎูŽู„ูŽุนูŽ ู…ูู†ู’ ุนูู†ูู‚ูู‡ู ุฑูุจู’ู‚ูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุนูุจููˆู’ุฏููŠูŽู‘ุฉู ู„ูุฑูŽุจูู‘ู‡ู ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ุŒ (ุดุฑุญ ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 30).

Hati yang baik hanya bisa terwujud dengan membersihkannya dari semua sifat tercela, baik yang kecil maupun yang besar. Semua sifat ini adalah sifat manusia yang bertentangan dengan ubudiyah (sebagaimana telah ditunjukkan oleh pengaRAng). Sifat-sifat ini meRAcuni pemiliknya dengan RAcun kemunafikan dan kefasikan. Sifat-sifat ini banyak, seperti sombong, kagum terhadap diri sendiri, riyaโ€™, pamer, dengki, hasud, cinta pada jabatan dan harta. Dari sifat-sifat tercela itu, akan bercabang lagi menjadi beberapa sifat buruk seperti permusuhan, kebencian, merasa hina di hadapan orang-orang kaya, meremehkan orang-orang fakir, tidak yakin atas datangnya rizki, takut deRajatnya jatuh dalam pandangan manusia, pelit, kikir, banyak berangan-angan, serakah, menyalahgunakan kenikmatan, dendam, menipu, membanggakan diri sendiri, sikap berpura-pura, mencari muka (menjilat), berhati batu, kasar dan keras tutur katanya, lalai (dari dzikir kepada Allรขh SWT), sulit menerima nasihat, kasar prilakunya, tergesa-gesa, mudah marah, memandang rendah orang lain, tidak lapang dada, sedikit kasih sayangnya, sedikit Rasa malunya, tidak qonaโ€™ah, senang jabatan, mencari kedudukan yang tinggi, mengedepankan hawa nafsu ketika ditimpa kehinaan, (Syarh al-Hikam, juz 1, halaman: 30).

Pangkal dari sifat-sifat tersebut bersumber dari mementingkan, merelakan, dan mengagungkan nafsu. Dengan sifat-sifat tersebut, orang yang kafir tetap menjadi kafir, orang yang munafik tetap menjadi munafik, dan orang yang durhaka tetap menjadi durhaka. Dan sifat-sifat tersebut juga menjadi sebab lepasnya ikatan ubudiyah kepada Allรขh โ€˜Azza wa Jalla, (Syarh al-Hikam, juz 1 halaman: 30).

Selanjutnya tentang pembagian rรปh;

ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ูˆู’ุญู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุฃูŽุฑู’ูˆูŽุงุญู ุงู’ู„ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุกู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ููู‰ ุงู„ู’ุฌูŽุญููŠู’ู…ู ู…ูุนูŽุฐูŽู‘ุจูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽุฃูŽุฑู’ูˆูŽุงุญู ุงู’ู„ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ููู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุนููŠู’ู…ู ู…ูู†ู’ุนูŽู…ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽุฃูŽุฑู’ูˆูŽุงุญู ุงู’ู„ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ู…ููƒู’ุฑูŽู…ูŽุฉู‹ุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 78).

Ruh ada tiga macam; ruh para musuh Allรขh SWT disiksa di neraka Jahim, ruh para kekasih Allรขh SWT diberi kenikmatan di surga Naโ€™im, dan ruh para nabi dimuliakan di sisi-Nya, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 78).

Sumber: Alif.ID

29. Zuhud

Zuhud adalah kosongnya hati dari sesuatu yang tidak ada padanya (Risรขlah al-Qusyairiyah, halaman: 116). Syaikh Dhiyaโ€™uddin Ahmad Musthafa al-Kamasykhรขnawi mendefinisikan zuhud menjadi tiga golongan. 

ูˆูŽุงู„ุฒูู‘ู‡ู’ุฏู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ููŽุฒูู‡ู’ุฏู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ุชูŽุฑู’ูƒู ุงู„ู’ุญูŽุฑูŽุงู…ูุŒ ูˆูŽุฒูู‡ู’ุฏู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ุชูŽุฑู’ูƒู ุงู„ู’ููุถููˆู’ู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽู„ุงูŽู„ูุŒ ูˆูŽุฒูู‡ู’ุฏู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ุชูŽุฑู’ูƒู ู…ูŽุง ูŠูุดู’ุบูู„ูู‡ู ุนูŽู†ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰.

Zuhud ada tiga macam. Pertama,  zuhud orang โ€˜awรขm yaitu dengan meninggalkan yang haram. Kedua,  zuhud orang khรขsh, yakni meninggalkan berlebih-lebihan dalam perkara halal. Ketiga,  zuhud orang akhรขsh yaitu dengan meninggalkan segala sesuatu yang menyibukkan (memalingkan) dirinya dari Allรขh SWT, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 76).

Tidak mudah tergiur dengan kenikmatan dan gemerlap dunia, akan menjadikan diri kita lebih nyaman, sehingga diri tak tersiksa dan hati pun menjadi tenang. Sebaliknya, menuruti keinginan nafsu dan mencintai seluruh kesenangan duniawi menjadikan diri semakin tersiksa, hati menjadi tidak tenang karena takut kenikmatan dunia yang dimiliki menjadi sirna.

Jika semua hal ini dapat kita pahami dengan baik, maka kita tidak akan mudah terbujuk oleh kepalsuan duniawi. Rasulullah bersabda;

ุงูŽู„ุฒูู‘ู‡ู’ุฏู ูููŠ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูŠูุฑููŠู’ุญู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุฏูŽู†ูŽุŒ ูˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุบู’ุจูŽุฉู ูููŠ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุชูุทููŠู’ู„ู ุงู„ู’ู‡ูŽู…ูŽู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽุฒูŽู†ูŽ.

โ€œZuhud akan membuat hati dan badan menjadi nyaman. Dan mencintai dunia semakin menambah kesedihan dan kesusahanโ€, (Faydh al-Qadรฎr, juz 4 halaman: 96).

Salah satu faedah zuhud adalah dicintai Allah dan dicintai manusia. Rasulullรขh SAW bersabda:

ุนูŽู†ู’ ุณูŽู‡ูŽู„ู’ ุจูู†ู’ ุณูŽุนูุฏู’: ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฑูŽุฌูู„ู‹ุง ุงูŽุชูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽ ุตู„ุนู…: ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุฏูู„ูู‘ู†ููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูŽู…ูŽู„ู ุงูุฐูŽุง ุนูŽู…ูู„ู’ุชูู‡ู ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ู†ููŠู’ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ู†ููŠู’ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู. ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงุฒู’ู‡ูŽุฏู’ ูููŠ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูŠูุญูุจูู‘ูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู. ูˆูŽุงุฒู’ู‡ูŽุฏู’ ูููŠู’ู…ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูŠูุญูุจูŽู‘ูƒูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู.

Diriwayatkan dari Sahal bin Saโ€˜id, sesungguhnya ada seorang laki-laki datang kepada Nabรฎ lalu bertanya: โ€Wahai Rasรปlullรขh SAW tunjukkanlah kepadaku satu amal, yang ketika saya amalkan maka Allรขh dan manusia mencintaikuโ€.

Rasรปlullรขh SAW menjawab: โ€œBerzuhudlah di dunia, maka Allรขh akan mencintaimu, berzuhudlah terhadap sesuatu yang dimiliki manusia maka manusia akan mencintaimuโ€.

Orang yang cinta harta benda menjadikan dirinya buta, tak kenal kawan, tak kenal keluarga. Harta lebih berharga baginya dibandingkan kawan dan keluarga yang dimilikinya. Demi harta, orang tersebut rela memutus tali persahabatan dan kekeluargaan karena cinta butanya pada dunia.

Seringkali kita temui di masyarakat, perpecahan keluarga yang disebabkan perebutan harta warisan, atau lahan bisnis yang semuanya tak lain adalah bagian dari gemerlap kenikmatan dunia.

Sementara itu, ada juga orang-orang yang lebih memilih untuk mengedepankan harta ketimbang pendidikan. Mereka menganggap bahwa harta yang melimpah akan menjadi jaminan kebahagiaan di masa mendatang.

Mereka lupa bahwa kenikmatan dunia yang mereka miliki, sewaktu-waktu dapat sirna dari genggaman mereka. Mereka juga lupa, bahwa harta melimpah tanpa diimbangi ilmu pengetahuan untuk mengelolanya, hanya akan menjadikan harta itu semakin menipis dan habis.

Mereka lebih memilih kaya harta, namun minim ilmu. Bukankah segala urusan baik urusan dunia maupun akhirat harus dipahami ilmunya?

Dua hal di atas, mementingkan kenikmatan dunia dan merelakan keadaan yang minim ilmu (bodoh) adalah dua hal yang kemudian oleh Abu Hasan al-Syadzili dipandang sebagai hal yang sangat berbahaya yang dapat menjadikan seseorang itu celaka.

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู„ูŽุง ูƒูŽุจููŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽู†ูŽุง ุฅูู„ูŽู‘ุง ูููŠ ุงุซู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ุญูุจูู‘ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุจูุงู„ู’ุฅููŠู’ุซูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู‡ู’ู„ู ุจูุงู„ุฑูู‘ุถูŽุงุŒ ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ ุญูุจูŽู‘ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุฑูŽุฃู’ุณู ูƒูู„ูู‘ ูƒูŽุจููŠู’ุฑูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุฌูŽู‡ู’ู„ู ุฃูŽุตู’ู„ู ูƒูู„ูู‘ ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽุฉูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 45).

Abu Hasan al-Syadzili berkata: Tidak ada kerusakan yang besar bagiku kecuali dua perkara. Yaitu, memilih cinta dunia dan rela dengan deRajad kebodohan. Karena, mencintai dunia merupakan pangkal setiap dosa besar dan kebodohan adalah pangkal setiap kemaksiatan, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 45).

Dunia ini, jika semakin kita terus membenamkan diri di dalamnya, maka semakin dalam kita terjerumus dalam kepalsuannya. Sebaliknya, jika kita menggunakan dunia ini sebatas kebutuhan kita untuk mengabdikan dan menyembahkan diri kepada Allรขh SWT, maka dunia ini yang akan mencari dan mengabdi kepada kita.

Betapa banyak orang-orang yang mengabdikan dirinya kepada Allรขh SWT, hidup mereka tentRAm, serba kecukupan. Dunia menjadi pelayan mereka, bukan mereka yang menjadi pelayan dunia. Hal ini sesuai dengan firman Allรขh SWT kepada dunia ketika menciptakannya: โ€œBarangsiapa mengabdi kepada-Ku, maka layanilah dia. Dan barangsiapa mengabdi kepadamu (dunia), maka mintalah pengabdiannyaโ€.

ููŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽู‘ุฎูุฐูŽู‡ู ูˆูŽู„ููŠู‹ู‘ุง ูƒูŽุฑูู‡ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽูˆูŽููŽู‚ูŽู‡ู ู„ูู„ู’ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ู ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญูŽุฉู ูˆูŽุณูŽู‡ูŽู‘ู„ูŽู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูƒูŽู…ูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุนูŽ ู„ูุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ุฎูŽุฑูŽุฌูŽ ูŠูŽุชูŽุตูŽูŠูŽู‘ุฏู ููู‰ ุจูŽุฑููŠูŽุฉู ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุดูŽุงุจูŒ ุฑูŽุงูƒูุจูŒ ุฃูŽุณูŽุฏู‹ุง ูˆูŽุญูŽูˆู’ู„ูŽู‡ู ุณูุจูŽุงุนูŒ ููŽู„ูŽู…ูŽู‘ุง ุฑูŽุฃูŽุชู’ู‡ู ุงูุจุชูŽุฏูŽุฑูŽุชู’ ู†ูŽุญู’ูˆูŽู‡ู ููŽุฒูŽุฌูŽุฑูŽู‡ูŽุง ุงู„ุดูŽู‘ุงุจู ุซูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽุง ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ุบูŽูู’ู„ูŽุฉูุŸ ุงูุดู’ุชูŽุบูŽู„ู’ุชูŽ ุจูู‡ูŽูˆูŽุงูƒูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูุฎู’ุฑูŽุงูƒูŽ ูˆูŽุจูู„ูŽุฐูŽู‘ุชููƒูŽ ุนูŽู†ู’ ุฎูุฏู’ู…ูŽุฉู ู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงูƒูŽุŒ ุฃูŽุนู’ุทูŽุงูƒูŽ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ู„ูุชูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ูŽ ุจูู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูุฏู’ู…ูŽุชูู‡ู ููŽุฌูŽุนูŽู„ู’ุชูŽู‡ูŽุง ุฐูŽุฑููŠู’ุนูŽุฉู‹ ู„ูู„ู’ุงูุดู’ุชูุบูŽุงู„ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ุซูู…ูŽู‘ ุฎูŽุฑูŽุฌูŽุชู’ ุนูŽุฌููˆู’ุฒูŒ ุจููŠูŽุฏูู‡ูŽุง ุดูุฑู’ุจูŽุฉู ู…ูŽุงุกู ููŽุดูŽุฑูุจูŽ ูˆูŽู†ูŽุงูˆูŽู„ูŽู‡ู ููŽุณูŽุฃูŽู„ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‡ูู‰ูŽ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆููƒูู‘ู„ูŽุชู’ ุจูุฎูุฏู’ู…ูŽุชููŠู’. ุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุจูŽู„ูŽุบูŽูƒูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูŽู…ูŽู‘ุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฏูŽู…ูŽู†ููŠู’ ููŽุงุฎู’ุฏูู…ููŠู’ู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฏูŽู…ูŽูƒูŽ ููŽุงุณู’ุชูŽุฎู’ุฏูู…ููŠู’ู‡ู. ููŽุฎูŽุฑูŽุฌูŽ ุนูŽู†ู’ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุณูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽ ูˆูŽุตูŽุงุฑูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ุฏูŽุงู„ูŽุŒ (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต: 448).

Apabila Allรขh SWT menghendaki seorang hamba untuk dijadikan kekasihnya, maka Allรขh SWT akan menjauhkan dunia darinya, dan Allรขh SWT memberikan pertolongan serta kemudahan baginya untuk melakukan amal-amal yang baik.

Sebagaimana terjadi pada seorang kekasih Allรขh SWT Yaitu ketika dia keluar untuk berburu, tiba-tiba dia bertemu dengan seorang pemuda yang menunggangi harimau yang dikelilingi oleh binatang buas. Ketika hewan-hewan buas itu melihatnya dan hendak menerkamnya, maka pemuda tersebut mencegahnya.

Lalu pemuda itu berkata: Apakah ini tergolong lupa? Kamu sibukkan dirimu untuk menuruti hawa nafsu, kesenangan dunia dan meninggalkan akhirat serta meninggalkan pengabdian kepada sang pencipta. Allรขh SWT memberimu dunia untuk membantumu dalam mengabdi kepada-Nya. Akan tetapi, engkau jadikan dunia ini sebagai perantara yang menyibukkan dirimu jauh dari-Nya.

Kemudian keluarlah seorang perempuan tua yang membawa air, pemuda itu pun meminumnya. Laki-laki itu bertanya kepada pemuda tentang perempuan itu, lalu pemuda itu berkata: โ€œDia adalah dunia yang dipasrahkan kepadaku karena pengabdianku (kepada-Nya). Tidakkah telah sampai kepadamu ketika Allรขh SWT menciptakan dunia, lalu Allรขh SWT berfirman: โ€œBarangsiapa mengabdi kepada-Ku maka layanilah dia. Dan barangsiapa mengabdi kepadamu (dunia), maka mintalah pengabdian darinyaโ€.

Setelah itu, laki-laki tersebut meninggalkan dunia dan menjalani tarekat, hingga dia menjadi seorang wali abdal, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 448).

Berikutnya adalah penjelasan Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi mengenai etika/akhlak seorang sรขlik untuk tidak mencintai jabatan dan kedudukan;

ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ุชูŽุฑู’ูƒู ุญูุจูู‘ ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ู ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุณูŽุฉู ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ู‚ูŽุงุทูุนูŽุฉูŒ ุนูŽู†ู’ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ู ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘. ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ (ู…ูŽุง ุฐูุฆู’ุจูŽุงู†ู ุฌูŽุงุฆูุนูŽุงู†ู ุถูŽุงุฑููŠูŽุงู†ู ุจูŽุงู†ูŽุง ูููŠู’ ุฒูุฑูŽูŠู’ุจูŽุฉู ุบูŽู†ูŽู…ู ุจูุฃูŽูู’ุณูŽุฏูŽ ู„ูŽู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุญูุฑู’ุตู ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุกู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุดูŽู‘ุฑูŽูู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุงู„ู ู„ูุฏููŠู’ู†ูู‡ู) ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏู ูˆูŽุงู„ุชูู‘ุฑู’ู…ูุฐูู‰ู‘

Di antara tata krama seorang sรขlik terhadap dirinya sendiri adalah meninggalkan cinta jabatan dan kepemimpinan. Karena hal itu menjadi pencegah dirinya dari jalan yang benar.

Diriwayatkan dari Rasรปlullรขh SAW: โ€œTiadalah dua harimau yang lapar lagi galak yang semalaman berada di kandang kambing itu lebih berbahaya daripada kerakusan seseorang pada kemuliaan dan harta atas agamanyaโ€, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 533).

Dan selanjutnya adalah perintah atau anjuran bagi seseorang untuk menyembunyikan jati diri;

(ุงูุฏู’ููู†ู’ ูˆูุฌููˆู’ุฏูŽูƒูŽ ูููŠู’ ุฃูŽุฑู’ุถู ุงู„ู’ุฎูู…ููˆู’ู„ู ููŽู…ูŽุง ู†ูŽุจูŽุชูŽ ู…ูู…ูŽู‘ุง ู„ุงูŽ ูŠูุฏู’ููŽู†ู ู„ุงูŽ ูŠูŽุชูู…ูู‘ ู†ูุชูŽุงุฌูู‡ู) ู„ุงูŽ ุดูŽูŠู’ุกูŽ ุฃูŽุถูŽุฑูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุฑููŠู’ุฏู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดูู‘ู‡ู’ุฑูŽุฉู ูˆูŽุงู†ู’ุชูุดูŽุงุฑู ุงู„ุตูŽูŠู’ุชู ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ู ุญูุธููˆู’ุธูู‡ู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ู‡ููˆูŽ ู…ูŽุฃู’ู…ููˆู’ุฑูŒ ุจูุชูŽุฑู’ูƒูู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูุฌูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉู ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูููŠู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุชูŽุณู’ู…ูŽุญู ู†ูŽูู’ุณู ุงู„ู’ู…ูุฑููŠู’ุฏู ุจูุชูŽุฑู’ูƒู ู…ูŽุง ุณููˆูŽู‰ ู‡ูŽุฐูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูุธููˆู’ุธู ูˆูŽู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุฌูŽุงู‡ู ูˆูŽุฅููŠู’ุซูŽุงุฑู ุงู’ู„ุงูุดู’ุชูู‡ูŽุงุฑู ู…ูู†ูŽุงู‚ูุถูŒ ู„ูู„ู’ุนูุจููˆู’ุฏููŠูŽู‘ุฉู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ู‡ููˆูŽ ู…ูุทูŽุงู„ูŽุจูŒ ุจูู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ู ุจู’ู†ู ุฃูŽุฏู’ู‡ูŽู…ูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู…ูŽุง ุตูŽุฏูŽู‘ู‚ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุญูŽู‘ุจูŽ ุงู„ุดูู‘ู‡ู’ุฑูŽุฉูŽุŒ (ุดุฑุญ ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 11).

Pendamlah dirimu dalam kesamaran (tidak dikenal orang), karena sesuatu yang tumbuh dari yang tak dipendam tidak akan sempurna hasilnya. Tidak ada sesuatu yang lebih berbahaya bagi sรขlik dibandingkan kemasyhuran (terkenal) diri dan nama, karena hal itu termasuk bagian terbesar yang diperintahkan untuk ditinggalkan dan memerangi nafsu di dalamnya, dan terkadang hati sรขlik masih tolerir untuk meninggalkan selain kemasyhuran.

Mencintai jabatan dan memilih kemasyhuran itu bertentangan dengan tuntutan ibadah atas dirinya. Ibrรขhรฎm bin Adham RA. berkata: โ€œAllรขh SWT tidak membenarkan orang yang mencintai kemasyhuranโ€, (Syarh al-Hikam, juz 1, halaman: 11).

Pada zaman Nabi, orang-orang yang zuhud, ahli ibadah, dan orang yang ahli taubat mempunyai beberapa keistimewaan yaitu senang dan bersungguh-sungguh untuk melakukan ibadah.  Mereka itu di antara adalah:

  • Abdullรขh Ibnu Umarmelakukan puasa di siang hari dan ibadah malam harinya dan menghatamkan Alquran setiap malam, dia bercita-cita untuk tidak kawin.
  • Utsman bin Mazhโ€™un, dia senang beribadah sehingga meninggalkan rumah dan tidak kawin
  • Bahlul Ibnu Dzuโ€™aib, beliau datang kepada Nabi dalam keadaan menangis karena dosa-dosa yang telah dilakukan, apabila Allรขh mengambilku dengan sebagian dosaku maka Aku akan selamanya berada di neraka Jahannam, kemudian saya pergi ke gunung untuk menghapus dosa-dosaku dengan mengikat kedua tangan ke leher menggunakan besi, kemudian dia mengeluh kepada Allรขh : Ya Tuhanku Ya Tuanku, saya adalah Bahlul yang telah terbelenggu dengan Rantai yang mengakui terhadap dosa-dosanya.
  • Haulaโ€™ binti Tuait, beliau mengikat badannya dengan tambang agar supaya tidak tertidur dalam Rangka untuk beribadah dan Siti โ€˜Aiysh melaporkan hal tersebut kepada Nabi kemudian Nabi berkata: lakukanlah sesuatu sesuai dengan kemampuan karena Allรขh itu tidak condong sampai kita condong kepadanya, dan amal yang dicintai oleh Allรขh itu langgeng meskipun sedikit, (Nasyโ€™atu al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 89).

Sumber: Alif.ID

30. Pengertian Tarekat

ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุงู„ู’ููŽุฑู’ู‚ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ุนูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ุงูˆููŠุŒ ูˆูŽุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ุนูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูƒูŽุงู…ู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ุดูŽุฑูŽุนูŽู‡ูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุงุฌูุจูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุญูŽุฑูŽู‘ู…ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽูƒู’ุฑููˆู’ู‡ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽุงุฆูุฒูŽุงุชู. ูˆูŽุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ู‡ููŠูŽ ุงู„ู’ุนูŽู…ูŽู„ู ุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุฌูุจูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ุฏููˆู’ุจูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุฑู’ูƒู ู„ูู„ู’ู…ูŽู†ู’ู‡ููŠูŽู‘ุงุชู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุฎูŽู„ูู‘ูŠ ุนูŽู†ู’ ููุถููˆู’ู„ู ุงู„ู’ู…ูุจูŽุงุญูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฎู’ุฐู ุจูุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุทู ูƒูŽุงู„ู’ูˆูŽุฑูŽุนู ูˆูŽุจูุงู„ุฑูู‘ูŠูŽุงุถูŽุฉู ู…ูู†ู’ ุณูŽู‡ูŽุฑู ูˆูŽุฌููˆู’ุนู ูˆูŽุตูู…ู’ุชู

Perbedaan antara syariโ€™at dan tarekat, dikatakan oleh al-Shawa, syariโ€™at adalah hukum-hukum yang berasal dari Allah โ€˜azza wa jalla yang disampaikan oleh Rasalullah saw, tentang hal-hal yang wajib dilakukan, yang haram, yang makruh, dan yang jaiz.

Tarekat adalah melaksanakan hal-hal yang wajib dan yang mandzub (sunnah), meninggalkan hal-hal yang dilarang, tidak melakukan hal-hal yang mubah yang tak berguna, memilih perilaku yang paling hati-hati seperti wiraโ€™i, dan memilih riyadhah seperti tidak banyak tidur pada malam hari, berlapar-lapar, dan diam (tidak berbicara tanpa guna), (Ahkamul Fuqahaโ€™).

ูˆูŽุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ู‡ููŠูŽ ุงู„ุณูŽู‘ูŠู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุฎู’ุชูŽุตูŽู‘ุฉู ุจูุงู„ุณูŽู‘ุงู„ููƒููŠู’ู†ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ู…ูŽุนูŽ ู‚ูŽุทู’ุนู ุงู„ู’ู…ูŽู†ูŽุงุฒูู„ู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุฑูŽุงู‚ููŠ ููู‰ ุงู„ู’ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูŽุงุชู

Tarekat adalah cara tertentu yang dilakukan oleh para pelaku suluk menuju kepada Allah SWT dengan menempuh beberapa pos dan peningkatan maqรขm demi maqam, (Jamiโ€™ul Ushul, halaman: 335).

Ilmu Tarekat semuanya bermazhab empat;

ูˆูŽุฃูŽุญู’ุณูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูŽุฐูŽุงู‡ูุจู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูƒูŽุงู…ู ู…ูŽุฐู’ู‡ูŽุจู ุงู„ู’ููู‚ูŽู‡ูŽุงุกูุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุฌููˆู’ุนู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ุŒ ูƒูŽุงู„ู’ุฃูŽุฆูู…ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุจูุนูŽุฉูุŒ (ุงู„ูุชูˆุญุงุช ุงู„ุฅู„ู‡ูŠุฉ ูู‰ ุดุฑุญ ุงู„ู…ุจุงุญุซ ุงู„ุฃุตู„ูŠุฉุŒ ุต: 89).

Sebaik-baik bermazhab dalam hukum adalah bermazhab kepada para fakaha sebagaimana al-imam al-arbaโ€™ah (imam empat madzhab), (al-Futuhat al-Ilahiyyah fi Syarhi al-Mabahits al-Ashaliyyah, halaman: 89).

ู‡ูฐุฐูู‡ู ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ู…ูŽูˆู’ุฑููˆู’ุซูŽุฉูŒุŒ ุฃูŽุฎู’ุฐูู‡ูŽุง ุนูŽุงุฑูููŒ ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงุฑููู ุฅูู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏู ุงู„ู’ุนูŽุงุฑููููŠู’ู†ูŽ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽู„ู’ู†ูŽุฐู’ูƒูุฑู’ ุณูู„ู’ุณูู„ูŽุชูŽู†ูŽุง ุชูŽุจูŽุฑูู‘ูƒู‹ุง ูˆูŽุงู‚ู’ุชูุฏูŽุงุกู‹.

Tarekat ini adalah warisan yang diwariskan dari orang โ€˜arif (makrifat), bersumber dari orang โ€˜arif, sampai kepada Sayyidil โ€˜arifin Nabi Muhammad SAW yang menjadi penghulu para โ€˜arifin, yang menyebutkan silsilahnya untuk tabrrukan dan iqtidaโ€™ (mengikuti perilaku mereka), (al-Futuhat al-Ilahiyyah fรฎ Syarhi al-Mabahits al-Ashaliyyah, halaman: 271).

ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงุฑูููŽ ู„ูŽุง ูŠูŽู„ู’ุฒูŽู…ู ุญูŽุงู„ูŽุฉู‹ ูˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู‹, ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูŽู„ู’ุฒูŽู…ู ุฑูŽุจูŽู‘ู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽุงู„ูŽุงุชู ูƒูู„ูู‘ู‡ูŽุง.

Orang yang โ€˜arif (bijaksana) tidak hanya mengandalkan satu macam cara dalam menempuh jalan menuju hakikat, akan tetapi banyak cara yang dilakukan agar bisa mencapai tujuan yang dikehendaki (maโ€˜rifatullah), (Thabaqat as-Shafiyah, halaman: 34).

Wajib Mencari Guru yang Bisa Mengantarkan kepada Allah SWT

Wajib bagi salik untuk mencari seorang guru yang dapat mengantarkan dirinya kepada Allah SWT setelah mempelajari hal-hal yang wajib atau fardlu atau sesuatu yang dikhususukan untuk sebagian orang bukan untuk sebagian orang lain, dan sesungguhnya salikus shadiq adalah orang yang mengetahui keagungan sifat ketuhanan dan beberapa haq dalam tingkatan sifat ketuhanan terhadap semua makhluk dan hal tersebut mewajibkan bagi salik untuk selalu bersungguh-sungguh, tunduk dan rendah hati kepada Allah dan selalu mencintai Allah dan mengagungkannya dan selalu cenderung kepada Allah. Hatinya selalu cinta kepada Allah dan berpaling dari selain Allah SWT, (Jawahir al-Maโ€™ani wa Bulugh al-Amani, halaman: 112).

ูˆูŽู‡ูŽู„ู’ ุทูŽู„ูŽุจูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุฎูŽ ููŽุฑู’ุถู ุนูŽูŠู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ู…ูุณู’ู„ูู…ูุŸ ููŽูŠูŽุฌููŠู’ุจู ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ููŽุฑู’ุฏู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุทู’ู„ูุจูŽ ู…ูŽู†ู’ ูŠููˆู’ุตูู„ูู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุชูŽุนู’ู„ููŠู’ู…ู ุงู„ู’ููŽุฑูŽุงุฆูุถูุŒ (ุฌูˆุงู‡ุฑ ุงู„ู…ุนุงู†ู‰ ูˆุจู„ูˆุบ ุงู„ุฃู…ุงู†ู‰ุŒ ุต: 112)

Seorang guru (mursyid) memiliki kepandaian (mahir). Kemahiran atau kemampuan dalam suatu hal merupakan buah dari keluasan dan kedalaman keilmuannya, sedangkan yang disebut orang yang mahir adalah orang yang luas dan dalam ilmunya. Dalam hadis diterangkan;

ุงู„ู’ู…ูŽุงู‡ูุฑู ุจูุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ู…ูŽุนูŽ ุงู„ุณูŽู‘ููŽุฑูŽุฉู ุงู„ู’ูƒูุฑูŽุงู…ู ุงู„ู’ุจูŽุฑูŽุฑูŽุฉูุŒ (ุงู„ูุชูˆุญุงุช ุงู„ุฅู„ู‡ูŠุฉ ูู‰ ุดุฑุญ ุงู„ู…ุจุงุญุซ ุงู„ุฃุตู„ูŠุฉุŒ ุต: 117).

Orang yang mahir dalam membaca Alquran akan senantiasa bersama para malaikat safarah yang muliaโ€. Jadi, arti luas di sini adalah luas dalam hafalannya atau keilmuannya, (al-Futuhat al-Ilahiyyah fรฎ Syarhi al-Mabahits al-Ashaliyyah, halaman: 117)

Dasar Salik dalam Bertarekat

Barangsiapa yang ingin bertarekat menuju Allah SWT, dan berperilaku mengikuti Rasulullah, menyerupai orang-orang salih dengan mendaki tangga-tangga mereka, maka salik wajib membersihkan ahlak-ahlak yang tercela (takhalli). Menghiasi akhlak dengan sifat-sifat keutamaan dan terpuji yang bisa mendekatkan kepada Allรขh SWT Seperti tawaduk, sabar dan pemaaf (al-hilm) ridha terhadap yang terjadi, ikhlas dalam amal ibadah dan sifat-sifat iman yang bisa membawa salik naik ke tangga-tangga yang luhur.

Jika salik sudah berakhlak dengan hal tersebut, maka Allah SWT akan memanggilnya โ€œWahai Hambakuโ€, lalu salik menjawab โ€œaku penuhi panggilan-Muโ€, dengan bersunggguh-sungguh dan orang yang menyatakan kebenaran, semua itu di sandarkan kepada Allah SWT Hal inilah yang di maksud dengan ibadah yang khusus (ubudiyah al-khas), definisi ibadah (secara umum) adalah menyembah kepada Allah yang maha mengasihi yang melakukan pemaksaan kepada semua mahluk-Nya. Allah SWT Berfirman;

ุฅูู†ู’ ูƒูู„ูู‘ ู…ูŽู†ู’ ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูฐูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุขุชูู‰ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุนูŽุจู’ุฏู‹ุง ๏ดฟู…ุฑูŠู…: 93๏ดพ

Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba, (Q.S. Maryam: 93).

Ubudiyah yang dimaksud pada ayat tersebut diharuskan kepada para kekasih (wali) Allah, maka ubudiyah ini senada dengan firman Allรขh yang terdapat pada Surat al-Furqan ayat 63-68, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqat al-Ashfiyaโ€™, Juz 1 halaman: 05).

al-Qusyairi berkata: taubat itu derajat dari derajatnya para salikin, dan maqรขm pertama dari maqam thalibin. Abu Yaโ€˜qub Yusuf bin Hamdan as-Susi berkata: taubat adalah maqรขm pertama dari beberapa maqam untuk menuju kepada Allah SWT, (Nasyโ€™atu al-Tasawuf al-Islami, halaman: 119).

As-Syaikh Abu Thalib RA. berkata: โ€œSeorang salik tidak akan bisa menjadi wali Abdal, sampai dia mengganti makna sifat ketuhanan dengan sifat kehambaan, mengganti akhlak setan dengan sifat orang mukmin, mengganti watak hewan dengan sifat para ahli ruhani yaitu beberapa dzikir dan ilmu. Jika sudah demikian, maka dia akan menjadi wali Abdal yang mendekatkan diri, (Syarh al-Hikam, juz 1, halaman: 30).

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุฎู ุฃูŽุจููˆู’ ุทูŽุงู„ูุจู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ู‡ู ููŽู„ุงูŽ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ุงู„ู’ู…ูุฑููŠู’ุฏู ุจูŽุฏูŽู„ุงู‹ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽุจู’ุฏูู„ูŽ ุจูู…ูŽุนูŽุงู†ููŠ ุตูููŽุงุชู ุงู„ุฑูู‘ุจููˆู’ุจููŠูŽู‘ุฉู ุตูููŽุงุชู ุงู„ู’ุนูุจููˆู’ุฏููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุฃูŽุฎู’ู„ุงูŽู‚ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠูŽุงุทููŠู’ู†ู ุจูุฃูŽูˆู’ุตูŽุงูู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุทูŽุจูŽุงุฆูุนูŽ ุงู„ู’ุจูŽู‡ูŽุงุฆูู…ู ุจูุฃูŽูˆู’ุตูŽุงูู ุงู„ุฑูู‘ูˆู’ุญูŽุงู†ููŠูู‘ูŠู’ู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ุฃูŽุฐู’ูƒูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุนูู„ููˆู’ู…ู ููŽุนูู†ู’ุฏูŽู‡ูŽุง ูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ุจูŽุฏูŽู„ุงู‹ ู…ูู‚ูŽุฑูู‘ุจู‹ุงุŒ (ุดุฑุญ ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 30).

Sumber: Alif.ID

31. Zikir (1)

Zikir merupakan rukunnya tarekat dan menjadi kuncinya haqรฎqat dan juga menjadi pedangnya para murid (salik) dan benderanya kewalian. Allah SWT berfirman:

ูŠูŽุข ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฐููƒู’ุฑู‹ุง ูƒูŽุซููŠุฑู‹ุง. (ุงู„ุฃุญุฒุงุจ: ูคูก)

Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya, (Q.S. al-Ahzรขb: 41).

ููŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ู‚ููŠูŽุงู…ู‹ุง ูˆูŽู‚ูุนููˆู’ุฏู‹ุง ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูู†ููˆู’ุจููƒูู…ู’ (ุงู„ู†ุณุงุก: 103)

Maka ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring, (Q.S. an-Nisรขโ€™: 103).

Nabi SAW bersabda kepada Sayyidina Ali ibn Abi Thalib Krw.:

ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุจูู…ูุฏูŽุงูˆูŽู…ูŽุฉู ุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ููู‰ ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ูˆูŽุฉู.

Berzikirlah selalu kepada Allah SWT dalam keadaan sendiri.

Jika seorang hamba hendak dijadikan sebagai kekasih-Nya, maka Allah SWT akan membukakan pintu zikir untuknya.

ูˆูŽู‚ุงูŽู„ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุฎู ุฃูŽุจููˆู’ ุณูŽุนููŠู’ุฏู ุงู„ู’ุฎูŽุฑูŽุงุฒู: ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠููˆูŽุงู„ููŠูŽ ุนูŽุจู’ุฏู‹ุง ู…ูู†ู’ ุนูŽุจููŠู’ุฏูู‡ู ููŽุชูŽุญูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูŽุงุจูŽ ุฐููƒู’ุฑูู‡ู ููŽุฅูุฐูŽุง ุงุณู’ุชูŽู„ูŽุฐูŽู‘ ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑูŽ ููŽุชูŽุญูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุจู ุซูู…ูŽู‘ ุฑูŽููŽุนูŽู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽุฌูŽุงู„ูุณู ุงู’ู„ุฃูู†ู’ุณู ุซูู…ูŽู‘ ุฌูŽุนูŽู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูุฑู’ุณููŠู ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุญููŠู’ุฏู ุซูู…ูŽู‘ ุฑูŽููŽุนูŽ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุงู„ู’ุญูุฌูŽุงุจูŽ ูˆูŽุฃูŽุฏู’ุฎูŽู„ูŽู‡ู ุฏูŽุงุฑูŽ ุงู„ู’ููุฑู’ุฏูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽูƒูŽุดูŽููŽ ู„ูŽู‡ู ุญูุฌูŽุงุจูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู„ุงูŽู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุธูŽู…ูŽุฉู ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุนูŽ ุจูŽุตูŽุฑูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฌูŽู„ุงูŽู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุธูŽู…ูŽุฉู ุจูŽู‚ูŽู‰ ุจูู„ุงูŽ ู‡ููˆูŽ ููŽุญููŠู’ู†ูŽุฆูุฐู ูŠูŽุตููŠู’ุฑู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุฒูŽู…ูŽู†ู‹ุง ููŽุงู†ููŠู‹ุง ููŽูˆูŽู‚ูŽุนูŽ ูููŠู’ ุญููู’ุธูู‡ู ูˆูŽุจูŽุฑูุฆูŽ ู…ูู†ู’ ุฏูŽุนูŽุงูˆูู‰ ู†ูŽูู’ุณูู‡ู. (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต 510)

Syaikh Abu Saโ€˜รฎd al-Kharรขz menyatakan bahwa ketika Allah menginginkan seorang hamba untuk dijadikan kekasih-Nya, maka akan dibuka baginya pintu zikir. Dan ketika dia telah merasakan nikmat zikir, maka akan dibuka baginya kedekatan dengan Allah. Selanjutnya, dia akan diberi ketenteraman, dan dijadikan baginya ketauhidan yang kuat, dihilangkan pula darinya tabir-tabir Allah, dia dimasukkan dalam wilayah kesendirian (bersama Allah), dibuka baginya hijab keagungan Allah. Dan ketika mata batinnya telah sampai pada keagungan tersebut, maka dia menyatu dengan Allah. Ketika inilah, dia menjadi lumpuh dan hancur, dia berada dalam penjagaannya, dan terbebas dari segala bisikan nafsunya, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 510).

Mengenai atsar zikir dijelaskan bahwa apa yang dirasakan oleh seseorang ketika berzikir;

ูˆูŽุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุชููŠู’ุฌูŽุฉู ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ู‡ููŠูŽ ุงู„ุฐูŽู‘ู‡ููˆู’ู„ู ุนูŽู†ู’ ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ู’ุจูŽุดูŽุฑููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุฎูŽูˆูŽุงุทูุฑู ุงู„ู’ูƒูŽูˆู’ู†ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู’ู„ุงูุณู’ุชูู‡ู’ู„ุงูŽูƒู ููู‰ ุงู„ู’ุฌูŽุฐู’ุจูŽุฉู ุงู’ู„ุฅูู„ูŽู‡ููŠูŽู‘ุฉู ุงู„ุฐูŽู‘ุงุชููŠูŽู‘ุฉู ููŽูŠูŽุธู’ู‡ูŽุฑู ููู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ุฃูŽุซูŽุฑู ุชูŽุตูŽุฑูู‘ููŽุงุชู ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู’ุฌูŽุฐู’ุจูŽุฉู ุงู’ู„ุฅูู„ูŽู‡ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุชููˆูŽุฌูู‘ู‡ู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ุงู’ู„ุฃูŽู‚ู’ุฏูŽุณู ุจูุงู„ู’ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ุงู„ุฐูŽู‘ุงุชููŠูŽู‘ุฉู . ูˆูŽุงู’ู„ุฃูŽุซูŽุฑู ู…ูุชูŽููŽุงูˆูุชูŒ ุจูุญูŽุณูŽุจู ุงู’ู„ุงูุณู’ุชูุนู’ุฏูŽุงุฏู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฅูุนู’ุทูŽุงุกู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุฃูŽุฑู’ูˆูŽุงุญูŽ ุนูุจูŽุงุฏูู‡ู ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุชูŽุนูŽู„ูู‘ู‚ู ุงู’ู„ุฃูŽุฑู’ูˆูŽุงุญู ุจูุงู’ู„ุฃูŽุจู’ุฏูŽุงู†ู ุซูู…ูŽู‘ ุชูŽุดูŽุฑูŽู‘ููŽู‡ู ู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุจู ุงู„ุฐูŽู‘ุงุชููŠู‘ ุงู’ู„ุฃูŽุฒูŽู„ููŠู‘ุŒ ููŽุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ู…ูŽุง ูŠูŽุญู’ุตูู„ู ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ุบูŽูŠู’ุจูŽุฉู ุฃูŽูŠู ุงู„ุฐูŽู‘ู‡ููˆู’ู„ู ุนูŽู…ูŽู‘ุง ุณููˆูŽู‰ ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽู‡ู ูˆูŽุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ููŽู‚ูŽุทู’ุŒ ูˆูŽุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ู ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ู…ูŽุง ูŠูŽุญู’ุตูู„ู ู„ูŽู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ูƒูŽุฑู ุฃูŽูŠู ุงู„ู’ุญูŽูŠู’ุฑูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุบูŽูŠู’ุจูŽุฉู ู…ูŽุนู‹ุง ูˆูŽุจูŽุนู’ุฏูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูŠูŽุญู’ุตูู„ู ู„ูŽู‡ู ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ู’ุนูŽุฏูŽู…ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ููŽู†ูŽุงุกู ูˆูุฌููˆู’ุฏู ุงู„ู’ุจูŽุดูŽุฑููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุจูŽุนู’ุฏูŽู‡ู ูŠูŽุชูŽุดูŽุฑูŽู‘ูู ุจูุงู„ู’ููŽู†ูŽุงุกู ุฃูŽูŠู ุงู’ู„ุงูุณู’ุชูู‡ู’ู„ุงูŽูƒู ูููŠ ุงู„ู’ุฌูŽุฐู’ุจูŽุฉู ุงู’ู„ุฅูู„ูŽู‡ููŠูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุธู’ู‡ูŽุฑู’ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู†ูŽู‘ุชููŠู’ุฌูŽุฉู ุนูู†ู’ุฏู ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูุตููˆู’ุฑู ููู‰ ุงู„ุดูู‘ุฑููˆู’ุทู. (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ 515)

Hasil dari natijah (berzikir dengan wuquf qalbi) adalah lupa dari wujud manusiawi dan semua bisikan alam, tenggelam dalam tarikan dzat ilahi. Jika sudah demikian, maka tampaklah bekas perubahan dari tarikan ilahi itu, yaitu menghadapnya hati pada dzat Yang Maha Benar lagi Maha Suci dengan rasa cinta kepada-Nya. Bekas (hasil) zikir itu berbeda-beda tergantung pemberian Allah, yaitu sebuah pemberian Allah pada ruh-ruh hamba-Nya, sebelum ruh-ruh itu dihubungkan dengan jasadnya, kemudian Allah memuliakannya dengan qurb (kedekatan) yang bersifat dzat yang azali. Di antara mereka (para Sรขlik), pertama kali yang mereka capai adalah ketiadaan selain Allah, yaitu lupa dari selain Allah. Sebagian yang lain, yang pertama mereka capai adalah mabuk, bingung, dan ketiadaan selain Allah secara bersamaan, yang selanjutnya akan tercapai hilangnya wujud sifat kemanusiaan (fanaโ€™), lalu mereka mendapatkan kemuliaan fanaโ€™, yaitu leburnya diri dalam tarikan-tarikan ilahi. Jika seorang sรขlik belum tampak baginya hasil-hasil tersebut, maka dia masih belum memenuhi syarat-syarat zikir (dengan benar), (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 515).

Berikut ini adalah penjelasan atsar zikir menurut pandangan beberapa ulamaโ€™;

  • al-Sukrรฎatsar zikir adalah suatu keadaan yang berada diantara maqรขm mahabbah kepada Allah dan maqรขm fanaโ€™, ketika seorang hamba sudah terbuka hatinya dengan sifat kesempurnaan maka seorang hamba akan berhasil dan sukses meraih derajat sukr (mabuk cinta kepada Allah) seperti halnya kaRamahnya Imam Syibli: seandainya sirri-ku (rรปh-ku) melihat โ€˜arsy-nya Allah dan kekuasaannya Allah, maka niscaya rรปh-ku akan terbakar. Secara umum sesungguhnya bagi orang yang cinta kepada Allah setelah hangus terbakarnya semua satir (penghalang) maka dia akan masuk pada derajat sukr (mabuk cinta kepada Allah).
  • Al-Syathh adalah gerakan-gerakan yang samar bagi orang yang sudah menemukan Allah ketika kuatnya penemuan kepada Allah, ibarat air yang banyak yang mengalir pada tempat yang sempit, maka air tersebut akan melober.
  • Zawal al-Hijab adalah hilang penghalang antara hamba dan tuhannya, sebagaimana komentar Abu Yazid al-Busthami: Allah mempunyai beberapa hamba ahli ibadah seandainya surga dan segala hiasannya di nampakkan kepadanya maka dia akan berteriak ketakutan dan lari dari surga seperti berteriak dan ketakutannya penduduk neraka dari neraka. Karena surga adalah penghalang baginya untuk bertemu kepada Allah.

Allah itu inti sari bagi ahli ibadah, jika mereka melihat Allah di surga terhalang satu jam olehnya maka mereka minta tolong untuk keluar dari surga seperti ahli neraka minta tolong untuk keluar dari neraka.

  • Gholabah al-Syuhรปd adalah sebuah tempat yang tertinggi, yang tidak ada tempat setelahnya tempat tersebut, suatu masa setelahnya masa tersebut (yang tidak bisa di hitung dan tidak bisa direkayasa adanya), (Nasyโ€™atu al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 246-257).

Selanjutnya adalah pembagian atau macam-macam zikir dalam pelaksanaannya. 1) Zikir dengan lisan yang memiliki pahala sepuluh kebaikan, 2) Zikir dengan hati memiliki tujuh ratus kebaikan, dan 3) Zikir yang pahalanya tidak dapat dihitung. Yakni, memenuhi hati dengan mahabah dan malu kepada Allah. Sahal bin Abdullah berkata: โ€tidak semua orang orang yang mengaku itu memang berzikirโ€. Beliau ditanya tentang zikir lalu beliau menjawab zikir itu mewujudkan ilmu dengan menyakini bahwa Allah itu menyaksikanmu, maka kamu melihatnya dengan hatimu dan dekat darimu dan kamu malu kepadanya, kemudian berperangailah pada jiwa dan tingkah lakumu.

Sementara itu, ada dua cara untuk ber-zikir. 1) Dengan membaca tahlil, tasbih, dan membaca Alquran, 2) Menggerakkan hati sesuai dengan syarat-syarat mengesakan Allah SWT, Nama-nama, sifat-sifat-Nya, dan menyebarkan kebaikan-Nya, melestarikan taqdir-Nya atas semua makhluk, maka zikirnya orang yang mengharap Rahmat itu atas janji Allah SWT dan zikirnya orang yang takut kepada Allah itu atas dasar ancaman Allah SWT. Dan zikirnya orang yang tawakkal itu atas dasar kecukupan rizki yang diberikan oleh Allah SWT, dan zikirnya orang yang mencintai Allah itu atas dasar diluaskan nikmat. Imam as-Syibli mengatakan bahwa hakikat zikir itu adalah lupanya orang yang ber-zikir yakni lupanya segala sesuatu selain Allah SWT, (al-Lumaโ€˜ fรฎ Tรขrรฎkh al-Tasawuf al-Islรขmรฎ, halaman: 200).

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุฐูŽุฑู’ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูู„ู’ุชู: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฏูู„ูŽู‘ู†ููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูŽู…ูŽู„ู ูŠูู‚ูŽุฑูู‘ุจูู†ููŠู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽูŠูุจูŽุนูู‘ุฏู’ู†ููŠู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅูุฐูŽุง ุนูŽู…ูู„ู’ุชูŽ ุณูŽูŠูู‘ู€ุฆูŽุฉู‹ ููŽุงุนู’ู…ูŽู„ู’ ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุซู’ุฑูู‡ูŽุง ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ุนูŽุดู’ุฑู ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ูู‡ูŽุง. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูู„ู’ุชู: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู. ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชู ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุงุงู„ู„ู‡ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูู†ู’ ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู ุงู„ู’ู€ุญูŽุณูŽู†ูŽุงุชู.

Diriwayatkan dari Abu Dzar al-Ghifari dia berkata โ€œWahai Rasรปlullah, tunjukkanlah padaku satu amal yang bisa mendekatkanku ke surga dan bisa menjauhkanku dari nerakaโ€. Rasรปlullah bersabda: โ€œKetika engkau melakukan amal jelek maka lakukan amal kebaikan setelah melakukan amal jelek karena amal kebaikan pahalanya 10 kali amal jelekโ€. Kemudian aku bertanya kepada Rasรปlullah, โ€œWahai Rasรปlullah apa kebaikan mengucap ู„ุงุฅู„ู‡ ุฅู„ุงุงู„ู„ู‡ โ€ Rasรปlullah menjawab, โ€œucapan itu merupakan kebaikan yang paling besarโ€, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™ juz 2 halaman: 361).

Sumber: Alif.ID

32. Zikir (2)

Zikir sendiri terbagi menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat atau derajat, yaitu sebagai berikut:

ูˆูŽุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุจูุงู„ู„ูู‘ุณูŽุงู†ู ูˆูŽู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ุบูŽุงููู„ูŒุŒ ูˆูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุจูุงู„ู„ูู‘ุณูŽุงู†ู ูˆูŽู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ุญูŽุงุถูุฑูŒุŒ ูˆูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุจูุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ุญูŽุงุถูุฑูŒุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 78).

Tiga kategori tersebut adalah:

1) Zikirnya orang awam, yaitu dengan lisan, sedangkan hatinya lupa.

2) Zikirnya orang khash (khusus), yaitu dengan lisan sedangkan hatinya hadir,

3) Zikirnya orang akhash (paling khusus), yaitu dengan hati yang hadir (tanpa lisan), (Jamiโ€™ul Ushul fil Auliyโ€™, halaman: 78).

Selain itu, dijelaskan pula empat pembagian zikir yang diterangkan di dalam kitab Nasyโ€™atut Tasawuf;

  1. Zikir dengan lisan
  2. Zikir dengan qalbi
  3. Zikir dengan sirrรฎ
  4. Zikir dengan rรปh

Apabila โ€œzikir ruhโ€ sudah benar, maka โ€œzikir sirriโ€, qalbi, dan lisan akan diam dari zikir. Inilah yang kemudian disebut dengan zikir musyahadah. Dan apabila โ€œzikir sirriโ€ sudah benar, maka hati dan lisan diam tidak berzikir dan hal ini disebut dengan zikir haibah dan apabila zikir qalbi sudah benar, maka lisan akan lamban untuk berdikir dan inilah yang disebut dengan zikir allai dan zikir naโ€˜mai. Dan apabila hati lupa ber-zikir, maka yang zikir adalah lisannya dan hal ini disebut dengan zikir ibadah, (Nasyโ€™atu al-Tasawuf al-Islami, halaman: 162).

Kemampuan hati dapat terasa dan semakin jernih tatkala secara ajeg dan rutin terus diajak untuk berzikir. Zikir tidak hanya menjadikan hati lebih jernih, zikir juga bisa menjadi obat penenang tatkala hati sedang gunda. Segala penyakit hati seperti hasud, sombong, buruk sangka, dan berbagai penyakit hati lainnya dapat sembuh dengan zikir.

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู: ุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุดูููŽุขุกู ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆู’ุจูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 164)

Nabi SAW bersabda: Berzikir kepada Allah SWT adalah pengobat hati, (Jamiโ€™ul Ushul fi al-Auliyaโ€™, halaman: 163).

Disamping zikir menjadikan hati tenang, zikir juga menjadikan hidup seseorang menjadi lebih mudah. Sebagaimana hal ini sering kita jumpai pada orang-orang khash, hidup mereka lebih tentram dan tenang, hidup mereka sederhana namun tercukupi.

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซู…ูŽุฌูŽุงู„ูุณู ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑู ุชูŽู†ู’ุฒูู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู ุงู„ุณูŽู‘ูƒููŠู’ู†ูŽุฉู ูˆูŽุชูŽุญูููู‘ ุจูู‡ูู…ู’ ุงู„ู’ู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุฉู ูˆูŽุชูŽุบู’ุดูŽุงู‡ูู…ู’ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูŽุฑู’ุดูู‡ูยปโ€ฆ.ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุนู’ุฑูŽุถูŽ ุนูŽู†ู’ ุฐููƒู’ุฑููŠู’ ููŽุฅูู†ูŽู‘ ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุนููŠู’ุดูŽุฉู‹ ุถูŽู†ู’ูƒู‹ุงยปุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 165).

Rasulullah SAW bersabda: โ€œMajelis zikir diturunkan kepada mereka ketenangan, para malaikat mengitari mereka, mereka diliputi Rahmat, dan Allah SWT pun berzikir di Arsy-Nyaโ€โ€ฆ.. Allah SWT berfirman: โ€œDan barangsiapa berpaling dari zikir kepada-Ku, maka baginya penghidupan yang sempitโ€, (Jamiโ€™ul Ushul fi al-Auliyaโ€™, halaman: 165).

ูˆู‚ุงู„: ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽุฌูุฏู’ ุงู„ุณูู‘ุฑููˆู’ุฑูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ููู‰ ุซูŽู„ูŽุงุซู ุฎูุตูŽุงู„ู: ุงู„ุชูŽู†ูŽุนูู‘ู…ู ุจูุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ูŠูŽุฃู’ุณู ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ุทูู‘ู…ูŽุฃู’ู†ููŠู’ู†ูŽุฉู ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุชูŽุฑูŽูƒูŽู‘ู‡ู.

Yahya bin Muadz berkata, โ€œaku tidak menemukan kebahagiaan kecuali tiga hal. (a) menemukan kenikmatan dalam berzikir. (b) putus asa dari manusia. (c) merasa tenang dengan zikir yang dijanjikan Allahโ€, (Hilyatul Auliyaโ€™ wa Thabaqat al-Ashfiyaโ€™, juz 8, halaman: 129).

Salah satu keuntungan yang didapat dari majelis zikir adalah adanya jaminan keselamatan akhirat bagi siapapun yang turut serta dalam majelis itu. Baik yang ahli ibadah, maupun yang tidak, Allah SWT akan memenuhi permintaan dan memberikan ampunan bagi setiap orang yang turut serta dalam majelis zikir tersebut.

ูˆูŽูููŠู’ ุฑููˆูŽุงูŠูŽุฉู ู„ูู…ูุณู’ู„ูู…ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ ูุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅูู†ูŽู‘ ู„ูู„ู‡ู ู…ูŽู„ุงูŽุฆููƒูŽุฉู‹ ุณูŽูŠูŽู‘ุงุฑูŽุฉู‹ ููุถู’ู„ู‹ุง ูŠูŽุชูŽู‘ุจูุนููˆู’ู†ูŽ ู…ูŽุฌูŽุงู„ูุณูŽ ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑู ููŽุฅูุฐูŽุง ูˆูŽุฌูŽุฏููˆู’ุง ู…ูŽุฌู’ู„ูุณู‹ุง ูููŠู’ู‡ู ุฐููƒู’ุฑูŒ ู‚ูŽุนูŽุฏููˆู’ุง ู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุญูŽููŽู‘ ุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’ ุจูŽุนู’ุถู‹ุง ุจูุฃูŽุฌู’ู†ูุญูŽุชูู‡ูู…ู’ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽู…ู’ู„ูŽุคููˆู’ุง ู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุงุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุชูŽููŽุฑูŽู‘ู‚ููˆู’ุง ุนูŽุฑูŽุฌููˆู’ุง ูˆูŽุตูŽุนูุฏููˆุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ููŽูŠูŽุณู’ุฃูŽู„ูู‡ูู…ู’ ุงู„ู„ู‡ู  ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ โ€“ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู โ€“ : ู…ูู†ู’ ุฃูŠู’ู†ูŽ ุฌูุฆู’ุชูู…ู’ุŸ ููŽูŠูŽู‚ููˆู’ู„ููˆู’ู†ูŽ: ุฌูุฆู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูู†ู’ุฏู ุนูุจูŽุงุฏู ู„ูŽูƒูŽ ูููŠ ุงู’ู„ุฃูŽุฑู’ุถูุŒ ูŠูุณูŽุจูู‘ุญููˆู’ู†ูŽูƒูŽ ูˆูŠููƒูŽุจูู‘ุฑููˆู’ู†ูŽูƒูŽ ูˆูŽูŠูู‡ูŽู„ูู‘ู„ููˆู’ู†ูŽูƒูŽ ูˆูŽูŠูŽุญู’ู…ูŽุฏููˆู’ู†ูŽูƒูŽ ูˆูŽูŠูŽุณู’ุฃู„ููˆู’ู†ูŽูƒูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ูˆูŽู…ูŽุงุฐูŽุง ูŠูŽุณู’ุฃู„ููˆู’ู†ููŠู’ุŸ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง: ูŠูŽุณู’ุฃู„ููˆู†ูŽูƒูŽ ุฌูŽู†ูŽู‘ุชูŽูƒูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ูˆูŽู‡ูŽู„ู’ ุฑูŽุฃูŽูˆู’ุง ุฌูŽู†ูŽู‘ุชููŠู’ุŸ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง: ู„ูŽุงุŒ ุฃูŽูŠู’ ุฑูŽุจูู‘. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ููŽูƒูŽูŠู’ููŽ ู„ูŽูˆู’ ุฑูŽุฃูŽูˆู’ุง ุฌูŽู†ูŽู‘ุชููŠู’ุŸ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง: ูˆูŠูŽุณู’ุชูŽุฌููŠู’ุฑููˆู’ู†ูŽูƒูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ูˆูŽู…ูู…ูŽู‘ ูŠูŽุณู’ุชูŽุฌููŠู’ุฑููˆู’ู†ููŠู’ุŸ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง: ู…ูู†ู’ ู†ูŽุงุฑููƒูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุจูู‘. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ูˆูŽู‡ูŽู„ู’ ุฑูŽุฃูŽูˆู’ุง ู†ูŽุงุฑููŠู’ุŸ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง: ู„ูŽุงุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ููŽูƒูŽูŠู’ููŽ ู„ูŽูˆู’ ุฑูŽุฃูŽูˆู’ุง ู†ูŽุงุฑููŠู’ุŸ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง: ูˆูŽูŠูŽุณู’ุชูŽุบููุฑููˆู’ู†ูŽูƒูŽุŸ ููŽูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ู‚ูŽุฏู’ ุบูŽููŽุฑู’ุชู ู„ูŽู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูู‡ูู…ู’ ู…ูŽุง ุณูŽุฃูŽู„ููˆู’ุงุŒ ูˆูŽุฃูŽุฌูŽุฑู’ุชูู‡ูู…ู’ ู…ูู…ูŽู‘ุง ุงุณู’ุชูŽุฌูŽุงุฑููˆู’ุง. ู‚ูŽุงู„ูŽ: ููŽูŠูŽู‚ููˆู’ู„ููˆู’ู†ูŽ: ุฑูŽุจูู‘ ูููŠู’ู‡ูู…ู’ ููู„ูŽุงู†ูŒ ุนูŽุจู’ุฏูŒ ุฎูŽุทูŽู‘ุงุกูŒ ุฅู†ูŽู‘ู…ูŽุง ู…ูŽุฑูŽู‘ ููŽุฌูŽู„ูŽุณูŽ ู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’. ููŽูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ูˆูŽู„ูŽู‡ู ุบูŽููŽุฑู’ุชูุŒ ู‡ูู…ู ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ู„ูŽุง ูŠูŽุดู’ู‚ูŽู‰ ุจูู‡ูู…ู’ ุฌูŽู„ููŠู’ุณูู‡ูู…ู’. (ุฑูŠุงุถ ุงู„ุตุงู„ุญูŠู†ุŒ ุต 548)

Di dalam riwayat Muslim dikatakan, dari Abu Hurairah RA., dari Nabi SAW, beliau bersabda: โ€œSungguh Allah mempunyai malaikat-malaikat yang mulia yang selalu berjalan-jalan mencari majelis zikir, apabila mereka mendapatkan suatu majelis yang dipergunakan untuk berzikir, maka mereka duduk di situ dan masing-masing malaikat membentangkan sayapnya, sehingga memenuhi ruangan yang berada di antara ahli zikir dan langit dunia. Apabila ahli zikir itu telah kembali ke rumah masing-masing, maka para malaikat itu naik ke langit, dan kemudian ditanya oleh Allah โ€˜azza wa jalla padahal Allah telah mengetahui: โ€œDari mana kalian datang?โ€ Para malaikat menjawab: โ€œKami baru saja mendatangi hamba-Mu di bumi yang membaca tasbih, takbir, tahlil, tahmid dan memohon kepada-Mu.โ€ Allah bertanya: โ€œApakah yang mereka minta?โ€ Malaikat menjawab: โ€œMereka minta surga.โ€ Allah bertanya: โ€œApakah mereka pernah melihat surga-Ku?โ€ Para malaikat menjawab: โ€œBelum pernah.โ€ Allah bertanya: โ€œBagaimana jika mereka pernah melihat surga-Ku?โ€ Para malaikat menjawab: โ€œMereka juga mohon diselamatkan.โ€ Allah bertanya: โ€œMereka mohon diselamatkan dari apa?โ€ Para malaikat menjawab: โ€œDari neraka-Mu.โ€ Allah bertanya: โ€œApakah mereka pernah melihat neraka-Ku?โ€ Para malaikat menjawab: โ€œBelum pernah.โ€ Allah bertanya: โ€œBagaimana seandainya mereka pernah melihatnya?โ€ Para malaikat menjawab: โ€œMereka juga memohon ampun kepada-Mu.โ€ Allah berfirman: โ€œAku telah mengampuni mereka, maka Aku akan memenuhi permohonan mereka dan akan menjauhkan mereka dari apa yang mereka mohon untuk diselamatkan.โ€ Para malaikat berkata: โ€œWahai Tuhan, di dalam majelis itu ada si Fulan, seorang hamba yang banyak berdosa, ia hanya lewat kemudian ikut duduk bersama mereka.โ€ Allah berfirman: โ€œKepada Fulan pun Aku mengampuninya. Mereka semua adalah termasuk ahli zikir, yang tidak seorang pun yang duduk di situ akan mendapatkan celakaโ€, (Riyadhus-Shalihin, halaman: 548).

ูŠูŽุฑู’ุฌููˆู’ ุงู„ู†ูŽู‘ุฌูŽุงุฉูŽ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ู„ููƒู’ ู…ูŽุณูŽุงู„ููƒูŽู‡ูŽุง v ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ุณูŽู‘ูููŠู’ู†ูŽุฉูŽ ู„ูŽุงุชูŽุฌู’ุฑูู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูŠูŽุจูุณู

Seseorang berharap keselamatan namun tidak mau berjalan di jalan keselamatan. Sungguh, perahu tidak berjalan di atas daratan (Tanwir al-Qulub, halaman: 443).

Berikut ini adalah Hadis yang menjelaskan etika berzikir dengan menggunakan tasbih;

ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏู ุจู’ู†ู ุตูŽุงู„ูุญูุŒ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจู’ู†ู ูˆูŽู‡ู’ุจูุŒ ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูŽู†ูู‰ ุนูŽู…ู’ุฑูŒูˆ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุณูŽุนููŠู’ุฏูŽ ุจู’ู†ูŽ ุฃูŽุจูู‰ ู‡ูู„ูŽุงู„ู ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ ุฎูุฒูŽูŠู’ู…ูŽุฉูŽุŒ ุนูŽู†ู’ ุนูŽุงุฆูุดูŽุฉูŽ ุจูู†ู’ุชู ุณูŽุนู’ุฏู ุจู’ู†ู ุฃูŽุจูู‰ ูˆูŽู‚ูŽู‘ุงุตูุŒ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ู‡ูŽุง: ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ู…ูŽุนูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉู ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ูŽุง ู†ูŽูˆู‹ู‰ ุฃูŽูˆู’ ุญูŽุตู‹ู‰ ุชูุณูŽุจูู‘ุญู ุจูู‡ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูุฎู’ุจูุฑููƒู ุจูู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฃูŽูŠู’ุณูŽุฑู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒู ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงูŽูˆู’ ุฃูŽูู’ุถูŽู„ูุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ููู‰ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกูุŒ ูˆุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ููู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูุŒ ูˆุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูˆุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฎูŽุงู„ูู‚ูŒุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู ู…ูุซู’ู„ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ู…ูุซู’ู„ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ุงูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ู…ูุซู’ู„ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽุงุญูŽูˆู’ู„ูŽ ูˆูŽู„ูŽุงู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ู…ูุซู’ู„ูŽ ุฐูฐู„ููƒูŽุŒ (ุณู†ู† ุฃุจู‰ ุฏุงูˆุฏุŒ ุฌ 1ุŒ ุต: 348).

Ahmad bin Shalih menceritakan kepadaku, Abdullah bin Wahbin menceritakan kepadaku, Amr mengabariku bahwa Saโ€™id bin Abi Hilal menceritakan kepadanya dari Khuzaimah, dari โ€˜Aisyah binti Saโ€™ad bin abi Waqash dari bapaknya โ€˜Aisyah: Sesungguhnya dia (ayahnya) bersama Rasรปlullรขh telah mendatangi seorang perempuan dan kedua tanganya terdapat biji kurma dan batu kecil (kerikil) untuk membaca tasbih, Nabi bersabda: โ€œAku mangabarimu dengan sesuatu yang lebih mudah (daripada biji kurma atau batu kecil) dan yang lebih utama? Nabi bersabda:

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ููู‰ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกูุŒ ูˆุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ููู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูุŒ ูˆุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ูˆุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฎูŽุงู„ูู‚ูŒุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฎูŽุงู„ูู‚ูŒุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฎูŽุงู„ูู‚ูŒ ูˆูŽู„ูŽุข ุงูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฎูŽุงู„ูู‚ูŒุŒ ูˆูŽู„ูŽุงุญูŽูˆู’ู„ูŽ ูˆูŽู„ูŽุงู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฎูŽุงู„ูู‚ูŒ

Sumber: Alif.ID

33. Nafsu

Nafsu adalah unsur rohani manusia yang memiliki pengaruh paling banyak dan paling besar di antara anggota rohani lainnya yang mengeluarkan perintah kepada anggota jasmani untuk melakukan suatu tindakan. Dalam diri manusia, terdapat tujuh macam nafsu yang perlu untuk diketahui sifat dan karakternya. Karena dengan mengetahui sifat-sifat dan karakter tersebut, hal ini memungkinkan bagi kita untuk bisa sampai kepada Allah SWT

ูˆูŽู„ูŽู‡ูู…ูŽุง ุนูŽู‚ูŽุจูŽุงุชูŒ ุณูŽุจู’ุนูŽุฉูŒ ู„ุงูŽ ูŠูŽุตูู„ู ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ุฅูู„ูŽู‰ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูŽุงุชู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูู‚ูŽุทู’ุนูู‡ูŽุง ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุงู„ุตูู‘ููŽุงุชู ุงู„ุณูŽู‘ุจู’ุนูŽุฉู ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุงู’ู„ุฃูŽู…ูŽู‘ุงุฑูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู„ูŽู‘ูˆูŽู‘ุงู…ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู„ู’ู‡ูู…ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุทู’ู…ูŽุฆูู†ูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุงุถููŠูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุถููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽุงู…ูู„ูŽุฉู. ูˆูŽู‚ูŽุทู’ุนู ุนูŽู‚ูŽุจูŽุงุชูู‡ูŽุง ุจูุงู„ู’ุฃูŽุฐู’ูƒูŽุงุฑู ุงู„ุณูŽู‘ุจู’ุนูŽุฉู: [ุงู„ุฃูˆู„] ยซู„ุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูยป ู…ูุงุฆูŽุฉู ุฃูŽู„ู’ูู ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุงู’ู„ุฃูŽู…ูŽู‘ุงุฑูŽุฉู. ุณูู…ููŠูŽุชู’ ุจูู‡ูŽุฐูŽุง ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุชูŽุฃู’ู…ูุฑู ุตูŽุงุญูุจูŽู‡ูŽุง ุจูุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกูุŒ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ู†ู ู†ููˆู’ุฑูู‡ูŽุง ุฃูŽุฒู’ุฑูŽู‚ู. [ุงู„ุซุงู†ูŠ] ยซุงู„ู„ู‡ยป ู…ูุงุฆูŽุฉู ุฃูŽู„ู’ููŽ ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุงู„ู„ูŽู‘ูˆูŽู‘ุงู…ูŽุฉู. ุณูู…ููŠูŽุชู’ ุจูู‡ูŽุฐูŽุง ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุชูŽู„ููˆู’ู…ู ุตูŽุงุญูุจูŽู‡ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏูŽ ูˆูู‚ููˆู’ุนู ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ู†ู ู†ููˆู’ุฑูู‡ูŽุง ุฃูŽุตู’ููŽุฑู. [ุงู„ุซุงู„ุซ] ยซู‡ููˆูŽยป ุชูุณู’ุนููˆู’ู†ูŽ ุฃูŽู„ู’ูู‹ุงุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุงู„ู’ู…ูู„ู’ู‡ูู…ูŽุฉู. ุณูู…ููŠูŽุชู’ ุจูู‡ู ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุชูู„ู’ู‡ูู…ู ุตูŽุงุญูุจูŽู‡ูŽุง ููุนู’ู„ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑูŽุงุชูุŒ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ู†ู ู†ููˆู’ุฑูู‡ูŽุง ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฑู. [ุงู„ุฑุงุจุน] ยซุญูŽูŠูŒู‘ยป ุณูŽุจู’ุนููˆู’ู†ูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุงู„ู’ู…ูุทู’ู…ูŽุฆูู†ูŽู‘ุฉู. ุณูู…ููŠูŽุชู’ ุจูู‡ู ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุงูุทู’ู…ูŽุฆูŽู†ูŽู‘ุชู’ ูˆูŽุณูŽูƒูŽู†ูŽุชู’ ู…ูู†ู’ ุงูุถู’ุทูุฑูŽุงุจูู‡ูŽุง ูˆูŽุณูŽู„ูู…ูŽุชู’ ู„ูู„ู’ุฃูŽู‚ู’ุฏูŽุงุฑูุŒ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ู†ู ู†ููˆู’ุฑูู‡ูŽุง ุฃูŽุจู’ูŠูŽุถู. [ุงู„ุฎุงู…ุณ] ยซู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ูŒยป ุชูุณู’ุนููˆู’ู†ูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุงู„ุฑูŽู‘ุงุถููŠูŽุฉู. ุณูู…ููŠูŽุชู’ ุจูู‡ูŽุฐูŽุง ู„ููƒูŽูˆู’ู†ูู‡ูŽุง ุฑูŽุถููŠูŽุชู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุจููƒูู„ูู‘ ุญูŽุงู„ูุŒ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ู†ู ู†ููˆู’ุฑูู‡ูŽุง ุฃูŽุฎู’ุถูŽุฑู. [ุงู„ุณุงุฏุณ] ยซุฑูŽุญู’ู…ูŽู†ูŒยป ุฎูŽู…ู’ุณูŽุฉูŒ ูˆูŽุชูุณู’ุนููˆู’ู†ูŽ ุฃูŽู„ู’ููŽ ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุถููŠูŽู‘ุฉู. ุณูู…ููŠูŽุชู’ ุจูู‡ูŽุฐูŽุง ู„ููƒูŽูˆู’ู†ูู‡ูŽุง ุตูŽุงุฑูŽุชู’ ู…ูŽุฑู’ุถููŠูŽู‘ุฉู‹ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ูุŒ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ู†ู ู†ููˆู’ุฑูู‡ูŽุง ุฃูŽุณู’ูˆูŽุฏู. [ุงู„ุณุงุจุน] ยซุฑูŽุญููŠู’ู…ูŒยป ู…ูุงุฆูŽุฉู ุฃูŽู„ู’ูู ู…ูŽุฑูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุงู„ู’ูƒูŽุงู…ูู„ูŽุฉู. ุณูู…ููŠูŽุชู’ ุจูู‡ูŽุฐูŽุง ู„ููƒูŽูˆู’ู†ูู‡ูŽุง ูƒูŽู…ูู„ูŽุชู’ ุฃูŽูˆู’ุตูŽุงููู‡ูŽุง ูˆูŽุตูŽุงุฑูŽุชู’ ุฑูŽุญููŠู’ู…ูŽุฉู‹ ู„ูุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ูุŒ ููŽุชูุญูุจูู‘ ู„ูู„ู’ูƒูŽุงููุฑู ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูŽ ูˆูŽู„ูู„ู’ุนูŽุงุตููŠ ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูุตู’ูŠูŽุงู†ู ูˆูŽู„ูู„ุทูŽู‘ุงุฆูุนู ุงู„ุซูŽู‘ุจูŽุงุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุทูŽุงุนูŽุฉู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ูุŒ ูˆูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ู„ูŽู‡ูŽุง ู†ููˆู’ุฑูŒ ู…ูŽุฎู’ุตููˆู’ุตูŒุŒ ููŽู†ููˆู’ุฑูู‡ูŽุง ูŠูŽุชูŽู…ูŽูˆูŽู‘ุฌู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู’ู„ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑู ุงู„ุณูู‘ุชูู‘ ูˆูŽุนูŽุงู„ูŽู…ูู‡ูŽุง ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑูŽุงุชู ูˆูŽู…ูŽุญูŽู„ูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ู’ุฎูŽููŽุงุกูุŒ ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุฑูŽุฌูŽุนูŽุชู’ ุจูุญูŽุณูŽุจูู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุญูŽุงู„ู ุงู„ู’ุนูŽูˆูŽุงู…ู. ูˆูŽุณูŽุจูŽุจู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุฃูŽู…ูŽุฑูŽุชู’ ุจูุงู„ุฑูู‘ุฌููˆู’ุนู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ู ู„ูุฃูŽุฌู’ู„ู ุชูŽูƒู’ู…ููŠู’ู„ูู‡ูู…ู’ุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 175).

Penjelasan tujuh macam nafsu beserta karakteristiknya adalah sebagai berikut:

  1. Nafsu Ammรขrah, yaitu nafsu yang cenderung mendorong kepada keburukan.
  2. Nafsu Lawwรขmah, yaitu nafsu yang telah mempunyai Rasa insaf dan menyesal sesudah melakukan suatu pelanggaRAn.
  3. Nafsu Mulhimah, yaitu nafsu yang memberikan dorongan untuk berbuat kebaikan.
  4. Nafsu Mutmainnah, yaitu nafsu yang telah mendapat tuntunan dan pemelihaRAan yang baik. Ia mendatangkan ketenteRAman jiwa, melahirkan sikap dan perbuatan yang baik, mampu membentengi seRAngan kekejian dan kejahatan.
  5. Nafsu Rรขdhiyah, yaitu nafsu yang ridha kepada Allah SWT, yang mempunyai peRAn yang penting dalam mewujudkan kesejahteRAan.
  6. Nafsu Mardhiyah, yaitu nafsu yang mencapai ridha Allah SWT Keridhaan tersebut terlihat pada anugeRAh yang diberikan Allah SWT berupa senantiasa berzikir, ikhlas, mempunyai karomah, dan memperoleh kemuliaan.
  7. Nafsu Kรขmilah, yaitu nafsu yang telah sempurna bentuk dan dasarnya, sudah dianggap cakap untuk mengerjakan irsyad (petunjuk) dan menyempurnakan penghambaan diri kepada Allah SWT, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 175).

Berikut ini adalah penjelasan mengenai tabiat nafsu;

ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุงู‚ู ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณูุŒ ููŽู…ูู†ู’ู‡ูŽุง: ุงูŽู„ู’ูƒูุจู’ุฑูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุนูุฌู’ุจูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ููŽุฎู’ุฑูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุฎูŽูŠู’ู„ูŽุงุกูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุบูู„ูู‘ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุบูŽุดูู‘ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุจูุบู’ุถูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูุฑู’ุตูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู…ูŽู„ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูู‚ู’ุฏูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูŽุณูŽุฏูุŒ ูˆูŽุงู„ุถูŽู‘ุฌู’ุฑูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุฌูŽุฒู’ุนูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู‡ูŽู„ู’ุนูุŒ ูˆูŽุงู„ุทูŽู‘ู…ูŽุนูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุฌูŽู…ู’ุนูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ุนูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุฌูุจู’ู†ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุฌูŽู‡ู’ู„ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽุณูŽู„ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุฐูŽุงุกูุŒ ูˆุงู„ุฌูŽููŽุงุŒ ูˆุงุชูู‘ุจุงุนู ุงู„ู‡ูŽูˆูŽู‰ ูˆุงู„ุฅูุฒู’ุฏูุฑูŽุงุกูุŒ ูˆุงู„ุฅูุณู’ุชูู‡ู’ุฒูŽุงุกูุŒ ูˆุงู„ุชูŽู‘ู…ูŽู†ูู‘ูŠุŒ ูˆุงู„ุชูŽู‘ุฑูŽููู‘ุนูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูุฏูŽู‘ุฉูุŒ ูˆุงู„ุณูŽู‘ููŽู‡ูุŒ ูˆุงู„ุทูŽู‘ูŠู’ุดูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑูŽุงุกูุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุญูŽูƒูู‘ู…ูุŒ ูˆูŽุงู„ุธูู‘ู„ู’ู…ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุฏูŽุงูˆูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงุฒูŽุนูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุนูŽุงู†ูุฏูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฎูŽุงู„ูŽููŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุบูŽุงู„ูŽุจูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฒูŽุงุญูู…ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุบููŠู’ุจูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุจูู‡ู’ุชูŽุงู†ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ูƒูŽุฐู’ุจู, ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ู…ููŠู’ู…ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ู‡ู’ูˆููŠู’ุณูุŒ ูˆูŽุณููˆู’ุกูุงู„ุธูŽู‘ู†ูู‘ุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูู‡ูŽุงุฌูุฑูŽุฉูุŒ ูˆุงู„ูŽู‘ู„ุคูู…ูุŒ ูˆุงู„ูˆูู‚ูŽุงุญูŽุฉูุŒ ูˆุงู„ุบูุฏู’ุฑูุŒ ูˆุงู„ุฎููŠูŽุงู†ูŽุฉูุŒ ูˆุงู„ููุฌููˆู’ุฑูุŒ ูˆุงู„ุดูู‘ู…ูŽุงุชูŽุฉูุŒ ุฅู„ู‰ ุบูŠุฑ ุฐู„ููƒูŽ ู…ูู…ูŽู‘ุง ูŠููƒู’ุซูุฑู ุชูุนู’ุฏูŽุงุฏูู‡ูุŒ (ุงู„ูุชูˆุญุงุช ุงู„ุฅู„ู‡ูŠุฉ ูู‰ ุดุฑุญ ุงู„ู…ุจุงุญุซ ุงู„ุฃุตู„ูŠุฉุŒ ุต: 255).

Di antara tabiat nafsu adalah; takabbur (sombong amal), โ€˜ujub (sombong fisik), angkuh, kesombongan, pendendam, licik, pembenci, serakah, berangan-angan, iri hati, hasud, keluh kesah, gelisah, tamaโ€™, menimbun harta, mencegah/melarang, penakut, bodoh, malas, keji, kerasnya hati, menuruti hawa nafsu, menghina, mencemooh, mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin terjadi, congkak, pemarah, boros, gegabah, berpura-pura/munafiq, sewenang-wenang, penindas, permusuhan, pertentangan, durhaka, pembangkang, pertikaian, persaingan, menggunjing, pembohong, pendusta, adu domba, pemikir, prasangka yang buruk, lari dari kenyataan, suka mencela, suka dengan kekerasan, banyak alasan, suka berkhianat, suka berbuat mesum, gembira atas bencana orang lain, dan lain sebagainya, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 255).

Salah satu pengaruh terbesar nafsu adalah terhadap akal dan syahwat. Salah satu tanda adanya syahwat, yaitu berdirinya dzakar (baca: ereksi). Jika dzakar sudah berdiri, maka dua pertiga akal manusia menjadi hilang. Jika dua pertiga akal telah sirna, maka berpikir pun menjadi sulit karena dua pertiga bagian dari akal sehat telah dikuasai nafsu.

ูููŠู’ ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุดูŽุฑูู‘ ุบูŽุงุณูู‚ู ุฅูุฐูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุจูŽ. ู‚ูŽุงู„ูŽ ู‡ููˆูŽ ู‚ููŠูŽุงู…ู ุงู„ุฐูŽู‘ูƒูŽุฑู. ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุณู’ู†ูŽุฏูŽู‡ู ุจูŽุนู’ุถู ุงู„ุฑูู‘ูˆูŽุงุฉู ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ูููŠู’ ุชูŽูู’ุณููŠู’ุฑูู‡ู: ุงู„ุฐูŽู‘ูƒูŽุฑู ุฅูุฐูŽุง ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ. ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ู‚ููŠู’ู„ูŽ ุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุงู…ูŽ ุฐูŽูƒูŽุฑู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌูู„ู ุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ุซูู„ูุซูŽุง ุนูŽู‚ู’ู„ูู‡ู ุญุฏูŠุซ ุงุจู† ุนุจุงุณุŒ (ุฅุญูŠุงุก ุนู„ูˆู… ุงู„ุฏูŠู†ุŒ ุฌ 3ุŒ ุต: 96).

Dalam firman Allah SWT: โ€œDan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulitaโ€. Sebagian mufassir mengatakan yang dimaksud adalah berdirinya dzakar. Sebagian mereka menyandarkan kepada beliau dalam tafsirnya, namun dengan redaksi: โ€œDzakar (alat vital laki-laki) jika sudah masuk (ke dalam alat vital perempuan)โ€ โ€“ dikatakan juga โ€“ โ€œjika dzakar telah berdiri (ereksi), maka hilanglah dua pertiga akalnyaโ€. Hadis riwayat Ibn Abbas, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 3, halaman: 96).

Seringkali kita tertipu dengan halusnya bujuk rayu nafsu yang menunggangi diri dalam melaksanakan ibadah. Bersedekah dengan jumlah uang yang banyak karena rasa gengsi dan riyaโ€™ agar orang memandang kita sebagai orang yang dermawan, merupakan perbuatan ibadah yang tercampur dengan kepentingan duniawi.

Orang yang beribadah dengan tujuan untuk mencari kehormatan dan kebahagiaan dunia, maka bukan surga yang akan didapatkannya, melainkan neraka menjadi tempat kembalinya. Jangankan surga, aromanya saja tidak akan tercium olehnya.

ุฑููŠู’ุญู ุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉู ูŠููˆู’ุฌูŽุฏู ู…ูู†ู’ ู…ูุณููŠู’ุฑูŽุฉู ุฎูŽู…ู’ุณูู…ูุงุฆูŽุฉู ุนูŽุงู…ูุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฌูุฏูู‡ูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุทูŽู„ูŽุจูŽ ุงู„ุฏูู†ู’ูŠูŽุง ุจูุนูŽู…ูŽู„ู ุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉูุŒ (ููŠุถ ุงู„ู‚ุฏูŠุฑุŒ ุฌ 4ุŒ ุต: 54).

Rasulullah SAW bersabda: โ€œAroma surga dapat tercium dari jarak perjalanan 500 tahun, namun aroma itu takkan dapat dicium oleh seseorang yang mencari dunia dengan amal perbuatan akhiratโ€, (Faydh al-Qadรฎr, juz 4, halaman: 54).

Berikut ini adalah penjelasan mengenai tanda-tanda orang yang mengikuti hawa nafsunya;

(ู…ูู†ู’ ุนูŽู„ุงูŽู…ูŽุงุชู ุงูุชูู‘ุจูŽุงุนู ุงู„ู’ู‡ูŽูˆูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุณูŽุงุฑูŽุนูŽุฉู ุฅูู„ูŽู‰ ู†ูŽูˆูŽุงููู„ู ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ูƒูŽุงุณูู„ู ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ู ุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุฌูุจูŽุงุชู) ู‡ูŽุฐูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุตูู‘ูˆูŽุฑู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ูŠูŽุชูŽุจูŽูŠูŽู‘ู†ู ุจูู‡ูŽุง ุฎูููŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุจูŽุงุทูู„ู ูˆูŽุซูู‚ูŽู„ู ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู…ูŽุง ุฐูŽูƒูŽุฑูŽู‡ู ู‡ููˆูŽ ุญูŽุงู„ู ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ููŽุชูŽุฑูŽู‰ ุงู„ู’ูˆูŽุงุญูุฏูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุฅูุฐูŽุง ุนูŽู‚ูŽุฏูŽ ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉูŽ ู„ุงูŽ ู‡ูู…ูŽู‘ุฉูŽ ู„ูŽู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ูููŠู’ ู†ูŽูˆูŽุงููู„ู ุงู„ุตูู‘ูŠูŽุงู…ู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ู ูˆูŽุชููƒู’ุฑูŽุงุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุดู’ูŠู ุฅูู„ูŽู‰ ุจูŽูŠู’ุชู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุญูŽุฑูŽุงู…ู ูˆูŽู…ูŽุง ุฃูŽุดู’ุจูŽู‡ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ูˆูŽุงููู„ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูŽุนูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูุชูŽุฏูŽุงุฑููƒู ู„ูู…ูŽุง ููŽุฑูŽู‘ุทูŽ ูููŠู’ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽุงุฌูุจูŽุงุชู ูˆูŽู„ุงูŽ ู…ูุชูŽุญูŽู„ูู‘ู„ู ู„ูู…ูŽุง ู„ูŽุฒูู…ูŽ ุฐูู…ูŽู‘ุชูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุธูู‘ู„ุงูŽู…ูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ุจูุนูŽุงุชู ูˆูŽู…ูŽุง ุฐูŽุงูƒูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ู„ูุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุดู’ุชูŽุบูู„ููˆู’ุง ุจูุฑููŠูŽุงุถูŽุฉู ู†ููููˆู’ุณูู‡ูู…ู’ ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ุฎูŽุฏูŽุนูŽุชู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุญู’ุธููˆู’ุง ุจูู…ูุฌูŽุงู‡ูŽุฏูŽุฉู ุฃูŽู‡ู’ูˆูŽุงุฆูู‡ูู…ู’ ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ุงูุณู’ุชูŽุฑูŽููŽุชู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู…ูŽู„ูŽูƒูŽุชู’ู‡ูู…ู’ ู„ูŽูˆู’ ุฃูŽุฎูŽุฐููˆู’ุง ูููŠู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูŽูƒูŽุงู†ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ูููŠู’ู‡ู ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ู ุดูุบู’ู„ู ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฌูุฏููˆู’ุง ููุณู’ุญูŽุฉู‹ ู„ูุดูŽูŠู’ุกู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุงุนูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ูู’ู„ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽุนู’ุถู ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ุงู„ู’ููŽุถูŽุงุฆูู„ู ุฃูŽู‡ูŽู…ูู‘ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฏูŽุงุกู ุงู„ู’ููŽุฑูŽุงุฆูุถู ููŽู‡ููˆูŽ ู…ูŽุฎู’ุฏููˆู’ุนูŒ . ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจู’ู†ู ุฃูŽุจููŠู’ ุงู„ู’ูˆูŽุฑูŽุฏู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‡ูŽู„ุงูŽูƒู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูููŠู’ ุญูุฑู’ููŽุชูŽูŠู’ู†ู ุงูุดู’ุชูุบูŽุงู„ูŒ ุจูู†ูŽุงููู„ูŽุฉู ูˆูŽุชูŽุถู’ูŠููŠู’ุนู ููŽุฑููŠู’ุถูŽุฉู ูˆูŽุนูŽู…ูŽู„ูŒ ุจูุงู„ู’ุฌูŽูˆูŽุงุฑูุญู ุจูู„ุงูŽ ู…ููˆูŽุงุทูŽุฃูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ุญูŽุฑูŽู…ููˆู’ุง ุงู„ู’ูˆูุตููˆู’ู„ูŽ ุจูุชูŽุถู’ูŠููŠู’ุนูู‡ูู…ู’ ุงู’ู„ุฃูุตููˆู’ู„ูŽุŒ (ุดุฑุญ ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุฌ 2ุŒ ุต: 30).

Diantara tanda-tanda orang yang mengikuti hawa nafsunya adalah bersegera untuk melaksanakan kesunnahan dan malas untuk melaksanakan yang wajib. Ini adalah sebuah gambaran yang bisa menjelaskan ringannya kebatilan dan beratnya kebenaran bagi nafsu. Apa yang telah disebutkan oleh pengarang adalah keadaan kebanyakan orang. Anda menyaksikan seseorang yang telah niat bertaubat dan dia tidak memiliki keinginan yang kuat kecuali untuk melaksanakan puasa dan sholat sunnah, berkali-kali pergi ke Baitullah, dan berbagai kesunnahan lainnya. Dengan tidak adanya niat yang kuat itulah, dia tidak dapat menggapai yang wajib karena kecerobohannya, dan dia tidak dapat melepaskan tanggungan aniaya atas dirinya sendiri dan orang lain. Semua itu ada tidak lain karena mereka masih belum mau melatih nafsu yang telah memperdayai diri mereka, tidak pula mereka mau memerangi hawa nafsu yang telah menguasai diri mereka. Seandainya mereka melatih dan memerangi hawa nafsu, maka mereka akan mengalami kesibukan yang dahsyat, dan tidak akan menemukan kelonggaRAn dalam ketaatan dan kesunnahan.  Sebagian orang โ€˜alim berkata: โ€œBarangsiapa yang lebih mementingkan fadhilah-fadhilah kesunnahan daripada melaksanakan kewajiban, maka dia adalah orang yang tertipuโ€. Muhammad ibn Abi al-Warad RA. berkata: โ€œKerusakan manusia terletak dalam dua pekerjaan; (pertama) sibuk dengan kesunnahan dan menyia-nyiakan kewajiban, (kedua) beribadah dengan anggota badan namun hati tidak turut serta di dalamnya, mereka akan terhalang untuk bisa wushรปl karena mereka menyia-nyiakan yang intiโ€, (Syarh al-Hikam, juz 2, halaman: 30).

Untuk menundukkan nafsu, kita perlu memahami dan mengerti karakteristik dan sifat-sifat nafsu itu sendiri, serta bagaimana cara-cara nafsu untuk membujuk diri kita agar terjerumus dalam perbuatan yang negatif. Jadi, kata kunci untuk menundukkan nafsu adalah ilmu. Tanpa ilmu, kita tidak bisa apa-apa, tanpa ilmu kebutuhan dunia dan akhirat sulit untuk bisa dicapai. Yang terpenting adalah kita harus selalu berpegang teguh pada Alquran dan Hadis. Dalam kitab Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fil Auliyรขโ€™ disebutkan:

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽูˆู’ุชู ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุจูุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉู ูˆูŽุงู’ู„ุงูู‚ู’ุชูุฏูŽุงุกู ุจูุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจู ูˆูŽุงู„ุณูู‘ู†ูŽู‘ุฉูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 43).

Abu Hasan al-Syadzili berkata: โ€œMatinya nafsu itu dengan ilmu dan maโ€™rifat, serta mengikuti Alquran dan sunnah RAsรปlโ€, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 43).

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’: ู„ูŽุงูŠูŽุฏู’ุฎูู„ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽู…ููˆู’ุชูŽ ุงูŽุฑู’ุจูŽุนู ู…ูŽูˆู’ุชูŽุงุชู: ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชู ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฑูŽุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ: ู…ูุฎูŽุงู„ูŽููŽุฉู ุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ูˆูŽุฏูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ: ุงูุญู’ุชูู…ูŽุงู„ู ุงู„ู’ุฃูŽุฐูŽู‰ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽู„ู’ู‚ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชู ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ูŠูŽุถู ูˆูŽู‡ููˆูŽ: ุงู„ู’ุฌููˆู’ุนูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชู ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ุถูŽุฑูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ: ู„ูุจู’ุณู ุงู„ู’ู…ูุฑู’ู‚ูุนูŽุงุชู

Sebagian โ€˜Ulamaโ€™ berpendapat: seseorang tidak akan dapat masuk dalam  keagungan Allah, kecuali ia mengalami empat kematian: Mati merah (Mautul Ahmar), yaitu melawan nafsu. Mati hitam (Mautul Aswรขd), yaitu memaafkan atau menerima segala bentuk penindasan orang lain. Mati putih (Mautul Abyadh), yaitu lapar dan mati hijau (Mautul Akhdhar), yaitu menambal amal jelek dengan amal kebaikan, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 256).

Berikut ini penjelasan mengenai sumpah iblis untuk menggoda manusia;

ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ ุณูŽุนููŠู’ุฏู ุงูŽู„ู’ุฎูุฏู’ุฑููŠูู‘ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูุจู’ู„ููŠู’ุณู ู„ูุฑูŽุจูู‘ู‡ู ุนูŽุฒูŽู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽู‘ ุจูุนูุฒูŽู‘ุชููƒูŽ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽุงู„ููƒูŽ ู„ูŽุง ุฃูŽุจู’ุฑูŽุญู ุฃูŽุบู’ูˆููŠู’ ุจูŽู†ููŠู’ ุขุฏูŽู…ูŽ ู…ูŽุง ุฏูŽุงู…ูŽุช ูุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ูˆูŽุงุญู ูููŠู’ู‡ูู…ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ุฑูŽุจูู‘ู‡ู ูˆูŽุนูุฒูŽู‘ุชููŠ ูˆูŽุฌูŽู„ูŽุงู„ููŠ ู„ูŽุง ุฃูŽุจู’ุฑูŽุญู ุฃูŽุบู’ููุฑู ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู…ูŽุง ุงุณู’ุชูŽุบู’ููŽุฑููˆู’ู†ููŠุŒ (ุดุฑุญ ุงู„ุญูƒู…ุŒ ุฌ 2ุŒ ุต: 60).

Abu Saโ€™id al-Khudri RA. berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: Iblis berkata kepada Allah โ€˜Azza wa Jalla: โ€œDemi kemuliaan dan keagungan-Mu, tak henti-hentinya aku kan menggoda manusia, selama nyawa masih ada dalam diri merekaโ€. Allah SWT berfirman kepada setan: โ€œDemi kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku pun tak henti-hentinya mengampuni mereka selama mereka masih memohon ampun kepada-Kuโ€, (Syarh al-Hikam, juz 2 halaman: 60).

Sumber: Alif.ID

34. Sebaik-baik Ulama

ู‚ุงู„ ุงู„ู†ุจู‰: ุญููƒูŽู…ูŽุงุกู ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ูƒูŽุงุฏููˆู’ุง ู…ูู†ู’ ุตูุฏู’ู‚ูู‡ูู…ู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ููˆู’ุง ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกูŽุŒ (ุญู„ูŠุฉ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุฌุฒ 7ุŒ ุต: 418).

Rasulullah SAW bersabda. โ€œHampir-hampir kesungguhan ulama ahli hikmah itu menjadi seperti para nabiโ€, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 7 halaman: 418).

ุญุฏุซู†ุง ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุจู† ู…ุญู…ุฏ ุจู† ุฌุนูุฑุŒ ุญุฏุซู†ุง ุฒูƒุฑูŠุง ุงู„ุณุงุฌูŠ ููŠู…ุง ู‚ุฑุฆ ุนู„ูŠู‡ ูุฃู‚ุฑุจู‡ุŒ ุญุฏุซู†ุง ุณู‡ู„ ุจู† ุจุญุฑุŒ ุญุฏุซู†ุง ู…ุญู…ุฏ ุจู† ุฅุณุญุงู‚ ุงู„ุณู„ูŠู…ูŠุŒ ุญุฏุซู†ุง ุงู„ู…ุจุงุฑูƒ ุนู† ุณููŠุงู† ุงู„ุซูˆุฑูŠ ุนู† ุฃุจู‰ ุงู„ุฒู†ุงุฏ ุฃุจู‰ ุญุงุฒู… ุนู† ุฃุจู‰ ู‡ุฑูŠุฑุฉุŒ ู‚ุงู„: ู‚ุงู„ ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… ((ุฎููŠูŽุงุฑู ุฃูู…ูŽู‘ุชููŠ ุนูู„ูŽู…ูŽุงุคูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฎููŠูŽุงุฑููƒูู…ู’ ุนูู„ูŽู…ูŽุงุคูู‡ูŽุง ุฑูุญูŽู…ูŽุงุคูู‡ูŽุงุŒ ุฃูŽู„ูŽุง ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุบู’ููุฑู ู„ูู„ู’ุนูŽุงู„ูู…ู ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู’ู†ูŽ ุฐูŽู†ู’ุจู‹ุง ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุบู’ููุฑูŽ ู„ูู„ู’ุฌูŽุงู‡ูู„ู ุฐูŽู†ู’ุจู‹ุง ูˆูŽุงุญูุฏู‹ุงุŒ ุฃูŽู„ูŽุง ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ูŽ ูŠูŽุฌูุฆู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ ู†ููˆู’ุฑูŽู‡ู ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุถูŽุงุกูŽุŒ ูŠูŽู…ู’ุดููŠู’ ูููŠู’ู‡ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุดู’ุฑูู‚ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุบู’ุฑูุจู ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูŽุถูุฆู ุงู„ู’ูƒูŽูˆู’ูƒูŽุจู ุงู„ุฏูู‘ุฑูู‘ูŠูู‘))ุŒ (ุญู„ูŠุฉ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุฌุฒ 6ุŒ ุต: 425)

Sebaik-baiknya umatku adalah ulama, sebaik-baik ulama adalah yang memiliki belas kasihan terhadap umat, ketahuilah bahwa Allah mengampuni 40 dosa orang alim lebih dahulu sebelum Allah mengampuni satu dosa orang bodoh. Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang alim yang penuh kasih sayang datang pada hari kiyamat dan cahayanya menerangi jalan-jalan yang dilaluinya, dia berjalan diantara arah timur dan barat seperti bintang-bintang yang bersinar, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™, juz 6, halaman: 425).

ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุณูู„ูŽูŠู’ู…ูŽุงู†ูŽ ุจู’ู†ู ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ-ุฅูู…ู’ู„ูŽุงุกูŒ-ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุนูŽุจู’ุฏูุงู„ู„ู‡ู ุจู’ู†ู ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ุจู’ู†ู ุญูŽู†ู’ุจูŽู„ูุŒุญูŽุฏูŽุซูŽู†ููŠู’ ุฃูŽุจููŠู’ุŒ ุซูŽู†ูŽุง ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ุจู’ู†ู ูŠูŽู…ูŽุงู†ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุณููู’ูŠูŽุงู†ูŽ ุงู„ุซูŽู‘ูˆู’ุฑููŠู’ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ู ุงู„ุณูŽู‘ูŠูู‘ุฆูŽุฉู ุฏูŽุงุกูŒุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ุฏูŽูˆูŽุงุกูŒุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ููŽุณูŽุฏูŽ ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ููŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุดู’ููŽู‰ ุงู„ุฏูŽู‘ุงุกูŽุŒ (ุญู„ูŠุฉ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุฌุฒ 5ุŒ ุต: 288).

Amal yang jelek merupakan penyakit, ulama adalah obat, ketika para ulamaโ€™ rusak maka siapa yang bisa mengobati?

ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุณู„ูŠู…ุงู† ุจู† ุฃุญู…ุฏุŒ ุซู†ุง ู…ุญู…ุฏ ุจู† ุนุจุฏ ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุญุถุฑู…ูŠุŒ ุซู†ุง ุฃุญู…ุฏ ุจู† ุฑุงุดุฏ ุงู„ุจุฌู„ูŠุŒ ุซู†ุง ูŠุญูŠู‰ ุงุจู† ูŠู…ุงู†ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุณููู’ูŠูŽุงู†ูŽ ุงู„ุซูŽู‘ูˆู’ุฑููŠ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู: ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูู…ู ุทูŽุจููŠู’ุจู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ูุŒ ูˆูŽุงู„ุฏูŽู‘ุฑูŽุงู‡ูู…ู ุฏูŽุงุกู ุงู„ุฏูŽู‘ูŠู’ู†ูุŒ ููŽุฅูุฐูŽุงุฌูŽุฐูŽุจูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุจููŠู’ุจู ุงู„ุฏูŽู‘ุงุกูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณูู‡ูุŒ ููŽู…ูŽุชูŽู‰ ูŠูุฏูŽุงูˆููŠ ุบูŽูŠู’ุฑูŽู‡ูุŒ (ุญู„ูŠุฉ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุฌุฒ 5ุŒ ุต: 288).

Orang alim merupakan dokter agama, dirham adalah penyakitnya, ketika seorang dokter terkena penyakit, maka kapankah dia bisa mengobati orang lain?, (Hilyat al-Auliyaโ€™ wa Thabaqรขt al-Ashfiyaโ€™,  juz 5, halaman: 288).

Tiga Golongan Manusia

ู‚ุงู„ ุงู„ู…ูุฑู’ุณููŠู’ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุชุนุงู„ู‰: ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ: ู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ู‡ูู…ู’ ุจูุดูู‡ููˆู’ุฏู ู…ูŽุง ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู‡ูู…ู ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽุงู…ูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ู‡ูู…ู’ ุจูุดูู‡ููˆู’ุฏู ู…ูŽุฃู’ู…ูู†ู ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู‡ูู…ู’ ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ู‡ูู…ู’ ุจูุดูู‡ููˆู’ุฏู ู…ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ูุŒ (ุฌูˆุงู‡ุฑ ุงู„ู…ุนุงู†ู‰ ูˆุจู„ูˆุบ ุงู„ุฃู…ุงู†ู‰ุŒ ุต: 446-447)

Imam al-Mursi menggolongkan manusia menjadi tiga golongan;

  1. Golongan yang bisa melihat Allah melalui segala sesuatu yang diciptakan oleh Allah
  2. Golongan yang melihat sesuatu yang diamanahkan Allah yang disandarkan kepada makhluknya yaitu orang yang khusus
  3. Golongan yang melihat sesuatu dari Allah dan disandarkan kepada Allah, (Jawรขhir al-Maโ€™ani wa Bulรปgh al-Amani, halaman: 446).

Manusia Terbagi Menjadi Empat Golongan Yang Mengikuti Nabi

ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนูŽุฉู ุฃูŽุตู’ู†ูŽุงูู ููู‰ ุฅูู‚ู’ุชูŽุฏูŽุฃููˆู’ุง ุจูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽุŒ ุงู„ุตูู‘ู†ู’ูู ุงู„ู’ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู: ุงู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ุฅูู‚ู’ุชูŽุฏูŽุฃููˆู’ุง ุจูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ููู‰ ุฃูŽู‚ู’ูˆูŽุงู„ูู‡ูุŒ ุงู„ุตูู‘ู†ู’ูู ุงู„ุซูŽู‘ุงู†ูู‰: ุงู„ู’ุนูุจูŽู‘ุงุฏู ุฅูู‚ู’ุชูŽุฏูŽุฃููˆู’ุง ุจูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ููู‰ ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ูู‡ูุŒ ุงู„ุตูู‘ู†ู’ูู ุงู„ุซูŽู‘ุงู„ูุซู: ุงู„ุตูู‘ูˆู’ูููŠูŽู‘ุฉู ุฅูู‚ู’ุชูŽุฏูŽุฃููˆู’ุง ุจูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูู‰ู ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุงู‚ูู‡ูุŒ ุงู„ุตูู‘ู†ู’ูู ุงู„ุฑูŽู‘ุงุจูุนู: ุงู„ู’ุนูŽุงุฑููููˆู’ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุญูŽู‚ูู‘ู‚ููˆู’ู†ูŽ ุงูู‚ู’ุชูุฏูŽุฃููˆู’ุง ุจูู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ููู‰ ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ูู‡ูุŒ (ุฌูˆุงู‡ุฑ ุงู„ู…ุนุงู†ู‰ ูˆุจู„ูˆุบ ุงู„ุฃู…ุงู†ู‰ุŒ ุต:447)

  1. Para ulama yang mengikuti jejak nabi dalam segi perkataan Nabi
  2. Orang-orang yang ahli ibadah yang mengikuti jejak Nabi dari segi pekerjaan Nabi
  3. Seorang sufi yang mengikuti jejak Nabi dari segi akhlak Nabi
  4. Orang-orang yang maโ€™rifat billah yang mengikuti jejak Nabi dari segi haliyah Nabi, (Jawรขhir al-Maโ€™ani wa Bulรปgh al-Amani, halaman: 447).

Kewajiban Amar Maโ€˜ruf

Menyuruh pada kebaikan (amar maโ€™ruf) dan mencegah dari kemunkaran (nahi munkar) adalah sebuah kewajiban bersama. Kewajiban ini tidak harus menunggu apakah kita sudah melaksanakan perbuatan maโ€™ruf tersebut, atau kita telah meninggalkan perbuatan munkar tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam Hadis berikut:

ุฑูŽูˆูŽู‰ ุฃูŽุจููˆู’ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูุฑููˆู’ุง ุจูุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ูู ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู’ุง ุจูู‡ู ูˆูŽุงู†ู’ู‡ูŽูˆู’ุง ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ูˆูŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽู†ู’ุชูŽู‡ููˆู’ุง ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ (ุชู†ุจูŠู‡ ุงู„ุบุงูู„ูŠู†ุŒ ุต: 32).

Abu Hurairah RA. meriwayatkan Hadis dari Nabi SAW, beliau bersabda: โ€œMemerintahlah kalian kepada kebajikan, meskipun kalian belum melaksanakannya. Dan laranglah kalian dari perbuatan munkar, meskipun kalian belum meninggalkannyaโ€, (Tanbรฎh al-Ghรขfilรฎn, halaman: 32).

Namun, kewajiban untuk melaksanakan amar maโ€˜ruf nahi munkar tersebut memiliki batasan-batasan tersendiri, sesuai dengan kadar keimanan dan kemampuan yang dimiliki.

  1. Amar maโ€˜ruf nahi munkar dengan kekuasaan, yaitu untuk pemerintah/aparat yang berwajib (penegak hukum).
  2. Amar maโ€˜ruf nahi munkar dengan lisan, yaitu untuk para ulama (ilmuwan).
  3. Amar maโ€˜ruf nahi munkar dengan hati, yaitu untuk orang awam.

ูˆูŽุฑูŽูˆูŽู‰ ุฃูŽุจููˆู’ ุณูŽุนููŠู’ุฏู ุงู„ู’ุฎูุฏู’ุฑููŠูู‘ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุฑูŽุฃูŽู‰ ุฃูŽุญูŽุฏููƒูู…ู’ ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู‹ุง ููŽู„ู’ูŠูุบูŽูŠูู‘ุฑู’ ุจููŠูŽุฏูู‡ู ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุทูุนู’ ููŽุจูู„ูุณูŽุงู†ูู‡ู ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุทูุนู’ ููŽุจูู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽุถู’ุนูŽูู ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ูŠูŽุนู’ู†ููŠ ุฃูŽุถู’ุนูŽูู ููุนู’ู„ู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’ ุงู„ุชูŽู‘ุบู’ูŠููŠู’ุฑู ุจูุงู„ู’ูŠูŽุฏู ู„ูู„ุฃูู…ูŽุฑูŽุงุกู ูˆูŽุจูุงู„ู„ูู‘ุณูŽุงู†ู ู„ูู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ูˆูŽุจูุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ู„ูู„ู’ุนูŽุงู…ูŽู‘ุฉู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’ ูƒูู„ูู‘ ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุฏูŽุฑูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุงู„ู’ูˆูŽุงุฌูุจู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูุบูŽูŠูู‘ุฑูŽู‡ูุŒ (ุชู†ุจูŠู‡ ุงู„ุบุงูู„ูŠู†ุŒ ุต: 33. ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต: 8).

Abu Saโ€™id al-Khudri RA. meriwayatkan Hadis dari Nabรฎ SAW, beliau bersabda: โ€œJika seseorang di antara kalian ada yang melihat kemunkaran, maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya (kekuasaannya). Namun, jika tidak mampu, maka hendaknya dengan lisannya. Namun, jika tidak mampu, maka dengan hatinya (doโ€™a). Dan yang demikian itu adalah iman yang paling lemahโ€. Maksudnya adalah hal tersebut adalah perbuatan yang paling lemah dari orang-orang yang memiliki keimanan. Sebagian ulama menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan merubah dengan tangan adalah untuk pemerintah/aparat yang berwajib (penegak hukum), merubah dengan lisan adalah bagi ulama (ilmuan), dan merubah dengan hati adalah bagi orang awam. Dan sebagian ulama lainnya juga menyatakan bahwa tiap orang yang memiliki kemampuan untuk merubah kemunkaran tersebut, maka hal itu adalah wajib baginya untuk merubahnya. (Tanbรฎh al-Ghรขfilรฎn, halaman: 33).

Dunia Menjadi Pelayan bagi Orang yang Melayani Agama Allah

Dunia ini, jika semakin kita terus membenamkan diri didalamnya, maka semakin dalam kita terjerumus dalam kepalsuannya. Sebaliknya, jika kita menggunakan dunia ini sebatas kebutuhan kita untuk mengabdikan dan menyembahkan diri kepada Allah SWT, maka dunia ini yang akan mencari dan mengabdi kepada kita. Betapa banyak orang-orang yang mengabdikan dirinya kepada Allah SWT, hidup mereka tentram, serba kecukupan. Dunia menjadi pelayan mereka, bukan mereka yang menjadi pelayan dunia. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT kepada dunia ketika menciptakannya: โ€œBarangsiapa mengabdi kepada-Ku, maka layanilah dia. Dan barangsiapa mengabdi kepadamu (dunia), maka mintalah pengabdiannyaโ€.

ููŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽู‘ุฎูุฐูŽู‡ู ูˆูŽู„ููŠู‹ู‘ุง ูƒูŽุฑูู‡ูŽ ุงูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽูˆูŽููŽู‚ูŽู‡ู ู„ูู„ู’ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ู ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญูŽุฉู ูˆูŽุณูŽู‡ูŽู‘ู„ูŽู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูƒูŽู…ูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุนูŽ ู„ูุจูŽุนู’ุถูู‡ูู…ู’ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ุฎูŽุฑูŽุฌูŽ ูŠูŽุชูŽุตูŽูŠูŽู‘ุฏู ููู‰ ุจูŽุฑููŠูŽุฉู ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุดูŽุงุจูŒ ุฑูŽุงูƒูุจูŒ ุฃูŽุณูŽุฏู‹ุง ูˆูŽุญูŽูˆู’ู„ูŽู‡ู ุณูุจูŽุงุนูŒ ููŽู„ูŽู…ูŽู‘ุง ุฑูŽุฃูŽุชู’ู‡ู ุงูุจุชูŽุฏูŽุฑูŽุชู’ ู†ูŽุญู’ูˆูŽู‡ู ููŽุฒูŽุฌูŽุฑูŽู‡ูŽุง ุงู„ุดูŽู‘ุงุจู ุซูู…ูŽู‘ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽุง ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ุบูŽูู’ู„ูŽุฉูุŸ ุงูุดู’ุชูŽุบูŽู„ู’ุชูŽ ุจูู‡ูŽูˆูŽุงูƒูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูุฎู’ุฑูŽุงูƒูŽ ูˆูŽุจูู„ูŽุฐูŽู‘ุชููƒูŽ ุนูŽู†ู’ ุฎูุฏู’ู…ูŽุฉู ู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงูƒูŽุŒ ุฃูŽุนู’ุทูŽุงูƒูŽ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ู„ูุชูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ูŽ ุจูู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูุฏู’ู…ูŽุชูู‡ู ููŽุฌูŽุนูŽู„ู’ุชูŽู‡ูŽุง ุฐูŽุฑููŠู’ุนูŽุฉู‹ ู„ูู„ู’ุงูุดู’ุชูุบูŽุงู„ู ุนูŽู†ู’ู‡ูุŒ ุซูู…ูŽู‘ ุฎูŽุฑูŽุฌูŽุชู’ ุนูŽุฌููˆู’ุฒูŒ ุจููŠูŽุฏูู‡ูŽุง ุดูุฑู’ุจูŽุฉู ู…ูŽุงุกู ููŽุดูŽุฑูุจูŽ ูˆูŽู†ูŽุงูˆูŽู„ูŽู‡ู ููŽุณูŽุฃูŽู„ูŽู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‡ูู‰ูŽ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆููƒูู‘ู„ูŽุชู’ ุจูุฎูุฏู’ู…ูŽุชููŠู’. ุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุจูŽู„ูŽุบูŽูƒูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูŽู…ูŽู‘ุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฏูŽู…ูŽู†ููŠู’ ููŽุงุฎู’ุฏูู…ููŠู’ู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฏูŽู…ูŽูƒูŽ ููŽุงุณู’ุชูŽุฎู’ุฏูู…ููŠู’ู‡ู. ููŽุฎูŽุฑูŽุฌูŽ ุนูŽู†ู’ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุณูŽู„ูŽูƒูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽ ูˆูŽุตูŽุงุฑูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ุฏูŽุงู„ูŽุŒ (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต: 448).

Apabila Allah SWT menghendaki seorang hamba untuk dijadikan kekasihnya, maka Allah SWT akan menjauhkan dunia darinya, dan Allah SWT memberikan pertolongan serta kemudahan baginya untuk melakukan amal-amal yang baik. Sebagaimana terjadi pada seorang kekasih Allah SWT Yaitu ketika dia keluar untuk berburu, tiba-tiba dia bertemu dengan seorang pemuda yang menunggangi harimau yang dikelilingi oleh binatang buas. Ketika hewan-hewan buas itu melihatnya dan hendak menerkamnya, maka pemuda tersebut mencegahnya. Lalu pemuda itu berkata: Apakah ini tergolong lupa? Kamu sibukkan dirimu untuk menuruti hawa nafsu, kesenangan dunia dan meninggalkan akhirat serta meninggalkan pengabdian kepada sang pencipta. Allah SWT memberimu dunia untuk membantumu dalam mengabdi kepada-Nya. Akan tetapi, engkau jadikan dunia ini sebagai perantara yang menyibukkan dirimu jauh dari-Nya. Kemudian keluarlah seorang perempuan tua yang membawa air, pemuda itupun meminumnya. Laki-laki itu bertanya kepada pemuda tentang perempuan itu, lalu pemuda itu berkata: โ€œDia adalah dunia yang dipasrahkan kepadaku karena pengabdianku (kepada-Nya). Tidakkah telah sampai kepadamu ketika Allah SWT menciptakan dunia, lalu Allah SWT berfirman: โ€œBarangsiapa mengabdi kepada-Ku maka layanilah dia. Dan barangsiapa mengabdi kepadamu (dunia), maka mintalah pengabdian darinyโ€. Setelah itu, laki-laki tersebut meninggalkan dunia dan menjalani tarekat, hingga dia menjadi seorang wali abdal, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 448).

ูˆูŽูููŠ ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ูŠูŽุง ุฏูู†ู’ูŠูŽุง ุงูุฎู’ุฏูู…ููŠู’ ู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฏูŽู…ูŽู†ููŠู’ ูˆูŽุงุชูŽู‘ุนูŽุจููŠู’ ู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฏูŽู…ูŽูƒูŽ) ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุง ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุทูŽุงู„ูุจูŽุฉูŒ ูˆูŽู…ูŽุทู’ู„ููˆู’ุจูŽุฉูŒุŒ ููŽู…ูŽู†ู’ ุทูŽู„ูŽุจูŽ ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉูŽ ุทูŽู„ูŽุจูŽุชู’ู‡ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽุณู’ุชูŽูƒู’ู…ูู„ูŽ ุฑูุฒู’ู‚ูู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุทูŽู„ูŽุจูŽ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุทูŽู„ูŽุจูŽุชู’ู‡ู ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉูŽ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽุฃู’ุฎูุฐูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชู ุจูุนูู†ูู‚ูู‡ูุŒ (ุงู„ูุชูˆุญุงุช ุงู„ุฅู„ู‡ูŠุฉ ูู‰ ุดุฑุญ ุงู„ู…ุจุงุญุซ ุงู„ุฃุตู„ูŠุฉุŒ ุต: 298).

Diriwayatkan dari Rasulullah SAW, Allah berfirman: โ€Hai dunia, layanilah orang yang telah melayani (agama) Ku, dan sengsarakanlah orang yang hanya melayanimuโ€. Rasulullah SAW bersabda; โ€œDunia itu bisa jadi mencari dan dicari, barangsiapa yang mencari akhirat, niscaya dunia akan mencarinya sampai rizqinya paripurna. Dan sebaliknya barangsiapa yang mencari dunia, maka akhirat akan menuntutnya hingga maut pun menjemput sampai di lehernyaโ€, (al-Futรปhรขt al-Ilรขhiyyah fรฎ Syarhi al-Mabรขhits al-Ashรขliyyah, halaman: 298).

Sumber: Alif.ID

35. Enam Perkara untuk Mencapai Derajat Salihin

Menurut Ibrahim bin Adham, agar seorang salik dapat mencapai derajat orang-orang salih, maka ia harus melakukan enam hal.

Enam hal tersebut meliputi:

  • Menutup pintu nikmat dan membuka pintu sengsara.
  • Menutup pintu kemuliaan dan membuka pintu kehinaan.
  • Menutup pintu kesantaian dan membuka pintu kelelahan.
  • Menutup pintu tidur, dan membuka pintu terjaga.
  • Menutup pintu kekayaan, dan membuka pintu kemiskinan.
  • Menutup pintu angan-angan, dan membuka pintu persiapan untuk menghadapi kematian, (Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 468)

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ู ุจู’ู†ู ุฃูŽุฏู’ู‡ูŽู…ูŽ : ู„ุงูŽูŠูŽู†ูŽุงู„ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌูู„ู ุฏูŽุฑูŽุฌูŽุฉูŽ ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญููŠู’ู†ูŽ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽุฌููˆู’ุฒูŽ ุณูุชูŽู‘ ุนูŽู‚ูŽุจูŽุงุชู: (ุงู’ู„ุฃููˆู’ู„ูŽู‰) ูŠูŽุบู’ู„ูู‚ู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ูู‘ุนู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽูŠูŽูู’ุชูŽุญู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ุดูู‘ุฏูŽู‘ุฉู (ุงู„ุซูŽู‘ุงู†ููŠูŽุฉู) ูŠูŽุบู’ู„ูู‚ู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ู’ุนูุฒูู‘ ูˆูŽูŠูŽูู’ุชูŽุญู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ุฐูู‘ู„ูู‘ (ุงู„ุซูŽู‘ุงู„ูุซูŽุฉู) ูŠูŽุบู’ู„ูู‚ู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูŽุฉู ูˆูŽูŠูŽูู’ุชูŽุญู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ุชูŽู‘ุนูŽุจู (ุงู„ุฑูŽู‘ุงุจูุนูŽุฉู) ูŠูŽุบู’ู„ูู‚ู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ูˆู’ู…ู ูˆูŽูŠูŽูู’ุชูŽุญู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู‡ูŽุฑู (ุงู„ู’ุฎูŽุงู…ูุณูŽุฉู) ูŠูŽุบู’ู„ูู‚ู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ู’ุบูู†ูŽู‰ ูˆูŽูŠูŽูู’ุชูŽุญู ุจูŽุงุจูŽ ุงู„ู’ููŽู‚ู’ุฑู (ุงู„ุณูŽู‘ุงุฏูุณูŽุฉู) ูŠูŽุบู’ู„ูู‚ู ุจูŽุงุจูŽ ุงู’ู„ุฃูŽู…ูŽู„ู ูˆูŽูŠูŽูู’ุชูŽุญู ุจูŽุงุจูŽ ุงู’ู„ุงูุณู’ุชูุนู’ุฏูŽุงุฏู ู„ูู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชูุŒ (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต: 468).

Derajat kemuliaan apapun baik kemuliaan dunia maupun kemuliaan akhirat hanya bisa dibeli dengan keseriusan yang ajeg.

ูˆูŽู‚ููŠู’ู„ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ุงูุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉูŽ ุชููˆู’ุฌูุจู ุฏูŽูˆูŽุงู…ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 180).

Dikatakan bahwa istiqรขmah menjadikan langgengnya kaRamah, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 180).

Berikut ini macam-macam istiqรขmah;

ูˆูŽุงู’ู„ุงูุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉู ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽู„ุงูŽุซูŽุฉู ุฃูŽู‚ู’ุณูŽุงู…ู: ุงูุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูู‘ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุจูุงู„ู’ุฎูุฏู’ู…ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูู‘ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุจูุตูุฏู’ู‚ู ุงู„ู’ู‡ูู…ูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽุงุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉู ุงู’ู„ุฃูŽุฎูŽุตูู‘ ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุจูุชูŽุนู’ุธููŠู’ู…ู ุงู„ู’ุฌูู‡ูŽู‘ุฉู ุฃูŽูŠู ุงู„ู’ุญูุฑู’ู…ูŽุฉูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ููŠ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 77).

Istiqรขmah ada tiga macam; istiqรขmah-nya orang โ€˜awรขm yaitu dengan pengabdian, istiqรขmah-nya orang khรขsh yaitu dengan niat yang kuat, dan istiqรขmah-nya orang akhรขsh yaitu dengan mengagungkan semua kebesaran Allah SWT, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 77).

Wali

Istilah wali itu secara ilmu shorof (gramatikal Arab) ada dua bentuk;

  1. kata wali mengikuti wazan faรฎlun dengan menggunakan makna isim fail yang berarti seseorang yang taatnya terus menerus tanpa disela-selai dengan kemaksiatan
  2. kata wali mengikuti wazan fรขlun dengan menggunakan makna isim mafโ€™ul yang berarti seseorang yang yang selalu dijaga oleh Allah SWT dari segala macam bentuk kemaksiatan dan selalu mendapat pertolongan untuk melakukan ketaatan.
  • Dasar Kata wali diambil dari Alquran
  1. al-Baqarah: 257

ุงูŽู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ูŠูุฎู’ุฑูุฌูู‡ูู… ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ุธูู‘ู„ูู…ูŽุงุชู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูู‘ูˆูุฑู

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiRAn) kepada cahaya (iman).

  1. al-Aโ€™raf: 196

ุฅูู†ูŽู‘ ูˆูŽู„ููŠูู‘ู€ูŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ู†ูŽุฒูŽู‘ู„ูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽุชูŽูˆูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญููŠู†ูŽ

Sesungguhnya pelindungku ialah Allah SWT yang telah menurunkan al-Kitab (Alquran) dan Dia melindungi orang-orang yang soleh.

  1. al-Baqarah: 286

ู„ุงูŽ ูŠููƒูŽู„ูู‘ูู ุงู„ู„ู‡ู ู†ูŽูู’ุณุงู‹ ุฅูู„ุงูŽู‘ ูˆูุณู’ุนูŽู‡ูŽุง ู„ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽุง ูƒูŽุณูŽุจูŽุชู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ู…ูŽุง ุงูƒู’ุชูŽุณูŽุจูŽุชู’ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู„ุงูŽ ุชูุคูŽุงุฎูุฐู’ู†ูŽุง ุฅูู† ู†ูŽู‘ุณููŠู†ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุฎู’ุทูŽุฃู’ู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุญู’ู…ูู„ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฅูุตู’ุฑุงู‹ ูƒูŽู…ูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ู’ุชูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู…ูู† ู‚ูŽุจู’ู„ูู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูุญูŽู…ูู‘ู„ู’ู†ูŽุง ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ุทูŽุงู‚ูŽุฉูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุจูู‡ู ูˆูŽุงุนู’ูู ุนูŽู†ูŽู‘ุง ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ุชูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ุงูŽู†ูŽุง ููŽุงู†ุตูุฑู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): โ€œYa Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan Rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.

  1. al-Maidah: 55

ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูˆูŽู„ููŠูู‘ูƒูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ูู‡ู ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูู‚ููŠู…ููˆู†ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉูŽ ูˆูŽูŠูุคู’ุชููˆู†ูŽ ุงู„ุฒูŽู‘ูƒูŽุงุฉูŽ ูˆูŽู‡ูู…ู’ ุฑูŽุงูƒูุนููˆู†ูŽ

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk kepada Allah.

Kata wali menurut bahasa bermakna dekat, sehingga apabila seorang hamba dekat dengan Allah SWT sebab banyak melakukan ketaatan, maka Allah SWT dekat dengannya melalui rahmat-Nya dan dari situlah dia menjadi wali, (Jรขmiโ€™ al-Karรขmรขt al-Auliyรขโ€™, juz 1, halaman: 11).

Wali menurut istilah Sufi adalah orang yang selalu melanggengkan taat dan menjauhi kemaksiatan, menghindar dari segala macam bentuk kesenangan. Sedangkan kata wali menurut ahli Fiqh adalah seseorang yang mempunyai sifat โ€˜adalah al-Batinah sebagaimana syarat-syarat yang telah disebutkan oleh ulamaโ€™ ulamaโ€™ dalam kitab fiqh. Pembahasan tentang wali pada bab ini adalah wali menurut ahli sufi.

Dasar dasar wali yang disebutkan oleh Alquran dalam surah Yunus ayat 62-64

ุฃูŽู„ุง ุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ุงูŽ ุฎูŽูˆู’ููŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุญู’ุฒูŽู†ููˆู†ูŽ ๏ดฟูฆูข๏ดพ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ูˆูŽูƒูŽุงู†ููˆุงู’ ูŠูŽุชูŽู‘ู‚ููˆู†ูŽ ๏ดฟูฆูฃ๏ดพ ู„ูŽู‡ูู…ู ุงู„ู’ุจูุดู’ุฑูŽู‰ ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽูŠุงุฉู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽูููŠ ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ู„ุงูŽ ุชูŽุจู’ุฏููŠู„ูŽ ู„ููƒูŽู„ูู…ูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ููŽูˆู’ุฒู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู ๏ดฟูฆูค๏ดพ

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. Tidak ada perobahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar, (al-Kawรขkib al-Durriyah fi Tarjami al-Sรขdat al-Shรปfiyah, juz 1, halaman: 9).

โ€œMaqamโ€ para wali

Allah SWT menjadikan manusia di bumi sebagai khalifah. Dan di antaranya Allah memilih beberapa dari mereka sebagai pewaris rasul dan para nabi yang disebut dengan wali. Dan tentunya dari beberapa pilihan tersebut masih ada perbedaan lagi, seperti karakter kepemimpinan maupun kemampuan. Sehingga  seorang wali ada beberapa macam tingkatan. Seperti dijelaskan dalam Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™:

ุงูุนู’ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู’ู„ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนู ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูŽุงุชู: ุงู„ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุงู„ู†ูู‘ุจููˆูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุซูŽู‘ุงู†ูู‰ ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุงู„ุฑูู‘ุณูŽุงู„ูŽุฉูุŒ ูˆูŽุงู„ุซูŽู‘ุงู„ูุซู ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุฃููˆู’ู„ูู‰ ุงู’ู„ุนูŽุฒู’ู…ูุŒ ูˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุงุจูุนู ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุฃููˆู’ู„ูู‰ ุงู’ู„ุฅูุตู’ุทูููŽุงูุก. ููŽู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุงู„ู†ูู‘ุจููˆูŽู‘ุฉู ู„ูู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกูุŒ ูˆูŽู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุงู„ุฑูู‘ุณูŽุงู„ูŽุฉู ู„ูู„ุฃูŽุจู’ุฏูŽุงู„ูุŒ ูˆูŽู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุฃููˆู’ู„ูู‰ ุงู„ู’ุนูŽุฒู’ู…ู ู„ูู„ู’ุฃูŽูˆู’ุชูŽุงุฏูุŒ ูˆูŽู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุฎูู„ุงูŽููŽุฉู ุฃููˆู’ู„ูู‰ ุงู’ู„ุฅูุตู’ุทูููŽุงุกู ู„ูู„ู’ุฃูŽู‚ู’ุทูŽุงุจูุŒ (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ูู‰ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต: 6).

Ketahuilah bahwasanya para wali ada empat tingkatan: (pertama) maqam khilafah Annubuwwah, (kedua) maqam khilafah ar-Risalah, (ketiga) maqam khilafah Ulul โ€˜azmi, (keempat) maqam Ulil Isthifai. Bahwasanya maqam khilafah an-Nubuwwah untuk Ulamaโ€™, maqam khilafah ar-risalah untuk wali abdal, maqam khilafah ulul azmi untuk wali autad, dan maqam khalifah Ulil Isthifai untuk wali qutubโ€, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 6).

Wali โ€œMajdzubโ€

Seringkali kita mendengar istilah jadzab atau majdzubJadzab atau majdzub ini adalah sebuah istilah yang identik dengan para wali Allah SWT.

Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan wali jadzab atau majdzub itu?

ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุฌู’ุฐููˆู’ุจู ููู‰ ู‚ูŽุจู’ุถูŽุชูู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุจูู…ูŽู†ู’ุฒูู„ูŽุฉู ุงู„ุตูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงู„ุฑูŽู‘ุถููŠู’ุนูุŒ ุชูŽุชูŽุตูŽุฑูŽู‘ูู ูููŠู’ู‡ู ูŠูŽุฏู ุงู„ู’ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉู ูƒูŽุชูŽุตูŽุฑูู‘ูู ุงู„ู’ูˆูŽุงู„ูุฏูŽุฉู ููู‰ ูˆูŽู„ูŽุฏูู‡ูŽุง. (ุฌุงู…ุน ุงู„ุฃุตูˆู„ ูู‰ ุงู„ุฃูˆู„ูŠุงุกุŒ ุต 7)

Wali majdzub ada dalam genggaman (kekuasan) Allah SWT Layaknya bayi yang menyusu, tindakannya selalu dalam kekuasan Allah SWT, ibarat tindakan seorang ibu terhadap anaknya, (Jรขmiโ€™ al-Ushรปl fi al-Auliyรขโ€™, halaman: 7).

Setan biasanya hadir dalam mimpi kita dengan wujud yang berbeda-beda. Adakalanya dengan wujud orang-orang yang kita kasihi, maupun orang-orang yang sama sekali tidak kita kenal. Namun, apakah setan mampu untuk menyerupai wujud para wali kamil?

Sebagaimana setan tidak mampu menyerupai Nabi SAW, setan juga tidak mampu untuk menyerupai wali yang sempurna. Sebagaimana hal ini termaktub dalam kitab Tanwรฎr al-Qulรปb, halaman: 520.

ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ู„ุงูŽ ูŠูŽู‚ู’ุฏูุฑู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽู…ูŽุซูŽู‘ู„ูŽ ุจูุตููˆู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽู‚ู’ุฏูุฑู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽู…ูŽู‘ุซูŽู„ูŽ ุจูุตููˆู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู’ูˆูŽู„ููŠ ุงู„ู’ูƒูŽุงู…ูู„ู ุฃูŽูŠู’ุถู‹ุงุŒ (ุชู†ูˆูŠุฑ ุงู„ู‚ู„ูˆุจุŒ ุต: 520).

Hakikat Wali Allah

Wali adalah orang yang diberi kekhususan oleh Allah untuk melaksankan perintahnya dengan menyaksikan beberapa pekerjaan Allah dan sifat-sifatNya. (Jawรขhir al-Maโ€™ani wa Bulรปgh al-Amani, halaman 286)

Akibat hilangnya wali satu saja:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ูููŠโ€ู„ูŽุทูŽุงุฆููู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽู†ูโ€ : โ€œุณูุฆูู„ูŽ ุจูŽุนู’ุถู ุงู„ู’ุนูŽุงุฑููููŠู’ู†ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ุงู„ู’ุนูŽุฏูŽุฏู : ุฃูŠูŽู†ู’ู‚ูุตููˆู’ู†ูŽ ูููŠ ุฒูŽู…ูŽู†ู ุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู„ูŽูˆู’ ู†ูŽู‚ูŽุตูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงุญูุฏู ู…ูŽุง ุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ูŽุชู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ู‚ูŽุทู’ุฑูŽู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุฃูŽุจู’ุฑูŽุฒูŽุชู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ู†ูŽุจูŽุงุชูŽู‡ูŽุง.

Termaktub dalam kitab โ€œLathรขiful Minanโ€ tentang auliyaโ€™ alโ€™ adad โ€œ bila satu wali saja berkurang (wafat), maka langit tidak akan menurunkan air hujannya dan bumi tidak akan menumbuhkan tumbuhan-tumbuhannyaโ€œ

Tiga Tanda Wali

ุนูŽู„ูŽุงู…ูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ : โ€œุชูŽูˆูŽุงุถูุนูŒ ุนูŽู†ู’ ุฑูŽูู’ุนูŽุฉูุŒ ูˆูŽุฒูู‡ู’ุฏูŒ ุนูŽู†ู’ ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ุตูŽุงููŒ ุนูŽู†ู’ ู‚ููˆูŽู‘ุฉูโ€.

  1. Bertawadluโ€™ dalam kemuliaan
  2. Berzuhud dalam kelapangan rezki
  3. Melayani, membantu dengan kseungguhan

Menghina/meremehkan para wali:

ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจู’ู†ู ุญูŽุงู…ูุฏู :โ€ุงู’ู„ูุงุณู’ุชูู‡ูŽุงู†ูŽุฉู ุจูุงุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ู…ูู†ู’ ู‚ูู„ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉู ุจูุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰โ€.

Orang yang suka menghina  atau menganggap remeh para wali adalah sebagai tanda orang tersebut tidak maโ€™rifat atau sedikit sekali makrifatnya kepada Allah SWT.

Sumber: Alif.ID

36. Karamah atau Keramat

Pembahasan ini, karamah atau dalam bahasa Indonesia Keramat, mengundang kontroversi. Keramat dalam bahasa Indonesia diartikan seseorang yang memiliki kelebihan khusus, di luar kebiasaan. Keramat dimiliki seseorang karena punya tingkat ketakwaan yang hebat. Orang yang memiliki keramat, sering disebut wali.

Segala suatu perbuatan yang tidak sesuai dengan kebiasaan (khawariqul โ€˜adah) yang terjadi pada diri manusia, adakalanya disertai dengan sebuah pengakuan.

Adapun perbuatan yang tidak sesuai dengan kebiasaan yang disertai dengan pengakuan dibagi menjadi empat:

Pertama, pengakuan menjadi Tuhan, seperti pengakuan diri Firโ€™aun dan Dajjal menjadi Tuhan,

Kedua, pengakuan menjadi Nabi. Poin ini dibagi menjadi dua:

  1. Pengakuan yang benar disertai dengan perbuatan yang tidak sesuai dengan kebiasaan (Khawariq al-โ€˜Adah) yang disebut dengan Muโ€™jizat, dan tidak bisa dikalahkan
  2. Pengakuan yang bohong, dia tidak bisa menampakkan perbuatan yang tidak sesuai dengan kebiasaan (Khawariq al-โ€˜Adah), dan apabila dia bisa mengeluarkan Khawariq al-โ€˜Adah, maka pasti bisa dikalahkan.

Ketiga, pengakuan menjadi Wali. Perbuatan yang luar biasa yang terjadi pada diri manusia dengan disertai dengan pengakuan menjadi wali. Dalam hal ini para ulamaโ€™ Sufi berbeda pendapat tentang apakah boleh seseorang mengaku mempunyai karamah?

Sementara pendapat yang lebih unggul adalah pendapat yang tidak disertai dengan pengakuan menjadi wali.

Keempat, pengakuan menjadi pengikut Setan. Sesuatu yang luar biasa yang muncul dari diri manusia disertai dengan taat kepada setan.

Sementara itu, ada keistimewaan yang tidak disertai pengakuan.

Sesuatu yang luar biasa yang muncul dari diri manusia tanpa disertai dengan pengakuan, ada dua macam:

  1. Sesuatu yang luar biasa yang muncul dari seseorang yang Sholeh dan ini yang disebut dengan karomah Auliyaโ€™
  2. Sesuatu yang luar biasa yang muncul dari seseorang yang jelek, pendosa dan dijauhkan dari Allah, hal ini disebut Istidroj, ((Jรขmiโ€™ al-Karรขmรขt al-Auliyรขโ€™, juz 1, halaman: 14).
  • Dasar dasar tentang keberadaan karomah berdasarkan Alquran:
  1. Surat maryam ayat 25

ูˆูŽู‡ูุฒูู‘ูŠ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒู ุจูุฌูุฐู’ุนู ุงู„ู†ูŽู‘ุฎู’ู„ูŽุฉู ุชูุณูŽุงู‚ูุทู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒู ุฑูุทูŽุจุงู‹ ุฌูŽู†ููŠู‘ุงู‹ ๏ดฟูขูฅ๏ดพ

Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.

  1. Surat Ali Imrรขn ayat 37

ูƒูู„ูŽู‘ู…ูŽุง ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุฒูŽูƒูŽุฑููŠูŽู‘ุง ุงู„ู’ู…ูุญู’ุฑูŽุงุจูŽ ูˆูŽุฌูŽุฏูŽ ุนูู†ุฏูŽู‡ูŽุง ุฑูุฒู’ู‚ุงู‹ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽุฑู’ูŠูŽู…ู ุฃูŽู†ูŽู‘ู‰ ู„ูŽูƒู ู‡ูŽู€ุฐูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู‡ููˆูŽ ู…ูู†ู’ ุนูู†ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุฅู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุฑู’ุฒูู‚ู ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ุจูุบูŽูŠู’ุฑู ุญูุณูŽุงุจู ๏ดฟูฃูง๏ดพ

. ..Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: โ€œHai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?โ€ Maryam menjawab: โ€œMakanan itu dari sisi Allahโ€. Sesungguhnya Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.

  1. Surat al-Kahfi ayat 15-16

ูˆูŽุฅูุฐู ุงุนู’ุชูŽุฒูŽู„ู’ุชูู…ููˆู‡ูู…ู’ ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ุจูุฏููˆู†ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ููŽุฃู’ูˆููˆุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูŽู‡ู’ูู ูŠูŽู†ุดูุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ุฑูŽุจูู‘ูƒูู… ู…ูู‘ู† ุฑูŽู‘ุญู…ุชู‡ ูˆูŠูู‡ูŽูŠูู‘ุฆู’ ู„ูŽูƒูู… ู…ูู‘ู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุฑููƒูู… ู…ูู‘ุฑู’ููŽู‚ุงู‹ ๏ดฟูกูฆ๏ดพ

Dan apabila kamu meninggalkan mereka dan apa yang mereka sembah selain Allah, maka carilah tempat berlindung ke dalam gua itu niscaya Tuhanmu akan melimpahkan sebagian Rahmat-Nya kepadamu dan menyediakan sesuatu yang berguna bagimu dalam urusan kamu.

  • Dasar dasar tentang keberadaan karomah berdasarkan Hadis:
  1. Shahih al-Bukharinomor Hadis 3253:

3253 โ€“ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ ุนูŽู†ู’ ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุฌูŽุฑููŠู’ุฑู ุจู’ู†ู ุญูŽุงุฒูู…ู ุนูŽู†ู’ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจู’ู†ู ุณููŠู’ุฑููŠู’ู†ู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠู’ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ :

( ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชูŽูƒูŽู„ูŽู‘ู…ู ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽู‡ู’ุฏู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉูŒ ุนููŠู’ุณูŽู‰ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ูููŠ ุจูŽู†ููŠ ุฅูุณู’ุฑูŽุงุฆููŠู’ู„ูŽ ุฑูŽุฌูŽู„ูŒ ูŠูู‚ูŽุงู„ู ู„ูŽู‡ู ุฌูุฑูŽูŠู’ุฌูŒ ูƒุงูŽู†ูŽ ูŠูุตูŽู„ูู‘ูŠ ุฌูŽุงุกูŽุชู’ู‡ู ุฃูู…ูู‘ู‡ู ููŽุฏูŽุนูŽุชู’ู‡ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูุฌููŠู’ุจูู‡ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฃูุตูŽู„ูู‘ูŠ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูŽุง ุชูู…ูุชู’ู‡ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุชูุฑููŠู’ู‡ู ูˆูุฌููˆู’ู‡ูŽ ุงู„ู…ููˆู’ู…ูุณูŽุงุชู ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุฌูุฑูŽูŠู’ุฌู ูููŠ ุตูŽูˆู’ู…ูŽุนูŽุชูู‡ู ููŽุชูŽุนูŽุฑูŽู‘ุถูŽุชู’ ู„ูŽู‡ู ุงูู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉูŒ ูˆูŽูƒูŽู„ูŽู‘ู…ูŽุชู’ู‡ู ููŽุฃูŽุจูฐู‰ ููŽุฃูŽุชูŽุชู’ ุฑูŽุงุนููŠู‹ุง ููŽุฃูŽู…ู’ูƒูŽู†ูŽุชู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ู†ูŽูู’ุณูู‡ูŽุง ููŽูˆูŽู„ูŽุฏูŽุชู’ ุบูู„ูŽุงู…ู‹ุง ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู…ูู†ู’ ุฌูุฑูŽูŠู’ุฌู ููŽุฃูŽุชูŽูˆู’ู‡ู ููŽูƒูŽุณูŽู‘ุฑููˆู’ุง ุตูŽูˆู’ู…ูŽุนูŽุชูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ููˆู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽุจูู‘ูˆู’ู‡ู ููŽุชูŽูˆูŽุถูŽู‘ุฃูŽ ูˆูŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุซูู…ูŽู‘ ุฃูŽุชูŽู‰ ุงู„ุบูู„ูŽุงู…ูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุจููˆู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุบูู„ูŽุงู…ู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุนููŠ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง ู†ูŽุจู’ู†ููŠู’ ุตูŽูˆู’ู…ูŽุนูŽุชูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุฐูŽู‡ูŽุจู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูู†ู’ ุทููŠู’ู†ู . ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ุงูู…ู’ุฑูŽุฃูŽุฉูŒ ุชูŽุฑู’ุถูŽุนู ุงูุจู’ู†ู‹ุง ู„ูŽู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุจูŽู†ููŠู’ ุฅูุณู’ุฑูŽุงุฆููŠู’ู„ูŽ ููŽู…ูŽุฑูŽู‘ ุจูู‡ูŽุง ุฑูŽุฌูู„ูŒ ุฑูŽุงูƒูุจูŒ ุฐููˆู’ ุดูŽุงุฑูŽุฉู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุงูุจู’ู†ููŠู’ ู…ูุซู’ู„ูŽู‡ู ููŽุชูŽุฑูŽูƒูŽ ุซูŽุฏูŽู‘ูŠู’ู‡ูŽุง ูˆูŽุฃูŽู‚ู’ุจูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุฑูŽู‘ุงูƒูุจู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูŽุง ุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ููŠู’ ู…ูุซู’ู„ูŽู‡ู ุซูู…ูŽู‘ ุฃูŽู‚ู’ุจูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุซูŽุฏูŽู‘ูŠู’ู‡ูŽุง ูŠูŽู…ูุตูู‘ู‡ู โ€“ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽุจููˆู’ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ูƒูŽุฃูŽู†ูู‘ูŠ ุฃูŽู†ู’ุธูุฑู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽู…ูุตูู‘ ุฃูุตู’ุจูุนูŽู‡ู โ€“ ุซูู…ูŽู‘ ู…ูŽุฑูŽู‘ ุจูุฃูŽู…ูŽุฉู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูŽุง ุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ุงูุจู’ู†ููŠ ู…ูุซู’ู„ูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ููŽุชูŽุฑูŽูƒูŽ ุซูŽุฏูŽู‘ูŠู’ู‡ูŽุง ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ููŠู’ ู…ูุซู’ู„ูŽู‡ูŽุง ููŽู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู„ูู…ูŽ ุฐูŽุงูƒูŽ ุŸ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงูƒูุจู ุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฌูŽุจูŽุงุจูุฑูŽุฉู ูˆูŽู‡ูุฐูู‡ู ุงู„ุฃูŽู…ูŽู‘ุฉู ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ููˆู’ู†ูŽ ุณูŽุฑูŽู‚ูŽุชู’ ุฒูŽู†ูŽูŠูŽุชู’ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ุชูŽูู’ุนูŽู„ู’ )

Dari abu Hurairah Rasulullah bersabda : Tidak ada bayi yang bisa berbicara kecuali tiga orang, Nabi Isa As, dan pada masa bani Israil ada seorang laki-laki bernama juraij sedang beribadah di musallahnya, kemudian ibunya datang dan memanggilnya kemudian juraij berkata di dalam hatinya โ€œapakah aku penuhi panggilan ibuku ataukah aku sholatโ€ maka berdoโ€™alah ibunya dalam hatinya โ€œya Allah jangan engkau matikan Juraij hingga engkau melihatkan wajah seorang pelacur. Pada suatu ketika Juraij berada di musallahnya datanglah seorang perempuan menawarkan dirinya kepada Juraij dan Juraij menolaknya, maka datanglah pelacur tersebut pada seorang pengembala dan menawarkan dirinya pada pengembala. Maka dia hamil dan lahirlah seseorang bayi, dan perempuan itu mengatakan bayi itu hasil dari hubungan dengan Juraij, kemudian orang-orang mendatangi Juraij dan menghancurkan musollanya serta mencemoohnya, setelah itu Juraij mengambil air wudlu dan sholat. Kemudian mendatangi bayi tersebut, seraya mengatakan โ€œ Siapa ayahmuโ€ Bayi tersebut menjawab โ€œโ€Ayahku seorang pengembala. Akhirnya orang-orang membangun kembali musallah Juraij dari emas. Akan tetapi Juraij menolaknya, kecuali dari tanah. Dan bayi yang menyusu pada seorang ibu dari kaum bani Israil, kemudian lewat didepan perempuan tersebut seorang penunggang kuda yang gagah, maka ibunya berdoโ€™a โ€œya Allah jadikanlah anakku seperti diaโ€ maka bayi tersebut melepaskan susuan ibunya seraya mengatakan โ€œya Allah jangan jadikan aku seperti dia, setelah itu dia menyusu lagi. Abu Hurairah berkata seakan-akan aku melihat Nabi menghisap jari tangannya, kemudian lewat seorang amat didepan ibu tersebut maka berkatalah โ€œ ya Allah jangan jadikan anakku seperti dia, maka bayi tersebut melepaskan susuan ibunya seraya mengatakan โ€œya Allah jadikan aku seperti dia, Ibunya bertanya kenapa ? bayi itu menjawab,โ€™โ€™ penunggang tersebut adalah seseorang yang pemimpin yang sewenang-wenang,โ€™โ€™ sedangkan amat tersebut adalah orang yang dituduh mencuri dan berzina akan tetapi dia tidak pernah melakukanya.

  1. Shahih al-Bukharinomor Hadis 2152, Tafsรฎr al-Fakhru al-Rรขzรฎ Mafรขtih al-Ghaib bab Surat al-Kahfi, Juz 21, halaman: 87-88

2152 โ€“ ุญูŽุฏูŽู‘ุซูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจููˆ ุงู„ู’ูŠูŽู…ูŽุงู†ู ุฃูŽุฎู’ุจูŽุฑูู†ุงูŽ ุดูุนูŽูŠู’ุจู ุนูŽู†ู ุงู„ุฒูŽู‘ู‡ู’ุฑููŠ ุญูŽุฏูŽุซูŽู†ููŠู’ ุณูŽุงู„ูู…ูŒ ุงูุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ูŽู‘ ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจูู†ู’ ุนูู…ูŽุฑูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ : ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ู ( ุงูู†ู’ุทูŽู„ูŽู‚ูŽ ุซูŽู„ูŽุงุซูŽุฉู ุฑูŽู‡ู’ุทู ู…ูู…ูŽู‘ู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู‚ูŽุจู’ู„ูŽูƒูู…ู’ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฃูŽูˆูŽูˆู’ุง ุงู„ูŽู…ุจููŠู’ุชูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุบูŽุงุฑู ููŽุฏูŽุฎูŽู„ููˆู’ู‡ู ููŽุงู†ู’ุญูŽุฏูŽุฑูŽุชู’ ุตูŽุฎู’ุฑูŽุฉูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฌูŽุจูŽู„ู ููŽุณูŽุฏูŽุชู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุงู„ุบูŽุงุฑูŽ ููŽู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽุง ูŠูู†ู’ุฌููŠู’ูƒูู…ู’ ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุตูŽุฎู’ุฑูŽุฉู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุฏู’ุนููˆู’ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุจูุตูŽุงู„ูุญู ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ููƒูู…ู’ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุงู„ู„ู‡ู… ูƒูŽุงู†ูŽ ู„ููŠู’ ุฃูŽุจูŽูˆูŽุงู†ู ุดูŽูŠู’ุฎูŽุงู†ู ูƒูŽุจููŠู’ุฑูŽุงู†ู ูˆูŽูƒูู†ู’ุชู ู„ูŽุง ุฃูŽุบู’ุจูŽู‚ู ู‚ูŽุจู’ู„ูŽู‡ูู…ูŽุง ุฃูŽู‡ู’ู„ู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ู…ูŽุงู„ู‹ุง ููŽู†ูŽุงุกู‹ ุจููŠู’ ูููŠ ุทูŽู„ูŽุจู ุดูŽูŠู’ุกู ูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ููŽู„ูŽู…ู’ ุฃูŽุฑูุญู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ูŽุง ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ู†ูŽุงู…ูŽุง ููŽุญูŽู„ูุจู’ุชู ู„ูŽู‡ูู…ูŽุง ุบูŽุจููˆู’ู‚ูŽู‡ูู…ูŽุง ููŽูˆูŽุฌูŽุฏู’ุชูู‡ูู…ูŽุง ู†ูŽุงุฆูู…ูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽูƒูŽุฑูู‡ู’ุชู ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฃูŽุบู’ุจูู‚ูŽ ู‚ูŽุจู’ู„ูŽู‡ูู…ูŽุง ุฃูŽู‡ู’ู„ู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ู…ูŽุงู‹ู„ุง ููŽู„ูŽุจูุซู’ุชู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽุฏูŽุญูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูŠูŽุฏููŠ ุฃูŽู†ู’ุชูŽุธูุฑู ุงูุณู’ุชูŽูŠู’ู‚ูŽุงุธูู‡ูู…ูŽุง ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุจูŽุฑูู‚ูŽ ุงู„ููŽุฌู’ุฑู ููŽุงุณู’ุชูŽูŠู’ู‚ูŽุธูŽุง ููŽุดูŽุฑูุจูŽุง ุบูŽุจููˆู’ู‚ูŽู‡ูู…ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ู’ ูƒูู†ู’ุชูŽ ููŽุนูŽู„ู’ุชูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงูุจู’ุชูุบูŽุงุกูŽ ูˆูŽุฌู’ู‡ููƒูŽ ููŽููŽุฑูู‘ุฌู’ ุนูŽู†ูŽู‘ุง ู…ูŽุง ู†ูŽุญู’ู†ู ูููŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ุฎู’ุฑูŽุฉู ููŽุงู†ู’ููŽุฑูŽุฌูŽุชู’ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู„ูŽุง ูŠูŽุณู’ุชูŽุทููŠู’ุนููˆู’ู†ูŽ ุงู„ุฎูุฑููˆู’ุฌูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุขุฎูŽุฑู ุงู„ู„ู‡ู… ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ู„ููŠู’ ุจูู†ู’ุชู ุนูŽู…ูู‘ ูƒูŽุงู†ูŽุชู’ ุฃูŽุญูŽุจูู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ููŽุฃูŽุฏูŽุฑู’ุชูู‡ูŽุง ุนูŽู†ู’ ู†ูŽูู’ุณูู‡ูŽุง ููŽุงู…ู’ุชูŽู†ูŽุนูŽุชู’ ู…ูู†ูู‘ูŠ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฃูŽู„ูู…ู’ุชู ุจูู‡ูŽุง ุณูŽู†ูŽุฉู‹ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณูู‘ู†ููŠู’ู†ูŽ ููŽุฌูŽุงุกูŽุชู’ู†ููŠู’ ููŽุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูู‡ูŽุง ุนูุดู’ุฑููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽู…ูุงุฆูŽุฉูŽ ุฏููŠู’ู†ูŽุงูุฑ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุฎูู„ูู‘ูŠ ุจูŽูŠู’ู†ููŠ ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู†ูŽูู’ุณูู‡ูŽุง ููŽููŽุนูŽู„ู’ุชู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุฏูŽู‘ุฑู’ุชู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ ู„ูŽุง ุฃูุญูู„ูู‘ ู„ูŽูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชููู’ุถู ุงู„ู’ุฎูŽุงุชูู…ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุญูŽู‚ูู‘ู‡ู ููŽุชูŽุญูŽุฑูŽู‘ุฌู’ุชู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูˆูู‚ููˆู’ุนูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ููŽุงู†ู’ุตูŽุฑูŽููŽุชู ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู‡ููŠูŽ ุฃูŽุญูŽุจูู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ูˆูŽุชูŽุฑูŽูƒู’ุชู ุงู„ุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ุงูŽู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูู‡ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ู’ ูƒูู†ู’ุชู ููŽุนูŽู„ู’ุชู ุงูุจู’ุชูŽุบูŽุงุกูŽ ูˆูŽุฌู’ู‡ููƒูŽ ููŽุงููŽุฑูู‘ุฌู’ ุนูŽู†ูŽู‘ุง ู…ูŽุง ู†ูŽุญู’ู†ู ูููŠู’ู‡ู ูุงูŽู†ู’ููŽุฑูŽุฌูŽุชู’ ุงู„ุตูŽู‘ุฎู’ุฑูŽุฉูŽ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุณู’ุชูŽุทููŠู’ุนููˆู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุฎูุฑููˆู’ุฌูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ุซูŽุงู„ูุซู ุงู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูู‘ูŠ ุงูุณู’ุชูŽุฃู’ุฌูŽุฑู’ุชู ุฃูุฌูŽุฑูŽุงุกูŽ ููŽุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูู‡ูู…ู’ ุฃูŽุฌู’ุฑูŽู‡ูู…ู’ ุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุฑูŽุฌูู„ู ูˆูŽุงุญูุฏู ุชูŽุฑูŽูƒูŽ ุงูŽู„ูŽู‘ุฐููŠ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ููŽุซูŽู…ูŽุฑูŽุชู’ ุฃูŽุฌู’ุฑูŽู‡ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูƒูŽุซูุฑูŽุชู’ ู…ูู†ู’ู‡ู ุงู„ุฃูŽู…ูŽูˆูŽุงู„ู ููŽุฌูŽุงุกูŽู†ููŠ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุญููŠู’ู†ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ุนูŽุจู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽุฏูู‘ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุฃูŽุฌู’ุฑููŠู’ ููŽู‚ูŽู„ูŽุชู’ ู„ูŽู‡ู ูƒูู„ูู‘ ู…ูŽุง ุชูŽุฑูŽู‰ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุฌู’ุฑูŽูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฅูุจูู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽู‚ูŽุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุบูŽู†ูŽู…ู ูˆูŽุงู„ู’ุฑูŽู‚ููŠู’ู‚ู ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ ูŠูŽุง ุนูŽุจู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ุงูŽ ุชูŽุณู’ุชูŽู‡ู’ุฒูุฆู’ ุจููŠู’ ููŽู‚ูู„ู’ุชู ุฅูู†ูู‘ูŠ ู„ูŽุง ุฃูŽุณู’ุชูŽู‡ู’ุฒูุฆู ุจููƒูŽ ููŽุฃูŽุฎูŽุฐูŽู‡ู ูƒูู„ูู‘ู‡ู ููŽุงุณู’ุชูŽุงู‚ูŽู‡ู ููŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชู’ุฑููƒู’ ู…ูู†ู’ู‡ู ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ุงู„ู„ู‡ู… ููŽุฅูู†ู’ ูƒูู†ู’ุชู ููŽุนูŽู„ู’ุชู ุฐูŽู„ููƒูŽ ุงูุจู’ุชูุบูŽุงุกู‹ ูˆูŽุฌู’ู‡ููƒูŽ ููŽุงููŽุฑูŽู‘ุฌู’ ุนูŽู†ูŽู‘ุง ู…ูŽุง ู†ูŽุญู’ู†ู ูููŠู’ู‡ู ููŽุงู†ู’ููŽุฑูŽุฌูŽุชู’ ุงู„ุตูŽุฎู’ุฑูŽุฉู ููŽุฎูŽุฑูŽุฌููˆู’ุง ูŠูŽู…ู’ุดููˆู’ู†ูŽ )

  1. Tafsรฎr al-Fakh al-Rรขzรฎ Mafรขtih al-Ghaib bab Surat al-Kahfi, Juz 21, halaman: 88:ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ู‡ูุฑูŽูŠู’ุฑูŽุฉูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: โ€œุจูŽูŠู’ู†ูŽู…ูŽุง ุฑูŽุฌูู„ูŒ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู ุฑูŽุนู’ุฏู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุตูŽูˆู’ุชู‹ุง ูููŠ ุงู„ุณูู‘ุญูŽุงุจู: ุฃูŽู†ู’ ุงูŽุณูู‚ูŽู‘ ุญูŽุฏููŠู’ู‚ูŽุฉู ููŽู„ูŽุงู†ู ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ููŽุนูŽุฏูŽูˆู’ุชูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽุฏููŠู’ู‚ูŽุฉู ููŽุฅูุฐู‹ุง ุฑูŽุฌูู„ูŒ ู‚ูŽุงุฆูู…ูŒ ูููŠู’ู‡ูŽุง ููŽู‚ูู„ู’ุชู ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุง ุงูุณู’ู…ููƒูŽ ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ููŽู„ูŽุงู†ูŒ ุจู’ู†ู ููู„ูŽุงู†ู ุจู’ู†ู ููู„ูŽุงู†ู ู‚ูŽุงู„ูŽุชู’ : ููŽู…ูŽุง ุชูŽุตู’ู†ูŽุนู ุจูุญูŽุฏููŠู’ู‚ูŽุชููƒูŽ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุฅูุฐูŽุง ุตูŽุฑูŽู‘ู…ู’ุชูŽู‡ูŽุง ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ุชูŽุณู’ุฃูŽู„ู’ ุนูŽู†ู’ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุŸ ู‚ูู„ู’ุชู : ู„ูุฃูŽู†ูู‘ูŠู’ ุณูŽู…ูุนู’ุชู ุตูŽูˆู’ุชู‹ุง ูููŠ ุงู„ุณูู‘ุญูŽุงุจู ุฃูŽู†ู’ ุงูŽุณูู‚ูŽู‘ ุญูŽุฏููŠู’ู‚ูŽุฉู ููู„ูŽุงู†ู ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุฅูุฐูŽุง ู‚ูู„ู’ุชูŽ ููุฅูู†ูู‘ูŠ ุฃูŽุฌู’ุนูŽู„ูู‡ูŽุง ุฃูŽุซู’ู„ูŽุงุซู‹ุง ููŽุงุฌู’ุนูŽู„ู ู„ูู†ูŽูู’ุณููŠู’ ูˆูŽุฃูŽู‡ู’ู„ููŠ ุซูู„ูุซู‹ุง ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู ู„ูู„ู’ู…ูŽุณูŽุงูƒููŠู’ู†ู ูˆูŽุงุจู’ู†ู ุงู„ุณูŽู‘ุจููŠู’ู„ู ุซูู„ูุซู‹ุง ูˆูŽุฃูŽู†ู’ููŽู‚ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ุซูู„ูุซู‹ุงโ€

Sumber: Alif.ID

37. Dalil Aqli Munculnya Karamah

Satu dalil โ€œaqliโ€ tentang terjadinya karamah  adalah hamba sebagai kekasih Allah SWT  atau โ€œwaliyullahโ€, seperti disebut di dalam Surat Yunus Ayat 62, โ€œIngatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hatiโ€. (ุฃูŽู„ุง ุฅูู†ูŽู‘ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ุงูŽ ุฎูŽูˆู’ููŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุญู’ุฒูŽู†ููˆู†ูŽ ๏ดฟุณูˆุฑุฉ ูŠูˆู†ุณ ูฆูข

Allah SWT sebagai kekasih hamba terdapat di dalam QS. al-Baqarah ayat 257,

ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ูŠูุฎู’ุฑูุฌูู‡ูู… ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ุธูู‘ู„ูู…ูŽุงุชู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูู‘ูˆูุฑู ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูƒูŽููŽุฑููˆุงู’ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุขุคูู‡ูู…ู ุงู„ุทูŽู‘ุงุบููˆุชู ูŠูุฎู’ุฑูุฌููˆู†ูŽู‡ูู… ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ู†ูู‘ูˆุฑู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุธูู‘ู„ูู…ูŽุงุชู ุฃููˆู’ู„ูŽู€ุฆููƒูŽ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ู‡ูู…ู’ ูููŠู‡ูŽุง ุฎูŽุงู„ูุฏููˆู†ูŽ ๏ดฟูขูฅูง๏ดพ

Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

Surat al-Aโ€™raf ayat 196:

ุฅูู†ูŽู‘ ูˆูŽู„ููŠูู‘ู€ูŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ู†ูŽุฒูŽู‘ู„ูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽุชูŽูˆูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญููŠู†ูŽ ๏ดฟูกูฉูฆ๏ดพ

Sesungguhnya pelindungku ialah Allah yang telah menurunkan al-Kitab (al Alquran) dan Dia melindungi orang-orang yang saleh.

Surat al-Maidah ayat 55:

ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูˆูŽู„ููŠูู‘ูƒูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ูู‡ู ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูู‚ููŠู…ููˆู†ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉูŽ ูˆูŽูŠูุคู’ุชููˆู†ูŽ ุงู„ุฒูŽู‘ูƒูŽุงุฉูŽ ูˆูŽู‡ูู…ู’ ุฑูŽุงูƒูุนููˆู†ูŽ ๏ดฟูฅูฅ๏ดพ

Sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk (kepada Allah).

Surat al-Baqarah ayat 286

ู„ุงูŽ ูŠููƒูŽู„ูู‘ูู ุงู„ู„ู‡ู ู†ูŽูู’ุณุงู‹ ุฅูู„ุงูŽู‘ ูˆูุณู’ุนูŽู‡ูŽุง ู„ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽุง ูƒูŽุณูŽุจูŽุชู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ู…ูŽุง ุงูƒู’ุชูŽุณูŽุจูŽุชู’ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู„ุงูŽ ุชูุคูŽุงุฎูุฐู’ู†ูŽุง ุฅูู† ู†ูŽู‘ุณููŠู†ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุฎู’ุทูŽุฃู’ู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุญู’ู…ูู„ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฅูุตู’ุฑุงู‹ ูƒูŽู…ูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ู’ุชูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู…ูู† ู‚ูŽุจู’ู„ูู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูุญูŽู…ูู‘ู„ู’ู†ูŽุง ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ุทูŽุงู‚ูŽุฉูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุจูู‡ู ูˆูŽุงุนู’ูู ุนูŽู†ูŽู‘ุง ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ุชูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ุงูŽู†ูŽุง ููŽุงู†ุตูุฑู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ ๏ดฟูขูจูฆ๏ดพ

Allah SWT tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): โ€œYa Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan Rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafirโ€.

Allah sebagai kekasih hamba dan hamba sebagai  kekasih Allah SWT:

Surat al-Maidah ayat 54,

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ู…ูŽู† ูŠูŽุฑู’ุชูŽุฏูŽู‘ ู…ูู†ูƒูู…ู’ ุนูŽู† ุฏููŠู†ูู‡ู ููŽุณูŽูˆู’ููŽ ูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‚ูŽูˆู’ู…ู ูŠูุญูุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุญูุจูู‘ูˆู†ูŽู‡ู ุฃูŽุฐูู„ูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ุฃูŽุนูุฒูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ ูŠูุฌูŽุงู‡ูุฏููˆู†ูŽ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฎูŽุงูููˆู†ูŽ ู„ูŽูˆู’ู…ูŽุฉูŽ ู„ุขุฆูู…ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูุคู’ุชููŠู‡ู ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงุณูุนูŒ ุนูŽู„ููŠู…ูŒ ๏ดฟูฅูค๏ดพ

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang muโ€™min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Surat al-Baqarah ayat 165,

ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู…ูŽู† ูŠูŽุชูŽู‘ุฎูุฐู ู…ูู† ุฏููˆู†ู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ุฏูŽุงุฏุงู‹ ูŠูุญูุจูู‘ูˆู†ูŽู‡ูู…ู’ ูƒูŽุญูุจูู‘ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุฃูŽุดูŽุฏูู‘ ุญูุจู‘ุงู‹ ู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ูŠูŽุฑูŽู‰ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุธูŽู„ูŽู…ููˆุงู’ ุฅูุฐู’ ูŠูŽุฑูŽูˆู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู’ู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ู„ูู„ู‡ู ุฌูŽู…ููŠุนุงู‹ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุดูŽุฏููŠุฏู ุงู„ู’ุนูŽุฐูŽุงุจู ๏ดฟูกูฆูฅ๏ดพ

Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah SWT. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah SWT semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).

QS al-Baqarah ayat 222,

ูˆูŽูŠูŽุณู’ุฃูŽู„ููˆู†ูŽูƒูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูŽุญููŠุถู ู‚ูู„ู’ ู‡ููˆูŽ ุฃูŽุฐู‹ู‰ ููŽุงุนู’ุชูŽุฒูู„ููˆุงู’ ุงู„ู†ูู‘ุณูŽุงุก ูููŠ ุงู„ู’ู…ูŽุญููŠุถู ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽู‚ู’ุฑูŽุจููˆู‡ูู†ูŽู‘ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ูŽ ูŠูŽุทู’ู‡ูุฑู’ู†ูŽ ููŽุฅูุฐูŽุง ุชูŽุทูŽู‡ูŽู‘ุฑู’ู†ูŽ ููŽุฃู’ุชููˆู‡ูู†ูŽู‘ ู…ูู†ู’ ุญูŽูŠู’ุซู ุฃูŽู…ูŽุฑูŽูƒูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูุญูุจูู‘ ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽู‘ุงุจููŠู†ูŽ ูˆูŽูŠูุญูุจูู‘ ุงู„ู’ู…ูุชูŽุทูŽู‡ูู‘ุฑููŠู†ูŽ ๏ดฟูขูขูข๏ดพ

Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: โ€œHaid itu adalah kotoranโ€. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Ketika hal ini terjadi maka kami berkata: ketika hamba melaksakan seluruh perintah Allah, melakukan perkara yang diridhai Allah, meninggalkan dan menjauhi larangan Allah, bagaimana menjadi jauh jika Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi sesekali memberikan apa yang diinginkan hamba tersebut, tetapi  pemberian ini malah lebih utama, karena pada saat melaksanakan apa yang diperintahkan dan diinginkan Allah, hamba tersebut merasa lemah dan mencela diri sendiri, sehingga Allah sesekali menuruti apa yang diinginkannya.

Jika penampakan karomah terhalang, adakalanya karena Allah bukan dzat yang tepat untuk menampakkan karomah atau adakalanya karena orang muโ€™min bukan orang yang tepat mendapatkan pemberian Allah berupa karomah. Untuk kemungkinan pertama berarti mengecilkan kekuasaan Allah dan hal ini berhukum kafir.

Sedangkan yang kemungkinan kedua adalah batil. Sesungguhnya mengetahui (maโ€™rifat) terhadap dzat, sifat, perbuatan, hukum, beberapa nama Allah, cinta padaNYA, taat, melanggengkan zikir pensucian, tahmid, tahlil, itu semua lebih mulia dibanding pemberian sepotong roti atau bisa menjinakkan ular atau singa. Ketika Allah memberi maโ€™rifat, rasa cinta, zikir, syukur tanpa diminta  hamba, maka pemberian Allah berupa sepotong roti itu lebih utama.

Nabi bersabda menceritakan firman Allah SWT

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุญููƒูŽุงูŠูŽุฉู‹ ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูุฒูŽู‘ุฉู : โ€œู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฑูู‘ุจูŽ ุนูŽุจู’ุฏูŒ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุจูู…ูุซู’ู„ู ุฃูŽุฏูŽุงุกู ู…ูŽุง ุงูู’ุชูŽุฑูŽุถู’ุชู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฒูŽุงู„ู ูŠูŽุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจู ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูˆูŽุงููู„ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ุฃูŽุญูŽุจูŽู‘ู‡ู ููŽุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุญู’ุจูŽุจู’ุชูู‡ู ูƒูู†ู’ุชู ู„ูŽู‡ู ุณูŽู…ู’ุนู‹ุง ูˆูŽุจูŽุตูŽุฑู‹ุง ูˆูŽู„ูุณูŽุงู†ู‹ุง ูˆูŽู‚ูŽู„ู’ุจู‹ุง ูˆูŽูŠูŽุฏู‹ุง ูˆูŽุฑูุฌู’ู„ู‹ุง ุจููŠู’ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนู ูˆูŽุจููŠู’ ูŠูŽุจู’ุตูุฑู ูˆูŽุจููŠู’ ูŠูŽู†ู’ุทูู‚ู ูˆูŽุจููŠู’ ูŠูŽู…ู’ุดููŠโ€

Rasulullah SAW Bersabda dengan menceritakan firman Allah โ€œseorang hamba tidak melakukakan taqarrub (pendekatan diri) kepadaKu dengan melaksanakan perintahKu, dan terus menerus bertaqarrub kepadaKu dengan melakukan kesunnahan, sehingga Aku mencintainya, ketika Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengar, penglihatan, lisan, hati, tangan dan kakinya, karena Aku, dia bisa mendengar, melihat, berbicara, dan berjalan.โ€

Hadis ini menunjukkan bahwa tidak ada seorang pun selain Allah SWT dalam pendengaran para kekasihnya, bukan dalam pandangan mereka bukan pula dalam anggota tubuh mereka, jikalau masih ada bagian yang dimiliki selain Allah SWT maka pastinya Allah  SWT berfirman ุงู†ุง ุณู…ุนู‡ ูˆุจุตุฑู‡ , sehingga tidak diragukan lagi bahwa maqรขm ini (seperti yang termaktub dalam Hadis) lebih mulia dibanding bisa menjinakkan ular, binatang buas, membagi-bagikan roti, manancapkan ranting anggur langsung tumbuh dan berbuah.

Nabi bersabda:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ู ุญูŽุงูƒููŠู‹ุง ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูุฒูŽู‘ุฉู : โ€œู…ูŽู†ู’ ุขุฐูŽู‰ ู„ููŠู’ ูˆูŽู„ููŠู‹ุง ููŽู‚ูŽุฏู’ ุจูŽุงุฑูŽุฒูŽู†ููŠู’ ุจูุงู„ู’ู…ูŽุญูŽุงุฑูุจูŽุฉูโ€

Menyakiti wali sama dengan menyakiti Allah SWT makna ini senada dengan firman Allah ูSWT

ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูุจูŽุงูŠูุนููˆู†ูŽูƒูŽ ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูุจูŽุงูŠูุนููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽุŒ ๏ดฟุณูˆุฑุฉ ุงู„ูุชุญ ูกู ๏ดพ

Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah (Surat al-fafh 10)

Karamah merupakan bagian dari muโ€™jizat Nabi sebagai petunjuk atas kebenaran pengakuannya dan keabsahan agama yang dibawanya.

Sumber: Alif.ID

38. Macam-macam Karamah

Pada bagian ini, kita memasuki jenis-jenis karamah atau keramat dalam bahasa Jawa. Seperti keterangan-keterangan sesudahnya, pembahasan ini merujuk pada sumber-sumber penting, baik dalam buku atau kitan tasawuf ataupun pada buku-buku pokok berisi biografi para ulama. Semoga bermanfaat.

Menurut Imam Tajuddin al-Subki dalam kitab Thabaqatul Kubra ada beberapa macam karamah:

  1. Menghidupkan yang sudah mati, seperti Abi Ubaid Abu Basyari. Ketika berada dalam perang hewan tunggangannya mati, lalu beliau berdoa kepada Allah untuk menghidupkannya lagi, lalu hiduplah hewan tersebut. Kisah Mufarroj al-Dawamini, syaikh Adbul Qadir al-Jailani ketika berkata kepada ayam jago yang telah di makan dagingnya. โ€œBerdirilah dengan izin Allah yang telah menghidupkan tulang belulang yang hancur, lalu berdirilah ayam jago yang hanya tinggal tulang belulang, syaikh Abu Yusuf al-Dawamini, Syaikh Zainuddin al-Faruqi al-Syafiโ€™i, syaikh Fathuddin Yahya.
  2. Berbicara dengan orang-orang mati pembagian ini lebih banyak di miliki oleh para wali dibanding pembagian pertama seperti yang pernah di riwayatkan oleh abu Saโ€™id al-KhoRAzidan syaikh Abdul Qodir al-Jailani dan lain-lain.
  3. Memecahkan lautan dan mengeringkannya, berjalan diatas, lain pada bagian banyak terjadi pada diri wali seperti yang pernah di alami oleh syaikh al-Islam Taqiuddindan Daqiq al-Iddi.
  4. Merubah benda yang satu keberadaan yang lain. Seperti yang pernah di ceritakan bahwa syaikh Isa al-Hattar al-Yamanisuguhkan dua wadah air minum yang keduanya diisi dengan khomer, kemudian syaikh tersebut menanyakan isi wadah yang satu ke wadah yang lain begitu juga sebaliknya. Kemudian syaikh Isa berkata โ€Bismillah makanlah, lalu orang-orang yang hadir memakannya ternyata khomer tesebut telah berubah menjadi semula.
  5. Bumi dilipat untuk para wali, diceritakan ada sebagian wali ada di masjid jamiโ€™ tursus tiba-tiba ada peRasaan rindu untuk ziarah ketanah Haram (Makkah), kemudian beliau memasukan kepalanya kedalam saku baju, kemudian mengeluarkanya kembali, tiba-tiba beliau sudah ada di Makkah.
  6. Dapat berkomunikasi dengan benda mati dan hewan.
  7. Dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.
  8. Hewan menuruti perintah para wali seperti kisah Abi Saiโ€™id bin Abi Khair al-Mihani, IbRAhim al-Khois, syaikh al-Islam Zainuddin bin Abdul Salรขm.
  9. Melipat zaman
  10. Memperpanjang zaman dijaRAk yang sangat jauh
  11. Menjawab panggilan karamah ini banyak sekali dimiliki oleh para wali.
  12. Menjaga lisan untuk berbicara
  13. Menarik Nabi SAW manusia untuk mendatangi majlisnya
  14. Dapat menceritakan sebagaian barang ghoib dan terbukanya Nabi SAW (kasyf)
  15. Sabar tidak menemukan makanan dan minuman dalam waktu yang panjang
  16. Maqรขm menggunakan alam semesta
  17. Memperbanyak makanan
  18. Menjaga diri dari makanan haram seperti yang diceritakan dari Haris al-Mahasibi, dibalik tabir ototnya bergeRAk ketika di hidangkan makanan haram.
  19. Bisa melihat suatu tempat yang sangat jauh, seperti syaikh Abu Ishaq al-SyiRAzibisa melihat kaโ€™bah dan Baghdad
  20. Menimbulkan Rasa segar bagi yang melihatnya, walaupun wali tersebut sudah mati.
  21. Allah memberi kecukupan bagi Auliyaโ€™ ketika ada orang yang berniat jelek lalu Allah membalikannya untuk berbuat kebaikan seperti yang terjadi kepada imam Syafiโ€™I dan Haris al-Rosyid.
  22. Bisa terbang dengan berbagai cara : Alam diantaranaya alam jasmani dan alam roh disebut alam matsal, alam ini lebih halus dibanding alam jasmani dan lebih kasar dibanding alam roh dalam alam matsal para wali dapat melihat roh dan jasad dalam berbagai macam bentuk hal ini berdasarkan firman Allah Qs Maryam ayat 27


ููŽุฃูŽุชูŽุชู’ ุจูู‡ู ู‚ูŽูˆู’ู…ูŽู‡ูŽุง ุชูŽุญู’ู…ูู„ูู‡ู ู‚ูŽุงู„ููˆุง ูŠูŽุง ู…ูŽุฑู’ูŠูŽู…ู ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฌูุฆู’ุชู ุดูŽูŠู’ุฆุงู‹ ููŽุฑููŠู‘ุงู‹ ๏ดฟูขูง๏ดพ

Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. Kaumnya berkata: โ€œHai Maryam, sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.

  1. Allah memperlihatkan simpanan-simpanan bumi kepada para wali seperti kisah Abi Tullabketika menggetarkan hatinya tiba-tiba muncul air.
  2. Para ulamaโ€™ mengaRAng kitab dengan mudah mengaRAng dengan menggunakan waktu yang singkat sementara kesibukan mereka luar biasa hingga meninggal dunia. Karomah ini mereka bentuk karomah yang memper panjang waktu. Diceritakan bahwa imam Syafiโ€™I mempunyai sepuluh kitab kaRAngan yang luar biasa, sementara beliau membaca Alquran satu kali satu khataman dengan metode tadbir (lisan membaca Alquran fikiRAn bertafakkur hati merasakan) khusus pada bulan RAmadhan dua kali khataman tiap hari, imam Syafiโ€™i masih tetap mempelajari ilmu, memberi fatwa,Zikir, Tafakkur juga mengobati orang-orang sakit bahkan sampai tiga puluh orang per hari begitu juga dengan imam Haromain, Abu al-maโ€™ali al-Juwaimi, imam al-Robbani, syaikh Muhyiddin an-Nawawi, syaikh al-imam walad(ayah imam al-Subqi).
  3. Meniadakan akibat RAcun yang mematikan dan beberapa macam hal yang bias menyebabkan kematian.
  • Karamah Buah Ketaโ€™atan

Ibnu Arabi menuturkan dalam kitab Futรปhรขt al-Makkiyah bahwa ada delapan anggota tubuh yang selalu taโ€™at yasng bisa mengeluarkan karomah, Yaitu :

  1. Mata: mata yang selalu di gunakan untuk ketaโ€™atan dan menjahui dari kemungkaRAn dapat mengeluarkan karomah berupa penglihatan akan datangnya tamu yang akan berkunjung walaupun dalam jaRAk yang sangat jauh, mata bisa melihat dibalik tiRAi yang tebal, melihat kaโ€™bah pada waktu shalat hingga berhadapan langsung dengan kaโ€™bah, mata bisa melihat alam malaikat rohani, malaikat tuRAbi baik dari bangsa malaikat, jin, golongan lain dan Nabi SAW, Khidir As.
  2. Telinga: telinga juga seperti mata, telinga yang taat dan terjaga dari kemaksiatan, dapat mendengar kabar gembiRA. Bahwasannya dia merupakan orang yang dapat hidayah, akal dari Allah inilah karomah yang paling besar โ€œ Allah berfirman dalam Q.S. al-Zumar: 17


ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุงุฌู’ุชูŽู†ูŽุจููˆุง ุงู„ุทูŽู‘ุงุบููˆุชูŽ ุฃูŽู† ูŠูŽุนู’ุจูุฏููˆู‡ูŽุง ูˆูŽุฃูŽู†ูŽุงุจููˆุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽู‡ูู…ู ุงู„ู’ุจูุดู’ุฑูŽู‰ ููŽุจูŽุดูู‘ุฑู’ ุนูุจูŽุงุฏู ๏ดฟูกูง๏ดพ

Dan orang-orang yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah, bagi mereka berita gembiRA; sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku, (Q.S. Al-Zumar: 17)

  1. Lisan: dapat berbicara dengan alam yang lebih tinggi, berbicara dengan alam semesta, bisa menceritakan kabar-kabar ghaib dan sesuatu yang akan terjadi.
  2. Tangan: yang taat dan terjaga dari kemaksiatan dapat mengeluarkan karomah berupa cahaya yang keluar dari tangan ketika dimasukkan kedalam saku, tangan bisa mengeluarkan air, tangan menggenggam debu lalu debu itu dilempar kearah musuh, lalu musuh lari tunggang langgang seperti yang pernah dilakukanNabi Muhammad SAW Atau ada seorang wali tangannya menggapai udara, ketika telapak tangannya di buka tiba-tiba ada emas dan peRAk.
  3. Perut: perut yang digunakan untuk taat dan menjauhi larangan Allah SWT, dapat mengeluarkan karomah, diantara karomah yang keluar dari perut adalah sang wali merasa mulas perutnya ketika dipuji atau diganggu, Allah menjaga masuknya makanan dan minuman ke dalam perut sang wali, seperti yang dialami Kharis al-Muhasibiketika dihidangkan makanan yang syubhat maka jari jemarinya keluar keringat.
  4. Alat kelamin: alat kelamin yang digunakan untuk taat dan menjauhi larangan Allah, dapat mengeluarkan karomah, Allah memberika Rahasia menghidupkan orang yang mati, menyembuhkan orang buta asal, penyakit lepRA. Firman Allah dalam Qs. Al-Anbiyaโ€™ ayat 91


ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุชููŠ ุฃูŽุญู’ุตูŽู†ูŽุชู’ ููŽุฑู’ุฌูŽู‡ูŽุง ููŽู†ูŽููŽุฎู’ู†ูŽุง ูููŠู‡ูŽุง ู…ูู† ุฑูู‘ูˆุญูู†ูŽุง ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ูŽุง ูˆูŽุงุจู’ู†ูŽู‡ูŽุง ุขูŠูŽุฉู‹ ู„ูู‘ู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ ๏ดฟูฉูก๏ดพ

Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh) nya ruh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.

  1. Tapak kaki: yang digunakan untuk taat dan menjauhi larangan Allah, dapat mengeluarkan karomah, diantaranya adalah berjalan diatas air dan udara, melipat bumi
  2. Qulub (hati): yang digunakan untuk taat dan menjauhi larangan Allah, dapat mengeluarkan karomah, diantaranya adalah mengetahui Rahasia alam semesta, bisa mengeluarkan cahayanya hati, mengetahui Rahasia Rahasia ketuhanan

Sumber: Alif.ID

39. Pendapat yang Menolak Adanya Karamah

Terdapat beberapa pendapat dari mereka yang menolak atau tidak menyepakati adanya karamah. Alasan-alasan itu adalah sebagai berikut

  1. Adanya karamah membuat orang merasa luhur, dan bisa menyesatkan tujuan Allah SWT menampakkan perbuatan yang luar biassa pada diri hamba adalah sebagai tanda kenabian.  Jika hal itu terjadi pada selain Nabi SAW, maka pertanda itu menjadi batal.

2. Orang yang menyatakan keberadaan karamah berpedoman pada hadis Nabi SAW dengan menceritakan firman Allah SWT
ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ุจูŽ ุงู„ูู…ุชูŽู‚ูŽุฑูู‘ุจููˆู’ู†ูŽ ุฅูู„ูŽูŠูŽู‘ ุจูู…ูุซู’ู„ู ุฃูŽุฏูŽุงุกู ู…ูŽุง ุงูู’ุชูŽุฑูŽุถู’ุชู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ุŒ (ุฅุญูƒุงู… ุงู„ุฃุญูƒุงู… ุดุฑุญ ุนู…ุฏุฉ ุงู„ุฃุญูƒุงู…ุŒ ุต: 283)

Mereka yang tidak se[akat dengan karamah berpendapat bahwa hadis ini mengenai perbuatan taqarrub kepada Allah SWT. Padahal melaksanakan ibadah wajib itu lebih utama dibanding taqarrub dengan melaksanakan ibadah sunnah. Sementara itu, bertaqarrub dengan kesunnahan lebih tidak menghasilkan karamah.

3. Mereka yang menolak karamah berpedoman pada S. al-Nahl :7

ูˆูŽุชูŽุญู’ู…ูู„ู ุฃูŽุซู’ู‚ูŽุงู„ูŽูƒูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุจูŽู„ูŽุฏู ู„ูŽู‘ู…ู’ ุชูŽูƒููˆู†ููˆุงู’ ุจูŽุงู„ูุบููŠู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูุดูู‚ูู‘ ุงู„ุฃูŽู†ููุณู ุฅูู†ูŽู‘ ุฑูŽุจูŽู‘ูƒูู…ู’ ู„ูŽุฑูŽุคููˆููŒ ุฑูŽู‘ุญููŠู…ูŒ ๏ดฟูง๏ดพ

Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Pendapat bahwa seorang wali dapat berpindah dari satu negara ke negara lain yang jauh,  tidaklah masuk dalam kategori ayat tersebut. Nabi Muhammad SAW tidak akan sampai ke Madinah tanpa melakukan perjalanan dengan penuh kesulitan dari Makkah, dan membutuhkan beberapa hari. Bagaimana dapat diterima akal ucapan berikut: โ€œSesungguhnya wali mampu berpindah dari daerahnya menuju ke Makkah untuk haji dalam satu hari?โ€

Ulama sufi pun menanggapi pendapat-pendapat orang yang menolak keberadan karamah. Bahwasannya manusia berselisih pendapat tentang โ€œ apakah boleh seorang wali mengaku mempunyai wilayah kewalian? Menurut ahli hakikat pengakuan tersebut tidak diperbolehkan, dengan demikian ada perbedaan antara  mukjizat dan karomah yaitu mukjizat disertai dengan pengakuan menjadi Nabi, seorang Nabi SAW diutus kepada makhluk untuk merubah kufur menjadi iman, maksiat menjadi taat, jika mujizat tidak ditampakkan, maka mereka tidak akan beriman, jika tidak beriman maka mereka tetap dalam kekafiran.

Ketika para Nabi SAW mengaku menjadi Nabi SAW dan menampakkan mujizat, maka kaum akan beriman. Sehingga para Nabi SAW mendahulukan pengakuan sebagai Nabi SAW tanpa ada tujuan  menghargai kedudukan Nubuwiyah, tapi tujuan penampakan muโ€™jizat justru untuk belas kasian terhadap makhluk. Sehingga mereka berubah dari kufur menjadi iman.

Sementara karamah tidak disertai pengakuan menjadi wali, tidak mengetahui kewalian seseorang, tidak menjadikan kufur, mengetahui kewalian bukan menjadi syarat keimanan, pengakuan menjadi wali itu termasuk mengikuti hawa nafsu. Menurut pengertian kami wajib bagi Nabi SAW menampakkan pengakuan menjadi Nubuwiyahsedangkan wali tidak boleh menampakkan kemuliannya sehingga ada perbedaan yang jelas antara muโ€™jizat dan karamah.

Adapun ulama yang memperbolehkan pengakuan menjadi wali, mereka menjelaskan bahwa ada perbedaan antara karamah wali dan mujizat Nabi SAW dalam beberapa sisi:

1. Penampakan perbuatan yang luar biasa (Khariq lil adah) menunjukkan bahara manusia tersebut adalah orang yang tidak bermaksiat, jika khariq lil adah itu disertai pengakuan menjadi Nabi SAW itu menunjukkan kesungguhanya dalam pengakuan kenubuwiyahannya, jika khariq lil adah disertai dengan pengakuan menjadi wali maka hal itu menunjukkan kesungguhannya dalam pengakuan kewaliannya. Dengan menggunakan metode ini berarti penamakan karamah bagi wali bukan termasuk bagian mujizat bagi Nabi.

2. Mujizat berfungsi untuk mengalahkan sedangkan karamah tidak wajib ditampakkan,โ€karamah tidak wajibโ€

3. Wajib meniadakan perlawanan terhadap mujizat, sedangkan karamah tidak.

4. Menurut pendapat kami tidak wajib menampakkan karamah bagi wali ketika ada pengakuan kemuliaan kecuali penampakan karamah untuk pengakuannya mengikuti agama Nabi, ketika demikian maka penampakan karomah itu menjadi mujizat bagi Nabi SAW tersebut dan sebagai penganut risalah kenabiaan

Taqarrub kepada Allah dengan kewajiban itu lebih utama di bandingkan dengan kesunnahan saja. Adapun wali itu bertaqarrub dengan melaksanakan kewajiban dan kesunnahan. melaksanakan keduanya merupakan amaliyah wali yang lebih utama dibandingkan dengan hanya melaksanakan kewajiban saja.

ูˆูŽุชูŽุญู’ู…ูู„ู ุฃูŽุซู’ู‚ูŽุงู„ูŽูƒูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุจูŽู„ูŽุฏู ู„ูŽู‘ู…ู’ ุชูŽูƒููˆู†ููˆุงู’ ุจูŽุงู„ูุบููŠู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูุดูู‚ูู‘ ุงู„ุฃูŽู†ููุณู ุฅูู†ูŽู‘ ุฑูŽุจูŽู‘ูƒูู…ู’ ู„ูŽุฑูŽุคููˆููŒ ุฑูŽู‘ุญููŠู…ูŒ ๏ดฟูง๏ดพ

Ayat ini memuat perjanjian yang telah diketahui (alam roh/alastu/sudah ditentukan Allah di dalam ilmunya)

Sumber: Alif.ID

40. Wali yang Jumlahnya Tetap pada Tiap Zaman (1)

Pada dasarnya para wali atau rijalullรขh memiliki banyak tingkatan dan ahwal yang berbeda-beda, diantara mereka ada wali yang menggabungkan ahwal dan tingkatan maqรขm, diantara mereka ada wali yang mencapai satu tingkatan maqรขm dan ahwal tanpa melalui proses iktisab.

Di antara mereka ada wali yang jumlahnya tetap pada tiap zaman, diantara mereka ada wali yang jumlahnya tidak tetap. Berikut ini kami sampaikan dua pengelompokan wali yatu:

  • Wali yang Jumlahnya Tetap Pada Tiap Zaman
  1. Wali al-Aqthรขb (Wali Qutub) disebut juga Ghouts, Muqarrobin, Sayyid al-Jamaโ€™ah

Yaitu wali yang mengumpulkan semua ahwal dan maqomat secara asal dan menggantikan, setiap zaman jumlahnya hanya satu. Diantara meRAka ada yang mendapatkan kekuasaan dhohir dan batin contohnya adalah Abu Bakar al-Shiddiq RA, Umar bin al-Khattab, Utsman Ibn Affan RA, Ali bin Abi Thalib, Husain bin Ali, Muawiyah bin Yazid, Umar bin โ€˜Abdul โ€˜Azรฎz. Dan diantara mereka ada yang khusus mendapatkan kekuasaan batin yaitu Ahmad bin Harun al-RAsyid, Abu Yazid al-Busthami.

  1. Wali al-Aimmah

Yaitu wali yang jumlahnya tidak lebih dari Dua pada setiap zaman, yang satu dijuluki Abdul Robbi dan yang lainnya dijuluki Abdul Malik, kedua duanya menggantikan wali Qutub ketika Wafat, sehingga keduanya menempati sebagai wakil dari wali Qutub

  1. Wali al-Autad

Yaitu Wali yang jumlahnya empat orang tidak kurang dan tidak lebih, MeRAka diberi tugas oleh Allah SWT menjaga 4 arah mata angin, terkadang diantara mereka ada yang wanita. Julukan mereka adalah Abdul Hayyi, Abdul Alim, Abdul Qodir, Abdul Murid.

  1. Wali al-Abdal

Yaitu Wali yang jumlahnya 7 orang tidak kurang, tidak lebih. MeRAka diberi tugas oleh Allah SWT menjaga 7 wilayah, setiap wali abdal diberi kekuasaan wilayah sendiri sendiri.

  1. Wali abdal pertama dibawah pimpinan Nabi Ibrahim al-Kholil
  2. Wali abdal kedua dibawah pimpinan Nabi Musa
  3. Wali abdal ketiga dibawah pimpinan Nabi Harun
  4. Wali abdal keempat dibawah pimpinan Nabi Idris
  5. Wali abdal kelima dibawah pimpinan Nabi Yusuf
  6. Wali abdal keenam dibawah pimpinan Nabi Isa
  7. Wali abdal ketujuh dibawah pimpinan Nabi Adam

Dikatakan wali badal karena apabila beliau meninggalkan tempat kekuasaannya dan menghendaki pengganti didaerah tersebut karena mempertimbangkan  kemaslahatan, maka beliau meninggalkan pengganti yang bentuknya sesuai dengannya, bentuk itu merupakan ruhaniyah wali abdal tersebut. Amaliyah wali Abdal ada 4 yaitu; Lapar, berjaga di malam hari, diam, uzlah

  1. Wali al-Nuqabรขโ€™

Yaitu wali yang jumlahnya dua belas pada tiap zaman, sesuai dengan bilangan gugus bintang dua belas. Setiap Wali Naqib punya tanda khusus gugus bintang tersebut. Alloh menjadikan ditangan mereka ilmu-ilmu syariโ€™at yang diturunkan kepada Nabi Muhammad.

Mereka bisa melepas tutup nafsu, tipu dayanya, dan rekayasanya. Adapun iblis bagi para Nuqabaโ€™ terlihat, sehingga mereka mengetahui rencana iblis. Diantara ilmu mereka adalah mampu membaca bahagia atau celakanya seseorang hanya dengan melihat bekas tapak kakinya

  1. Wali al-Nujabaโ€™

Yaitu : Wali yang jumlahnya ada delapan orang pada tiap zaman, tidak kurang tidak lebih, mereka dikenal banyak orang dan ahwal mereka diterima masyaRAkat, sekalipun mereka tidak berusaha mengenalkan diri.

  1. Wali al-Hawariyyun

Yaitu: wali yang jumlahnya hanya satu pada setiap zaman maka apabila beliau wafat akan digantikan dengan yang lainnya, pada masa Rasulullah SAW ada sahabat mempunyai maqam ini yaitu Zubari bin Awwam.

  1. Wali Rajabiyyun

Yaitu: wali yang jumlahnya 40 orang setiap zaman tidak kurang tidak lebih, yaitu para wali yang haliyahnya selalu mengagungkan Allah SWT, dikatakan wali Rajabiyyun karena hal pada maqam ini tidak ada kecuali pada bulan Rajab, kemudian hilang hal tersebut pada diri mereka sampai masuk pada bulan Rajab berikutnya. Sedikit sekali orang yang mengenal mereka menyendiri dalam satu daeRAh akan tetapi mereka mengenal satu sama lain sesama Rajabiyyun.

  1. Wali al-Khatmu

Yaitu: wali yang jumlahnya hanya satu pada setiap zaman bahkan hanya ada satu sepanjang masa, Allah SWT mengakhiri dengan al-Khatmu kewalian ummat nabi Muhammad bahkan Allah SWT mengakhiri semua kewalian mulai dari nabi Adam As. sampai akhirnya wali yaitu nabi Isa As. Beliau akan mengakhiri kewalian seluruh alam ketika beliau turun dan berkumpul di dalam ummat nabi Muhammad SAW

  1. Wali 300 pada hatinya nabi Adam As.

Yaitu: wali yang jumlahnya 300 pada setiap zaman, hal ini sesuai dengan makna sabda nabi SAW di dalam masalah 300 orang ini โ€œsesungguhnya mereka ada pada hati nabi Adam As.โ€

  1. Wali 40 pada hati nabi Nuh

Yaitu: wali yang jumlahnya 40 pada setiap masa, hal ini berdasarkan Hadis Rasulullah โ€œsesungguhnya di dalam ummat nabi muhammad  ada 40 orang pada hatinya nabi Nuhโ€.

  1. Wali 7 pada hati Ibrahim

Yaitu: wali yang jumlahnya 7 pada setiap masa, hal ini berdasarkan sabda Rasul โ€œdoโ€™a mereka adalah doโ€™anya nabi Ibrahimโ€ yang terdapat di dalam Alquran Qs. as-Syuโ€™aRAโ€™: 83


ุฑูŽุจูู‘ ู‡ูŽุจู’ ู„ููŠ ุญููƒู’ู…ุงู‹ ูˆูŽุฃูŽู„ู’ุญูู‚ู’ู†ููŠ ุจูุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญููŠู†ูŽ ๏ดฟูจูฃ๏ดพ

(Ibrahim berdo`a): โ€œYa Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,

  1. Wali 5 pada hati malaikat Jibril

Yaitu: wali yang jumlahnya 5 pada setiap zaman tidak kurang juga tidak lebih, hal ini berdasarkan Hadis nabi โ€œmereka adalah pemimpin ahli tarekat iniโ€, bagi mereka adalah ilmu-ilmu sesuai dengan hitungan yang dimiliki oleh malaikat jibril.

  1. Wali 3 pada hati Malaikat Mikail

Yaitu Wali yang berjumlah 3 pada tiap zaman tidak kurang juga tidak lebih. Mereka memiliki kebaikan sejati, belas kasih, halus hatinya, lembut hatinya, suka menolong, wajahnya penuh senyum, hatinya penuh belas kasih, memiliki pengetahuan seperti Malaikat Mikail

  1. Wali 1 pada hati Malaikat Israfil

Yaitu: Wali yang berjumlah 1 orang pada tiap zaman tidak kurang juga tidak lebih, beliau memiliki perintah dan larangan, mengumpulkan keduanya, hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh marwi. Abu Yazid al-Busthami adalah salah satu wali yang berada pada hati Malikat isrofil dan Nabi Isa As.

  1. Wali alam anfas

Wali yang berada pada hati nabi Dawud, jumlahnya tidak berkurang dan juga tidak bertambah pada setiap zaman. Penisbatan wali ini terhadap qalbu nabi Dawud yaitu: kebersamaan, persamaan sifat, ahwal, dan pengetahuan yang dimiliki wali ini sama dengan nabi Dawud.

  1. Wali rijalul ghaib

Yaitu: wali yang berjumlah 10 orang pada setiap zaman tidak kurang tidak lebih, mereka orang-orang yang khusyuโ€™, tidak berbicara kecuali membisikkan (suara yang lirih), tajalli kepada Allah yang Rahman mengalahkan ahwal mereka dan mereka tersembunyi dan tidak dikenal.. QS. Thaha:108


ูŠูŽูˆู’ู…ูŽุฆูุฐู ูŠูŽุชูŽู‘ุจูุนููˆู†ูŽ ุงู„ุฏูŽู‘ุงุนููŠูŽ ู„ูŽุง ุนููˆูŽุฌูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุฎูŽุดูŽุนูŽุช ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ูˆูŽุงุชู ู„ูู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ููŽู„ูŽุง ุชูŽุณู’ู…ูŽุนู ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ูŽู…ู’ุณุงู‹ ๏ดฟูกู ูจ๏ดพ

  1. Wali yang berjumlah 18

Yaitu: wali yang berjumlah 18 orang tidak kurang tidak lebih, mereka melaksanakan perintah Allah secara lahir, mereka menjalankan hak-hak Allah, menjalankan beberapa sebab (kasb), memiliki perbuatan-perbuatan yang luar biasa. Mereka menampakkan reaksi yang baik kepada manusia sesuai dengan perbuatan manusia tersebut begitu juga sebaliknya, menampakkan pemberian Allah berupa kenikmatan dzahir kepada manusia (kenikmatan dzahir berupa perbuatan yang luar biasa, sedangkan kenikmatan batin berupa pengetahuan) dhuha: 11,

ูˆูŽุฃูŽู…ูŽู‘ุง ุจูู†ูุนู’ู…ูŽุฉู ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ููŽุญูŽุฏูู‘ุซู’ ๏ดฟูกูก๏ดพ

sabda nabi:

ุงู„ุชูŽู‘ุญูŽุฏูู‘ุซู ุจูุงู„ู†ูู‘ุนู’ู…ูŽุฉู ุดููƒู’ุฑูŒ

Mengungkapkan kenikmatan yang diterima merupakan bentuk syukur

  1. Rijal al-Quwwah al-Ilahiyyah

Yaitu: wali yang berjumlah 8 orang yang memiliki tanda-tanda dari Alquran, mereka tegas terhadap orang-orang kafir, mereka menyandang nama-nama ketuhanan (Asmaโ€™ al-Husna dzu al-Quwwah al-Matin) mereka tidak memperdulikan celaan orang yang mencela. Terkadang mereka dinamakan Rijal al-Qahri seperti Abu Abdillah ad-Daqqaโ€™ di kota fas (maroko).

  1. 5 Wali yang menjadi bagian dari Rijal al-Quwwah al-Ilahiyyah

Yaitu: 5 orang wali pada setiap zaman tidak kurang tidak lebih yang berada di bawah pimpinan Rijal al-Quwwah al-Ilahiyyah, mereka memiliki tutur bahasa yang lembut yang menjadi pembeda dari wali Rijal al-Quwwah al-Ilahiyyah. Thaha: 44,

ููŽู‚ููˆู„ูŽุง ู„ูŽู‡ู ู‚ูŽูˆู’ู„ุงู‹ ู„ูŽู‘ูŠูู‘ู†ุงู‹ ู„ูŽู‘ุนูŽู„ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุชูŽุฐูŽูƒูŽู‘ุฑู ุฃูŽูˆู’ ูŠูŽุฎู’ุดูŽู‰ ๏ดฟูคูค๏ดพ

Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut

Ali Imrรขn: 158

ูˆูŽู„ูŽุฆูู† ู…ูู‘ุชูู‘ู…ู’ ุฃูŽูˆู’ ู‚ูุชูู„ู’ุชูู…ู’ ู„ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ ุชูุญู’ุดูŽุฑููˆู†ูŽ ๏ดฟูกูฅูจ๏ดพ

Dan sungguh jika kamu meninggal atau gugur, tentulah kepada Allah saja kamu dikumpulkan.

Sumber: Alif.ID

41. Wali yang Jumlahnya Tetap pada Tiap Zaman (2)

  1. Lima belas wali yang disebut Rijal al-Hannan dan al-Athfi al-Ilahi

Yaitu: wali yang berjumlah 15 yang memiliki hati yang lemah lembut, hati yang penyayang kepada seluruh hamba-hamba Allah baik mukmin maupun kafir, mereka melihat makhluk dengan pandangan belas kasih bukan dalam kaca-mata hukum, mereka tidak diberi kekuasaan oleh Allah untuk menjadi pemimpin kepemerintahan atau menjadi hakim karena peRasaan dan maqรขm mereka tidak menempati kedudukan hukum yang mengikat makhluk, mereka bergaul dengan makhluk karena terdorong oleh belas kasihan. al-Aโ€™RAf: 156

ูˆูŽุงูƒู’ุชูุจู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูููŠ ู‡ูŽู€ุฐูู‡ู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽูููŠ ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ุฅูู†ูŽู‘ุง ู‡ูุฏู’ู†ูŽู€ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุนูŽุฐูŽุงุจููŠ ุฃูุตููŠุจู ุจูู‡ู ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุดูŽุงุก ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููŠ ูˆูŽุณูุนูŽุชู’ ูƒูู„ูŽู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ููŽุณูŽุฃูŽูƒู’ุชูุจูู‡ูŽุง ู„ูู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽุชูŽู‘ู‚ููˆู†ูŽ ูˆูŽูŠูุคู’ุชููˆู†ูŽ ุงู„ุฒูŽู‘ูƒูŽู€ุงุฉูŽ ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู‡ูู… ุจูุขูŠูŽุงุชูู†ูŽุง ูŠูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ ๏ดฟูกูฅูฆ๏ดพ

  1. Empat Wali Anfas

Yaitu: wali yang memiliki kewibawaan dan keagungan yakni wali yang berjumlah 4 pada setiap zaman tidak kurang tidak lebih. Al-Mulk: 3.

ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุณูŽุจู’ุนูŽ ุณูŽู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ุทูุจูŽุงู‚ุงู‹ ู…ูŽู‘ุง ุชูŽุฑูŽู‰ ูููŠ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ู…ูู† ุชูŽููŽุงูˆูุชู ููŽุงุฑู’ุฌูุนู ุงู„ู’ุจูŽุตูŽุฑูŽ ู‡ูŽู„ู’ ุชูŽุฑูŽู‰ ู…ูู† ููุทููˆุฑู ๏ดฟูฃ๏ดพ

Mereka membantu wali autad, hatinya bergantung pada langit, jasadnya tidak dikenal di bumi tetapi dikenal oleh penduduk langit. 1) wali yang pertama berada di hati nabi muhamad, 2) wali yang kedua berada pada hati nabi Syuโ€™aib, 3) wali yang berada pada hati nabi Shaleh, 4) wali yang berada pada hati nabi hud.

  1. Dua puluh empat Wali Rijal al-Fathi

Yaitu: wali yang berjumlah 24 tidak kurang tidak lebih pada setiap zaman, Allah membuka hati wali Allah dengan melalui perantaraan mereka, terbukanya hati itu berisi pengetahuan dan Rahasia ilahi, Allah menjadikan mereka berjumlah 24 menurut hitungan jam dalam hari, setiap jam ada Rijal al-Fathi yang bertugas. Setiap orang yang hatinya terbuka terhadap ilmu dan pengetahuan terhadap jam tersebut maka wasilahnya adalah seorang wali Rijal al-Fathi yang bertugas pada jam tersebut, mereka berpencar di seluruh penjuru bumi dan tidak pernah berkumpul. 2 orang wali Rijal al-Fathi berada di daeRAh  yaman, 4 orang wali Rijal al-Fathi berada di belahan bumi timur, 6 RAng wali Rijal al-Fathi berada di bumi barat, 12 orang wali tersebar di arah-arah yang lain. Fathir: 2

ู…ูŽุง ูŠูŽูู’ุชูŽุญู ุงู„ู„ู‡ู ู„ูู„ู†ูŽู‘ุงุณู ู…ูู† ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽุฉู ููŽู„ูŽุง ู…ูู…ู’ุณููƒูŽ ู„ูŽู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูู…ู’ุณููƒู’ ููŽู„ูŽุง ู…ูุฑู’ุณูู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ู…ูู† ุจูŽุนู’ุฏูู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู…ู ๏ดฟูข๏ดพ

  1. Tujuh wali Rijal al-Maโ€™arij al-`Ula

Yaitu: wali yang berjumlah 7 orang setipa zaman tidak kurang tidak lebih, mereka memiliki tangga pada setiap nafas mereka berada pada alam anfas, mereka auliyaโ€™ pemilik tingkatan. Muhammad: 36


ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ุงู„ุญูŽูŠูŽุงุฉู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ู„ูŽุนูุจูŒ ูˆูŽู„ูŽู‡ู’ูˆูŒ ูˆูŽุฅูู† ุชูุคู’ู…ูู†ููˆุง ูˆูŽุชูŽุชูŽู‘ู‚ููˆุง ูŠูุคู’ุชููƒูู…ู’ ุฃูุฌููˆุฑูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุณู’ุฃูŽู„ู’ูƒูู…ู’ ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ูŽูƒูู…ู’ ๏ดฟูฃูฆ๏ดพ

  1. Dua puluh satu wali yang di sebut Rijal at-Tahti al-Asfal

Yaitu: wali yang berjumlah 21 orang setiap zaman tidak kurang tidak lebih, wali golongan ini berdasarkan fiman Alloh Qs. al-Tin : 5

ุซูู…ูŽู‘ ุฑูŽุฏูŽุฏู’ู†ูŽุงู‡ู ุฃูŽุณู’ููŽู„ูŽ ุณูŽุงููู„ููŠู†ูŽ ๏ดฟูฅ๏ดพ

Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)

Yang dimaksud Allah dengan asfala safilin adalah alam tabiat yang tidak ada tempat yang lebih rendah dari padanya, pada asalnya tabiat itu mati, lalu Allah menghidupkan dengan nafsu Rahmani yang telah dikembalikan kepadanya, wali ini merupakan sesorang yang tidak pernah memperhatikan dirinya kecuali memperhatikan jiwa yang kembali kepada Allah serta hati mereka selalu hadir di depan Allah.

  1. Tiga wali yang disebut Rijal al-Imdรขd al-Ilahi wa al-Qauli

Yaitu: wali yang berjumlah 3 orang setipa zaman tidak kurang tidak lebih, mereka menolong makhluk untuk menemukan kebenaran tetapi dengan cara yang halus, lembut, dan belas kasih bukan dengan cara kasar, memaksa dan keras, mereka menghadap Allah dengan mengambil faedah, mereka menghadap makhluk dengan memberi faedah, wali ini adakalanya laki-laki dan perempuan, Allah memberikan kekuasan kepada mereka untuk berusaha memenuhi kebutuhan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.

ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ูˆูŽุฑูŽุฏูŽ ููู‰ ุงู„ู’ุฎูŽุจูŽุฑู ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูŽู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู…ูŽู†ู’ ุชูŽู‚ูŽุจูŽู‘ู„ูŽ ู„ููŠู’ ุจููˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู ุชูŽู‚ูŽุจูŽู‘ู„ู’ุชู ู„ูŽู‡ู ุจูุงู„ู’ุฌูŽู†ูŽู‘ุฉูุŒ ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠูุณู’ุฃูŽู„ู ุฃูŽุญูŽุฏู‹ุง ุดูŽูŠู’ุฃู‹.

Diantara sifat-sifat mereka adalah ketika dia memberi suatu faedah kepada makhluk maka wali tersebut memandang kepada makhluk dengan pandangan yang belas kasih sehingga disangka bahwa wali tersebut yang meminta faedah. Ibnu Arabi mengomentari tentang perilaku mereka: aku tidak pernah melihat akhlak bermuamalah kepada manusia yang lebih baik dari mereka.

  1. Wali Ilhayun Rahmaniyun berjumlah tiga orang.

Yaitu wali yang ahli menerima wahyu ilahi, mereka mendengarkannya secara berantai, suara wahyu ilahi seperti bunyi lonceng, mereka mempunyai keyakinan yang bagus mengenai kalam Allah, mereka menyerupai wali abdal pada sebagian ahwal tapi mereka bukan termasuk wali abdal.


Q.S al-Anfal:35

ูˆูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ุตูŽู„ุงูŽุชูู‡ูู…ู’ ุนูู†ุฏูŽ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ุฅูู„ุงูŽู‘ ู…ููƒูŽุงุก ูˆูŽุชูŽุตู’ุฏููŠูŽุฉู‹ ููŽุฐููˆู‚ููˆุงู’ ุงู„ู’ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุจูู…ูŽุง ูƒูู†ุชูู…ู’ ุชูŽูƒู’ููุฑููˆู†ูŽ ๏ดฟูฃูฅ๏ดพ

Shalat mereka di sekitar Baitullah itu, lain tidak hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka Rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.

  1. Satu wali terkadang wanita, ada pada setiap zaman.

Q.S al-Anโ€™am:18

ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุงู‡ูุฑู ููŽูˆู’ู‚ูŽ ุนูุจูŽุงุฏูู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู…ู ุงู„ู’ุฎูŽุจููŠุฑู ๏ดฟูกูจ๏ดพ

Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Sang wali memberi anugerah terhadap segala sesuatu kecuali Allah, memiliki sifat pemberani, banyak mengajak terhadap kebenaran, ucapannya benar, adil dalam penerapan hukum.

  1. Wali dari percampuran jenis

Yaitu wali yang dilahirkan antara ruh dan manusia, tidak diketahui ayah manusianya. Seperti yang diceritakan dari Ratu Bilqis yaitu seorang Ratu yang dilahirkan antara jenis jin dan manusia, tersusun dari dua jenis mahluk yang berbeda. Wali merupakan seseorang dari alam barzakh (ruhani). Allah memberikan tugas padanya untuk menjaga alam barzakh selama-lamanya, dia dilahirkan membawa sifat-sifat ini. Wali ini merupakan suatu mahluk yang berasal dari ovum (air mani) ibunya. Kejadian ini bertentangan dengan kesepakatan ahli kedokteran, bahwasanya ovum wanita tidak bisa menjadi anak, tetapi kejadian wali ini di luar kebiasaan yang sudah ditentukan dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

  1. Diantara para wali ada seorang wali terkadang berjenis kelamin wanita.

Dia melakukan pertolongan-pertolongan terhadap seluruh alam. Dia merupakan orang yang dikenal maqรขmnya, jumlahnya hanya satu pada setiap zaman. Ahli tarekat mengenalnya seperti keadaan wali Quthub tapi dia bukan Quthub.

  1. Wali Rijalul Ghina Billah jumlahnya ada 2 orang

Yaitu; wali yang berjumlah 2 orang setiap zaman tidak kurang tidak lebih, wali yang mempunyai martabat. Ayat yang menjelaskan ini adalah Qs. Ali Imrรขn: 97

ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุบูŽู†ููŠูŒู‘ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ ๏ดฟูฉูง๏ดพ

Yang pertama Mereka selalu mendapat siraman rohani dari alam musyahadah, setiap orang yang kaya dalam alam musyahadah maka termasuk golongan wali ini,

dan yang lainnya adalah mereka selalu mendapat siraman rohani dari alam malakut

Rijalul Ghina Billah, yaitu orang-orang yang tidak membutuhkan kepada manusia sedikit pun, sehingga kelompok ini tidak membutuhkan kepada bantuan siapa pun, selain bantuan Allah.

  1. Diantaranya ada wali yang selalu membolak balik hatinya pada setiap nafas

wali ini sangat aneh ahwalnya karena tidak ada orang yang lebih tinggi maโ€™rifat dan taqwanya kepada Allah dibanding wali ini, tidak henti hentinya ruas ruas jarinya selalu bergetar karena takut kepada Allah, dasarnya

al-Syura :11,

ููŽุงุทูุฑู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ุฌูŽุนูŽู„ูŽ ู„ูŽูƒูู… ู…ูู‘ู†ู’ ุฃูŽู†ููุณููƒูู…ู’ ุฃูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌุงู‹ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุนูŽุงู…ู ุฃูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌุงู‹ ูŠูŽุฐู’ุฑูŽุคููƒูู…ู’ ูููŠู‡ู ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูŽู…ูุซู’ู„ูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠุนู ุงู„ุจูŽุตููŠุฑู ๏ดฟูกูก๏ดพ

al-Isroโ€™ ; 6

ุซูู…ูŽู‘ ุฑูŽุฏูŽุฏู’ู†ูŽุง ู„ูŽูƒูู…ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽู‘ุฉูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽู…ู’ุฏูŽุฏู’ู†ูŽุงูƒูู… ุจูุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ู ูˆูŽุจูŽู†ููŠู†ูŽ ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุงูƒูู…ู’ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ู†ูŽูููŠุฑุงู‹ ๏ดฟูฆ๏ดพ

  1. Diantaranya ada Wali yang disebut Rijal โ€˜Ain al-Tahkim wa al-Zawaid

Yaitu; Wali yang jumlanya ada sepuluh pada tiap zaman, tidak kurang tidak lebih, derajat mereka terkenal karena mereka mempunyai ciri khusus yaitu dengan lisan yang selalu menyebarkan doโ€™a, ahwalnya selalu menambah keimanan dan keyaqinan terhadab yang Ghaib, sehingga bagi mereka tidak ada yang sesuatu yang ghaib karena sesuatu yang ghaib menjadi musyahadah, dan setiap Ghaib yang menjadi musyahadah dapat menambah keimanan pada ghaib yang lain, Dasarnya Qs. Thaha : 114,

ููŽุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽู„ููƒู ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุนู’ุฌูŽู„ู’ ุจูุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ู…ูู† ู‚ูŽุจู’ู„ู ุฃูŽู† ูŠูู‚ู’ุถูŽู‰ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุญู’ูŠูู‡ู ูˆูŽู‚ูู„ ุฑูŽู‘ุจูู‘ ุฒูุฏู’ู†ููŠ ุนูู„ู’ู…ุงู‹ ๏ดฟูกูกูค๏ดพ

al-Baqarah : 168

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ูƒูู„ููˆุงู’ ู…ูู…ูŽู‘ุง ูููŠ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุญูŽู„ุงูŽู„ุงู‹ ุทูŽูŠูู‘ุจุงู‹ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุชูŽู‘ุจูุนููˆุงู’ ุฎูุทููˆูŽุงุชู ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽูƒูู…ู’ ุนูŽุฏููˆูŒู‘ ู…ูู‘ุจููŠู†ูŒ ๏ดฟูกูฆูจ๏ดพ

  1. Diantaranya ada wali al-Budalaโ€™ (bukan wali abdal)

Yaitu: wali yang berjumlah 12 orang pada tiap zaman, tidak kurang tidak lebih, maqรขm mereka sangat populer, derajat mereka terkenal karena mereka mempunyai ciri khusus yaitu dengan lisan yang selalu menyebarkan doโ€™a, ahwalnya selalu menambah keimanan dan keyaqinan  terhadab yang Ghaib, dikatakan budalaโ€™ karena jika ada salah satu tidak ada maka yang lain bisa menggantikan kedudukannya.

  1. Diantaranya ada wali Rijal Isytiyaq

Yaitu: Wali yang jumlahnya ada 5 orang pada tiap zaman, tidak kurang tidak lebih,, mereka termasuk pimpinan tarekat billah, dengan mereka Allah menjaga kelestarian alam, mereka tiada henti hentinya senantiasa melaksanakan sholat pada siang dan malam.

Qs. al-Baqarah ; 238

ุญูŽุงููุธููˆุงู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽูˆูŽุงุชู ูˆุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ุงู„ู’ูˆูุณู’ุทูŽู‰ ูˆูŽู‚ููˆู…ููˆุงู’ ู„ูู„ู‡ู ู‚ูŽุงู†ูุชููŠู†ูŽ ๏ดฟูขูฃูจ๏ดพ

  1. Diantaranya ada wali 6 orang

Yaitu: Wali yang berjumlah 6 orang pada tiap zaman, tidak kurang tidak lebih, diantaranya adalah : Ibnu Harun al-Rasyid Ahmad al-Sibti, mereka mempunyai kekuasaan pada 6 arah mata angin, wujud ruhani mereka seperti tubuh manusia, (Jรขmiโ€™ al-Karรขmรขt al-Auliyรขโ€™, juz 1, halaman: 13-72)

Sumber: Alif.ID

42. Golongan Wali yang Tidak Terhitung Jumlahnya

Setelah beberapa edisi kita mendapatkan keterangan ihwal wali, dalil kewalian, pro dan kontranya, sekarang kita akan membaca bersama golongan atau macam-macam wali. Buku Sabilius Salikin mengetengahkan golongan wali yang populer dan pokok-pokok saja. DI buku lain, Anda mungkin akan mendapatkan lebih banyak lagi versi yang berbeda.

  1. Wali al-Mulamatiyah, yaitu Pimpinan dan imam ahli thรขriqรขh, pemimpin alam dari bangsa mereka dan berkecimpung di dalamnya, beliau adalah nabi Muhammad SAW yang menjadi Rasulullah. Wali mulamatiyah adalah ahli hikmah yang meletakkan berbagai macam masalah pada tempat dan hukumnya, menetapkan sebab pada tempatnya dan meniadakan sebab pada tempatnya, yang semestinya ditiadakan.

Mereka tidak melompati sesuatu yang telah di urutkan oleh Allah Swt, menurut urutan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT Mereka memandang sesuatu dengan pandangan yang diridhoi oleh Allah SWT, mereka tidak mencampur aduk diantara beberapa hakikat. Wali maulamatiyah tidak diketahui derajatnya, mereka tidak dikenal kecuali penghulunya yang selalu cinta dan mengistimewakan golongan ini pada maqomnya, golongan wali ini tidak dapat dihitung tetapi jumlahnya dapat bertambah dan berkurang.

  1. Wali al-Fuqaraโ€™: Di antaranya wali al- Fuqรขraโ€™, golongan wali ini tidak dibatasi dengan jumlah, tapi hitunganya bisa bertambah banyak dan sedikit.

Allah berfirman Qs. al-Fathir :15

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฃูŽู†ู’ุชูู…ู ุงู„ู’ููู‚ูŽุฑูŽุงุกู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุบูŽู†ููŠูู‘ ุงู„ู’ุญูŽู…ููŠุฏู ๏ดฟูกูฅ๏ดพ

  1. Wali al-Shufi: Diantaranya ada wali shufi, golongan wali ini tidak dibatasi dengan jumlah, tapi hitunganya bisa bertambah banyak dan sedikit. Mereka pemilik akhlaq yang mulia, bahkan dikatakan: โ€œBarang siapa yang bertambah budi pakertinya maka maqรขm di tasawufnya akan bertambah, sehingga terkumpul dalam hati satu hati. Mereka tidak memiliki sesuatu apa pun kecuali kemahlukannya, dan persamaan dalam sisi sebagai makhluq sehingga mereka tidak mencari kedudukan, ini merupakan tingkatan keadaan luar biasa yang muncul tanpa sengaja, agar mereka menunjukkan kebenaran pelaksaan agama. Diantara mereka ada yang melakukan kebiasaan yang luar bisa sehingga menjadi suatu kebiasaan, maka hal itu bukan merupakan sebuah hal luar bisa bagi mereka, seperti berjalan diatas air dan terbang diudara.
  2. Wali al-โ€˜Ubbad: adalah Wali yang mengkhususkan diri melaksanakan ibadah ibadah fardlu saja, mereka selalu berada dalam rumah, shalat jamaโ€™ah, hanya mengurus dirinya saja, diantara mereka ada pelaku sebab (shahib al-sabab)dan meninggalkan sebab (Tarik al-sabab), mereka tergolong orang orang yang baik lahir batin, mereka terjaga dari tipu daya, iri hati, cinta dunia dan tamak, mereka mengeRAhkan semua kemampuannya untuk hal hal yang baik, mereka tidak henti hentinya memperoleh pengetahuan, Rahasia Rahasia ilahi, menyaksikan alam malakut, memahami ayat ayat Allah ketika membacanya, mereka tidak memperhitungkan pahala, mereka bisa menyaksikan kiamat dan hiruk pikuknya, surga dan neraka. Selalu menangis ketika sholat, tidak pernah tidur, berdoa dengan penuh harapan, takut, rendah hati. Ketika berbicara dengan orang bodoh maka dia mendoakan keselamatan kepadanya. Mereka selalu beribadah kepada Tuhannya, selalu memikirkan tentang akhirat, selalu berpuasa, ketika bersedekah tidak berlebihan dan tidak kurang, mereka bukan ahli memelakukan kejelekan dan kebatilan, ahli melakukan berbagai macam amal kebaikan, mereka beramal dengan menggungkan Allah.
  3. Wali al-Zuhhad: yaitu Wali yang meninggalkan dunia dan tidak ada usaha untuk memiliki dunia. Ada yang mengatakan wali al-Zuhhad adalah wali yang meninggalkan dunia tapi mempunyai kemampuan untuk memperoleh dunia. Dan pemimpin wali ini adalah Ibrahin bin adham.
  4. Wali Rijal al-maโ€™: yaitu Wali yang selelu beribadah kepada Alloh di tepi laut dan sungai, mereka tidak dikenali manusia.
  5. Wali Afrรขd: yaitu Wali yang jumlahnya tidak dibatasi hitungan, mereka merupakan orang orang yang mendekatkan diri kepada Allah dengan memegang aturan atuaran syaraโ€™, mereka berada diluar wilayah quthub, tapi mereka hadir diantara quthub. Mereka bagaikan para malaikat yang mengelilingi keagungan Allah.
  6. Wali Umaraโ€™

Sabda Rasulullah: ุฅู† ุงุงู„ู„ู‡ ุงู…ู†ุงุก       Sesungguhnya Allah memiliki wali UmaRAโ€™. Rasulullah bersabda menyebutkan sifat Abu Ubaidah bin JaRAkh โ€œSesungguhnya Abu Ubaidah bin JaRAkh adalah orang terpercaya umat ini โ€, mereka (Wali UmaRAโ€™) adalah kelompok golongan dari wali Mulamatiyah bukan dari golongan yang lain abhakan mereka pemuka dan yang terkhusus dari golongan mulamatiyah. Ahwal ( keadaan bathin) mereka tidak diketahui walaupun mereka bergaul dengan manusia umum tetap melakaukan hal-hal yang umum dilakukan manusia, yaitu melakukan perintah Allah dan menjahui larangan yang wajib. Mereka tidak di kenal atau popular di antara manusia, tapi derajat mereka akan tampak saat hari kiamat tiba.

  1. Wali al-Qurraโ€™

Yaitu wali yang jumlahnya tidak terbatas , bisa bertambah dan berkurang. Wali yang ahli Hifzh Alquran, mengamalkan isi Alquran. Barang siapa  yang berhalaqah dengan Alquran maka dia mereka ahli Alquran. Barang siapa ahli Alquran, maka dia adalah ahli Allah (Kekasih Allah) karna Alquran adalah kalam Allah yang termasuk wali al-Quraโ€™ adalah Abu Yazid al-Busthami dan Sahl bin Abdullah al- Tastari.

  1. Wali al-Ahbab

Yaitu wali yang jumlahnya tidak terbatas bisa bertambah bisa berkurang.

firman Allah Q.S.al-Maโ€™idah: 54:

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ู…ูŽู† ูŠูŽุฑู’ุชูŽุฏูŽู‘ ู…ูู†ูƒูู…ู’ ุนูŽู† ุฏููŠู†ูู‡ู ููŽุณูŽูˆู’ููŽ ูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‚ูŽูˆู’ู…ู ูŠูุญูุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุญูุจูู‘ูˆู†ูŽู‡ู ุฃูŽุฐูู„ูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ุฃูŽุนูุฒูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ ูŠูุฌูŽุงู‡ูุฏููˆู†ูŽ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฎูŽุงูููˆู†ูŽ ู„ูŽูˆู’ู…ูŽุฉูŽ ู„ุขุฆูู…ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูุคู’ุชููŠู‡ู ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงุณูุนูŒ ุนูŽู„ููŠู…ูŒ ๏ดฟูฅูค๏ดพ

Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang muโ€™min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Di antara wali ini ada yang disebut Muhibbin sehinga Allah senang memberi  cobaโ€™an kepada mereka ada juga yang di sebut mahbubin, sehingga Allah memilihnya. Sehingga wali al-Ahbab dibagi menjadi dua :

  1. Pada awalnya Allah mencintai mereka
  2. Allah menjalankan mereka untuk melaksanakan ketaโ€™atan kepada Allah dan Rasulnya sehingga ketaโ€™atan itu berbuah mahabbah (Cinta)kepada Allah SWT

Firman Allah QS. al-Nisaโ€™: 80 dan al-Imrรขn : 31

ู…ูŽู‘ู†ู’ ูŠูุทูุนู ุงู„ุฑูŽู‘ุณููˆู„ูŽ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽุทูŽุงุนูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู† ุชูŽูˆูŽู„ูŽู‘ู‰ ููŽู…ูŽุง ุฃูŽุฑู’ุณูŽู„ู’ู†ูŽุงูƒูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุญูŽูููŠุธุงู‹ ๏ดฟูจู ๏ดพ

Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta`atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihaRA bagi mereka.

ู‚ูู„ู’ ุฅูู† ูƒูู†ุชูู…ู’ ุชูุญูุจูู‘ูˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ููŽุงุชูŽู‘ุจูุนููˆู†ููŠ ูŠูุญู’ุจูุจู’ูƒูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽูŠูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ุฐูู†ููˆุจูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุบูŽูููˆุฑูŒ ุฑูŽู‘ุญููŠู…ูŒ ๏ดฟูฃูก๏ดพ

Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Mahabbah ini merupakan buah bukan sebagai permulaan amal, sudah dapat dipastikan bahwa mereka mempunyai banyak maqรขm dan tidak ada satu maqam dari beberapa maqam kecuali  dimiliki orang-orang utama (al-Fadhil) dan orang yang diutamakan (al-Mafdhul) mereka memiliki tanda-tanda bersih hatinya Mahabbah (cinta), mereka murni tidak bercampur kotoran yang membuat keruh hati, mereka memiliki prinsip lebih mendahulukan Allah, mereka tidak menjalankan suatu amal hanya berdasarkan pandangan baik dan buruk dari sisi aturan (SyaRAโ€™) tapi berdasarkan Adab, etika dan tatakRAma.

  1. Wali al-Muhadditsรปn

Wali al- Muhadditsรปn di bagi dua golongan :

A) Wali yang dapat berkomunikasi dengan Allah Swt dibalik tabir ucapan. Firman Allah. QS. al-SyuRAโ€™ :51

ุฅูู†ูŽู‘ุง ู†ูŽุทู’ู…ูŽุนู ุฃูŽู† ูŠูŽุบู’ููุฑูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุฑูŽุจูู‘ู†ูŽุง ุฎูŽุทูŽุงูŠูŽุงู†ูŽุง ุฃูŽู† ูƒูู†ูŽู‘ุง ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ูŽ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ๏ดฟูฅูก๏ดพ

Sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman.

Wali bagian ini banyak sekali tingkatanya.

B) Wali yang dapat berkomunikasi dengan para malaikat, terkadang terdengar di telinganya wali, kadang percakapan itu di tulis, mereka semua adalah ahli komunikasi. Metode mereka untuk sampai pada maqam ini dengan cara Riyadhoh al-Nafsu, mujahadah badan (melatih tubuh) dengan berbagai macam cara, karena jiwa yang bersih dari berbagai macam kotoran dan watak yang jelek. Maka roh mereka bisa menemukan ilmu-ilmu dari alam malakut dan Rahasia-Rahasia ketuhanan, berbagai macam ilmu dapat terukir semua dapat jiwa, sehingga ruhani dapat menerima berbagai macam kejadian ghaib. Karna sesungguhnya para malaikat itu satu kesatuan, Setiap malaikat memiliki maqรขm tertentu dan para wali dalam hal ini berada pada derajat dan tingkatan tertentu. Diantaranya ada agung dan ada lebih agung malaikat Jibril merupakan malaikat yang agung, sementara malaikat mikail leih agung. Diantara wali berada dihati malaikat Jibril dan ada pula yang berada dihati malaikat Mikail.

  1. Wali al-Akhlaโ€™

Yaitu wali yang jumlahnya tidak terbatas, bisa bertambah dan berkurang. Firman Allah SWT QS.an-Nisaโ€™ :125


ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุญู’ุณูŽู†ู ุฏููŠู†ุงู‹ ู…ูู‘ู…ูŽู‘ู†ู’ ุฃูŽุณู’ู„ูŽู…ูŽ ูˆูŽุฌู’ู‡ูŽู‡ู ู„ู„ู‡ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูุญู’ุณูู†ูŒ ูˆุงุชูŽู‘ุจูŽุนูŽ ู…ูู„ูŽู‘ุฉูŽ ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู…ูŽ ุญูŽู†ููŠูุงู‹ ูˆูŽุงุชูŽู‘ุฎูŽุฐูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู…ูŽ ุฎูŽู„ููŠู„ุงู‹ ๏ดฟูกูขูฅ๏ดพ

Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama IbRAhim yang lurus? Dan Allah mengambil IbRAhim menjadi kesayanganNya.

Rasullah bersabda :

ู„ูŽูˆู’ ูƒูู†ู’ุชู ู…ูุชูŽู‘ุฎูุฐู‹ุง ุฎูŽู„ููŠู’ู„ู‹ุง ู„ูŽุฃูŽ ุชูŽู‘ุฎูุฐู’ุชู ุงูŽุจูŽุง ุจูŽูƒู’ุฑู ุฎูŽู„ููŠู’ู„ู‹ุง ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ุตูŽุงุญูุจููƒูู…ู’ ุฎูŽู„ููŠู’ู„ู ุงู„ู„ู‡.

  1. Wali al-Sumaraโ€™

Yaitu wali yang jumlahnya tidak terbatas, bisa bertambah dan berkurang, mereka adalah wali khusus dari golongan wali Hadis mereka tidak lagi berkomunikasi dengan para malaikat, tapi berkomunikasinya langsung dengan Allah SWT.

  1. Wali al-Waratsah

Wali al-Waratsah dibagi menjadi tiga golongan :

  1. Dholim li Nafsihi
  2. Muqtasid
  3. Sabiq bi al-Khoirat

Firman Allah QS. Fathir :32

ุซูู…ูŽู‘ ุฃูŽูˆู’ุฑูŽุซู’ู†ูŽุง ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุงุตู’ุทูŽููŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏูู†ูŽุง ููŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุธูŽุงู„ูู…ูŒ ู„ูู‘ู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูู… ู…ูู‘ู‚ู’ุชูŽุตูุฏูŒ ูˆูŽู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุณูŽุงุจูู‚ูŒ ุจูุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑูŽุงุชู ุจูุฅูุฐู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ูƒูŽุจููŠุฑู ๏ดฟูฃูข๏ดพ

Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.

Rasulallah bersabda :

ุงูŽู„ู’ุนูู„ูŽู…ูŽุงุกู ูˆูŽุฑูŽุซูŽุฉู ุงู„ู’ุงูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู

  • Wali Sumaraโ€™ Dholim li Nafsihi

Adalah: Wali WaRAtsah al- Musthofa (Wali yang menjadi pewaris nabi) yang tidak memberi hak-hak dirinya didunia hingga mereka bahagia di akhirat. Sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW:

ุงูู†ูŽู‘ ู„ูู†ูŽูู’ุณููƒูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุญูŽู‚ู‹ู‘ุง ูˆูŽู„ูุนูŽูŠู’ู†ููƒูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุญูŽู‚ู‹ู‘ุง

โ€œSesungguhnya dirimu memiliki hak, matamu juga memiliki hak atas muโ€

Ketika manusia berpuasa terus menerus dan tidak tidur dimalam hari, maka dia telah menganiaya endiri dan matanya. Oleh karena itu Allah menyebutkan dalam Surat al-Fathir: 32 โ€œDhalim li Nafsihiโ€. Sang wali menginginkan melakukan Azimah dan yang lebih berat. Karena dia mengetahuinya dengan tujuan menghindari mensia-siakan waktu, ruhsho dan al-batholah.

Adalah ujntuk orang-orang yang lemah. Dalam ayat ini Allah tidak menghendaki menganiaya diri sendiri dengan cara yang dicela Syariโ€™at (aturan).

  • Wali Waratsah al-Kitab yang disebut dengan al-Muqtasid adalah :

Wali yang memberikan hak-hak diri sendiri berupa kenikmatan dunia supaya bisa menjadi penopang untuk berkhidmat kepada Allah dan melakukan amal kebaikan dengan peRasan lapang, keadaan ini berada ditengah antara azimah dan ruhshoh.

  • Wali al- Sabiq bil Khairรขt

Wali yang lebih dahulu melakukan perintah sebelum waktunya dengan tujuan untuk persiapan. Pada saat memasuki waktu amal, maka dia bersiap-siap menjalankan kewajiban tepat waktu, sehingga tidak ada yang dapat mencegah untuk menjalankannya, seperti wudhu sebelum dating waktu shalat, menunaikan kewajiban Zakat mal sebelum datangnya setahun (Haul), (Jรขmiโ€™ al-Karรขmรขt al-Auliyรขโ€™, juz 1, halaman: 13-72).

Sumber: Alif.ID

43. Macam-macam Tarekat: Tarekat Uwaisiyah

Bab II Kitab Sabilus Salikin telah berakhir. Sekarang mari kita memulai Bab III

Uwaisiyah merupakan penisbatan tarekat kepada Uwais al-Qarni RA (wafat 36 H) Abu โ€˜Amir Uwais bin โ€˜Amir al-Muradi Tsumma al-Qarn. Ia  termasuk  golongan pembesar tabiโ€™in  (Syaikh Ismรขil haqqi bin Musthรขfa al-Khalwati al-Barsawi, Tamรขm al-Faidh fi Bรขbi al-Rijรขl. Libanon: Dar Kutub al-Ilmiyah, 2010, halaman: 18). Ia bahkan termasuk pembesar tabiโ€™in dan orang yang paling utama pada masanya.

Kedudukan Uwais al-Qarni RA disaksikan sendiri oleh Rasulullah SAW, beliau bersabda:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ู„ูŽุฃูŽุฌูุฏู ู†ูŽููŽุณูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ู…ูู†ู’ ู‚ูุจูŽู„ู ุงู„ู’ูŠูŽู…ูŽู†ู

โ€œAku mencium nafas tuhan yang Maha rahman dari arah tanah Yamanโ€

Yang dimaksud oleh nabi adalah mencium bau harum kekasih Allah SWT yaitu Uwais al-Qarni RA.

ูˆูŽ ูŠูŽูƒู’ูููŠู’ ุดูŽุฑูŽูุงู‹ ูˆูŽ ููŽุฎู’ุฑุงู‹ ู„ูู…ูุดูŽุฑูŽู‘ูู ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ู…ูŽูƒูŽุงู†ู ู…ูŽุง ูˆูŽุฑูŽุฏูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุฎูŽุจูŽุฑู ุนูŽู†ู’ ู†ูŽุจููŠูู‘ู†ูŽุง ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ: ุฎูŽู„ููŠู’ู„ููŠู’ ู…ูู†ู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ุฃูู…ูŽู‘ุฉู ุฃููˆูŽูŠู’ุณู ุงู„ู’ู‚ูŽุฑู’ู†ููŠูู‘.

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽู…ููŠู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ุนูู…ูŽุฑูŽ ุจู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุทูŽู‘ุงุจู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ูŽุง ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ุชูŽู‘ุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ุฑูŽุฌูู„ูŒ ูŠูู‚ูŽุงู„ู ู„ูŽู‡ู: ุฃููˆูŽูŠู’ุณูุŒ ูŠูŽุฃู’ุชููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูู…ู’ ูููŠู’ ุฃูŽู…ู’ุฏูŽุงุฏู ุงู„ู’ูŠูŽู…ูŽู†ู ู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู‚ู’ุณูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽุจูŽู‘ุฑูŽู‡ูุŒ ููŽุฅูู†ู ุงุณู’ุชูŽุทูŽุนู’ุชูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑูŽ ู„ูŽูƒูŽ ููŽุงูู’ุนูŽู„ู’.

Rasulullah SAW menuturkan keistimewaan Uwais dikabarkan Allah SWT kepada Umar dan Ali bahwa: โ€Ada seseorang dari umatku yang bisa memberikan syafaat di hari kiamat sebanyak bulu domba dari jumlah domba yang dimiliki oleh Rabbiah dan Mudhar (keduanya dikenal karena mempunyai domba yang banyak), lalu para sahabat bertanya: โ€œSiapa dia wahai Rasulullah SAW?โ€. Rasul SAW Menjawab: โ€œIa adalah hamba Allah Swtโ€. Siapa namanya ya Rasul? โ€œRasul menjawab: โ€œIa bernama Uwais al-Qarni RAโ€.

Rasul SAW bersabda: โ€œYang mencegah untuk menemuiku adalah dua hal (1) karena keadaan, dan (2) karena dia menghormati aturan. Sebab dia mengasuh ibunya yang sudah tua, buta matanya, lumpuh kedua tangan dan kakinya. Uwais bekerja sebagai pengembala unta di siang hari dengan upah yang cukup untuk dibelanjakan untuk ibunya, dirinya dan dishadaqahkan kepada tetangganya yang miskinโ€.

Para sahabat bertanya apakah kita bisa melihatnya atau tidak? Rasul SAW bersabda, โ€œAbu Bakar al-Shiddiq RA tidak bisa menemukannya, yang bisa menemukan dia adalah Umar dan Ali. Dia memiliki ciri-ciri berambut lebat, dan memiliki tanda putih sebesar dirham pada bahu kiri dan telapak tangannya tanda putih, tanda putih itu bukan penyakit belang (barosh). Jika kalian menemukan dia sampaikan salamku padanya, lalu mintakan doanya untuk umatkuโ€, (Muslim, Shahih Muslim Hadis, Libanon: Dar al-Fikr, nomor: 2542 jilid 4, juz 7, halaman 188 & Farid al-Din al-Attor,  Tadzkirat al-Auliyรขโ€™, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010, halaman 49).

Setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar al-Shiddiq RA wafat, Umar diangkat menjadi Khalifah. Di sela-sela kesibukan Umar sebagai Khalifah beliau teringat tentang sabda Rasul tentang Uwais. Lalu Umar mengajak Ali bin Abi Thalib untuk mencarinya di kota Najt (Yaman).

Umar mengumpulkan penduduk Najt dan bertanya, โ€œApakah di antara kalian ada seseorang dari suku Qorn?โ€ Penduduk Najt menjawab, โ€œYaโ€. Kemudian salah satu dari penduduk Qorn mendekati Umar, lalu Umar mengabarkan tentang Uwais dan para penduduk tidak mengenalnya.

Dengan nada tinggi Umar berkata, โ€œNabi Muhammad SAW pemilik syariat ini tidak berkata sembaranganโ€. Sebagian penduduk berkata, โ€œWahai pemimpin orang mukmin, Uwais adalah orang yang tidak pantas engkau cari karena dia adalah orang gila lagi gelandanganโ€.

Umar berkata, โ€œAku mendatangi kalian hanya untuknya, di mana dia?โ€  Para penduduk Najt menjawab, โ€œDia ada di lembah Uranah sedang mengembala unta di rerumputan, dia mengembala unta sampai waktu sore hari kemudian kami memberinya makan sore, dia tidak bergaul dalam keramaian penduduk, tidak berteman dengan siapapun, tidak memakan makanan orang pada umumnya, tidak bergembira seperti suka cita orang pada biasanya. Justru dia menangis tatkala semua orang tertawa, dan dia tertawa tatkala banyak orang-orang menangisโ€.

Umar berkata, โ€œBawalah aku menemui diaโ€. Lalu para penduduk mengantar Umar dan Ali menuju ke tempat Uwais, saat itu Uwais sedang shalat, ketika Uwais merasakan kedatangan Umar dan Ali, dia mempercepat shalatnya, lalu ketika Umar melihat Uwais selesai shalat, Umar langsung mengucapkan salam kepada Uwais. Lalu Uwais menjawab salam Umar dan Ali.

Umar bertanya, โ€œSiapa namamu?โ€ Uwais menjawab: โ€œAbdullah (hamba Allah SWT)โ€. Umar berkata, kita juga hamba-hamba Allah SWT, siapa nama yang dikhususkan untukmu. Uwais menjawab: โ€œUwaisโ€. Kemudian Umar berkata: โ€œTunjukkan tangan kananmu kepadakuโ€.

Pada saat itu terlihat tanda putih di telapak tangan Uwais seperti yang disebutkan oleh nabi Muhammad SAW. Umar berkata, โ€œNabi kirim salam kepadamu dan berwasiat kepadamu untuk mendoakan akuโ€. Uwais berkata, โ€œEngkau lebih utama mendoakan seluruh orang-orang muslim karena engkau adalah orang yang paling utama di muka bumi iniโ€.

Umar berkata, โ€œAku juga mendoakan orang mukmin tetapi seyogyanya engkau mengikuti wasiat Nabi untuk berdoaโ€. Uwais keberatan untuk diminta mendoakan, sehingga Uwais berkata, โ€œWahai Umar mintalah doa kepada seseorang selain akuโ€. Umar membujuk Uwais untuk mau berdoa, lalu Umar berkata, โ€œRasul telah menunjukkan tanda-tandamu kepada kami, dan semua tanda itu ada padamuโ€.

Uwais berkata, โ€œAmbillah wasiat Nabi itu darikuโ€, lalu sahabat Umar dan Ali kembali ke Madinah, kemudian Uwais bersujud di tanah sambil berdoa, โ€œWahai Tuhanku, kekasihmu Nabi Muhammad SAW telah memindahkan keadaan ini kepadaku, kekasihmu berwasiat kepadaku untuk berdoa. Wahai Tuhanku, ampunilah seluruh umat Nabi Muhammad SAWโ€, (Farid al-Din al-Attor,  Tadzkirat al-Auliyรขโ€™, Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010. halaman:  49-50).

Sumber: Alif.ID

44. Tarekat Uwaisiyah (lanjutan)

Setelah pertemuan antara Uwais dengan Umar dan Ali, tersiarlah kabar bahwa Uwais memiliki derajat yang tinggi, sehingga penduduk kota Yaman selalu mencari dan mendatanginya. Uwais merasa terganggu untuk bermunajat kepada Allah SWT, sehingga ia meninggalkan Yaman agar tidak diketahui keberadaannya oleh penduduk. Tidak ada yang melihat Uwais di mana pun kecuali Harim Bin Hayyan.

Harim bin Hayyan berkata, โ€œAku mendengar bahwa Uwais bisa diterima syafaโ€™atnya pada hari kiamat, sehingga aku melakukan perjalanan untuk mencarinya, lama aku mencarinya sehingga hatiku terbuai kerinduan untuk bertemu dengan Uwais. Seluruh desa dan kota telah aku lalui, sehingga aku sampai di kota Kuffah. Pencarianku terhenti pada seorang laki-laki yang memiliki ciri-ciri yang persis seperti yang diceritakan Nabi, Umar, dan Ali. Laki-laki itu sedang berwudhuโ€™ di pinggir sungai Furadh. Hatiku senang sekali dan berucap salam padanya, kemudian dia menjawab dan melihat ke arahku, kemudian aku ingin mencium tangannya, tapi dia menolak. Aku berkata semoga Allah SWT mengasihimu dan mengampunimu wahai Uwais. Bagaimana kabarmu? Setelah aku bertanya seperti itu aku tidak kuasa membendung tangisku karena merasa kasihan terhadap keadaan Uwais yang lemah dan Uwais juga menangis.

Usai menangis Uwais berkata, โ€œWahai Harim bin Hayyan, siapa yang menunjukkanmu kepadaku?โ€ Aku tidak menjawab pertanyaan itu lalu aku balik bertanya, โ€œBagaimana Anda tahu namaku dan bapakku ?โ€ Uwais menjawab, โ€œDzat yang Maha Mengetahui dan Maha Waspada yang menceritakan kepadaku, ruhku telah mengenali ruhmu, karena antara ruh orang-orang mukmin saling mengenalโ€.

Harim berkata kepada Uwais, โ€œCeritakanlah kepadaku tentang Hadisnya Rasul?โ€ Uwais menjawab, โ€œAku tidak pernah bertemu dengan Nabi tetapi aku mendengar Hadis Nabi yang diriwayatkan dari sahabatnya, aku tidak menyukai membuka pintu fatwa dan pengingat karena aku telah disibukkan selain hal ituโ€. Lalu aku berkata, โ€œAku menyukai mendengar ayat Alquran darimu, kemudian Uwais memegang tanganku sambil mengucapkan taโ€™awudz, Uwais menangis tersedu-sedu, kemudian membaca ayat Alquran:

ูˆูŽู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชู ุงู„ู’ุฌูู†ูŽู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุฅูู†ุณูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู„ููŠูŽุนู’ุจูุฏููˆู†ู ๏ดฟูฅูฆ๏ดพ (ุงู„ุฐุงุฑูŠุงุช: 56)

ูˆูŽู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ู†ูŽุง ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ู„ูŽุงุนูุจููŠู†ูŽ ๏ดฟูฃูจ๏ดพ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ู†ูŽุงู‡ูู…ูŽุง ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ูŽู‘ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ ๏ดฟูฃูฉ๏ดพ ุฅูู†ูŽู‘ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ููŽุตู’ู„ู ู…ููŠู’ู‚ูŽุงุชูู‡ูู…ู’ ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู†ูŽ ๏ดฟูคู ๏ดพ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ู„ูŽุง ูŠูุบู’ู†ููŠ ู…ูŽูˆู’ู„ู‹ู‰ ุนูŽู† ู…ูŽู‘ูˆู’ู„ู‹ู‰ ุดูŽูŠู’ุฆุงู‹ ูˆูŽู„ูŽุง ู‡ูู…ู’ ูŠูู†ุตูŽุฑููˆู†ูŽ ๏ดฟูคูก๏ดพ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูŽู† ุฑูŽู‘ุญูู…ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูคูข๏ดพ (ุงู„ุฏุฎุงู†: 38-42)

Kemudian Uwais menjerit dengan keras, bahkan aku tidak mengetahui apakah akalnya masih ada atau tidak. Selang beberapa saat Uwais berkata, โ€œWahai Harim bin Hayyan, kenapa engkau mendatangiku?โ€. Aku menjawab, โ€œTujuanku mencarimu untuk merasa tenang dan nyaman bersamamuโ€.

Uwais mengomentari jawabanku, โ€œAku tidak mengerti, bahwasanya orang yang mengenal Allah SWT bagaimana ia bisa merasa tenang dan nyaman bersama selain-Nya?โ€ Aku berkata, โ€œBerilah aku wasiatโ€. Uwais berkata, โ€œJadikan kematian di bawah kepalamu (ingat pada kematian) dan di dalam kepalamu dan setelah itu tidak ada pengaruh kehidupan setelah kematian (tidak ingat pada kehidupan dunia dan yang diingat hanya Allah SWT semata), jangan engkau memandang dosa kecil tapi pandanglah pada besarnya maksiat kepada Allah SWT karena jika Engkau meremehkan dosa maka Engkau telah meremehkan berpaling dari Allah Swtโ€.

Harim berkata, โ€œApa yang Engkau perintahkan kepadaku? Di tempat mana aku bermukim?โ€ Uwais berkata, โ€œBertempatlah di Syamโ€. Aku berkata, โ€œBagaimana aku mendapatkan penghidupan di kota Syam (Syiria)?โ€ Uwais berkata, โ€œJauhkan perasaan itu dari hatimu, karena keragu-raguan telah mencemari hatimu, sehingga nasihat tidak bermanfaatโ€.

Aku berkata lagi, โ€œBerilah aku wasiatโ€ Uwais berkata, โ€œBapakmu Hayyan telah mati, Nabi Adam, Hawa, Nuh, Ibrahim, Musa, Nabi Muhammad SAW dan seluruh Nabi dan Rasul telah meninggal semua, Abu Bakar, Umar bin al-Khattab telah matiโ€. Aku bertanya kepada Uwais โ€œapakah Umar bin al-Khattab telah mati?โ€ Uwais menjawab: โ€œYa. Allah SWT telah memberikan kabar kepadaku melalui ilham tentang kematian Umar bin al-Khattabโ€.

Kemudian Uwais berkata, โ€œWahai Harim, aku dan engkau termasuk golongan orang-orang yang matiโ€. Kemudian Uwais membaca shalawat kepada Nabi, berdoa dengan doa yang pelan. Lalu Uwais berkata, โ€œWasiatku kepadamu bersuluklah dengan jalan sesuai syariโ€™at dan tarekat orang-orang yang baik, jangan engkau melupakan zikir kepada Allah SWT walaupun sekejap. Jika engkau sudah sampai kepada kaummu berilah nasihat kepada mereka, jangan engkau memutus nasihat (mengharapkan kebaikan) dari hamba Allah SWT, jangan engkau menyimpang dari taat kepada pemimpin umat sehingga imanmu tidak keluar tanpa kamu sadari, engkau tidak mengetahui apakah engkau akan jatuh ke neraka atau tidakโ€.

Kemudian Uwais berkata lagi, โ€œWahai Harim, engkau dan aku tidak akan pernah bertemu sejak saat ini, jangan lupakan aku dalam doโ€™a, berangkatlah ketika aku berangkat, jangan engkau tinggalkan aku sedetik pun sebelum kepergianmuโ€. Lalu aku dan Uwais menangis, kemudian Uwais pergi sementara aku memandanginya dari belakang sampai Uwais naik ke gunung. Setelah peristiwa itu aku tidak melihat dan mengetahui keadaannya, (al-Din al-Attar, Tadzkirat al-Auliyรขโ€™. Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010. halaman: 51โ€“52).

Nasihat-nasihat Uwais al-Qorn

ู„ูŽุง ูŠูŽุฎู’ููŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ

Maksudnya adalah apabila seseorang sudah maโ€™rifat kepada Allah SWT (pokok), maka akan mudah baginya semua mahluk (cabang)

ุงูŽู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ูŽุฉู ูููŠ ุงู„ู’ูˆูŽุญู’ุฏูŽุฉู

Maksudnya adalah keselamatan itu ada pada menyendiri (secara ruhani bukan secara jasadi)

ุงูุฌู’ุนูŽู„ู ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชูŽ ุชูŽุญู’ุชูŽ ุฑูŽุฃู’ุณููƒูŽ ูˆูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุฑูŽุฃู’ุณููƒูŽ

Maksudnya adalah ingatlah kepada kematian dan janganlah ingat pada kehidupan dunia dan ingatlah hanya Allah SWT semata

ูˆูŽ ู„ูŽุง ุชูŽุชูŽูˆูŽู‚ูŽู‘ุนู’ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉูŽ ุจูŽุนู’ุฏูŽู‡ู

Janganlah mengharap kehidupan setelah mati. Maksudnya adalah membekali hidup untuk menyongsong kematian.

  • Aku mencari kedudukan, maka aku temukan kedudukanku di dalam sifat tawadhuโ€™.
  • Aku mencari kepemimpinan, maka aku temukan kepemimpinan itu dalam (memberi) nasihat kepada orang.
  • Aku mencari keagungan, maka aku temukan keagungan di dalam sifat fakir.
  • Aku mencari sunnah dan aku temukan sunnah itu di dalam sifat takwa.
  • Aku mencari kemuliaan, maka aku temukan kemuliaan itu dalam sifat qonaโ€™ah.
  • Aku mencari kenyamanan maka aku temukan kenyamanan itu dalam sifat zuhud.
  • Ingatlah kepada kematian.
  • Jika kamu mampu (untuk) tidak memisahkan hatimu dengan air mata, maka lakukanlah.
  • Bernadzarlah kepada kaummu ketika kamu kembali kepada mereka.
  • Dan bersungguh-sungguhlah dalam (menghidupi) dirimu.
  • Takutlah meninggalkan (sholat) jamaah.
  • Kamu meninggalkan agamamu sedangkan kamu tidak menyadarinya. Kemudian kamu mati dan masuk neraka pada hari kiamat, (al-Din al-Attar, Tadzkirat al-Auliyรขโ€™. Libanon: Dar al-Kutub al-Ilmiyah, 2010. halaman: 54-55).

Penjelasan: Sebagian wali Allah SWT diberi julukan Uwais. Artinya tidak membutuhkan bimbingan dari seorang guru, karena Uwais adalah Faidhul Ilahi (anugerah Ilahi) tanpa perantara orang lain dan berkah cahaya kenabian. Derajat ini adalah maqรขm yang sangat tinggi sebagaimana firman Allah Swt:

ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูุคู’ุชููŠู‡ู ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุฐููˆ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู ๏ดฟูค๏ดพ (ุงู„ุฌู…ุนุฉ: 4)

Maka intisab Tarekatnya secara hakikat langsung kepada Allah SWT dan proses suluknya sesuai dengan suluk Nabi sebagaimana sabda Nabi SAW:

ุฃูŽุฏูŽู‘ุจูŽู†ููŠู’ ุฑูŽุจูู‘ูŠู’ ููŽุฃูŽุญู’ุณูŽู†ูŽ ุชูŽุฃู’ุฏููŠู’ุจููŠู’

Tuhanku telah mendidikku, maka Allah SWT lah yang memperbaiki adabku.

Sumber: Alif.ID

45. Tarekat Malamatiyah

Malamatiyah adalah nama tarekat yang mulai berkembang pada pertengahan abad ke 3 H. di NaisAbรปr kota Khurosan. Tarekat ini juga dikenal denga nama al-Qushรขriyah (ุงู„ู‚ุตุงุฑูŠุฉ) atau al-Hamduniyah (ุงู„ุญู…ุฏูˆู†ูŠุฉ) kedua nama ini dinisbatkan kepada Hamdun bin Ahmad bin Amarah al-Qashar (w. 271 H). Beliau yang menyebarkan tarekat Malamatiyah ini.

Nama lengkapnya adalah Abรป Shรขlih Hamdรปn bin Ahmad bin Ammarah Al-Qushshรขr Al-NaisAbรปri, tidak diketahui tahun kelahirannya, beliau wafat tahun 271 H. di kebumikan di pemakaman al-Khairah dalam kitab Thabaqรขt al-Shรปfiyah, hlm 109, dikebumikan pemakaman Khaidah dalam kitab al-Thabรขqat al-Kubra, hlm. 121, Beliau terkenal sebagai ulama fikih Madzhab Sufyan bin Saโ€™id al-Tsauri (77-161 H), dan Sufi.

Syaikh SyihAbรปddin Abi Hafs Umar al-Suhrawardi (539-632 H.) membahas tarekat Malรขmatiyah dalam kitab Awรขrif al-Maโ€™รขrif, halaman: 82, dan juga diambil dari kitab al-Kawรขkib al-Durriyah fi Tarjami al-Sรขdat al-Shรปfiyah, juz 1, halaman: 165 nomor: 243, Arti Malรขmatiyah adalah orang-orang yang mengharapkan hinaan dan cacian terhadap diri sendiri.

Syaikh Hamdun al-Qashar melihat kenyataan manusia, bahwa nafsu itu menggunakan banyak metode untuk meluapkan kesenangan (syahwat). Sementara ikhlรขs yang benar itu sangat langka dan sulit untuk sampai pada maqรขm ikhlas.

Ada pendapat lain bahwa tarekat Malรขmatiyah disandarkan kepada Abรป Hafs al-Haddad al-Malamati (w. 204 H.), beliau yang meletakkan dasar-dasar tarekat Malรขmatiyah ini sebagai berikut:

  1. Kaum yang mengisi waktu dengan beribadah kepada Allah SWT yang Haq;
  2. Selalu menjaga sirrinya;
  3. Mereka mencela diri sendiri ketika macam-macam ibadah yang dilakukan diketahui orang lain;
  4. Mereka menampakkan perbuatan-perbuatan yang jelek dan menyimpan rapat-rapat kebaikannya sehingga orang lain mencelanya karena yang mereka lihat adalah perbuatan lahir semata;
  5. Pengikut Tarekat ini akan mencela diri sendiri jika orang lain mengetahui sisi batinnya, (al-Hujwiri, Kasyf al-Mahjรปb, halaman: 259. Mengutib dari kitab al-Malรขmatiyah wa al-shufiyah, halaman: 89).

Syaikh Abรป Hafs al-Haddad al-Malamati mengambil pelajaran dari Syaikh Syaqiq al-Balkhi (w. 194 H.) dari Ibrรขhรฎm ibn Adhan bin Mansur bin Zaid bin Jabir bin Tsaโ€™labah bin Ajali (w. 160 H.) dari Hasan Basri dari Saiyidina โ€˜Ali dari Nabi Muhammad.

Nama tarekat ini tidak disandarkan kepada pendiri atau pengembang tarekat ini tetapi diambil dari ciri khusus penganut Malรขmatiyah yaitu suka mencela diri sendiri (ู„ูˆู… ุงู„ู…ู„ุงู…ุชู‰ ู†ูุณู‡). Kata Malรขmatiyah berasal dari kata Laum (ู„ูˆู…), ู„ุงู…-ูŠู„ูˆู’ู…-ู„ูˆู…ุงู‹-ูˆ ู…ูŽู„ุงู…ุงู‹-ูˆ ู…ูŽู„ุงู…ุฉู‹ yang berarti mencela, mengecam dengan keras (Warson Munawir, al-Munawir: 1392). Maksudnya adalah pengikut tarekat Malรขmatiyah meyakini bahwa diri tidak memiliki bagian apapun di dunia ini secara mutlaq, mereka merasa tenang dan bahagia ketika dicela karena mereka berkeyakinan bahwa dirinya sangat jelek, hal ini dilakukan untuk melawan tabiat nafsu (ู…ุฎุงู„ูุฉ ุงู„ู†ูุณ) yaitu suka pamer (Riyaโ€™), cinta dunia, jabatan, (al-Hujwiri, Kasyf al-Mahjรปb, halaman: 259).

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ู…ูŽู† ูŠูŽุฑู’ุชูŽุฏูŽู‘ ู…ูู†ูƒูู…ู’ ุนูŽู† ุฏููŠู†ูู‡ู ููŽุณูŽูˆู’ููŽ ูŠูŽุฃู’ุชููŠ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‚ูŽูˆู’ู…ู ูŠูุญูุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูุญูุจูู‘ูˆู†ูŽู‡ู ุฃูŽุฐูู„ูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ุฃูŽุนูุฒูŽู‘ุฉู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ ูŠูุฌูŽุงู‡ูุฏููˆู†ูŽ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฎูŽุงูููˆู†ูŽ ู„ูŽูˆู’ู…ูŽุฉูŽ ู„ุขุฆูู…ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูุคู’ุชููŠู‡ู ู…ูŽู† ูŠูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงุณูุนูŒ ุนูŽู„ููŠู…ูŒ ๏ดฟูฅูค๏ดพ

  1. Hai orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang muโ€™min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui, (Qs. al-Maidah: 54)

Maksud (ู„ูˆู… ุงู„ู†ุงุณ) adalah pengikut Malรขmatiyah memandang bahwa hubungannya dengan Allah SWT adalah Rahasia (sirri) sehingga tidak patut untuk diketahui orang lain. Mereka sangat suka untuk menyembunyikan rahasia tersebut.

Jika rahasia ini terungkap maka akan membuat kekasihnya cemburu, karena orang yang terpaut dengan kekasihnya tidak menyukai orang lain datang kepada kekasihnya. Bahkan dalam kecintaan yang tinggi, seseorang akan membenci pada orang lain yang memperlihatkan perhatian pada kekasihnya.

Rasulullah SAW Adalah panutan, Imรขm bagi ahli haqiqat, panutan bagi para pecinta (muhibbin). Diceritakan dalam kitab Shirah bahwa nabi Muhammad SAW. dalam awal penyampaian risalah kenabian banyak menghadapi hinaan, cacian, makian, perkataan kotor, perbuatan-perbuatan yang menyakitkan, bahkan nabi pernah dilempari batu hingga berdarah tetapi nabi menghadapi dengan sabar dan doโ€™a yang baik.

ุงู„ู„ู‡ู… ุงู‡ู’ุฏู ู‚ูŽูˆู’ู…ููŠู’ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ู†ูŽ

Pengikut tharรฎqat ini merasa kuatir membuat kecemburuan di hati manusia ketika keadaan dan rahasia-rahasia itu terungkap pada manusia dengan pujian dan sanjungan yang patut diungkapkan. Maka pengikut Malรขmatiyah malah sengaja melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menarik hinaan dan kebencian manusia.

Sudah menjadi sunnatullah bahwa ketika Allah SWT cinta kepada seorang hamba-Nya akan memberi potensi kepada makhluk untuk berbuat yang menyakitkan agar engkau tidak merasa tentram kepada mereka (Syarh al-Hikam, juz 2, halaman: 57-58), dan Allah SWT menjadikan seluruh alam untuk mencacinya, tetapi Sรขlik Malรขmatiyah tidak memperdulikan hinaan dan cacian demi menyelamatkan rahasia-rahasianya bersama Allah SWT (kekasihnya).

Salik menyembunyikan segala bentuk kebaikan dari pandangan manusia untuk menyelamatkan rahasia-rahasianya sehingga manusia tidak melihat kebaikan yang melekat pada diri Sรขlik dan tidak membuat mereka kagum, Sรขlik merasa tenang dan senang terhadap hinaan, untuk menghilangkan sifat ujub, Sรขlik menampakkan perbuatan-perbuatan jelek dan menyembunyikan perbuatan baik. Ini adalah pokok ajaran yang kuat dalam jalan menuju kepada Allah SWT, karena tidak ada hijab bahaya yang lebih sulit dibuka dibanding manusia yang menganggap dirinya lebih baik dari orang lain.

Sifat pada `ujub muncul didorong oleh 2 hal, yaitu:

  1. Mencari kedudukan dan pujian di hadapan manusia. Contoh; seseorang melakukan amal kebaikan untuk mendapatkan simpati manusia, lalu dia memuji diri sendiri dan melihatnya sebagai orang yang penuh kebaikan;
  2. Suatu perbuatan seseorang untuk memperoleh simpati manusia lain lalu mereka memujinya dan orang tersebut merasa `ujub (merasa lebih baik dari yang lain).

Sumber: Alif.ID

46. Tarekat Malamatiyah (lanjutan)

Imรขm Ghazali dalam kitab Raudhah al-Thalibรฎn, bab ke 15 dan al-Majmรปโ€™ al-Rasรขil, halaman: 132. menyatakan wajib bagi hamba menjaga amal dari 10 hal (yang bisa merusak amal) yaitu: sifat nifaq, riyaโ€™, mencampur amal, ingin mendapat imbalan, merusak amal, penyesalan terhadap amal baik, โ€˜ujub, malas dalam amal, meremehkan dan takut dicaci-maki manusia.

Allah SWT menutup anugerah kepada kekasih-Nya yang menempuh jalan kepada-Nya sehingga amal perbuatannya tidak disukai makhluk walaupun perbuatannya baik, karena mereka tidak bisa melihat hakikat dan kesungguhannya walaupun amal perbuatannya banyak. Karena manusia tidak melihat sekitarnya dan kekuatan jiwanya.

Para Sรขlik Malรขmatiyah tidak โ€˜ujub (menganggap baik) terhadap dirinya sendiri, sehingga mereka mampu menjaga dirinya dari โ€˜ujub. Barangsiapa senang terhadap perbuatan baik manusia tidak senang terhadapnya. Barangsiapa memilih dirinya sendiri maka kebaikan tidak akan memilihnya.

Azazil (nama asli Iblis) (Nashรขih al-รŽbรขd, halaman: 57) sangat dicintai makhluk. Sementara Allah SWT dan para malaikat tidak menyukai Iblis. Karena Azazil atau Iblis menganggap dirinya lebih baik dari nabi Adam As., sehingga Iblis tidak disukai dan akhirnya mendapat laknat Allah SWT

โ€ฆ. ููŽุณูŽุฌูŽุฏููˆุงู’ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุฅูุจู’ู„ููŠุณูŽ ุฃูŽุจูŽู‰ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽูƒู’ุจูŽุฑูŽ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ ๏ดฟูฃูค๏ดพ

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฃูŽู†ูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู‘ู†ู’ู‡ู ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชูŽู†ููŠ ู…ูู† ู†ูŽู‘ุงุฑู ูˆูŽุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชูŽู‡ู ู…ูู† ุทููŠู†ู ๏ดฟูงูฆ๏ดพ

Malaikat merupakan makhluk Allah SWT yang sangat menyukai kebaikan sehingga anak Adam As. tidak menyukai kebaikan.

ูˆูŽุฅูุฐู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ู„ูู„ู’ู…ูŽู„ุงูŽุฆููƒูŽุฉู ุฅูู†ูู‘ูŠ ุฌูŽุงุนูู„ูŒ ูููŠ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุฎูŽู„ููŠููŽุฉู‹ ู‚ูŽุงู„ููˆุงู’ ุฃูŽุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู ูููŠู‡ูŽุง ู…ูŽู† ูŠููู’ุณูุฏู ูููŠู‡ูŽุง ูˆูŽูŠูŽุณู’ูููƒู ุงู„ุฏูู‘ู…ูŽุงุก ูˆูŽู†ูŽุญู’ู†ู ู†ูุณูŽุจูู‘ุญู ุจูุญูŽู…ู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽู†ูู‚ูŽุฏูู‘ุณู ู„ูŽูƒูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฅูู†ูู‘ูŠ ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู†ูŽ ๏ดฟูฃู ๏ดพ

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: โ€œSesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumiโ€. Mereka berkata: โ€œMengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?โ€ Tuhan berfirman: โ€œSesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahuiโ€.

Pada ayat tersebut mirip ungkapan malaikat yang sangat mencintai amal baik, sedangkan reaksi dari anak adam adalah tidak menyukai para malaikat. Sementara para malaikat pada saat mengungkapkan hal itu tidak mempunyai sifat โ€˜ujub (membanggakan) terhadap diri sendiri.


ู‚ูŽุงู„ุงูŽ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ุธูŽู„ูŽู…ู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ููุณูŽู†ูŽุง โ€ฆ. ๏ดฟูขูฃ๏ดพ

Keduanya berkata: โ€œYa Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri.

Sehingga para malaikat disenangi kebaikan, sebagaimana firman Allah Swt:

ููŽู†ูŽุณููŠูŽ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ู†ูŽุฌูุฏู’ ู„ูŽู‡ู ุนูŽุฒู’ู…ุงู‹ ๏ดฟูกูกูฅ๏ดพ (ุทู‡: 115)

โ€ฆMaka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.

Mulamatiyah juga dikenal dengan Mulamiyah, Mulamiyah adalah orang yang tidak menampakkan sesuatu yang ada dalam batin terhadap lahirnya akan tetapi mereka adalah bersungguh-sungguh dalam menyempurnakan keikhlasan, dan mereka juga adalah pimpinan dan Imรขm ahli tarekat (jalan menuju Allah) dan juga pemimpin alam semesta, di antaranya adalah Nabi Muhammad SAW dan mereka meletakkan sesuatu sesuai dengan ketetapan alam ghaib artinya mereka tidak menyalai kehendak dan pengetahuan Allah, mereka tidak menafikan sebab musabab terjadinya sesuatu kecuali pada peniadaan dan penetapan yang sesuai pada tempatnya. Barang siapa yang meniadakan sebab musabab pada tempat yang seharusnya ditetapkan maka dia termasuk orang-orang bodoh. Barangsiapa berpedoman pada tempat penetapan dengan peniadaan maka dia termasuk menyekutukan dan mengingkari. Wali mulamiyah merupakan orang yang masuk pada kategori sabda Rasulullรขh SAW:

ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุฆููŠู’ ุชูŽุญู’ุชูŽ ู‚ูŽุจูŽุงุจููŠู’ ู„ูŽุงูŠูŽุนู’ุฑูููู‡ูู…ู’ ุบูŽูŠู’ุฑููŠู’

(al-Taโ€™rifรขt, halaman: 227, Jรขmiโ€™ al-Karรขmรขt al-Auliyรขโ€™, juz 1, halaman: 67).

Muamalah Tarekat Malรขmatiyah

  • Malamah Istiqamah Sirri:

Sรขlik selalu menyendiri dalam amal ibadahnya, selalu bersungguh-sungguh menjaga agamanya, dan hubungan muamalahnya. Sehingga para manusia mencaci-maki sementara Sรขlik ini tidak memperdulikan dan mengabaikan hinaan tersebut.

Sรขlik dalam tahap ini meniadakan sifat munafik dalam hati, meninggalkan riyaโ€™, tidak takut dihina makhluk, tetap berjalan pada prinsip-prinsip tiap ahwal, sanjungan dan hinaan terasa sama oleh Sรขlik, (Kasyf al-Mahjรปb, halaman: 261).

Diceritakan bahwa Syaikh Abรป Thahir al-Harami pada suatu hari menunggang keledai yang berjalan menuju ke arah pasar, salah satu muridnya menghalau keledai tersebut dengan memegang tali kendalinya. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berteriak โ€œini (Abรป Thahir al-Harami) adalah syaikh Zindiq, dan disahut oleh orang-orang pasar yang lainโ€. Ketika mendengar teriakan ini, salahsatu murid ingin membalas dengan melempari batu terhadap penghina tanpa kehendak gurunya. Lalu syaikh Abรป Thahir al-Harami berkata kepada muridnya: โ€œJika Engkau tetap diam aku akan menunjukkan sesuatu kepadamu agar engkau bisa selamat dari cobaan ini.โ€ Maka muridpun diam. ketika keduanya kembali ke tempat pemondokannya, maka sang guru berkata kepada muridnya: ambillah kotak itu dan keluarkan isinya berupa beberapa Surat, kemudian sang guru berkata kepada muridnya: Lihatlah!, Saya telah memberikan Surat ini kepada beberapa orang, dan masing-masing dari mereka memberikan julukan yang berbeda diantaranya memberikan julukan syaikh seorang pemimpin, dan yang lain memberikan julukan syaikh seorang yang cerdas, ada yang memberikan julukan syaikh seorang yang zuhud, ada yang memberikan julukan syaikh al-Haramain dan lain-lain, semuanya adalah laqab bukan sebuah nama. Semua itu mengatakan dengan dasar keyakinan mereka masing-masing.

  • Malamah al-Qashd

Adapun seseorang yang menyengaja tarekat Malรขmatiyah, meninggalkan pangkat dan kedudukan, meninggalkan bergaul dengan makhluk, maka hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Amรฎrul Mukminรฎn Utsman Ibn Affan RA., ketika beliau sedang berada di kebun kurma, beliau sedang memikul kayu sedangkan beliau mempunyai 40 pembantu, lalu seorang pembantu berkata kepadanya, ya AmรฎRAl Mukminรฎn apa yang baginda lakukan? Beliau menjawab: (saya ingin melatih hati saya). Hal ini saya lakukan sampai saya bebas melakukan apapun tanpa adanya halangan antara saya dan kedudukan saya. Hal inipun juga dilakukan oleh Imam Abรป Hanifah.

Kisah yang sama juga dikisahkan oleh Abu Yazid al-Busthami ketika beliau hendak ke Madinah, semua orang keluar untuk menyambut dan memuliakannya, dan ketika semua orang memberikan pujian kepadanya, maka masuklah Abu Yazid al-Busthami ke pasar dan beliau mengeluarkan roti dari dalam sakunya dan kemudian  memakannya, dan kejadian ini berada pada bulan RAmadhan. Maka kembalilah semua orang dan meninggalkan beliau sendirian.

  • Malamah al-Tark

Adapun orang yang tarekatnya meninggalkan pangkat dan kedudukan dan memilih sesuatu yang bertentangan dengan syariโ€™at, maka dia akan mengatakan: saya adalah orang yang sedang masuk dalam tarekat malamah, pendapat ini adalah pendapat yang sesat, bahaya yang nyata dan benar-benar gila. Sebagaimana pendapat mayoritas orang-orang pada zaman sekarang, adapun yang dimaksud meninggalkan makhluk adalah menerima makhluk, karena kewajiban seorang manusia pertama adalah diterima oleh makhluk kemudian berusaha untuk menolaknya.

Adapun tarekat ini disebar-luaskan oleh Hamdรปn ibnu Ahmad ibnu  โ€˜Ammรขrah al-Qashshรขr. Beliau berkata: (al-Malamah adalah meninggalkan keselamatan). Ketika seseorang meninggalkan keselamatannya, maka dia akan melakukan beberapa cobaan dan meninggalkan semua hal-hal yang disenanginya, karena beranganโ€“angan ingin menggapai keagungan Tuhan dan akhirat, sehingga dia cuek dengan makhluk dan meninggalkannya. Semakin cuek dan meninggalkan makhluk, maka semakin dekatlah dia kepada Tuhannya. Maka segala sesuatu yang diterima oleh semua makhluk, itulah keselamatan, dan ini ditujukan kepada Ahlu malamah, agar semua prasangka makhluk berbeda dengan prasangka Ahlu malamah dan prasangka Ahlu malamah berbeda dengan prasangka para makhluk. Baca juga:  Kisah-Kisah Spiritual: Pertemuan Para Burung

Hakikat mahabbah yang terindah adalah berada dalam tarekat malamah, karena caci makian seorang yang dicintai tidak memberikan dampak pada yang dicintai, dan tidak membuat lari kekasih kecuali masuk ke wilayah kekasihnya, tidak ada getaran jiwa selain kepada kekasihnya, karena tarekat Malรขmatiyah merupakan taman orang-orang yang rindu pada kekasih.

Golongan ini khusus dicaci secara fisik karena keselamatan hati. Derajat ini tidak bisa diperoleh oleh malaikat muqarrabรฎn karubiyyin ruhaniyyin, manusia (ahli zuhud, ahli ibadah) kecuali Sรขlik tarekat ini yaitu orang-orang yang menjalankan tarekat dengan memutus tali temalinya hati, (Kasyf al-Mahjรปb, halaman: 264-265).

Sumber: Alif.ID

47. Ketetapan Malamatiyah

Ketetapan-ketetapan Malamatiyah adalah sebagai berikut:

  1. Tidak menampakkan dan tidak menyembunyikan kejelekan. Artinya, Sรขlik Malรขmatiyah melakukan sesuatu dengan ikhlรขs, melaksanakan sesuatu dengan kesungguhan hati tidak suka menunjukkan amal (zhahir) dan hal (amal hati atau batin) kepada seseorang;
  2. Sรขlik Malรขmatiyah berpegang teguh pada keikhlรขsan, mereka memandang bahwa menyembunyikan ahwal (keadaan hati/batin)merasa nikmat, jika sampai amal ahwal mereka terlihat oleh seseorang sehingga Sรขlik merasa gelisah sebagaimana orang yang berbuat maksiat merasa gelisah karena kemaksiatannya diketahui orang;
  3. Sรขlik Malรขmatiyah lebih mengedepankan keikhlรขsan, sementara para shufi menghilangkan keikhlรขsan.

Abรป Yaโ€™qub al-Susi berkata: โ€œKetika Sรขlik Malรขmatiyah menemukan keikhlรขsannya secara ikhlรขs maka mereka butuh keikhlรขsannya dengan ikhlรขsโ€. Sebagian โ€˜Ulamaโ€™ berkata: โ€œIkhlรขs yang benar adalah melupakan pandangan kepada makhluk dengan terus menerus memandang kepada Allah SWT yang haq, sementara Sรขlik Malรขmatiyah memandang makhluk sehingga dia menyamarkan amal dan halnyaโ€.

Jaโ€™far al-Khรขlidi bertanya kepada Imรขm Junaid (Baghdad, w. 297 H/910 M.) tentang perbedaan ikhlรขs dan shiddiq. Imรขm Junaid berkata: โ€œShiddiq adalah pokok dan permulaan, sementara ikhlรขs adalah cabang dan yang mengikuti, keduanya juga memiliki perbedaan karena ikhlรขs tidak akan muncul sebelum ada perbuatanโ€.

Imรขm Junaid berkata : โ€œIkhlรขs adalah kemurnian dan pemurnian, dimana kemurniannya terbentuk dalam proses pemurnian ituโ€. Keadaan Sรขlik Malรขmatiyah berupa keikhlรขsan seperti ini, sedangkan proses pemurniannya merupakan keadaan para shufi dan kemurnian yang terbentuk dari proses itu merupakan hasil.

Sรขlik Malรขmatiyah menyembunyikan keadaan mereka untuk 2 hal:

  1. Mewujudkan kejujuran dan keikhlรขsannya;
  2. Untuk menutupi keadaannya dari rasa cemburu orang lain.

Diceritakan dari Ibrรขhรฎm bin Adham beliau berkata: โ€œAku sampai di suatu desa bersamaan hujan yang lebat, angin musim dingin mengenaiku, sehingga tambalan bajuku robek, kemudian aku sampai di masjid dan aku tidak diperkenankan masuk ke dalam masjid itu, aku mencoba masuk kedua dan ketiga kalinya sehingga aku lelah tak berdaya. Tiupan angin dingin hampir membinasakanku kemudian aku masuk ke pemandian, aku mengeringkan pakaianku di atas api, sampai-sampai asap api mengenai pakaian dan wajahku, keadaan itu sampai tengah malamโ€.

Ibrรขhรฎm bin Adham adalah salah satu `ulamaโ€™ besar pada zamannya yang dalam perjalanannya kehujanan, beliau mencari tempat berteduh di masjid, dan oleh petugas masjid sampai tiga kali. Ibrรขhรฎm bin Adham tidak marah dan mencari tempat lain untuk berteduh, (Kasyf al-Mahjรปb, halaman: 264-265).

Zikir Tarekat Malรขmatiyah

Dalam tarekat Malรขmatiyah zikir dibagi menjadi 4 macam:

  1. Zikir Lisan: dilaksanakan Sรขlik dengan menggunakan lisan sementara hatinya lupa, Sรขlik masih mengharapkan pahala atau ingin mencapai maqรขm-maqรขm tertentu dan ingin diterima di kalangan tertentu. Ini adalah zikir Sรขlik umum;
  2. Zikir Qalb (hati): setelah Sรขlik bisa melaksanakan zikir lisan dengan baik, selanjutnya Sรขlik menghentikan zikir lisan dan beRAlih melaksanakan zikir qalb (hati).

Sรขlik pada tahap ini menghitung kenikmatan-kenikmatan yang diterima sementara dia lupa terhadap dzat pemberi nikmat, sibuk memperhatikan karunia lupa terhadap pemberi karunia, ingin mendapat pahala, merasa sudah mencapai maqรขm-maqรขm tertentu. Ini adalah bentuk terendah dari kedudukan terendah dan paling jauh. Munculnya keinginan batin yang memandang pada tujuan sebagai pertimbangan perwujudan awal;

  1. Zikir Sirri: setelah Sรขlik melaksanakan zikir lisan dan qalb lalu Sรขlik menghentikan kedua zikir tersebut dan beRAlih melakukan zikir sirri.

Kendala yang ada pada zikir sirri adalah terpautnya pengaruh zikir qalb.

Zikir sirri adalah zikir keagungan, disebut juga Haibah atau zikir sifat, ini mulai diRasakan Sรขlik sebagai pendekatan (Taqarrub). Zikir ini menimbulkan Rasa takut, tunduk dan khawatir. Timbulnya Rasa khawatir (Haibah), Rasa wujud dan ini kebalikan Fanaโ€™;

  1. Zikir Ruh: setelah Sรขlik bisa melaksanakan zikir lisan, qalb dan sirri lalu Sรขlik menghentikan ketiga zikir tersebut dan berganti dengan zikir ruh. Kendala awal yang dialami oleh Sรขlik pada zikir ruh adalah munculnya zikir sirri terhadap ruh. Ini adalah zikir musyahadah, (Majmรปโ€™ah al-RAsรขil al-Imรขm al-Ghazรขli fi RAudhah al-Thalibรฎn, halaman: 104-105).

Secara muamalah tarekat Mulamatiyah menghilangkan kedudukan di dalam hati makhluk dengan cara melakukan sesuatu yang menjadi bahan makian makhluk sehingga hilanglah kedudukan Sรขlik Malรขmatiyah di dalam hati manusia. Sรขlik Malรขmatiyah memishakan diri dari kerumunan kehidupan manusia untuk dapat diterima di hadapan Allah SWT Merasa tenang dengan menyembunyikan jati diri dan ditolak oleh manusia umum dan diterima oleh Allah SWT.

Diceritakan bahwa sebagian para Raja bermaksud menemui ahli zuhud, ketika Raja itu sudah dekat, zรขhid (orang zuhud) itu meminta makanan dan minuman yang banyak. Dia (zรขhid) makan dengan suapan yang besar. Raja yang melihat tingkah zรขhid tersebut lalu memalingkan wajah dan pergi. Sang zรขhid berkata: โ€Alhamdulillah segala puji bagi dzat yang telah memalingkanmu darikuโ€.

Untuk menghindari kemuliaan yang diberikan oleh Raja atau pemimpin negara, sebagian dari zรขhid (bahkan) ada yang meminum-minuman halal yang dimasukkan ke dalam botol khamr (minuman keras). Sehingga para pejabat menyangka bahwa zรขhid itu minum khamr, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 3, halaman: 255).

Sumber: Alif.ID

48. Tarekat Junaidiyah: Kisah al-Junaid (1)

Abรป al-Qรขsim al-Junaid ibn Muhammad al-Junaid al-Kharaz al-Qawariri al-Baghdรขdi memiliki julukan (laqab) Abรป al-Qรขsim. Julukan โ€œal-Qawaririโ€ disandarkan kepada profesi ayahnya, penjual kaca. Al-Junaid kemudian mendapat julukan al-Kharaz, yang artiya pedagang sutera, karena memang ia seorang pedagang sutera di kota Baghdad.

Keluarga al-Junaid berasal dari Nahawand, namun beliau dilahirkan dan tumbuh di Irak, (Rijรขl al-Syarh al-Anfรขs al-Rauhรขniyah, halaman: 5). Al-Junaid adalah salah seorang shรปfi terkemuka di samping seorang ahli fikih.

Dalam fikih, beliau bermazhab kepada Imรขm Abรป Tsaur. Al-Junaid sudah memberikan fatwa-fatwa hukum dalam mazhab tersebut saat usianya masih 20 tahun. Beliau lama bergaul dan belajar kepada pamannya sendiri, yaitu Imam Sarri as-Saqthi, lalu kepada al-Harits al-Muhasibi, Muhammad ibn al-Qashshab al-Baghdรขdi yang termasuk teman pamannya, dan sufi terkemuka lainnya.

Di kalangan sufi al-Junaid dikenal sebagai pemuka dan pimpinan mereka dengan gelar Sayyid al-Thรข-ifah al-Shรปfiyyah, (Tadzkirat al-Auliyรขโ€™, halaman: 370).

Al-Junaid salah sufi yang memiliki jasa besar dalam menjaga kemurnian tasawuf. Faham-faham dan akidah-akidah menyesatkan yang hendak masuk dalam ajaran tasawuf habis dibersihkan oleh beliau. Karena itu, banyak ungkapan-ungkapan beliau yang di kemudian hari menjadi landasan utama dalam usaha menjaga kebenaran tasawuf dan kemurnian ajaran Islรขm.

Abรป Alรฎ al-Raudzabari berkata: โ€œSaya mendengar al-Junaid berkata kepada orang yang mengatakan bahwa ahli makrifat dapat sampai kepada suatu keadaan yang ia telah melakukan semua hal,  sehingga boleh meninggalkan pekerjaan-pekerjaan yang telah diwajibkanโ€.

โ€œLalu al-Junaid berkata kepadanya: โ€˜Ini adalah perkataan kaum yang berpendapat segala amal perbuatan akan gugur. Ini bagiku adalah suatu pendapat yang sangat berbahaya. Seorang pezina dan pencuri bahkan jauh lebih baik dari pada orang yang berpendapat seperti itu. Sesungguhnya orang-orang yang arif billรขh adalah mereka yang mengerjakan seluruh amal perbuatan sesuai perintah Allรขh Swt., karena hanya kepada-Nya amal perbuatan itu kembali.โ€

โ€œAndaikan aku hidup dengan umur 1000 tahun, dan aku tidak meninggalkan kebaikan sedikit pun selama umur tersebut, maka kebaikan itu tidak akan dianggap oleh Allรขh Swt. kecuali bila sesuai dengan apa yang telah diperintahkan-Nya. Inilah keyakinan yang terus memperkuat maโ€™rifat-ku dan memperkokoh keadaankuโ€.

Meninggalkan kelezatan dunia

Muhammad Ibn Abdullรขh al-Razi berkata: Saya mendengar Abรป Muhammad al-Jariri berkata: Saya mendengar al-Junaid berkata: โ€œKita tidak menjalankan tasawuf dengan banyak bicara saja (al-qil wa al-qรขl). Tapi kita melakukannya dengan lapar (puasa), meninggalkan kelezatan dunia dan melepaskan segala hal-hal yang menyenangkan dan yang indah. Karena tasawuf adalah kemurnian hubungan dengan Allรขh Swt yang dasarnya menghindari kesenangan dunia, (Tadzkirat al-Auliyรขโ€™, halaman: 372).

Sebagai mana pernyataan Haritsah di hadapan Rasรปlullรขh Saw.: โ€œAku hindarkan diriku dari dunia, aku hidupkan malamku dan aku laparkan siang harikuโ€ฆโ€.

Al-Junaid juga berkata: โ€œSeluruh jalan menuju Allรขh Swt. tertutup bagi semua makhluk, kecuali bagi mereka yang benar-benar mengikuti Rasรปlullรขh Saw. dalam setiap keadaannyaโ€.

Dalam kesempatan lain beliau berkata: โ€œJika seseorang dengan segala kejujurannya beribadah kepada Allรขh Swt. selama satu juta tahun, namun kemudian ia berpaling dari-Nya walau hanya sesaat, maka apa yang tertinggal darinya jauh lebih banyak dibanding dengan apa yang telah ia dapatkanโ€.

Beliau juga berkata: โ€œSiapa yang tidak hafal Alquran dan tidak menulis hadis-hadis Rasรปlullรขh Swt. maka orang tersebut jangan diikuti, karena ilmu kita ini (tasawuf) diikat dengan Alquran dan Sunnahโ€. Sikap waraโ€™, zuhud, taqwรข, tawรขdhuโ€™, dan kuat dalam ibadah sudah tentu merupakan sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa al-Junaid.

Suatu ketika beliau ditanya tentang kemegahan dunia, beliau menjawab: โ€œKeberhasilan atas segala kebutuhan dunia adalah dengan meninggalkannyaโ€.

Diriwayatkan dari Jaโ€™far ibn Muhammad bahwa al-Junaid berkata kepadanya: โ€œJika Engkau sanggup untuk tidak memiliki peralatan apapun di rumahmu kecuali sehelai tikar maka lakukanlah tashawwufโ€ฆ!โ€. Jaโ€™far ibn Muhammad berkata: โ€œDan memang yang ada di rumah al-Junaid hanyalah sehelai tikarโ€.

Diriwayatkan dari al-Khuldy bahwa al-Junaid al-Baghdadi selama dua puluh tahun tidak pernah makan kecuali satu kali dalam seminggu. Dalam setiap malam beliau melaksanakan shalat sebanyak 300 rakaโ€™at, (Rijรขl al-Syarh al-Anfรขs al-Rauhรขniyah, halaman: 8). Sementara di siang hari, al-Junaid menghabiskan waktunya untuk shalat sebanyak 300 rakaโ€™at dan 30.000 kali bacaan tasbรฎh.

Sumber: Alif.ID

49. Tarekat Junaidiyah: Kisah al-Junaid (2)

Suatu ketika al-Junaid ditanya tentang kemegahan dunia. Jawabnya, โ€œKeberhasilan atas segala kebutuhan dunia adalah dengan meninggalkannyaโ€.

Diriwayatkan dari Jaโ€™far ibn Muhammad bahwa al-Junaid berkata kepadanya: โ€œJika Engkau sanggup untuk tidak memiliki peralatan apapun di rumahmu kecuali sehelai tikar maka lakukanlah tashawwufโ€ฆ!โ€. Jaโ€™far ibn Muhammad berkata: โ€œDan memang yang ada di rumah al-Junaid hanyalah sehelai tikarโ€.

Diriwayatkan dari al-Khuldy bahwa al-Junaid al-Baghdadi selama dua puluh tahun tidak pernah makan kecuali satu kali dalam seminggu. Dalam setiap malam beliau melaksanakan shalat sebanyak 300 rakaโ€™at, (Rijรขl al-Syarh al-Anfรขs al-Rauhรขniyah, halaman: 8). Sementara di siang hari, al-Junaid menghabiskan waktunya untuk shalat sebanyak 300 rakaโ€™at dan 30.000 kali bacaan tasbรฎh.

Banyak sekali karรขmah yang dianugerahkan oleh Allรขh Swt. kepada al-Junaid sebagai bukti kebenaran keyakinan dan jalan yang ditempuhnya. Di antaranya; suatu ketika datang kepadanya seorang Yahudi kafir seraya bertanya: โ€œWahai Abu al-Qasim, apakah pengertian dari hadits Nabi Saw.:
ุงูุชูŽู‘ู‚ููˆู’ุง ููุฑูŽุงุณูŽุฉูŽ ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ู ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู ุจูู†ููˆู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู
Takutilah pada firasat seorang muโ€™min, karena ia melihat dengan cahaya dari Allรขh Swtโ€. (Artinya penglihatan seorang muโ€™min yang saleh itu memiliki kekuatan).

Mendengar pertanyaan spontan dari orang Yahudi itu, al-Junaid sejenak menundukkan kepala. Tiba-tiba al-Junaid berkata: โ€œWahai orang Yahudi, perkataanmu benar, dan firasatku menyuruh untuk melepaskan simbol kekafiranmu, masuk Islรขmlah engkau karena telah datang waktu bagimu untuk masuk agama Islรขmโ€.

Mendapat jawaban demikian, orang Yahudi tersebut langsung masuk Islรขm, (Tadzkirat al-Auliyรขโ€™, halaman: 374 dan Jรขmiโ€™ al-Karรขmรขt al-Auliyรขโ€™, juz 2, halaman:10 dan Rijรขl al-Syarh al-Anfรขs al-Rauhรขniyah, halaman:15 ).

Suatu hari, Hadhrat Maulana Syaikh Junaid al-Baghdadi menderita sakit mata. Beliau pun memanggil seorang tabib. Tabib itu berkata: โ€œJika matamu terasa berdenyut denyut, jangan biarkan matamu itu terkena airโ€.

Namun ketika tiba waktu saalat, Syaikh Junaid malah berwudhuโ€™, saalat, kemudian tidur. Ketika ia bangun, matanya telah sembuh. Ia mendengar sebuah suara berkata: โ€œJunaid mengabaikan matanya demi memilih keridha-an kami. Jika, demi tujuan yang sama, ia memohon ampunan bagi para penghuni neraka, niscaya permohonannya akan kami kabulkanโ€™.โ€

Keesokan harinya, sang tabib kembali mendatangi Syaikh Junaid dan melihat bahwa mata Junaid telah sembuh. โ€œApa yang telah engkau lakukan?โ€ tanya sang tabib keheranan. โ€Aku berwudhuโ€™ untuk shalat,โ€ jawab Syaikh Junaid.

Seketika itu pula sang tabib, yang beragama Kristen, mengucapkan dua kalimat syahadat. โ€Ini adalah penyembuhan Sang Pencipta, bukan penyembuhan makhluk,โ€ komentar tabib tersebut. โ€œWahai Syaikh junaid, yang sakit bukan matamu. Engkaulah tabib yang sebenarnya, bukan aku.โ€ Sahut tabib. (Tadzkirat al-Auliyรขโ€™, halaman: 376-377).

Suatu saat, Junaid menyuruh semua santrinya untuk membeli ayam di pasar untuk disembelihnya. Namun Junaid memberi syarat bahwa mereka harus menyembelih ayam itu di tempat di mana tak ada yang dapat melihat mereka. Sebelum matahari terbenam, mereka harus dapat menyelesaikan tugas itu.

Satu demi satu santri kembali ke hadapan Junaid, semua membawa ayam yang telah tersembelih. Akhirnya ketika matahari tenggelam, murid muda itu baru datang, dengan ayam yang masih hidup. Santri-santri yang lain menertawakannya dan mengatakan bahwa santri itu tak dapat melaksanakan perintah Syaikh yang begitu mudah.

Junaid lalu meminta setiap santri untuk menceritakan bagaimana mereka melaksanakan tugasnya. Santri pertama berkata bahwa ia telah pergi membeli ayam, membawanya ke rumah, lalu mengunci pintu, menutup semua jendela, dan membunuh ayam itu. Santri kedua bercerita bahwa ia membawa pulang seekor ayam, mengunci rumah, menutup jendela, membawa ayam itu ke kamar mandi yang gelap, dan menyembelihnya di sana.

Santri ketiga berkata bahwa ia pun membawa ayam itu ke kamar gelap tapi ia juga menutup matanya sendiri. Dengan cara demikian, ia pikir, tak ada yang dapat melihat penyembelihan ayam itu. Santri yang lain pergi ke hutan yang lebat dan terpencil, lalu memotong ayamnya. Santri yang lain lagi mencari gua yang amat gelap dan membunuh ayam di sana.

Tibalah giliran santri muda yang tak berhasil memotong ayam. Ia menundukkan kepalanya, malu karena tak dapat menjalankan perintah guru, โ€œAku membawa ayam ke rumahku. Tapi di rumahku tak ada tempat di mana Dia (Allรขh Swt.) tak melihatku. Aku pergi ke hutan lebat, tapi Dia (Allรขh Swt.) masih bersamaku. Bahkan di tengah gua yang teramat gelap, Dia (Allรขh Swt.) masih menemaniku. Aku tak bisa pergi ke tempat dimana tak ada yang melihatku, aku merasa dimanapun dan kapanpun aku berada di situ selalu ada Dia (Allรขh Swt). Demikian jawaban dari santri muda tersebut.

Al-Junaid wafat hari Jumโ€™at, riwayat yang lain hari Sabtu tahun 297 H. atau 910 M. Abu Bakar al-โ€˜Aththar berkata: โ€œMenjelang al-Junaid wafat kami dengan beberapa orang sahabat berada di sisinya. Beliau dalam keadaan melaksanakan shalat dengan posisi duduk. Setiap kali hendak sujud ia menekuk kedua kakinya.

Beliau terus berulang-ulang melakukan shalat, hingga ruh dari kakinya mulai terangkat. Ketika kakinya sudah tidak bisa lagi digerakkan, Abรป Muhammad al-Jariri berkata kepadanya: Wahai Abu al-Qasim sebaiknya engkau berbaring!. Kemudian al-Junaid mengucapkan takbir dan membaca 70 ayat dari surat al-Baqarah namun sebelumnya beliau telah mangkhatamkan al-Qurโ€™an karim. (Rijรขl al-Syarh al-Anfรขs al-Rauhรขniyah, halaman:17)

Sumber: Alif.ID

50. Sejarah Perkembangan Tarekat Junaidiyah

Awal pendidikan al-Junaid dimulai dengan belajar ilmu pengetahuan agama pada pamannya sendiri, Sari al-Saqathi, yang dikenal sebagai seorang shufi yang sangat luas ilmu pengetahuannya.

Ketika usianya 20 tahun, al-Junaid mulai belajar hadits dan fiqih pada Abu Thawr, seorang faqih yang kondang di Baghdad. Setelah mempelajari hadits dan fiqih, al-Junaid beralih menekuni tashawwuf, sekalipun sebenarnya dia sudah mulai mengenal ajaran tashawwuf sejak berumur 7 tahun di bawah bimbingan Sari al-Saqati. Selain itu Junaid kecil juga belajar sufisme dari siapa saja sehingga pengetahuan shufismenya semakin hari bertambah luas. Ketika dewasa bisa dibilang ilmu al-Junaid dalam shufisme telah cukup matang.

al-Junaid terkenal dengan seorang shufi yang cerdas, memiliki pikiran cemerlang dan selalu cepat tanggap dalam menghadapi segala situasi dan kondisi. Analisisnya terhadap berbagai masalah yang diajukan kepadanya sangatlah tajam, sehingga sering membuat para pendengarnya terkagum-kagum. Padahal sifat dan kemampuannya ini sudah tampak sejak masa kanak-kanak.

Kedudukannya diantara para shufi sangatlah terhormat, bahkan Sari al-Saqathi sendiri sempat mengakuinya. Dalam riwayat dinyatakan, ketika seseorang bertanya kepada Sari al-Saqati, โ€œApakah seorang murid dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dari gurunya dalam tashawwuf?โ€ Sari al-Saqati menjawab, โ€œTentu saja bisa, lantaran ada banyak bukti yang menunjukkan hal tersebut. Ketahuilah bahwa tingkat tashawwuf al-Junaid itu sesungguhnya lebih tinggi dari tingkat yang pernah kucapai.โ€ (Tadzkirat al-Auliyรขโ€Ÿ, halaman: 370).

Lebih jauh al-Junaid menegaskan, bagaimanapun tingginya tingkatan yang telah dicapai, seorang shufi harus tetap meyakini Keesaan Tuhan dan menjalankan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya sesuai dengan al-Qurโ€™an dan Sunnah Rasul Saw. Dalam ajaran Shufi, delapan sifat harus dilatih. Kaum Shufi memiliki:

  1. Kemurahan hati seperti Ibrahim As.;
  2. Penerimaan yang tak bersisa sedikit pun dari Ismail As.;
  3. Kesabaran, sebagaimana dimiliki Yaโ€™kub As.;
  4. Kemampuan berkomunikasi dengan simbolisme, seperti halnya Zakaria As.;
  5. Pemisahan dari para pendukungnya sendiri, sebagaimana halnya Yahya As.;
  6. Jubah wool seperti mantel gembala Musa As.;
  7. Pengembaraan, seperti perjalanan Isa As.;
  8. Kerendah-hatian, seperti jiwa dari kerendahan hati Muhammad Saw, (Tadzkirat al-Auliyรขโ€Ÿ, halaman: 387).

Sumber: Alif.ID

51. Sanad, Silsilah, dan Amalan Tarekat Imam Junaid

Sanad adalah mata rantai orang-orang yang membawa satu disiplin ilmu (silsilah al-rijรขl). Mata rantai ini terus bersambung satu sama lain hingga kepada pembawa awal ilmu-ilmu itu sendiri yaitu Rasulullah SAW. Integritas sanad dengan ilmu-ilmu Islam tidak dapat terpisahkan, satu paket. Seluruh ilmu Islam memiliki sanad, yang menjamin keberlangsungan dan kemurnian ajaran sesuai maksud pembuat syariat, Allah SWT dan Rasul.

Di antara sebab โ€œkebalnyaโ€ ajaran-ajaran yang dibawa Rasulullah SAW dari berbagai upaya untuk merusaknya adalah karena keberadaan sanad. Hal ini berbeda dengan ajaran-ajaran dari  nabi-nabi sebelum Muhammad SAW. Adanya berbagai perubahan pada ajaran mereka, bahkan mungkin hingga terjadi pertentangan ajaran antara satu masa dengan masa lainnya setelah ditinggal oleh para nabi itu, karena tidak memiliki sanad.

Karena itu para ulama menyatakan bahwa sanad adalah salah satu โ€œkeistimewaaanโ€ yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW, yang tidak dikaruniakan kepada umat-umat nabi sebelumnya. Dengan jaminan sanad ini pula kelak kemurnian ajaran-ajaran Rasulullah SAW akan terus berlangsung hingga datang hari kiamat.

Tentang pentingnya sanad, Imรขm Ibn Sirin, ulama terkemuka dari kalangan tabiโ€™in, berkata:

ุฅู†ู‘ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู’ู„ุนูู„ู’ู…ูŽ ุฏููŠู’ู†ูŒ ููŽุงู†ู’ุธูุฑููˆู’ุง ุนูŽู…ูŽู‘ู†ู’ ุชูŽุฃุฎูุฐููˆู’ู†ูŽ ุฏููŠู’ู†ูŽูƒูู…ู’ (ุฑูŽูˆูŽุงู‡ู ู…ูุณู’ู„ูู…ูŒ ูููŠ ู…ูู‚ูŽุฏูู‘ู…ูŽุฉู ุงู„ุตู‘ุญููŠู’ุญู)

โ€œSesungguhnya ilmu agama ini adalah agama, maka lihatkan oleh kalian dari manakah kalian mengambil agama kalianโ€. (Diriwayatkan oleh Imรขm Muslim dalam muqaddimah kitab Shahรฎh-nya).

Imรขm โ€˜Abdullรขh ibn al-Mubarak berkata;

ุงู„ุฅุณู’ู†ูŽุงุฏู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ู„ูŽูˆู’ู„ุงูŽ ุงู„ุฅุณู’ู†ูŽุงุฏู ู„ูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู…ูŽู†ู’ ุดูŽุงุกูŽ ู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ

โ€œSanad adalah bagian dari agama, jika bukan karena sanad maka setiap orang benar-benar akan berkata tentang urusan agama terhadap apapun yang ia inginkanโ€.

Silsilah tarekat Imam Junaid

Silsilah tarekat imรขm Junaidรฎ sampai Rasulullah SAW adalah:  Imรขm Maโ€™rรปf al-Karkhi dari Imรขm โ€˜Alรฎ al-Ridlรข, dari Imรขm ayahnya sendiri; Imam Musa al-Kadzรฎm, dari ayahnya sendiri; Imam Jaโ€™far al-Shรขdiq, dari ayahnya sendiri; Imรขm Muhammad al-Baqรฎr, dari ayahnya sendiri; Imam โ€˜Ali Zainal โ€˜Abidin, dari ayahnya sendiri; Imรขm al-Husain (Syahรฎd Karbala), dari ayahnya sendiri; Imรขm โ€˜Alรฎ ibn Abรฎ Thalib, dari Rasulullah SAW.

Lihat mata rantai berikut:

Rasulullah SAW

โ†“

Imรขm โ€˜Alรฎ ibn Abรฎ Thalib

โ†“

Imam al-Husain (Syahรฎd Karbala)

โ†“

Imam โ€˜Ali Zainal โ€˜Abidin

โ†“

Imรฎm Muhammad al-Baqรฎr

โ†“

Imam Jaโ€™far al-Shรขdiq

โ†“

Imam Musa al-Kadzรฎm

โ†“

Imรขm โ€˜Alรฎ al-Ridlรข

โ†“

Imรขm Maโ€™rรปf al-Karkhi

โ†“

Imรขm al-Sirri al-Saqthi

โ†“

Imรขm al-Junaid al-Baghdรขdi

Amalannya: Salawat Kubra

ุงูŽู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู ุฅูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ูˆูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู„ู‡ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ู ุฌูู†ูŽูŠู’ุฏู ุงู„ู’ุจูŽุบู’ุฏูŽุงุฏููŠูู‘ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ูˆูŽ ู†ูŽููŽุนูŽู†ูŽุง ุจูู‡ู ูˆูŽ ุจูุนูู„ููˆู’ู…ูู‡ู ูˆูŽ ุงูŽุณู’ุฑูŽุงุฑูู‡ู ููู‰ ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ูˆูŽ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽ ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุญูŽุถู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ (ุงู„ูุงุชุญุฉ)

ุจุณู… ุงู„ู„ู‡ ุงู„ุฑุญู…ู† ุงู„ุฑุญูŠู…

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ูŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ุตูู‘ุฏูู‘ูŠู’ู‚ููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงูƒูุนููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุงุนูุฏููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ุณูŽู‘ุงุฌูุฏููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ุฐูŽู‘ุงูƒูุฑููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ู’ู…ููƒูŽุจูู‘ุฑููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุงู‡ูุฑููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ุธูŽู‘ุงู‡ูุฑููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ุดูŽู‘ุงู‡ูุฏููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ู’ุงูŽูˆูŽู‘ู„ููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ุงู„ู’ุขุฎูุฑููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู†ูŽุจูู€ูŠูŽู‘ ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ูŠูŽุงุญูŽุจููŠู’ุจูŽ ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุงูŽูƒู’ุฑูŽู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุนูŽุธูŽู‘ู…ูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุดูŽุฑูŽู‘ููŽู‡ู ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุงูŽุธู’ู‡ูŽุฑูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู ุงุฎู’ุชูŽุงุฑูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุตูŽูˆูŽู‘ุฑูŽู‡ู ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุนูŽุจูŽุฏูŽ ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑูŽ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุฎูŽุงุชูู…ูŽ ุฑูุณูู„ู ุงู„ู„ู‡

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูู„ู’ุทูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู’

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุจูุฑู’ู‡ูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ูููŠูŽุงุกู’

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูู€ุตู’ู€ุทูŽู€ููฐู‰

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูู€ู€ู€ุนู’ู€ู€ู„ูฐู‰

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูู€ุฌู’ู€ุชูŽู€ุจูฐู‰

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูู€ู€ุฒูŽูƒูŽู‘ู€ู‰

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู€ู€ูƒูู‘ู€ู€ูŠูู‘

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู€ู€ุฏูŽู†ูู€ูŠูู‘

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุนูŽู€ุฑูŽุจูู€ูŠูู‘

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู‚ูุฑูŽุดููŠูู‘

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู‡ูŽุงุดูู…ููŠูู‘

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุงูŽุจู’ุทูŽุญููŠูู‘

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุฒูŽู…ู’ุฒูŽู…ููŠูู‘

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุชูู‡ูŽุงู…ููŠูู‘

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุงูู…ูู‘ู€ูŠูู‘

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽ ูˆูŽู„ูŽุฏู ุขุฏูŽู…ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูู€ุญูŽู…ูŽู‘ุฏู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุทูฐู€ู‡ูฐ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ูŠูฐุณ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูุฏูŽุซูู‘ุฑู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุตูŽุงุญูุจูŽ ุงู„ู’ูƒูŽูˆู’ุซูŽุฑู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุดูŽูููŠู’ุนู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุญู’ุดูŽุฑู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุตูŽุงุญูุจูŽ ุงู„ุชูŽู‘ุงุฌู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุตูŽุงุญูุจูŽ ุงู„ู’ู…ูุนู’ุฑูŽุงุฌู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽุงู„ู’ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฎูุฑููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽุงู„ู’ู…ูุญู’ุณูู†ููŠู’ู†ู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏูŽุงู„ู’ูƒูŽูˆู’ู†ูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ุซูŽู‘ู‚ูŽู„ูŽูŠู’ู†ู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุตูŽุงุญูุจูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุนู’ู„ูŽูŠู’ู†ู

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ุŒ ูŠูŽุงุฎูŽุงุชูู…ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ

ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุตูŽู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุฃูŽู„ู’ูู ุฃูŽู„ู’ูู ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ูŠูŽุง ู†ูŽุจููŠูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ุŒ ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ.

Sumber: Alif.ID

52. Tarekat Ghazaliyah

Tarekat Ghazaliyah dinisbatkan kepada Abu Hamid Muhammad aL-Ghazali (lahir 450 H./ 1111 M.) Mujaddid abad ke-5 Hijriyah. Ghazaliyah merupakan tarekat yang terbesar pada masanya dari ahlu sunnah wa al-jamaah. Tarekat ini menyerap kelebihan-kelebihan dari tarekat pendahulunya serta memberikan corak yang jelas terhadap tarekat-tarekat sesudahnya, sampai sekarang (al-Adab al-Shufรฎ fi al-Maghrab wa al-Andalus, halaman: 52).

Hamid Muhammad aL-Ghazali dilahirkan di kota Tunis, satu kota di Khurasan (450 H./ 1111 M). Orang tuanya pedagang yang bertakwa, memiliki toko yang menjual hasil tenunan sendiri di kota Khurasan. Orang tuanya sering menghadiri majlis fuqahรขโ€™, majlis wuโ€™azh (nasihat) untuk mengikuti pengajian, dan selesai pengajian selalu berdoa agar diberi anak yang ahli fikih dan ahli nasihat.

Kesungguhan orang tua Imam Ghazรขli berbuah manis yaitu diberi rizki oleh Allah SWT dua orang anak laki-laki;

1). Ahmad Abu Futuh Ahmad bin Muhammad bin Muhammad al-Thusi al-Ghazรขli, yang dijuluki sebagai mujtahid madzhab Syafii. Beliau terkenal sebagai penasihat yang tampan wajahnya, pemilik beberapa karamah dan ahli memberikan isyarat. Beliau menggantikan saudaranya (Imam Ghazรขli) mengajar, ketika Imam Ghazรขli meninggalkan Nidhamiyah karena  melaksanakan zuhud. Beliau meninggal tahun 520 H di Baqzawin (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ Ulumuddin, Indonesia: al-Haramain, halaman: 8).

2) Muhammad Imam Ghazali yang menjadi mujtahid madzhab Syafii (Muhammad abu Yazid al-Mahdi, Aโ€™lรขm al-Shรปfiyah, Kairo: Dรขr Gharib, 1998. Halaman: 383 dan al-Ghazali, Ihya Ulumuddin, Indonesia: al-Haramain, halaman: 8).

Imam al-Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dan Alquran dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Al-Radzakani di kota Thusi, kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr al-Ismaโ€™ili dan menulis buku al-Taโ€™liqรขt. Kemudian pulang ke Thusi, (al-Subki, Thabaqรขt al-Syafiiyah, juz 6, halaman: 195. dan Muhammad abu yazid al-Mahdi, Aโ€™lรขm al-Shรปfiyah, Kairo: Dรขr Gharib, 1998. Halaman: 383.  dan al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปmuddรฎn, Indonesia: al-Haramain, halaman: 8. dan  Insklopedi Islรขm, jilid 2, Jakarta: 1993, halaman: 25)

Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain al-Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fiqih mazhab Syafii dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang berbeda pendapat dengannya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu al-Juwaini.

Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazรขli ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau menantang debat kepada para `ulamรขโ€™ dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana.

Maka pada tahun 484 H., beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah an-Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Di sinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal dan mencapai kedudukan yang sangat tinggi. Pengajian Imam Ghazรขli dihadiri 300 ulama dan 100 pimpinan pemerintah Baghdad.

Penduduk kota Baghdad takjub dan mengagungkan Imam Ghazรขli, sehingga Imam Ghazรขli menjadi ulama dalam berbagai bidang keilmuan yang sangat berpengaruh di kota Baghdad dan Khurasan. Ia menjadi tokoh terkemuka di zamannya baik dalam bidang keilmuan, pemikiran, (Muhammad abu Yazid al-Mahdi, Aโ€™lรขm al-Shรปfiyah, Kairo: Dรขr Gharib, 1998. Halaman: 385).

Setelah kemasyhuran diperoleh, maka datanglah ujian dan cobaan dari Allah SWT berupa keragu-raguan yang mendalam. Beliau meragukan kebenaran yang ditangkap oleh panca indera dan akalnya, beliau berusaha mengobati dengan potensi keilmuan dan akalnya, tapi tidak sembuh bahkan menjadi semakian kuat keraguannya.

Hatinya terserang badai dalih yang tidak terselamatkan, kecuali dengan pertolongan al-Ilahiyyah. Penyakit ini berlangsung dua bulan, sampai Allah SWT memberi kesembuhan  dengan nur Ilahi (cahaya Tuhan) yang dipancarkan ke hatinya, dan nur ilahi itu menjadi kunci pokok beberapa pengetahuan.

Imam Ghazรขli mengomentari tentang kesembuhannya, โ€œBarang siapa yang menyangka keterbukanya hati hanya dengan  sebuah dalil, maka dia mempersempit rahmat Allah SWT, padahal rahmat Allah SWT sangat luasโ€. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW. Ketika  menjawab pertanyaan sahabat tentang Firman Allah SWT:

ููŽู…ูŽู†ู’ ูŠูุฑูุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽู‡ู’ุฏููŠูŽู‡ู ูŠูŽุดู’ุฑูŽุญู’ ุตูŽุฏู’ุฑูŽู‡ู ู„ูู„ุฅูุณู’ู„ุงูŽู…ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูุฑูุฏู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠูุถูู„ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ุตูŽุฏู’ุฑูŽู‡ู ุถูŽูŠูู‘ู‚ุงู‹ ุญูŽุฑูŽุฌุงู‹ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูŽุตูŽู‘ุนูŽู‘ุฏู ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุขุกู ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูู‘ุฌู’ุณูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ ๏ดฟูกูขูฅ๏ดพ [ุงู„ุฃู†ุนุงู…: 125]

Maka Nabi SAW Menjawab: โ€œPembuka itu adalah nur yang ditancapkan kedalam hatiโ€, sedangkan tanda-tandanya adalah; menjauh dari tipu daya dunia dan kembali ke kehidupan akhirat. Dan akhirnya Imam Ghazรขli keluar dari gelapnya keraguan menuju ke cahaya keyakinan dan tenggelam dalam cahaya Ilahi selamanya.

Kemudian Imam Ghazรขli pindah menuju negara Syam dan menetap selama dua tahun, dan beliau melakukan `uzlah, khalwat, riyadhah, mujahadah dan membersihkan hati dengan memperbanyak zikir kepada Allah SWT

Kemudian Beliau bertempat di menara masjid Damaskus, dan menutup pintunya  agar beliau bisa menyepi dengan Tuhannya, menutup pintu hatinya untuk melaksanakan zikir dan bertasbih dengan ruh di alam malakut bersama dengan Allah SWT Kejadian itu terjadi selama perjalanan ke Baitul Muqaddas, setiap hari masuk di kubah batu dan menutup pintu kubah agar bisa beribadah, munajat, tafakkur, musyahadah dan menghabiskan waktunya untuk Allah SWT pada kondisi seperti itu Imam Ghazรขli mengarang kitab Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปmuddin.

Imam Nawawi mengomentari Kitab Ihyรขโ€™ โ€˜Uumuddin bahwa Ihyรขโ€™ Ulumuddin hampir-hampir seperti Alquran. Syaikh Abu Hasan al-Syadzili memerintahkan kepada murid-muridnya untuk membaca kitab Ihyรขโ€™ Ulumuddin, dan beliau berkata, โ€œKitab Ihyรขโ€™ โ€˜Ulumuddin bisa memberimu keilmuanโ€, (Muhammad abu Yazid al-Mahdi, Aโ€™lรขm al-Shรปfiyah, Kairo: Dรขr Gharib, 1998. Halaman: 387-389).

Karya-karya Imam Ghazรขli :

1). Ihyรขโ€™ โ€˜Ulumuddin, 2). Tahรขfat al-Falรขsafah, 3. al-Iqtishรขd fi al-Iโ€™tiqรขd, 4. al-Munqidz min al-Dhalรขl, 5. Jawรขhir Alquran, 6. Mรฎzรขn al-โ€˜Amal, 7. al-Muqshid al-Usna fi Mรขโ€™anรฎ Asmaโ€™ Allah al-Husna, 8. Faishal al-Tafarruqah baina al-Islรขmi wa al-Zindiqah, 9. al-Qisthรขs al-Mustaqรฎm, 10. al-Mustadzharรข, 11. Hujjah al-Haq, 12. Mufshil al-Khilรขf fi Ushรปl al-Dรฎn, 13. Kรฎmiyรขโ€™ al-Saโ€™รขdah, 14. al-Basรฎth, 15. al-Wasรฎth, 16. al-Wajรฎz, 17. Khulรขshah al-Mukhtashar, 18. Yรขqut al-Taโ€™wรฎl fi Tafsรฎr al-Tanzรฎl, 19. al-Mustashfa, 20. al-Mankhรปl, 21. al-Muntahil fi โ€˜Ilmi al-Jadal, 22. Miโ€™yรขr al-โ€˜Ilmi, 23. al-Maqรขshid, 24. al-Madhnรปn bih โ€˜ala Ghairi Ahlih, 25. Misykรขt al-Anwรขr, 26. Mahk al-Nadzor, 27. Asrรขru โ€˜Ilmi al-Dรฎn, 28. Minhรขj al-โ€˜รขbidรฎn, 29. al-DaRAr al-Fรขkhirah fi Kasyf โ€˜Ulรปmi al-Akhirah, 30. al-Anรฎs fi al-Wahdah, 31. al-Qurbah ila Allah โ€˜Azza Wajalla, 32. Akhlรขq al-Abrรขr wa al-Najรขh min al-Asyrรขr, 33. Bidรขyah al-Hidรขyah, 34. al-Arbaโ€™รฎn fi Ushรปl al-Dรฎn, 35. al-Dzarรฎโ€™ah ila Makรขrim as-Syarรฎโ€™ah, 36. al-Mabรขdiโ€™ wa al-Ghรขyรขt, 37. Talbรฎs Iblรฎs, 38. Nashihah al-Mulรปk, 39. Syifรขโ€™ al-โ€˜Alรฎl fi al-Qiyรขsi wa al-Taโ€™lรฎl, 40. Iljรขm al-โ€˜Awรขm โ€˜an โ€˜Ilm al-Kalรขm, 41. al-Intishรขr, 42. al-โ€˜Ulรปm al-Dunniyyah, 43. al-Risรขlah al-Qudsiyyah, 44. Itsbรขt al-Nadzor, 45. al-Maโ€™khat, 46. al-Qaul al-Jamรฎl fi al-Radd โ€˜ala min Ghairi al-Injรฎl, 47. al-Amรขlรฎ, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulumuddin, Indonesia: al-Haramain. Halaman: 23).

Sumber: Alif.ID

53. Dasar-Dasar Tarekat Ghazaliyah

Dasar-dasar Tarekat Ghazaliyah terkumpul dalam istilah Qawaidul โ€˜Asyrah (al-Ghazรขli: Majmuโ€™ al-Rasail al-Imam al-Ghazali, Dรขr al-Fikr: 1996, halaman: 430-432).

  1. Niat yang sungguh-sungguh
  2. Beramal karena Allah SWT tanpa menyekutukan Allah SWT dan persekutuan, berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW.:

ุงุนู’ุจูุฏู ุงู„ู„ู‡ูŽ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ูƒูŽ ุชูŽุฑูŽุงู‡ู ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽูƒูู†ู’ ุชูŽุฑูŽุงู‡ู ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุฑูŽุงูƒูŽ

Tanda-tandanya adalah;

  1. Salik (orang yang berjalan menuju Tuhan) tidak menyukai amal yang tidak benar.
  2. Salik memutuskan segala sesuatu selain Allah SWT, sehingga salik menjauhi makhluk.
  3. Hendaklah salik meninggalkan segala sesuatu yang membuatnya merasa aman dari Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda: โ€Sebagai salah satu kebaikan Islรขm seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berfaidah baginyaโ€.

Jika ketiga pokok ini sudah nyata, maka cabang  yang tumbuh akan membuahkan dekat kepada Allah, maka salik hidup di dunia bermakna akhirat. Rasul bersabda:

ูƒูู†ู’ ูููŠ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ูƒูŽ ุบูŽุฑููŠู’ุจูŒ ุฃูŽูˆู’ ุนูŽุงุจูุฑูŽ ุณูŽุจููŠู’ู„ู ูˆูŽ ุนูุฏูŽู‘ ู†ูŽูู’ุณูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ู’ู‚ูุจููˆู’ุฑู

  1. Selaras, sesuai dengan kebenaran secara lahir batin, tidak menuruti dorongan nafsu, menjauhkan nafsu dari kesenangannya. Hal itu dilakukan dengan penuh kesabaran dan meniggalkan kesenangan, sesuatu yang lezat, tempat yang indah dan perselisihan yang didorong oleh nafsu. Barangsiapa membiasakan diri dengan hal ini, maka dia dikeluarkan dari hijab nafsu lalu masuk ke terbukanya hijab. Tidurnya menjadi terjaga dari percampuran dengan mahluk menjadi uzlah bagi salik, dari kenyang menjadi lapar, dari mengaggap diri mulia menjadi hina, dari berbicara menjadi diam, dari mengambil yang banyak menjadi sedikit.
  2. Beramal dengan mengikuti nabi Muhammad SAW. Dengan tujuan salik bukan termasuk orang yang mengikuti dorongan kesenangan, tidak ada pandangan kemegahan pada diri salik, karena orang yang sengaja melakukan amal perbuatan wali itu tidak beruntung.


ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ู’ุนูŽู…ู’: ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูู…ู’ ุจูุงู„ุณูŽู‘ู…ู’ุนู ูˆูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุงุนูŽุฉู ูˆูŽ ู„ูŽูˆู’ ูƒุงูŽู†ูŽ ุนูŽุจู’ุฏู‹ุง ุญูŽุจูŽุดููŠู‹ู‘ุง

  1. Tidak menunda-nunda keinginan yang luhur untuk melakukan amal kebaikan karena menundanya menjadi penyebab kerusakan.

Imam Ghazรขli berkata: โ€œJangan meninggalkan amalmu hari ini untuk dilakukan hari esok. Karena amal-amal perbuatan tersusun dari sebagian amal yang lainโ€. Jika tidak demikian maka salik masuk pada ungkapan: โ€œBarangsiapa yang rela dengan sesuatu yang rendah maka dia terhalang mendapat sesuatu yang lebih tinggiโ€. Salik yang kamil adalah salik yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW, bukan orang yang membuat aturan sendiri, bukan orang yang keluar dari aturan atau ahli bidโ€™ah.[blockquote align=โ€rightโ€ author=โ€Imam Ghazaliโ€]โ€œJangan meninggalkan amalmu hari ini untuk dilakukan hari esok. Karena amal-amal perbuatan tersusun dari sebagian amal yang lainโ€[/blockquote]

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ู’ุนูŽู…ู’: (ูŠูŽุง ุฃูŽุญู’ุจูŽุงุจููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูู…ู’ ุจูุงู„ุณูŽู‘ูˆูŽุงุฏู ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ู) ู‚ุงู„ูˆุง: ูŠุง ุฑุณูˆู„ ุงู„ู„ู‡ ูˆ ู…ุง ุงู„ุณูˆุงุฏ ุงู„ุฃุนุธู…ุŸ ู‚ุงู„: (ู…ูŽุง ุฃูŽู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจููŠู’)

  1. Sรขlik harus merasa lemah dan hina. Bukan berarti malas melaksanakan taat dan meniggalkan bersungguh-sungguh tapi bermakna lemah melakukan sesuatu kecuali atas kekuasaan Allah SWT yang Maha Pemberi, dan salik memandang mahluk dengan pandangan penuh kewibawaan dan kemuliaan. Karena sebagian mahluk bisa menjadi lantaran (wasilah) bagi sebagian yang lain untuk dapat memandang keagungan Allah SWT Karena berdasarkan kebiasaan-kebiasaan Allah SWT (sunnatullรขh) tatkala Allah SWT menghendaki sesuatu maka Allah SWT menetapkan lantaran (wasilah). Jika Allah SWT menghendaki menunjukkan keagungan-Nya maka Allah SWT menyandarkannya pada selain Allah SWT dengan tujuan menjaga kaidah ketertiban.

Ketika engkau mengetahui bahwa segala sesuatu itu berada dalam kekuasaan Allah SWT dan kembali pada-Nya lalu engkau merasa sombong, maka engkau telah sombong terhadap-Nya, kecuali dengan sesuatu yang menjadikan engkau sampai kepada-Nya. Maka jadikanlah kelemahanmu dalam kekuasaan Allah SWT. Jadikan tempatmu sebagai alasan untuk sampai kepada-Nya. Kekuasaanmu (pada saat ini) tidak terbentuk karena telah tercabut dalam proses pembentukan.

  1. Khauf dan rajaโ€™ secara maknawi. Tidak ada ketenangan dalam keagungan ihsan, kecuali telah ada kenyataannya. Dalam hal ini ada tuntutan khusnuzhan (perasangka baik) dengan sifat murah hati yang baik.
  2. Terus-menerus memiliki hak-hak baik hak Allah SWT atau hak hamba. Karena barangsiapa tidak berusaha memenuhi hak, maka harta bendanya bersumber dari pertolongan. Orang yang berusaha terus menerus akan merasa bosan lalu melepaskan kebosanannya itu. Berbeda dengan orang yang menghilangkan (kepemilikan) amal perbuatan dan ucapannya (ikhlas). Karena nafsu menyebar sifat bosan baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Nafsu juga menjaga hak-hak hamba sebagaimana perbuatan makhluk ada yang baik dan buruk. Maka reaksi nafsu salik timbul cinta (ketika baik), timbul benci (ketika perbuatan jelek) dengan apa yang disenangi oleh nafsu akan dicintai dan apa yang dibenci oleh nafsu akan dibenci salik.
  3. Melanggengkan murรขqabah kepada Allah SWT.  Hati salik tidak lupa kepada Allah SWT walaupun sekejap mata. Barangsiapa hatinya bisa bermurรขqabah terus menerus kepada Allah SWT maka selainnya akan hilang, lalu salik akan menemukan Allah SWT dan kebaikannya. Dengan seperti itu ilmu al-yaqรฎn bisa engkau dapatkan yaitu engkau menyaksikan beberapa gerakan, diam suatu benda digerakkan dan didiamkan oleh Allah SWT.

Kemudian engkau menambah murรขqabahmu hingga engkau naik pada ilmu al-yaqรฎn dan itu adalah hakikat yakin.

Hakikat muroqobah adalah melirik pada dzat yang mengawasi dengan mengalihkan perhatian kepada-Nya. Muroqobah merupakan keadaan hati yang bisa menjadi buah dari kemakrifatan, amal dhohir dan amal hati (batin). Sementara keadaan hati bisa timbul dengan menjaga hati terhadap dzat yang mengawasi, sibuk dengan-Nya, menoleh, melirik, memperhatikan kepada-Nya.

Adapun makrifat yang menjadikan buah pada keadaan ini (menjaga hati) adalah adanya guru karena Allah melihat terhadap perasaan/suara hati, mengetahui terhadap rahasia yang tersimpan, mengawasi terhadap perbuatan hamba, melaksanakan perbuatan yang dilakukan oleh diri manusia.

Sesungguhnya rahasia hati pada hakikatnya terbuka sebagaimana dzohirnya kulit yang ada pada makhluk juga terbuka akan tetapi terbukanya hati lebih kuat. Sehingga makrifat ini ketika menjadi yakin akan mengurangi keraguan, kemudian makrifat akan menguasai dan memaksa hati.

Terkadang salik diberi pengetahuan tentang sesuatu yang tidak ada keraguan-keraguan, sehingga salik tidak bisa mengontrol hatinya seperti, salik mengetahui tentang kematian. Ketika makrifat menguasai hati maka hati akan melaksanakan penjagaan pada sisi pengawasan dan makrifat memalingkan angan-angannya hanya kepada Allah SWT

Muroqobah dibagi menjadi 2 tingkatan:

  1. Muroqobah al-Muqorrobรฎn, yang dilakukan oleh shiddiqin (orang-orang yang memiliki kejujuran dan di akhirat di bawah bendera Abu Bakar al-Shiddiq RA) adalah muroqobah keagungan dan kemuliaan.
  2. Muroqobah al-Waroโ€™รฎn, yang dilakukan oleh Ashhab al-Yamรฎn (orang-orang yang bisa mengendalikan lahir, batin dan hati untuk bisa secara yakin memperhatikan Allah Swt). Adalah melirik pada keagungan, hatinya masih tetap pada batas iโ€™tidal (lurus) tetap berusaha menoleh pada keadaan dan perbuatan, (Ihyรขโ€™ โ€˜Ulumuddin, juz 4, halaman: 346-347).

Sรขlik harus mengetahui sesuatu yang wajib bagi salik untuk menyibukkan diri baik secara lahir dan batin dengan sungguh-sungguh, karena orang yang merugi dan bodoh.

Sumber: Alif.ID

54. Syarat-syarat Menjadi Salik

Kewajiban Sรขlik dan orang yang menginginkan menjalankan tarekat (murid) untuk menuju kepada Allah SWT, (Muhammad Amin: Khulashah al-Tashawif fi al-Tasawuf fi Majmรปโ€™ah RAsรขil lil Imam al-Ghazรขli, Dรขr al-Fikr: 1996. Halaman: 170-171). adalah sebagai berikut:

  1. Harus beriโ€™tiqad yang benar,
  2. Taubat nashuha,
  3. Meminta maaf dan kerelaan musuhnya sehingga tidak ada hak-hak makhluk yang menjadi tanggungan Sรขlik,
  4. Belajar ilmu syariโ€™at menurut kadar, dengan ilmu itu bisa menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Allah SWT, hukumnya tidak wajib mempelajari selain itu. Adapun mempelajari selain ilmu syariโ€™at cukup dengan kadar keselamatannya. Seperti yang di lakukan Imam Syibli, beliau berkata: โ€œAku telah belajar dan berkhidmat kepada 400 orang guru, Aku mempelajari 4000 Hadis dari mereka, lalu aku memikirkan dan mendalami Hadis itu karena aku melihat keselamatanku ketika mengamalkannya, aku juga melihat bahwa orang-orang dahulu dan orang-orang akhir semuanya masuk dalam kategori Hadis itu yaitu:

ู‚ูŽุงู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ : ุงุนู’ู…ูŽู„ู’ ู„ูุฏูู†ู’ูŠูŽุงูƒูŽ ุจูู‚ูŽุฏู’ุฑู ู…ูŽู‚ูŽุงู…ููƒูŽ ูููŠู’ู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุงุนู’ู…ูŽู„ู’ ู„ูุขุฎูุฑูŽุชููƒูŽ ุจูู‚ูŽุฏู’ุฑู ุจูŽู‚ูŽุงุฆููƒูŽ ูููŠู’ู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุงุนู’ู…ูŽู„ู’ ู„ูู„ู‡ู ุจูู‚ูŽุฏูŽุฑู ุญูŽุงุฌูุชูŽูƒูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ูˆูŽุงุนู’ู…ูŽู„ู’ ู„ูู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ุจูู‚ูŽุฏูŽุฑู ุตูŽุจู’ุฑููƒูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง.

  • Perjalanan Sรขlik dalam Menempuh Tarekat Berputar dalam 3 Pokok:
  1. Khauf (takut kepada Allah SWT) sumber takut kepada Allah SWT berasal dari cabang ilmu, tanda tanda khauf adalah Sรขlik berlari menuju Allah SWT
  2. Rajaโ€™ (berharap hanya kepada Allah Swt), yang merupakan cabang dari keyaqinan dan tanda-tanda Sรขlik yang menempati maqรขm Rajaโ€™ adalah mencari kepada yang diyakini (Allah Swt).
  3. Cinta, merupakan cabang dari maโ€™rifat, dan tanda-tanda Sรขlik yang menempati maqรขm cinta adalah mendahulukan terhadap yang dicinta (Allah SWT) dari pada dirinya, keluarga, harta, kedudukan dan lain-lain, jika cahaya (nรปr) maโ€™rifat sudah terpancar dari hati Sรขlik maka Sรขlik akan meninggalkan kegelapan maksiat anggota tubuh. Jika Sรขlik dapat keluar dari jeratan kematian maka Sรขlik bersyukur kepada Allah SWT atas pertolongan dan perlindungan-Nya, Sรขlik selalu berusaha mengembalikan segala sesuatu kepada Allah SWT karena tidak ada tempat yang patut untuk dijadikan tempat mengungsi dari semua keadaan selain Allah SWT, Sรขlik selalu berdoโ€™a kepada Allah SWT minta dizhahirnya dibersihkan dari semua dosa, bathinnya dibersihkan dari cela, dihilangkan kealpaan dari-Nya, dipadamkan syahwat nafsu yang digambarkan sebagai api, istiqamah dalam menjalankan tarekat. Karena cahaya siang sebagai tanda akhirat, dunia digambarkan sebagai malam yang gelap, tidur sama dengan mati, (Minhaju al-Arifin, dalam kitab Majmรปโ€™ah al-RAsรขil al-Imam al-Ghazรขli, halaman: 213).
  • Imam Ghazรขli Memberikan Peringatan kepada Sรขlik tentang Perubahan-perubahan Hati Sรขlik yang Terbagi 4 Macam
  1. RAfโ€™un: hati Sรขlik terangkat dengan melakukan zikir kepada Allah SWT Tanda-tanda terangkatnya hati Sรขlik dengan 3 hal: a). perilaku Sรขlik sesuai dengan aturan syariโ€™at, tarekat dan hakikat yang telah diatur oleh Allah SWT melalui Rasulullah SAW dan para syaikh (mursyid), b). tidak melanggar aturan, c). selalu rindu kepada Allah SWT
  2. Fath: terbukanya hati Sรขlik dengan ridha kepada Allah SWT Tanda-tanda terbukanya hati Sรขlik ada 3: a). tawakkal, b). jujur c). yaqin
  3. Khafdh: hancurnya hati Sรขlik dengan sibuk terhadap salain Allah SWT Tanda-tanda pecahnya hati Sรขlik ada 3: a). โ€˜ujub, b). riyaโ€™, c). cinta dunia.
  4. Waqaf: hati Sรขlik berhenti (mati) dengan lupa kepada Allah SWT Tanda-tanda hati Sรขlik yang mati ada 3: a). hilangnya kenikmatan taat, b). tiadanya Rasa pahit ketika melakukan maksiat, c). mencampur barang halal.

Pesan-pesan Imam Ghazรขli tentang Zikir

Jadikan hatimu sebagai kiblat lisan, Rasakanlah kehidupan ibadah dan kewibawaan sifat ketuhanan ketika melakukan zikir, ketahuilah bahwa Allah SWT mengetahui Rahasia-Rahasia hatimu, perbuatan zhahirmu dan mendengar ucapanmu. Maka basuhlah hatimu dengan kesusahan dan hidupkanlah cahaya takut kepada Allah SWT Ketika hijab kealpaan hilang dihatinya, maka keberadaan zikirmu bersama dengan Allah SWT serta Allah SWT menyebut namamu dalam dzat-Nya. Allah SWT berfiman dalam Surat al-โ€˜Ankabut: 45

โ€ฆ. ูˆูŽู„ูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู โ€ฆ.๏ดฟูคูฅ๏ดพ (ุงู„ุนู†ูƒุจูˆุช: 45)

โ€ฆโ€ฆ.Karena Allah SWT tidak membutuhkan zikirmu sememtaRA engkau membutuhkan zikir kepada Allah Swtโ€ฆโ€ฆ.

Allah SWT berfiman dalam Surat al-RAโ€™d: 28

โ€ฆ.ุฃูŽู„ุงูŽ ุจูุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุทู’ู…ูŽุฆูู†ูู‘ ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆุจู ๏ดฟูขูจ๏ดพ (ุงู„ุฑุนุฏ: 28)

Allah SWT berfiman dalam Surat al-Anfal: 2

ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฅูุฐูŽุง ุฐููƒูุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฌูู„ูŽุชู’ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุชูู„ููŠูŽุชู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุขูŠูŽุงุชูู‡ู ุฒูŽุงุฏูŽุชู’ู‡ูู…ู’ ุฅููŠู…ูŽุงู†ุงู‹ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฑูŽุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ููˆู†ูŽ ๏ดฟูข๏ดพ (ุงู„ุฃู†ูุงู„: 2)

Zikir dibagi menjadi 2 : a). zikir yang murni dengan yang sesuai dengan karakter hati (selalu tertarik dengan tarikan-tarikan Ilahi) dalam hal menghilangkan pandangan hati Sรขlik terhadap selain Allah SWT, b.) zikir yang bersih dengan hilangnya tujuan zikir (Sรขlik berzikir tidak merasa berzikir), (Minhaju al-`Arifin dalam kitab Majmuโ€™ al-Rasail al-Imam al-Ghazali, halaman: 214).

Tarekat ini didirikan oleh al-Ghazรขli, seorang shufi, ahli kalam dan ahli filsafat Islรขm, karena itu ajaran tasawufnya sangat moderat dan jauh dari penyimpangan.

Menurutnya, tasawufnya terdiri dari dua hal: tulus kepada Allah SWT dan berbuat baik terhadap manusia adalah shufi, Tulus kepada Allah SWT berarti seorang hamba harus mengesampingkan kecenderungan dirinya demi perintah Allah SWT

Menurutnya, Tarekat harus menjalankan dua hal; Melanggengkan zikir kepada Allah SWT dan meninggalkan suatu perkara yang dapat melupan Allah SWT Ini merupakan perjalan kepada Allah SWT, bukan pergerakan musafir dalam perjalannya musafir dan bukan perjalanan musafir itu sendiri, tapi kedua menggambungkan keduanya, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, Indonesia: al-Haramain. Halaman: 6).

Berbuat baik terhadap sesama berarti tidak mendahulukan kepentingan di atas kepentingan orang banyak, selama kepentingan mereka tidak bertentangan dengan syaraโ€™, karena barang siapa rela terhadap penyimpangan syaraโ€™, dia bukan seorang shufi. Andaikata mengaku sebagai shufi, itu adalah kebohongan.

Sumber: Alif.ID

55. Syarat-syarat Masuk Tarekat Ghazaliyah

Sรขlik harus memenuhi beberapa syarat sebelum memasuki tarekat, menurut al-Ghazรขli memerlukan beberapa syarat yang tidak mudah diantaranya:

  1. Mengedepankan ilmu dari pada ibadah

Dalam pandangan ilmu al-Ghazรขli, mendahulukan ilmu dari pada ibadah menjadi wajib, karena dua hal;

Pertama, agar ibadah menjadi sah dan diterima, Kedua, ilmu yang bermanfaat menghasilkan ketakutan dan ketundukan dalam hati kepada Allah SWT.

Dan hal itu akan mendatangkan ketaatan dan mencegah ma`siat dengan pertolongan dan petunjuk Allah SWT Dibalik dua hal ini tidak menyimpan suatu maksud dalam melaksanakan ibadah kepada Allah SWT Karena itu, ilmu yang manfaat harus dimiliki seorang shufi, karena itulah masih terdapat prasyarat lain; Pertama, untuk beribadah seorang harus mengetahui sembahannya. Bagaimana menyembah sesuatu yang tidak diketahui keberadaan-Nya dan sifat-sifat-Nya serta apa yang wajib dan yang mustahil bagi-Nya. Barangkali seseorang meyakini sesuatu dalam sifat-sifat-Nya yang menyimpang dari kebenaran, maka ibadah itu laksana debu yang tercerai-berai.

Kedua, seseorang harus mengerti apa yang menjadi kewajiban dan apa yang harus ditinggalkan menurut syaraโ€™. Dari uraian ini, al-Ghazรขli melihat bahwa ilmu yang harus dikuasai seseorang pelaku tarekat ada tiga macam:

  1. Ilmu tauhid. Batasan minimal yang harus dikuasai Sรขlik adalah apa yang dikenal sebagai ilmu dasar-dasar Agama dan kaidah-kaidah dalam ber-akidah.
  2. Ilmu sirr (rahasia). Yaitu ilmu yang berhubungan dengan hati.
  3. Ilmu adat yang terlihat. Yaitu ilmu yang berhubungan dengan anggota tubuh, badan dan harta.

Setelah Allah memberikan pengetahuan kepada apa yang wajib diketahui, apa yang wajib dijalani serta apa yang harus ditinggalkan, seorang murid barulah diperkenankan menghadap Imam/ Syaikh, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, Indonesia: al-Haramain, halaman: 14).

  1. Mengedepankan kesungguhan, menghapus sifat tercela, memutuskan seluruh ikatan dan tulus kepada Allah SWT

Menurut al-Ghazรขli, tarekat adalah mengedepankan kesungguhan, menghapus sifat tercela, memutuskan semua ikatan dan tulus dengan subtansi cita-cita. Ada beberapa langkah yang harus dilakukan. Pertama-tama ia menyendiri dalam zawiyah berkonsentrasi dengan ibadah-ibadah, baik yang fardhu maupun rawatib, dan duduk dengan hati yang hanya dipenuhi keinginan berzikir kepada Allah SWT Kemudian mengulang-ulang sebutan โ€œAllahโ€ dengan lisannya secara menghadirkan segenap hati dan perasaannya sampai pada suatu kondisi tertentu. Kondisi dimana seandainya gerakan lisan telah berhenti dan beralih menuju alam pikiran, terlihat seakan-akan lafadz itu tetap terucap dari lidahnya karena seringnya pengulangan.

Kondisi ini berlangsung sampai pengaruh lisan benar-benar hilang disusul oleh gerakan batin dan hati secara terus-menerus. Setelah itu barulah yang tertinggal dalam hati hanya sebatas makanan yang dimaksud, tidak lagi mengindahkan huruf-huruf dan struktu-struktur kalimat. Seorang murid hanya berikhtiar sampai batas ini. Setelah itu hanya berkewajiban menjaga diri dari Rasa was-was yang bisa mengganggu konsentrasinya. Jika semua ini telah dilewati, ia tinggal menanti apa yang akan muncul padanya, sebagaimana terjadi pada para wali. Dan itu adalah sebagian dari yang dialami para Nabi.

Simรขโ€™ dan Adabnya

Derajat pertama dalam simรขโ€™ yaitu faham pada sesuatu yang didengar dan bisa menangkap maโ€™na sesuatu yang didengar oleh pendengar, kemudian pemahaman tersebut membuahkan al-wajdu (keadaan hati), al-wajdu bisa menggerakan anggota tubuh lahir tanpa pertimbangan, hal ini disebut al-Idlthirรขb, adapun gerakan yang menggunakan pertimbangan disebut dengan al-roqsh (menari dengan gerakan teratur) dan al-Tashfรฎq (menari sambil tepuk tangan).

Simรขโ€™ bagi salik bisa menghasilkan keadaan jiwa bermuamalah kepada Allah, merubah keadaan salik dari keadaan (hรขl) satu ke keadaan (hรขl) lainnya karena tidak ada tujuan bagi murid kecuali maโ€™rifat, wushรปl kepada Allah dengan cara musyรขhadah secara sirri dan membuka tutup hati, hal-hal yang terjadi ketika salik simรขโ€™, adakalanya salik mencela dirinya sendiri atau menerima percakapan atau menerima sesuatu, atau menolak atau wushรปl atau diam atau mendekat atau menjauh atau rindu kepada penantian atau rindu pada yang akan terjadi atau muncul harapan atau putus asa atau galau/kesediahan atau merasa tentram atau bisa menerima janji dst, (Ihyaโ€™ โ€˜Ulรปm al-dรฎn, juz 2, hlm. 257).

Adab simรขโ€™, Salik harus mengikuti aturan ilmu tentang maโ€™rifat kepada Allah dan sifat-Nya jika tidak maka simรขโ€™ bisa berakibat buruk pada salik.

Sumber: Alif.ID

56. Melanggengkan Zikir, Fikir dan Wirid

Tarekat Ghazรขliyah memiliki perhatian besar terhadap zikir, fikir dan wirid. Dengan zikir terus-menerus akan melahirkan Rasa cinta (mahabbah), dan dengan fikir yang tidak terpurus akan mencapai maโ€™rifat.

Tarekat Ghazรขliyah berusaha mengantarkan murid menuju maโ€™rifat dan mahabbah kepada Allah SWT selama di dunia. Seorang hamba jika telah mencintai Allah SWT selama di dunia, dia akan meninggalkan dunia ini dengan kecintaannya kepada-Nya. Demikian pula jika telah mencapai maโ€™rifat  kepada Allah SWT di dunia, ia akan mati dalam keadaan maโ€™rifat kepada-Nya.

Jika seorang hamba mati dalam keadaan maโ€™rifat dan mahabbah kepada Allah SWT, jalan untuk menuju pertemuan dengan Allah SWT di akhirat akan terhampar di hadapannya. Jika telah bertemu Allah SWT di akhirat, maka ia telah selamat.

Al-Ghazรขli berkata: โ€œTidak ada keberuntungan selain bertemu kepada Allah SWT Dan tidak ada jalan untuk bertemu dengan-Nya, kecuali mati dalam keadaan maโ€™rifat dan mahabbah kepada-Nya. Mahabbah tidak akan tercapai tanpa membiasakan zikir kepada kekasih. Dan maโ€™rifat kepada-Nya tidak akan tercapai tanpa berfikir tentang sifat-sifat-Nya. Tidak ada eksistensi selain Allah SWT dan perbuatan-Nya.

Tidak mudah untuk dapat berzikir dan berfikir sebelum meninggalkan hal-hal keduniaan, kecuali sebatas keperluan dharuratnya. Semua itu tidak akan tercapai secara sempurna tanpa menyita waktu siang-malam dengan kegiatan zikir dan fikir.

Dengan dasar ini al-Ghazรขli menyusun wirid-wirid untuk siang dan malam yang bertujuan mensucikan hati, membersihkan dan menghiasinya dengan zikir kepada Allah SWT dan perasaan dekat kepada-Nya.

Di samping kumpulan wirid yang disusunnya,  al-Ghazรขli juga membuat rincian untuk wirid-wirid siang maupun malam.

Wirid siang ia rinci menjadi tujuh dalam empat waktu:

  1. Satu wirid antara waktu shubuh hingga terbit matahari.
  2. Dua wirid antara waktu terbit hingga tengah hari.
  3. Dua wirid antara tengah hari dan waktu `ashar.
  4. Dua wirid antara `ashar dan maghrib.

Wirid malam, yang terinci menjadi lima dan terbagi dalam lima waktu:

  1. Satu wirid dari terbenam matahari sampai hilang mega merah.
  2. Satu wirid dari waktu `Isyรขโ€™ sampai menjelang waktu tidur masyarakat.
  3. Satu wirid di waktu tidur.
  4. Satu wirid selepas tengah malam hingga menjelang seperenam akhir malam.
  5. Satu wirid dalam seperenam akhir malam (waktu sahur).

Selain wirid-wirid yang terbagi secara terperinci itu, al-Ghazรขli memposisikan fikir sebagai ibadah yang harus dijalankan murid sebagaimana ibadah-ibadah lain. Jadi, dalam fikir terkandung makna zikir kepada Allah SWT dengan dua kelebihan: Pertamakelebihan dalam maโ€™rifat, karena fikir merupakan kunci menuju maโ€™rifat dan pembuka al-kasyf. Keduakelebihan dalam mahabbah, di mana hati tidak akan merasa cinta sebelum meyakini kebesaran-Nya. Sementara keagungan-Nya tidak akan terbaca sebelum mengetahui sifat-sifat-Nya, kekuasaan-Nya dan keajaiban ciptaan-Nya. Jadi, dari fikir tercapai maโ€™rifat, dan maโ€™rifat muncul rasa kagum (pengagungan) dan dari rasa kagum tumbuh rasa cinta.

Dikatakan bahwa zikir juga dapat menumbahkan rasa senang (al-โ€˜uns)yang merupakan bagian dari mahabbah. Akan tetapi, rasa cinta yang lahir melalui maโ€™rifat lebih kuat dan lebih agung.

Perbandingan mahabbah orang โ€˜รขrif (ahli maโ€™rifat) dengan ahli zikir yang tidak melihat dengan sempurna, bagaikan kecintaan orang yang menyaksikan keindahan seseorang dan ketinggian budi pekerti serta tingkah lakunya dengan rasa cinta orang yang sekedar mendengar sifat-sifatnya tanpa pernah melihatnya secara langsung. Maka kecintaannya terhadap orang yang didengar kebaikannya tidak seperti kecintaan orang yang menyaksikan kebaikan itu secara langsung. Karena berita bukanlah sebagaimana penglihatan.

Dan alasan ini, sesungguhnya rasa cinta seorang โ€˜รขrif berbeda dengan rasa cinta ahli zikir. Imam al-Ghazรขli berkata:

โ€œHamba yang membiasakan zikir kepada Allah SWT dengan hati dan lisan, dan membenarkan risalah Nabi SAW dengan keimanan yang tulus, tiada ungkapan mereka akan keindahan sifat-sifat Allah SWT pada diri mereka selain sebagai anugerah paling indah yang mereka yakini dengan membenarkan dzat yang telah menghiaskannya pada diri mereka, Orang โ€˜รขrif adalah mereka yang menyaksikan keagungan dan kebaikan dengan mata bathin yang lebih tajam daripada mata lahir, karena tidak ada seorang pun yang sanggup menyentuh substansi keagungan dan keindahan-Nya, Hal itu tidak terjangkau oleh siapapun. Orang hanya sanggup menyaksikan sebatas apa yang terbuka baginya. Keindahan Tuhan tiada bertepi, demikianpun hijab-Nyaโ€.

Hal ini menunjukkan bahwa tingkatan tertinggi dan urutan zikir dalam tarekat Ghazรขliyah adalah zikir lisan, hati dan terakhir secara bersama, dan terakhir adalah zikir dengan lisan saja.

Sumber: Alif.ID

57. Wirid Siang Tarekat Ghazaliyah (1)

Wirid Siang terperinci menjadi 7, masing-masjng memiliki waktu tertentu:

  1. Dari shubuh hingga matahari terbit, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 335-342)., susunannya sebagaimana keterangan al-Ghazรขli berikut ini:

Ketika bangun dan tidur, hendaknya berzikir kepada Allah dengan bacaan:

ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู“ ุฃูŽุญู’ูŠูŽุงู†ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏูŽ ู…ูŽุง ุฃูŽู…ูŽุงุชูŽู†ูŽุง ูˆูŽุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู†ูู‘ุดููˆู’ุฑู

Bacaan ini disempurnakan hingga selesai sebagaimana telah ditulis dalam buku kumpulan doโ€™a-doโ€™a. Selama berdoโ€™a memakai pakaian dengan niat menutup aurat sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT Berdoโ€™a kepada Allah SWT dalam beribadah tanpa bermaksud riyaโ€™, kemudian menuju ke kamar mandi (jika ada perlunya), mendahulukan kaki kiri dan membaca doโ€™a yang telah di sebutkan dalam kitab thaharah saat masuk atau keluar. Kemudian bersiwak (membersihkan mulut) dan berwudhuโ€™ dengan tetap memperhatikan hal-hal sunnah serta membaca doโ€™a yang telah disebutkan dalam kitab thaharah. Di sini kami hanya menyebutkan salahsatu bentuk ibadah sekedar untuk memperlihatkan sisi susunan dan urutannya saja.

Selepas wudhuโ€™ mengerjakan shalat sunnah dua rakaat, lebih utama dikerjakan di rumah sebagaimana telah dilakukan Rasulullah SAW Selesai shalat di rumah atau di masjid membaca doโ€™a yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas:

ุงู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูู‘ูŠู“ ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ู…ูู†ู’ ุนูู†ู’ุฏููƒูŽ ุชูŽู‡ู’ุฏูู‰ ุจูู‡ูŽุง ู‚ูŽู„ู’ุจููŠ

Kemudian keluar rumah menuju masjid dengan berjalan tenang, tidak tergesa-gesa dan tetap sopan sebagaimana anjuran sunnah.

Memasuki masjid dengan mendahulukan kaki kanan sambil membaca doโ€™a masuk masjid. Di dalam masjid diusahakan mencari tempat atau barisan paling awal jika memungkinkan. Tidak memaksakan diri jika tempatnya telah penuh sebagaimana dijelaskan pada bab shalat jumโ€™at.

Melaksanakan shalat sunnah fajar dua rakaat jika belum mengerjakannya di rumah, disusul bacaan doโ€™a-doโ€™a. Jika sudah melaksanakan shalat sunnah fajar dua rakaat di rumah, hendaknya melaksanakan shalat tahiyyat di masjid. Kemudian duduk menanti jamaโ€™ah, lebih utama bersegera melaksanakan jamaโ€™ah, karena Rasulullah SAW selalu datang di awal waktu shubuh. Tidak baik meninggalkan shalat berjamaah, khususnya Shubuh dan `Isyรขโ€™ karena pada keduanya terdapat banyak keutamaan.

Selesai shalat sunnah fajar dua rakaat sebaiknya membaca istighfรขr dan tasbih hingga datang saat shalat Shubuh berjamaโ€™ah.

Bacaan istighfรขr tersebut adalah:

ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ูˆูŽ ุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู 70ร—

Dan bacaan tasbih adalah:

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ูˆูŽ ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู’ 100ร—

Melaksanakan shalat fardhu dengan tetap menjaga etika lahir maupun bathin. Usai shalat, duduk di masjid berzikir hingga terbit matahari. Sebaiknya tidak berbicara, akan tetapi yang dilakukan hingga terbit matahari adalah empat hal: berdoโ€™a, mengulan-gulang zikir, membaca Alquran dan bertafakkur (merenung).

Doโ€™a selesai shalat dimulai dengan bacaan:

ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽุŒ ุงู„ู„ู‡ู… ุงูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู… ูˆูŽ ุฅูู„ูŽู‰ู’ูƒูŽ ูŠูŽุนููˆู’ุฏู ุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…

Membuka doโ€™a dengan cara Rasulullah SAW, yaitu dengan bacaan:

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุจูู‘ูŠู’ ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ูŽุง ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ูˆูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ูŠูุญู’ูŠู ูˆูŽ ูŠูู…ููŠู’ุชู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุญูŽูŠูŒู‘ ู„ูŽุง ูŠูŽู…ููˆู’ุชู ุจููŠูŽุฏูู‡ู ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ุงูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู†ูู‘ุนู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ูˆูŽ ุงู„ุซูŽู‘ู†ูŽุขุกู ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ู ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ู„ูŽุง ู†ูŽุนู’ุจูุฏู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฅููŠูŽู‘ุงู‡ู ู…ูุฎู’ู„ูุตููŠู’ู†ูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ูˆูŽ ู„ูŽูˆู’ ูƒูŽุฑูู‡ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููˆู’ู†ูŽ

Membaca semua doโ€™a, atau menghafal sejumlah doโ€™a yang dianggap sesuai dengan keadaannya atau yang mudah bagi lisannya. Semua amalan yang diuraikan aI-Ghazรขli di atas berdasarkan pada sunnah Rasul, namun tidak menyebutkan Hadisโ€“Hadis itu, karena khawatir akan membutuhkan pembahasan yang sangat panjang.

Tujuan kajian adalah memberi gambaran secara umum tentang tarekat-tarekat shufi. Adapun penjabarannya terdapat pada karangan-karangan para syaikh dan imam tarekat.

Selesai berdoโ€™a dilanjutkan membaca zikir berulang-ulang, karena dalam pengulangannya ada keutamaan. Dalam mengulang bacaan zikir tidak perlu terlalu banyak, paling sedikit mengulangi setiap bacaan 3 atau 7 kali dan paling banyak 70 atau 100 kali, dan ukuran sedangnya 10 kali. Mengulangi bacaan zikir disesuaikan dengan kelonggaran waktu, yang lebih banyak lebih besar keutamaannya.

Yang sedang dan yang baik adalah mengulanginya sepuluh kali, Yang demikian lebih memungkinkan untuk dilakukan secara teratur, meski hanya sedikit. Setiap pekerjaan yang tidak mungkin pelaksanaannya secara tetap dalam skala besar, maka yang sedikit tapi terus menerus adalah lebih utama dan lebih terasa pengaruhnya dalam hati. Berikut beberapa bacaan dziklr yang mudah dijaga:

  • ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ูŽุง ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ูˆูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ูŠูุญู’ูŠู ูˆูŽ ูŠูู…ููŠู’ุชู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุญูŽูŠูŒู‘ ู„ูŽุง ูŠูŽู…ููˆู’ุชู ุจููŠูŽุฏูู‡ู ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ
  • ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ูˆูŽ ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู’ ูˆูŽ ู„ูŽุง ุญูŽูˆู’ู„ูŽ ูˆูŽ ู„ูŽุง ู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู
  • ุณูุจูู‘ูˆู’ุญูŒ ู‚ูุฏูู‘ูˆู’ุณูŒ ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽุขุฆููƒูŽุฉู ูˆูŽ ุงู„ุฑูู‘ูˆู’ุญู
  • ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูˆูŽ ุจูุญูŽู…ู’ุฏูู‡ู
  • ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ูˆูŽ ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ูู‡ู ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุจูŽุฉูŽ
  • ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูŽุง ู…ูŽุงู†ูุนูŽ ู„ูู…ูŽุง ุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูŽ ูˆูŽ ู„ูŽุง ู…ูุนู’ุทููŠูŽ ู„ูู…ูŽุง ู…ูŽู†ูŽุนู’ุชูŽ ูˆูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽู†ู’ููŽุนู ุฐูŽุง ุงู„ู’ุฌูŽุฏู‘ ู…ูู†ู’ูƒูŽ ุงู„ู’ุฌูŽุฏูู‘
  • ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽู„ููƒู ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ุงู„ู’ู…ูุจููŠู’ู†ู
  • ุจูุงุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุถูุฑูู‘ ู…ูŽุนูŽ ุงุณู’ู…ูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽ ู„ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุขุกู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู’ู…ู
  • ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽ ู†ูŽุจููŠูู‘ูƒูŽ ูˆูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ููƒูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงู„ู’ุฃูู…ูู‘ูŠูู‘ ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽ ุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ
  • ุฃูŽุนููˆู’ุฐู ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู’ู…ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌููŠู’ู…ูุŒ ุฑูŽุจูู‘ ุฃูŽุนููˆู’ุฐู ุจููƒูŽ ู…ูู†ู’ ู‡ูŽู…ูŽุฒูŽุงุชู ุงู„ุดูŽู‘ูŠูŽุงุทููŠู’ู†ู ูˆูŽ ุฃูŽุนููˆู’ุฐู ุจููƒูŽ ุฑูŽุจูู‘ูŠู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุญู’ุถูุฑููˆู’ู†ูŽ

Kesepuluh bacaan zikir ini jika masing-masing diulang sepuluh kali maka akan mencapai 100 kali. Hal ini lebih utama dari pada mengulang satu bacaan zikir l00 kali, karena setiap bacaan mempunyai keutamaan dan pengaruh yang berbeda dalam hati.

Sumber: Alif.ID

58. Wirid Siang Tarekat Ghazaliyah (2)

Bacaan-bacaan ayat Alquran yang disunnahkan adalah:

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูก๏ดพ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ ๏ดฟูข๏ดพ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ู€ู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูฃ๏ดพ ู…ูŽุงู„ููƒู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู†ู ๏ดฟูค๏ดพ ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุนู’ุจูุฏู ูˆุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู†ู ๏ดฟูฅ๏ดพ ุงู‡ุฏูู†ูŽู€ู€ู€ู€ุง ุงู„ุตูู‘ุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ู…ูุณุชูŽู‚ููŠู…ูŽ ๏ดฟูฆ๏ดพ ุตูุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฃูŽู†ุนูŽู…ุชูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู‡ูู…ู’ ุบูŽูŠุฑู ุงู„ู…ูŽุบุถููˆุจู ุนูŽู„ูŽูŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ุงู„ุถูŽู‘ุขู„ูู‘ูŠู†ูŽ ๏ดฟูง๏ดพ [ุงู„ูุงุชุญุฉ: 1-7]

ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽุข ุฅูู„ูŽู€ู‡ูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู…ู ู„ุงูŽ ุชูŽุฃู’ุฎูุฐูู‡ู ุณูู†ูŽุฉูŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ู†ูŽูˆู’ู…ูŒ ู„ูŽู‘ู‡ู ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ู…ูŽู†ู’ ุฐูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ูŠูŽุดู’ููŽุนู ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูุฅูุฐู’ู†ูู‡ู ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽู…ูŽุง ุฎูŽู„ู’ููŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูุญููŠุทููˆู†ูŽ ุจูุดูŽูŠู’ุกู ู…ูู‘ู†ู’ ุนูู„ู’ู…ูู‡ู ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูู…ูŽุง ุดูŽุขุกูŽ ูˆูŽุณูุนูŽ ูƒูุฑู’ุณููŠูู‘ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุฃูŽุฑู’ุถูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุคููˆุฏูู‡ู ุญููู’ุธูู‡ูู…ูŽุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู…ู ๏ดฟูขูฅูฅ๏ดพ [ุงู„ุจู‚ุฑุฉ: 255]

ุขู…ูŽู†ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุณููˆู„ู ุจูู…ูŽุง ุฃูู†ุฒูู„ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูู† ุฑูŽู‘ุจูู‘ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููˆู†ูŽ ูƒูู„ูŒู‘ ุขู…ูŽู†ูŽ ุจูุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุชูู‡ู ูˆูŽูƒูุชูุจูู‡ู ูˆูŽุฑูุณูู„ูู‡ู ู„ุงูŽ ู†ูููŽุฑูู‘ู‚ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุญูŽุฏู ู…ูู‘ู†ู’ ุฑูู‘ุณูู„ูู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ููˆุงู’ ุณูŽู…ูุนู’ู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽุทูŽุนู’ู†ูŽุง ุบููู’ุฑูŽุงู†ูŽูƒูŽ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุตููŠุฑู ๏ดฟูขูจูฅ๏ดพ ู„ุงูŽ ูŠููƒูŽู„ูู‘ูู ุงู„ู„ู‡ู ู†ูŽูู’ุณุงู‹ ุฅูู„ุงูŽู‘ ูˆูุณู’ุนูŽู‡ูŽุง ู„ูŽู‡ูŽุง ู…ูŽุง ูƒูŽุณูŽุจูŽุชู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ู…ูŽุง ุงูƒู’ุชูŽุณูŽุจูŽุชู’ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู„ุงูŽ ุชูุคูŽุงุฎูุฐู’ู†ูŽุง ุฅูู† ู†ูŽู‘ุณููŠู’ู†ูŽุง ุฃูŽูˆู’ ุฃูŽุฎู’ุทูŽุฃู’ู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุญู’ู…ูู„ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฅูุตู’ุฑุงู‹ ูƒูŽู…ูŽุง ุญูŽู…ูŽู„ู’ุชูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู…ูู† ู‚ูŽุจู’ู„ูู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูุญูŽู…ูู‘ู„ู’ู†ูŽุง ู…ูŽุง ู„ุงูŽ ุทูŽุงู‚ูŽุฉูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุจูู‡ู ูˆูŽุงุนู’ูู ุนูŽู†ูŽู‘ุง ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ุชูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ุงูŽู†ูŽุง ููŽุงู†ุตูุฑู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู†ูŽ ๏ดฟูขูจูฆ๏ดพ [ุงู„ุจู‚ุฑุฉ: 285-286]

ู‚ูู„ู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูู…ูŽู‘ ู…ูŽุงู„ููƒูŽ ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ุชูุคู’ุชููŠ ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒูŽ ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุก ูˆูŽุชูŽู†ู’ุฒูุนู ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒูŽ ู…ูู…ูŽู‘ู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุก ูˆูŽุชูุนูุฒูู‘ ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุก ูˆูŽุชูุฐูู„ูู‘ ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุก ุจููŠูŽุฏููƒูŽ ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑู ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠุฑูŒ ๏ดฟูขูฆ๏ดพ ุชููˆู„ูุฌู ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ู†ูŽู‘ู‡ูŽุงุฑู ูˆูŽุชููˆู„ูุฌู ุงู„ู†ูŽู‘ู‡ูŽุงุฑูŽ ูููŠ ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ู ูˆูŽุชูุฎู’ุฑูุฌู ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽู‘ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูŠูู‘ุชู ูˆูŽุชูุฎู’ุฑูุฌู ุงู„ู’ู…ูŽูŠูŽู‘ุชูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ูˆูŽุชูŽุฑู’ุฒูู‚ู ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุก ุจูุบูŽูŠู’ุฑู ุญูุณูŽุงุจู ๏ดฟูขูง๏ดพ [ุขู„ ุนู…ุฑุงู†: 26-27]


ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽุงุกูƒูู…ู’ ุฑูŽุณููˆู„ูŒ ู…ูู‘ู†ู’ ุฃูŽู†ููุณููƒูู…ู’ ุนูŽุฒููŠุฒูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ู…ูŽุง ุนูŽู†ูุชูู‘ู…ู’ ุญูŽุฑููŠุตูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู… ุจูุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู†ูŽ ุฑูŽุคููˆููŒ ุฑูŽู‘ุญููŠู…ูŒ ๏ดฟูกูขูจ๏ดพ [ุงู„ุชูˆุจุฉ: 128]

ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุตูŽุฏูŽู‚ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฑูŽุณููˆู„ูŽู‡ู ุงู„ุฑูู‘ุคู’ูŠูŽุง ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ู„ูŽุชูŽุฏู’ุฎูู„ูู†ูŽู‘ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ุฌูุฏูŽ ุงู„ู’ุญูŽุฑูŽุงู…ูŽ ุฅูู† ุดูŽุงุก ุงู„ู„ู‡ู ุขู…ูู†ููŠู†ูŽ ู…ูุญูŽู„ูู‘ู‚ููŠู†ูŽ ุฑูุคููˆุณูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽู…ูู‚ูŽุตูู‘ุฑููŠู†ูŽ ู„ูŽุง ุชูŽุฎูŽุงูููˆู†ูŽ ููŽุนูŽู„ูู…ูŽ ู…ูŽุง ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆุง ููŽุฌูŽุนูŽู„ูŽ ู…ูู† ุฏููˆู†ู ุฐูŽู„ููƒูŽ ููŽุชู’ุญุงู‹ ู‚ูŽุฑููŠุจุงู‹ ๏ดฟูขูง๏ดพ [ุงู„ูุชุญ: 27]

ูˆูŽู‚ูู„ู ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุชูŽู‘ุฎูุฐู’ ูˆูŽู„ูŽุฏุงู‹ ูˆูŽู„ูŽู… ูŠูŽูƒูู† ู„ูŽู‘ู‡ู ุดูŽุฑููŠูƒูŒ ูููŠ ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู† ู„ูŽู‘ู‡ู ูˆูŽู„ููŠูŒู‘ ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ุฐูู‘ู„ูŽู‘ ูˆูŽูƒูŽุจูู‘ุฑู’ู‡ู ุชูŽูƒู’ุจููŠุฑุงู‹ ๏ดฟูกูกูก๏ดพ [ุงู„ุฅุณุฑุงุก: 111]

ุณูŽุจูŽู‘ุญูŽ ู„ูู„ู‡ู ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู…ู ๏ดฟูก๏ดพ ู„ูŽู‡ู ู…ูู„ู’ูƒู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูŠูุญู’ูŠููŠ ูˆูŽูŠูู…ููŠุชู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠุฑูŒ ๏ดฟูข๏ดพ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑู ูˆูŽุงู„ุธูŽู‘ุงู‡ูุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุงุทูู†ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุจููƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ุนูŽู„ููŠู…ูŒ ๏ดฟูฃ๏ดพ ู‡ููˆูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูŽ ูููŠ ุณูุชูŽู‘ุฉู ุฃูŽูŠูŽู‘ุงู…ู ุซูู…ูŽู‘ ุงุณู’ุชูŽูˆูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุนูŽุฑู’ุดู ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ูŠูŽู„ูุฌู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุฎู’ุฑูุฌู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽู†ุฒูู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ุฑูุฌู ูููŠู‡ูŽุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ู…ูŽุนูŽูƒูู…ู’ ุฃูŽูŠู’ู†ูŽ ู…ูŽุง ูƒูู†ุชูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุจูู…ูŽุง ุชูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู’ู†ูŽ ุจูŽุตููŠุฑูŒ ๏ดฟูค๏ดพ ู„ูŽู‡ู ู…ูู„ู’ูƒู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูุฑู’ุฌูŽุนู ุงู„ุฃู…ููˆุฑู ๏ดฟูฅ๏ดพ [ุงู„ุญุฏูŠุฏ: 1-5]

ู‡ููˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ู…ูŽู„ููƒู ุงู„ู’ู‚ูุฏูู‘ูˆุณู ุงู„ุณูŽู‘ู„ูŽุงู…ู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ู ุงู„ู’ู…ูู‡ูŽูŠู’ู…ูู†ู ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ู’ุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑู ุงู„ู’ู…ูุชูŽูƒูŽุจูู‘ุฑู ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู…ูŽู‘ุง ูŠูุดู’ุฑููƒููˆู†ูŽ ๏ดฟูขูฃ๏ดพ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุฎูŽุงู„ูู‚ู ุงู„ู’ุจูŽุงุฑูุฆู ุงู„ู’ู…ูุตูŽูˆูู‘ุฑู ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุก ุงู„ู’ุญูุณู’ู†ูŽู‰ ูŠูุณูŽุจูู‘ุญู ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠุฒู ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู…ู ๏ดฟูขูค๏ดพ [ุงู„ุญุดุฑ: 22-24]

Adapun tafakkur sebagai salah satu bentuk pendekatan didasarkan pada dua hal berikut:

Pertamaberpikir akan hal-hal yang bermanfaat dalam bidang mu`รขmalah, seperti: bermuhasabah atau introspeksi terhadap perbuatan silam, menata serta menahan diri dari kemaksiatan, mengingat-ingat kekurangan demi perbaikan serta meluruskan niat baik dalam berhubungan dengan orang lain maupun diri sendiri.

Keduaberpikir tentang hal-hal yang bermanfaat dalam bidang mukรขsyafah, seperti: berfikir tentang nikmat Allah SWT tampak maupun tidak tampak untuk menambah maโ€™rifat, memperbanyak Rasa syukur atas nikmat-nikmat-Nya dan hukuman-hukuman-Nya untuk menambah maโ€™rifat serta kepatuhan terhadap-Nya.

Tarekat yang paling baik adalah yang di dalamnya tercakup empat hal di atas: doโ€™a, zikir, bacaan ayat Alquran dan fikir. Itulah aktifitas yang seharusnya dilakukan selesal shalat shubuh.

  1. Antara terbit matahari sampai waktu Dhuhรข, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 342-343).

Yaitu pertengahan antara terbit matahari hingga tergelincir. Kurang lebih 3 jam pertama waktu siang atau seperempat dan waktu siang jika siang hari dihitung 12 jam. Pada waktu kedua ini terdapat dua amalan:

Pertamashalat Dhuhรข. Keduaaktifitas sosial yang bermanfaat bagi masyarakat, berupa menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, tolong-menolong antar sesama dalam kebaikan, mendatangi majelis taโ€™lim dan segala macam aktifitas yang membawa kemanfaatan bagi sesama.

Jika tidak ada satupun dari kegiatan sosial yang dilakukan, cukuplah kembali melakukan empat amalan sebagaimana waktu pertama, yaitu: doโ€™a, zikir, membaca ayat Alquran dan tafakkur.

  1. Dan waktu Dhuhรข hingga tengah hari, yang meliputi dua amalan, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 343):

Pertamabekerja memenuhi kebutuhan hidup dengan hati tetap mengingat Allah SWT Keduaberistirahat dengan melakukan tidur sejenak menjelang shalat Dhuhur.

  1. Amalan saat selesai shalat Dhuhur, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 343-344).

Waktu ini dimulai dengan shalat fardhu (dhuhur) serta shalat sunnah sebelum dan sesudah dhuhur yang dilanjutkan membaca zikir sebagaimana amalan pertama. Amalan-amalan tersebut meliputi: doโ€™a, wirid, membaca ayat-ayat Alquran dan fikir.

  1. Saat menjelang waktu shalat `Ashar, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 344).

Melakukan Iโ€™tikaf di masjid, memperbanyak zikir dan shalat atau melakukan perkara-perkara terpuji lainnya hingga datang waktu `Ashar.

  1. Amalan di waktu `Ashar, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎnjuz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 344).

Melaksanakan shalat sunnat empat Rakaat melaksanakan shalat `Ashar dilanjutkan dengan amalan wirid seperti pertama.

  1. Ketika matahari terlihat kekuning-kuningan seakan luruh ke bumi, karena cahayanya terhalang asap dan debu permukaan bumi, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 344-345).

Wirid yang dibaca saat ini seperti halnya yang pertama: doโ€™a, wirid, membaca Alquran dan fikir. Disunnahkan membaca istighfรขr dan membaca Surat al-Syamsi serta al-Lail dengan membaca taโ€™awwudz lebih dahulu. Ketujuh wirid yang telah kami jelaskan di atas secara lebih terperinci merupakan amalan-amalan wirid di siang hari.

Sumber: Alif.ID

59. Wirid Malam Tarekat Ghazaliyah

Berikut penjelasan lebih detail amalan-amalan wirid di malam hari yang terbagi menjadi lima:

  1. Waktu masuk shalat Maghrib sampai hilang kemerah-merahan mega di ufuk barat, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 345-346). Usai shalat Maghrib, dilanjutkan shalat sunnah 2 Rakaat. Rakaat pertama membaca Surat al-Kรขfirรปn dan kedua membaca Surat aI-Ikhlรขs. Dilaksanakan setelah shalat Maghrib tanpa diselingi ucapan atau tindakan apapun. Kemudian shalat lagi 4 Rakaat agak lebih lama dan mengakhirinya dengan bacaan-bacaan ringan hingga habis waktunya.
  2. Dari masuk waktu `Isyรขโ€™ hingga waktu tidur malam, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 346-347). Urutan-urutan wiridnya sebagai berikut:

Melaksanakan shalat sunnat 10 Rakaat, 4 Rakaat sebelum shalat `Isyรขโ€™ antara adzan dan iqamah dan enam Rakaat sesudahnya, 2 Rakaat salam dan 4 Rakaat salam. Bacaan Alquran dalam shalat ini sebaiknya dengan ayat-ayat tertentu, seperti: penutup Surat al-Baqarah, ayat kursi, permulaan Surat al-Hadรฎd, dan akhir Surat al-Hasyr.

Shalat Witir 13 Rakaat. Riwayat terbanyak mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW. melaksanakan yang demikian.

Shalat Witir sebelum tidur jika tidak terbiasa bangun malam.

  1. Pada waktu sebelum tidur, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 348-350). Jika tidur dilakukan dengan menjaga etika yang baik, tidak ada salahnya dikategorikan sebagai wirid dan merupakan ibadah. Dalam Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm ad-Dรฎn, al-Ghazรขli menuliskan sepuluh etika saat menjelang tidur, diantaranya: suci dari hadats, bersiwak atau menyikat gigi, menghadap qiblat, menulis wasiat di kertas dan diletakkan di bawah bantal, bertaubat, tidak makan, tidak tidur sebelum mengantuk, berdoโ€™a sebelum tidur, zikir sebelum tidur dan berdoโ€™a saat pikiran setengah sadar.
  2. Lepas tengah malam hingga seperenam akhir malam, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 350-352). Waktu ini dipergunakan untuk shalat Tahajjud. Dikatakan tahajjud karena dilaksanakan setelah tidur malam. Selesai membaca doโ€™a bangun tidur, segeRA mengambil air wudhuโ€™. Mengerjakan wudhuโ€™ lengkap dengan sunnah-sunnahnya, melaksanakan shalat menghadap qiblat dan membaca doโ€™a iftitah, membaca tasbih, tahmid dan tahlil masing-masing 10 kali.
  3. Pada seperenam akhir dan waktu malam, yaitu waktu Sahur, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 352-353). Amalan-amalan pada waktu ini adalah melaksanakan shalat-shalat sunnah dan wirid hingga tiba waktu fajar.

Wirid-wirid di atas adalah susunan al-Ghazรขli untuk para murid secara ringkas. Wirid-wirid ini tidak berlaku sama untuk para mursyid.

Sumber: Alif.ID

60. Enam Kategori Murid Tarekat Ghazaliyah

Sebagaimana termaktub dalam kitab Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 353-354, disebutkan bahwa jika dilihat darisudut kemampuannya, keadaan masing-masing murid tidak lepas dari 6 kategori. Ada kemungkinan seorang murid baru pada tahap hamba (โ€˜รขbid), atau mungkin sudah mencapai tingkat orang yang mengerti (โ€˜รขlim), atau mungkin baru sebagai pelajar (mutaโ€™allim), sebagai wali, sebagai orang mumpuni atau profesional (muhtarifatau bahkan telah mencapai taraf menyatu (muwahiddengan Yang Mahatunggal.

โ€˜ร‚bid adalah kategori orang yang hanya melakukan ibadah, tidak memiliki kesibukan selain beribadah. Sekiranya ia meninggalkan ibadah untuk sekedar duduk, maka batal ibadahnya. Urut-urutan wiridnya sebagaimana diterangkan di atas, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 353).

โ€˜ร‚lim adalah kelompok orang yang dengan pengetahuannya dapat memberi manfaat kepada orang lain, baik dengan cara memberi fatwa, pengajaran atau melalui karya-karyanya. Urut-urutan wiridnya berbeda dari wirid โ€˜รขbid, dia perlu menelaah kitab-kitab terlebih dahulu, menyeRAp dan menyusun pengetahuannya.

Semua itu sudah pasti membutuhkan waktu tersendiri. Jika dapat menggunakan waktunya secara maksimal untuk itu, maka yang terbaik baginya setelah menyelesaikan tulisan dan karangannya adalah menjalankan wirid. Demikian, sebagaimana telah dijelaskan pada bab keutamaan belajar dan mengajar dalam kitab Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm ad-Dรฎn.

Bagaimana tidak, bukankah dalam pengetahuan atau ilmu ada kelanggengan zikir kepada Allah SWT dan perenungan akan pesan-pesan-Nya serta sabda-sabda Rasul-Nya? Hal ini menyimpan manfaat untuk orang lain dan memberikan arahan menuju kehidupan akhirat. Semoga saja satu hal yang dipelajari seseorang akan menjadi ibadah baginya, Jika tidak ada orang mempelajarinya maka usahanya sia-sia.

Keutamaan ilmu di atas ibadah yang dimaksud adalah ilmu yang mendorong manusia mencintai akhirat dan merasa cukup dengan kemewahan dunia. Atau juga ilmu yang menunjukkan mereka jalan menuju akhirat, bukan ilmu yang menambah kecintaan manusia terhadap harta, kedudukan dan pengakuan orang.

Meskipun ilmu lebih utama dalam pandangan aI-Ghazรขli, namun harus ada aturan pembagiannya. Tabiat manusia tidak akan sanggup menghabiskan semua waktu dengan terus menerus menulis dan menyusun buku atau karangan. Waktu pagi digunakan untuk wirid, setelah terbit fajar sampai siang hari digunakan untuk mutholaโ€™ah dan mengajar jika dia memiliki murid dan jika tidak, maka waktunya digunakan untuk tafakkur dan memperdalam keilmuannya karena kejernihan hati ada setelah melakukan zikir, waktu siang digunakan untuk mutholaโ€™ah dan menulis sampai waktu `asyar, setelah `asyar mendengarkan hal-hal yang berfaedah untuk kejernihan hati, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 354).

Mutaโ€™allim adalah orang menyibukan diri dengan belajar atau menuntut ilmu. Kesibukan seperti ini lebih utama dari melakukan zikir dan amalan-amalan sunnah Urut-urutan wiridnya sama dengan โ€˜รขlim. Bedanya jika โ€˜รขlim sibuk dengan pekerjaan mengajar, sementara mutaโ€™allim sibuk dengan kegiatan mencari ilmu, (al-Ghazรขli, Ihyรขโ€™ โ€˜Ulรปm al-Dรฎn, juz 1, Indonesia: al-Haramain, halaman: 354-355).

Muhtarif adalah orang yang sanggup melakukan zikir dalam kondisi apapun. Ketika membutuhkan usaha untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dia tidak boleh menghabiskan semua waktu dengan beribadah sehingga akan menelantarkan keluarga. Begitu juga sebalikmya, dia tidak lupa melakukan zikir dan wirid selama melaksanakan kewajibannya terhadap keluarga. Di saat bekerja ia mengingat Allah SWT, di pasar ia berzikir dan membaca ayat-ayat Alquran.

Setelah mencukupi kebutuhan keluarga, ia dapat kembali melaksanakan zikir. Namun jika tetap melanjutkan pekerjaan dengan terus berzikir dan bersedekah dari hasil pekerjaannya, itu lebih baik daripada melakukan wirid-wirid yang telah kami susun. Karena ibadah yang memiliki faedah ganda sudah pasti lebih bermanfaat dari pada yang hanya satu faedah. Bersedekah dan berusaha dengan niat ibadah akan memberi manfaat bagi diri sendiri berupa kedekatan dengan Tuhan sekaligus memberi manfaat bagi orang lain. Berkah dan doโ€™a-doโ€™a orang lain akan mengalir kepadanya dan melipatgandakan pahalanya.

Wali sebagaimana imam atau hakim atau juga pemimpin, dia juga mencurahkan perhatian terhadap persoalan-persoalan kaum muslim. Dialah yang mewakili keperluan umatnya sesuai syariโ€™at dengan niat tulus. Hal itu lebih baik dari membaca wirid-wirid yang telah disusun. Bidangnya adalah memenuhi keperluan-keperluan masyarakat di waktu siang dengan berpegang pada kaidah-kaidah, sedangkan malam harinya melanggengkan amalan-amalan wirid.

Muwahid adalah orang yang telah mencapai derajat menyatu dengan Dzat Yang Maha Tunggal atau dia yang hanya mencintai Allah SWT, dia yang hanya takut kepada-Nya, yang tidak menerima rizki selain dari-Nya, dan dia yang hanya melihat Allah SWT pada setiap pandangannya.

Siapa telah mencapai tingkatan ini dia tidak lagi membutuhkan macam-macam jenis wirid. Wiridnya hanya satu, menghadirkan segenap hati dan perasaan bersama Allah SWT setiap saat. Tidak lagi peduli terhadap persoalan apapun dan tidak lagi mendengar sesuatu pun selain dalam wiridnya hanya berupa ungkapan hati dan renungan pikiran. Tidak ada yang menggerakkan dan mendiamkan selain Allah SWT. Seluruh pengalaman yang mereka alami akan menjadi sebab semakin tingginya keadaan mereka.

Bagi mereka, tidak ada kelebihan satu ibadah dari ibadah lainnya, Mereka itulah orang-orang yang telah menuju Allah SWT Ini adalah puncak derajat shiddiqin, derajat ini tidak akan tercapai kecuali dengan mengurutkan wirid dan melaksanakan kewajibannya dalam waktu yang panjang.

Inilah diantara bentuk dan gambaran tarekat al-Ghazรขliyah, memperlihatkan pada kita bahwa tarekat ini tetap berpegang kepada Alquran dan Sunnah serta mencontoh etika dan ajaran-ajaran para sahabat, `ulamรขโ€™ dan tabiโ€™in. Itulah tarekat yang sesuai dengan kondisi umat Islรขm.

Sumber: Alif.ID

61. Hizib Ghazaliyah

Imam al-Ghazรขli meninggalkan suatu hizib yang terkenal dan cukup panjang:

Hizib Ghazรขliyah

LINK DOWNLOAD PDF

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู€ู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู ู…ูŽุงู„ููƒู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุนู’ุจูุฏู ูˆูŽุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ู  ุงูู‡ู’ุฏูู†ูŽุง ุงู„ุตูู‘ุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู’ู…ูŽ ุตูุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุฃูŽู†ุนูŽู…ู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุบุถููˆุจู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽุงู„ุถูŽู‘ุงู„ูู‘ูŠู’ู†ูŽ.

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุงู„ุธูู‘ู„ูู…ูŽุงุชู ูˆูŽ ุงู„ู†ูู‘ูˆู’ุฑู ุซูู…ูŽู‘ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ูƒูŽููŽุฑููˆู’ุง ุจูุฑูŽุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูŠูŽุนู’ุฏูู„ููˆู’ู†ูŽ. ููŽุฃูŽุฑูŽุงุฏููˆู’ุง ุจูู‡ู ูƒูŽูŠู’ุฏู‹ุง ููŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ููŽู„ููŠู’ู†ูŽุŒ ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ู„ูู†ูŽุตู’ุฑูููŽ ุนูŽู†ู’ู‡ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกูŽ ูˆูŽุงู„ู’ููŽุญู’ุดูŽุงุกูŽ ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู…ูู†ู’ ุนูุจูŽุงุฏูู†ูŽุง ุงู„ู’ู…ูุฎู’ู„ูŽุตููŠู’ู†ูŽ.

ููŽูˆูŽู‚ูŽุงู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุณูŽูŠูู‘ุฆูŽุงุชู ู…ูŽุง ู…ูŽูƒูŽุฑููˆู’ุง. ู…ูŽุง ู‡ูู…ู’ ุจูุจูŽุงู„ูุบููŠู’ู‡ู. ููŽู‚ูŽุฏู ุงุณู’ุชูŽู…ู’ุณูŽูƒูŽ ุจูุงู„ู’ุนูุฑู’ูˆูŽุฉู ุงู„ู’ูˆูุซู’ู‚ูŽู‰ ู„ูŽุง ุงู†ู’ููุตูŽุงู…ูŽ ู„ูŽู‡ูŽุง ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุณูŽู…ููŠู’ุนูŒ ุนูŽู„ููŠู’ู…ูŒ ูˆูŽ ุณูŽู†ูŽู‚ููˆู’ู„ู ู„ูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุฑูู†ูŽุง ูŠูุณู’ุฑู‹ุง (ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุงุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู) ูˆูŽ ู‚ูŽุฏูู‘ู…ู’ู†ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ุนูŽู…ูู„ููˆู’ุง ู…ูู†ู’ ุนูŽู…ูŽู„ู ููŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ู ู‡ูŽุจูŽุงุกู‹ ู…ูŽู‘ู†ู’ุซููˆู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฌูŽุฒูŽุงุกูŒ ุงู„ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ุซูู…ูŽู‘ ู†ูู†ู’ุฌููŠู’ ุฑูุณูู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆู’ุง ูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุญูŽู‚ู‹ู‘ุง ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ู†ูู†ู’ุฌู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽุŒ ู„ูŽู‡ู ู…ูุนูŽู‚ูู‘ุจูŽุงุชูŒ ู…ูู†ู’ ุจูŽูŠู’ู†ู ูŠูŽุฏูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ุฎูŽู„ู’ููู‡ู ูŠูŽุญู’ููŽุธููˆู’ู†ูŽู‡ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽ ุฅูู†ูŽู‘ุง ู„ูŽู‡ู ู„ูŽุญูŽุงููุธููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽ ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽุฐููˆู’ ุญูŽุธูู‘ ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ู„ูŽู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽู†ูŽุง ู„ูŽุฒูู„ู’ููŽู‰ ูˆูŽ ุญูุณู’ู†ูŽ ู…ูŽุฃูŽุจู (ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุงุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู) ููŽุตูŽุจูŽู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู’ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุณูŽูˆู’ุทูŽ ุนูŽุฐูŽุงุจูุŒ ูˆูŽ ุชูŽู‚ูŽุทูŽู‘ุนูŽุชู’ ุจูู‡ูู…ู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ุจูŽุงุจูุŒ ุฌูู†ู’ุฏูŒ ู…ูŽู‘ุง ู‡ูู†ูŽุงู„ููƒูŽ ู…ูŽู‡ู’ุฒููˆู’ู…ูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ุฒูŽุงุจู.

ูˆูŽ ุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู„ูŽู‡ู ู†ููˆู’ุฑู‹ุง ูŠูŽู…ู’ุดููŠู’ ุจูู‡ู ูููŠ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูุŒ ููŽู„ูŽู…ูŽู‘ุง ุฑูŽุฃูŽูŠู’ู†ูŽู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู’ู†ูŽู‡ู ูˆูŽ ู‚ูŽุทูŽู‘ุนู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠูŽู‡ูู†ูŽู‘ ูˆูŽ ู‚ูู„ู’ู†ูŽุง ุญูŽุงุดูŽ ู„ูู„ู‡ู ู…ูŽุง ู‡ูŽุฐูŽุง ุจูŽุดูŽุฑู‹ุง ุฅูู†ู’ ู‡ูŽุฐูŽุง ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูŽู„ูŽูƒูŒ ูƒูŽุฑููŠู’ู…ูŒุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุชูŽุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุขุซูŽุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุงุŒ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงุตู’ุทูŽููŽุงู‡ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽ ุฒูŽุงุฏูŽู‡ู ุจูŽุณู’ุทูŽุฉู‹ ูููŠ ุงู„ู’ุนูู„ู’ู…ู ูˆูŽ ุงู„ู’ุฌูุณู’ู…ู ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูŠูุคู’ุชููŠู’ ู…ูู„ู’ูƒูŽู‡ู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุดูŽุงุกูุŒ ุดูŽุงูƒูุฑู‹ุง ู„ูุฃูŽู†ู’ุนูู…ูู‡ู ุงุฌู’ุชูŽุจูŽุงู‡ู ูˆูŽ ู‡ูŽุฏูŽุงู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุตูุฑูŽุงุทู ู…ูู‘ุณู’ุชูŽู‚ููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽ ุขุชูŽุงู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒูŽุŒ ูˆูŽ ุฑูŽููŽุนู’ู†ูŽุงู‡ู ู…ูŽูƒูŽุงู†ู‹ุง ุนูŽู„ููŠู‹ู‘ุงุŒ ูˆูŽ ู‚ูŽุฑูŽู‘ุจู’ู†ูŽุงู‡ู ู†ูŽุฌููŠู‹ู‘ุงุŒ ูˆูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑู ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽู‡ู ุจูุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ูˆูŽ ุงู„ุฒูŽู‘ูƒูŽุงุฉู ูˆูŽ ูƒูŽุงู†ูŽ ุนูู†ู’ุฏูŽ ุฑูŽุจูู‘ู‡ู ู…ูŽุฑู’ุถููŠู‹ู‘ุง ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽุงู…ูŒ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ูˆูู„ูุฏูŽ ูˆูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ูŠูŽู…ููˆู’ุชู ูˆูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ูŠูุจู’ุนูŽุซู ุญูŽูŠู‹ู‘ุง (ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุงุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู) ูˆูŽ ุฅูู†ู’ ูŠูุฑููŠู’ุฏููˆู’ุง ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฎู’ุฏูŽุนููˆู’ูƒูŽ ููŽุฅูู†ูŽู‘ ุญูŽุณู’ุจูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ุฃูŽูŠูŽู‘ุฏูŽูƒูŽ ุจูู†ูŽุตู’ุฑูู‡ู ูˆูŽ ุจูุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽ ุฃูŽู„ูŽู‘ููŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู†ู’ููŽู‚ู’ุชูŽ ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ุฌูŽู…ููŠู’ุนู‹ุง ู…ูŽุง ุฃูŽู„ูŽู‘ููŽุชู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’  ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽู„ูŽู‘ููŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ุนูŽุฒููŠู’ุฒูŒ ุญูŽูƒููŠู’ู…ูŒ.

ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽุฏููˆูู‘ ููŽุงุญู’ุฐูŽุฑู’ู‡ูู…ู’ ู‚ูŽุงุชูŽู„ูŽู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ูŽู‘ู‰ ูŠูุคู’ููŽูƒููˆู’ู†ูŽุŒ ูƒูู„ูŽู‘ู…ูŽุง ุฃูŽูˆู’ู‚ูŽุฏููˆู’ุง ู†ูŽุงุฑู‹ุง ู„ูู„ู’ุญูŽุฑู’ุจู ุฃูŽุทู’ููŽุฃูŽู‡ูŽุง ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽ ุถูุฑูุจูŽุชู’ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู ุงู„ุฐูู‘ู„ูŽู‘ุฉู ูˆูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ูƒูŽู†ูŽุฉู ูˆูŽ ุจูŽุขุคููˆู’ุง ุจูุบูŽุถูŽุจู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ุณูŽูŠูŽู†ูŽุงู„ูู‡ูู…ู’ ุบูŽุถูŽุจูŒ ู…ูู†ู’ ุฑูŽุจูู‘ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฐูู„ูŽู‘ุฉูŒ ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุงุŒ ูˆูŽ ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‚ูŽูˆู’ู…ู ุณููˆู’ุกู‹ุง ููŽู„ูŽุง ู…ูŽุฑูŽุฏูŽู‘ ู„ูŽู‡ูุŒ ุฎูŽุงุดูุนูŽุฉู‹ ุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ุชูŽุฑู’ู‡ูŽู‚ูู‡ูู…ู’ ุฐูู„ูŽู‘ุฉูุŒ ู„ูŽูˆู’ ุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ู’ู†ูŽุง ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽุจูŽู„ู ู„ูŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽู‡ู ุฎูŽุงุดูุนู‹ุง ู…ูุชูŽุตูŽุฏูู‘ุนู‹ุง ู…ูู†ู’ ุฎูŽุดู’ูŠูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ููŽู„ูŽุง ุชูŽุจู’ุชูŽุฆูุณู’ ุจูู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆู’ุง ูŠูŽูู’ุนูŽู„ููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽ ู„ูŽุง ุชูŽูƒูู†ู’ ูููŠู’ ุถูŽูŠู’ู‚ู ู…ูู…ูŽู‘ุง ูŠูŽู…ู’ูƒูุฑููˆู’ู†ูŽุŒ ููŽุฅูู…ูŽู‘ุง ู†ูŽุฐู’ู‡ูŽุจูŽู†ูŽู‘ ุจููƒูŽ ููŽุฅูู†ูŽู‘ุง ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูู†ู’ุชูŽู‚ูู…ููˆู’ู†ูŽุŒ

ุฅูู†ูŽู‘ุง ูƒูŽููŽูŠู’ู†ูŽุงูƒูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽู‡ู’ุฒูุฆููŠู’ู†ูŽุŒ ููŽุณูŽู„ูŽุงู…ูŒ ู„ูŽูƒูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ู’ูŠูŽู…ููŠู’ู†ูุŒ ุฃูŽู‚ู’ุจูู„ู’ ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุฎูŽูู’ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุขู…ูู†ููŠู’ู†ูŽุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽุงุชูŽุฎูŽูู’ ู†ูŽุฌูŽูˆู’ุชูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ู„ูŽุง ุชูŽุฎูŽุงูู ุฏูŽุฑูŽูƒู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุฎู’ุดูŽู‰ุŒ ู„ูŽุง ุชูŽุฎูŽูู’ ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุฎูŽุงูู ู„ูŽุฏูŽูŠูŽู‘ ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููˆู’ู†ูŽุŒ ู„ูŽุง ุชูŽุฎูŽูู’ ูˆูŽ ู„ูŽุง ุชูŽุญู’ุฒูŽู†ู’ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽุง ุชูŽุฎูŽุงููŽุง ุฅูู†ูŽู‘ู†ููŠู’ ู…ูŽุนูŽูƒูู…ูŽุง ุฃูŽุณู’ู…ูŽุนู ูˆูŽ ุงูŽุฑูŽู‰ุŒ ู‚ูู„ู’ู†ูŽุง ู„ูŽุง ุชูŽุฎูŽูู’ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ู„ูŽู‰ุŒ ููŽุฅูุฐูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽูƒูŽ ูˆูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ู ุนูŽุฏูŽุงูˆูŽุฉูŒ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ูˆูŽู„ููŠูŒู‘ ุญูŽู…ููŠู’ู…ูŒุŒ ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽ ูŠูŽุฏูŽู‡ู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูŽุฏู’ ูŠูŽุฑูŽุงู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽ ุฃูŽุถูŽู„ูŽู‘ู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูู„ู’ู…ู ูˆูŽ ุฎูŽุชูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽู…ู’ุนูู‡ู ูˆูŽ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ูˆูŽ ุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุจูŽุตูŽุฑูู‡ู ุบูุดูŽุงูˆูŽุฉู‹ุŒ ู„ูŽูŠูŽุฐููˆู’ู‚ูŽ ูˆูŽ ุจูŽุงู„ูŽ ุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ูุŒ

ูˆูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽุญููŠู’ู‚ู ุงู„ู’ู…ูŽูƒู’ุฑู ุงู„ุณูŽู‘ูŠูู‘ุฆู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุฃูŽู‡ู’ู„ูู‡ูุŒ ูˆูŽ ุฎูŽุดูŽุนูŽุชู ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ูˆูŽุงุชู ู„ูู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ูุŒ ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุนู’ุตูู…ููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูุŒ ู„ูŽู†ู’ ูŠูŽุถูุฑูู‘ูˆู’ูƒูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุงุŒ ุฅูู†ูŽู‘ุง ุณูŽู†ูู„ู’ู‚ููŠ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูŽ ู‚ูŽูˆู’ู„ู‹ุง ุซูŽู‚ููŠู’ู„ู‹ุงุŒ ููŽุงุตู’ุจูุฑู’ ู„ูุญููƒู’ู…ู ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽุŒ ููŽุงุตู’ุจูุฑู’ ุตูŽุจู’ุฑู‹ุง ุฌูŽู…ููŠู’ู„ู‹ุงุŒ ูˆูŽ ู„ูŽูˆู’ู„ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ุซูŽุจูŽู‘ุชู’ู†ูŽุงูƒูŽ ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ูƒูุฏู’ุชูŽ ุชูŽุฑู’ูƒูŽู†ู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ู‚ูŽู„ูู‰ู’ู„ู‹ุงุŒ ููŽุฃูŽุนู’ุฑูุถู’ ุนูŽู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽ ุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ูƒูŽููŽู‰ ุจูุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽูƒููŠู’ู„ุงู‹ุŒ ุฃูŽู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุจููƒูŽุงูู ุนูŽุจู’ุฏูŽู‡ูุŒ ูˆูŽ ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุตู’ุฏูŽู‚ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู‚ููŠู’ู„ู‹ุงุŒ ูˆูŽ ูŠูŽู†ู’ุตูุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู†ูŽุตู’ุฑู‹ุง ุนูŽุฒููŠู’ุฒู‹ุง(ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุงุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู) ู…ูŽู„ู’ุนููˆู’ู†ููŠู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ู†ูŽู…ูŽุง ุซูู‚ููููˆู’ุง ุฃูŽุฎูุฐููˆู’ุง ูˆูŽ ู‚ูุชูู‘ู„ููˆู’ุง ุชูŽู‚ู’ุชููŠู’ู„ู‹ุงุŒ

ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุดูŽุฏูู‘ ุจูŽุฃู’ุณู‹ุง ูˆูŽุฃูŽุดูŽุฏูู‘ ุชูŽู†ู’ูƒููŠู’ู„ู‹ุง ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฌูŽุฒูŽุงุกูŒ ุงู„ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุงู„ู’ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ู„ูŽุฏูŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูŽูƒููŠู’ู†ูŒุŒ ูˆูŽุฑูŽููŽุนู’ู†ูŽุง ู„ูŽูƒูŽ ุฐููƒู’ุฑูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู„ู’ู‚ูŽูŠู’ุชู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูŽ ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู‹ ู…ูู†ูู‘ูŠู’ุŒ ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ุงุตู’ุทูŽููŽูŠู’ุชููƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุจูุฑูุณุงูŽู„ูŽุงุชููŠู’ ูˆูŽุจููƒูŽู„ุงู…ููŠู’ุŒ ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ุฌูŽุงุนูู„ููƒูŽ ู„ูู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฅูู…ูุงู…ู‹ุงุŒ ุฅูู†ูŽู‘ุง ููŽุชูŽุญู’ู†ูŽุง ู„ูŽูƒูŽ ููŽุชู’ุญู‹ุง ู…ูุจููŠู’ู†ูŽุง(ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุงุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู)ุฎูŽุชูŽู…ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽู…ู’ุนูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ุบูุดูŽุงูˆูŽุฉูŒุŒ ุฐูŽู‡ูŽุจูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุจูู†ููˆู’ุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุชูŽุฑูŽูƒูŽู‡ูู…ู’ ูููŠู’ ุธูู„ูู…ูŽุงุชู ู„ูŽุง ูŠูุจู’ุตูุฑููˆู’ู†ูŽุŒ

ุตูู…ูŒู‘ ุจููƒู’ู…ูŒ ุนูู…ู’ูŠูŒ ููŽู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽุฑู’ุฌูุนููˆู’ู†ูŽุŒ ูƒูุจูุชููˆู’ุง ูƒูŽู…ูŽุง ูƒูุจูุชูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุจู’ู„ูู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุจูŽูŠู’ู†ู ุฃูŽูŠู’ุฏูู‡ูู…ู’ ุณูŽุฏู‹ู‘ุง ูˆูŽู…ูู†ู’ ุฎูŽู„ู’ููู‡ูู…ู’ ุณูŽุฏู‹ู‘ุง ููŽุฃูŽุบู’ุดูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ููŽู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ูŠูุจู’ุตูุฑููˆู’ู†ูŽุŒ ุฅูู†ูŽู‘ุง ุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ูููŠู’ ุฃูŽุนู’ู†ูŽุงู‚ูู‡ูู…ู’ ุฃูŽุบู’ู„ูŽุงู„ู‹ุง ููŽู‡ููŠูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุฐู’ู‚ูŽุงู†ู ููŽู‡ูู…ู’ ู…ูู‚ู’ู…ูŽุญููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุขุชูŽูŠู’ู†ูŽุงูƒูŽ ุณูŽุจู’ุนู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุซูŽุงู†ููŠ ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽุŒ ุฃููˆู„ูŽุฆููƒูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุทูŽุจูŽุนูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุณูŽู…ู’ุนูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃููˆู„ูŽุฆููƒูŽ ู‡ูู…ู ุงู„ู’ุบูŽุงููู„ููˆู’ู†ูŽุŒูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุธู’ู„ูŽู…ู ู…ูู…ูŽู‘ู†ู’ ุฐููƒูู‘ุฑูŽ ุจูุขูŠูŽุงุชู ุฑูŽุจูู‘ู‡ู ุซูู…ูŽู‘ ุฃูŽุนู’ุฑูŽุถูŽ ุนูŽู†ู’ู‡ูŽุง ุฅูู†ูŽู‘ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุฌู’ุฑูู…ููŠู’ู†ูŽ ู…ูู†ู’ุชูŽู‚ูู…ููˆู’ู†ูŽุŒ ุฅูู†ูŽู‘ุง ุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ุฃูŽูƒูู†ูŽู‘ุฉู‹ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูู’ู‚ูŽู‡ููˆู’ู‡ู ูˆูŽ ูููŠู’ ุขุฐูŽุงู†ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽู‚ู’ุฑู‹ุงุŒ

ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ุฃูŽูƒูู†ูŽู‘ุฉู‹ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูู’ู‚ูŽู‡ููˆู’ู‡ู ูˆูŽูููŠู’ ุขุฐูŽุงู†ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽู‚ู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฐูŽูƒูŽุฑู’ุชูŽ ุฑูŽุจูŽู‘ูƒูŽ ูููŠ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ูˆูŽู„ูŽู‘ูˆูุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุฏู’ุจูŽุงุฑูู‡ูู…ู’ ู†ููููˆู’ุฑู‹ุงุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุชูŽุฏู’ุนููˆู’ู‡ูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‡ูุฏูŽู‰ ููŽู„ูŽู†ู’ ูŠูŽู‡ู’ุชูŽุฏููˆู’ุง ุฅูุฐู‹ุง ุฃูŽุจูŽุฏูุงุŒ ุฃูŽููŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ู…ูŽู†ู ุงุชูŽู‘ุฎูŽุฐูŽ ุฅูู„ูŽู‡ูŽู‡ู ู‡ูŽูˆูŽุงู‡ู ูˆูŽุฃูŽุถูŽู„ูŽู‘ู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูู„ู’ู…ู ูˆูŽุฎูŽุชูŽู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽู…ู’ุนูู‡ู ูˆูŽู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุจูŽุตูŽุฑูู‡ู ุบูุดูŽุงูˆูŽุฉู‹ุŒ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู’ ุฏูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ุงู„ุณูŽู‘ูˆู’ุกู ูˆูŽุบูŽุถูุจูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู’ุŒ ููŽุฃูŽุตู’ุจูŽุญููˆู’ุง ู„ูŽุง ูŠูุฑูŽู‰ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูŽุณูŽุงูƒูู†ูู‡ูู…ู’ุŒ ุฏูŽู…ูŽู‘ุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู’ุŒ ุซูู…ูŽู‘ ุนูŽู…ููˆู’ุง ูˆูŽุตูŽู…ูู‘ูˆู’ุง ูƒูŽุซููŠู’ุฑูŒ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ุŒุฃูŽุฑู’ูƒูŽุณูŽู‡ูู…ู’ ุจูู…ูŽุง ูƒูŽุณูŽุจููˆู’ุงุŒ ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฌูŽุฒูŽุงุกูŒ ุงู„ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ

ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽู‘ู‚ู ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุฎู’ุฑูŽุฌู‹ุง ูˆูŽูŠูŽุฑู’ุฒูู‚ู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุญูŽูŠู’ุซู ู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ุชูŽุณูุจู’ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ููŽู‡ููˆูŽ ุญูŽุณู’ุจูู‡ูุŒ ููุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุฑูŽุฃู’ุชูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ูŽ ููŽุฅูุฐูŽุง ู‚ูŽุฑูŽุฃู’ุชูŽ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ูŽ ููŽุงุณู’ุชูŽุนูุฐู’ ุจูุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠูุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽู‚ูู„ู’ ุฑูŽุจูู‘ ุฃูŽุฏู’ุฎูู„ู’ู†ููŠู’ ู…ูุฏู’ุฎูŽู„ูŽ ุตูุฏู’ู‚ู ูˆูŽุฃูŽุฎู’ุฑูุฌู’ู†ููŠู’ ู…ูุฎู’ุฑูŽุฌูŽ ุตูุฏู’ู‚ู ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ููŠู’ ู…ูู†ู’ ู„ูŽุฏูู†ู’ูƒูŽ ุณูู„ู’ุทูŽุงู†ู‹ุง ู†ูŽุตููŠู’ุฑู‹ุงุŒ ู‚ูู„ู’ ุฅูู†ูŽู‘ู†ููŠู’ ู‡ูŽุฏูŽุงู†ููŠู’ ุฑูŽุจูู‘ูŠู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุตูŽุฑูŽุงุทู ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู’ู…ูุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูƒูŽู„ูŽู‘ุง ุฅูู†ูŽู‘ ู…ูŽุนููŠูŽ ุฑูŽุจูู‘ูŠู’ ุณูŽูŠูŽู‡ู’ุฏููŠู’ู†ูุŒ ุฑูŽุจูู‘ ู‡ูŽุจู’ ู„ููŠู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญููŠู’ู†ูŽุŒ ุนูŽุณูŽู‰ ุฑูŽุจูู‘ูŠู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽู‡ู’ุฏููŠูŽู†ู’ูŠู ุณูŽูˆูŽุงุกูŽ ุงู„ุณูŽู‘ุจููŠู’ู„ูุŒ

ุฅูู†ูŽู‘ ูˆูŽู„ููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู†ูŽุฒูŽู‘ู„ูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ูŠูŽุชูŽูˆูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญููŠู’ู†ูŽุŒ ุฑูŽุจูู‘ ู‚ูŽุฏู’ ุขุชูŽูŠู’ุชูŽู†ููŠู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‘ู…ู’ุชูŽู†ููŠู’ ู…ูู†ู’ ุชูŽุฃู’ูˆููŠู’ู„ู ุงู„ู’ุฃูŽุญูŽุงุฏููŠู’ุซู ููŽุงุทูุฑูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ูˆูŽู„ููŠูู‘ูŠู’ ูููŠ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ุชูŽูˆูŽููŽู‘ู†ููŠู’ ู…ูุณู’ู„ูู…ู‹ุง ูˆู‹ุฃู‹ู„ู’ุญูู‚ู’ู†ููŠู’ ุจูุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญููŠู’ู†ูŽุŒ ุฃูŽูˆู’ ู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ู…ูŽูŠู’ุชู‹ุง ููŽุฃูŽุญู’ูŠูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ู ููŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู„ูŽู‡ู ู†ููˆู’ุฑู‹ุง ูŠูŽู…ู’ุดููŠู’ ุจูู‡ู ูููŠ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู†ูŽุจููŠูู‘ู‡ูู…ู’ ุฅูู†ูŽู‘ ุขูŠูŽุฉูŽ ู…ูู„ู’ูƒูู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุฃู’ุชููŠูŽูƒูู…ู ุงู„ุชูŽู‘ุงุจููˆู’ุชู ูููŠู’ู‡ู ุณูŽูƒููŠู’ู†ูŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ ุฑูŽุจูู‘ูƒูู…ู’ ูˆูŽุจูŽู‚ููŠูŽู‘ุฉูŒุŒ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ุฃูŽูู’ุฑูุบู’ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุตูŽุจู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุซูŽุจูู‘ุชู’ ุฃูŽู‚ู’ุฏูŽุงู…ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ูƒูŽุงููุฑููŠู’ู†ูŽุŒ

ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูŽ ู‚ูŽุฏู’ุฌูŽู…ูŽุนููˆู’ุง ู„ูŽูƒูู…ู’ ููŽุงุฎู’ุดูŽูˆู’ู‡ูู…ู’ ููŽุฒูŽุงุฏูŽู‡ูู…ู’ ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู‹ุง ูˆูŽู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง ุญูŽุณู’ุจูู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽูƒููŠู’ู„ูุŒ ููŽุงู†ู’ู‚ูŽู„ูุจููˆู’ุง ุจูู†ูุนู’ู…ูŽุฉู ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽููŽุถู’ู„ู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู…ู’ุณูŽุณูŽู‡ูู…ู’ ุณููˆู’ุกูŒุŒ ู‚ูู„ู’ ุฃูŽุบูŽูŠู’ุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุชูŽู‘ุฎูุฐู ูˆูŽู„ููŠู‹ู‘ุง ููŽุงุทูุฑู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูุŒ ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูƒูŽุงู†ูŽ ุจููŠ ุญูŽู†ููŠู’ูู‹ุงุŒ ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ูŽู†ููŠู’ ู†ูŽุจููŠู‹ู‘ุง ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ูŽู†ููŠู’ ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒู‹ุง ุฃูŽูŠู’ู†ูŽ ู…ูŽุง ูƒูู†ู’ุชูุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽูˆู’ูููŠู’ู‚ููŠู’ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุจูุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ุชู ูˆูŽุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฃูู†ููŠู’ุจู (ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุงุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู) ุตูู…ูŒู‘ ุจููƒู’ู…ูŒ ุนูู…ู’ูŠูŒ ููŽู‡ูู…ู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽุนู’ู‚ูู„ููˆู’ู†ูŽุŒ ุตูู…ูŒู‘ ูˆูŽุจููƒู’ู…ูŒ ูููŠ ุงู„ุธูู‘ู„ูู…ูŽุงุชูุŒ ูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ููˆู’ู†ูŽ ุงูŽุตูŽุงุจูุนูŽู‡ูู…ู’ ูููŠู’ ุงูŽุฐูŽุงู†ูู‡ูู…ู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ูˆูŽุงุนูู‚ู ุญูŽุฐูŽุฑูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุชูุŒ

ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุชูŽุฑูŽู‰ ุฅูุฐู’ ููŽุฒูŽุนููˆู’ุง ููŽู„ุงูŽ ููŽูˆู’ุชูŽุŒ ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฌูŽุฒูŽุงุกู ุงู„ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฃูุฎูุฐููˆู’ุง ู…ูู†ู’ ู…ููƒุงูŽู†ู ู‚ูŽุฑููŠู’ุจูุŒ ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูˆูŽู„ููŠูู‘ูƒูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู…ูู†ููˆู’ุงุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ุจููƒูู…ู’ ู…ูู†ู’ ู†ูุนู’ู…ูŽุฉู ููŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุงู‡ูุฑู ููŽูˆู’ู‚ูŽ ุนูุจูŽุงุฏูู‡ู ูˆูŽูŠูุฑู’ุณูู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุญูŽููŽุธูŽุฉู‹ุŒ ูŠูŽุง ุงูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู…ูู†ููˆู’ุง ู‚ูŽุงุชูู„ููˆู’ุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ูŠูŽู„ููˆู’ู†ูŽูƒูู…ู’ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูููŽู‘ุงุฑู ูˆูŽู„ููŠูŽุฌูุฏููˆู’ุง ูููŠู’ูƒูู…ู’ ุบูู„ู’ุธูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽู‚ูŽุงุชูู„ููˆู’ุงู‡ูู…ู’ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ู„ูŽุง ุชูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ููุชู’ู†ูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽูŠูŽูˆู’ู…ูŽุฆูุฐู ูŠูŽูู’ุฑูŽุญู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููˆู’ู†ูŽ ุจูู†ูŽุตู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽู†ู’ุตูุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุดูŽุงุกูุŒ ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ุง ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ู…ูุชูŽู‘ู‚ููŠู’ู†ูŽุŒ ูŠูุซูŽุจูู‘ุชู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู…ูŽู†ููˆู’ุง ุจูุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุงู„ุซูŽู‘ุงุจูุชู ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฎูุฑูŽุฉูุŒ ููŽุถูุฑูุจูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุจูุณููˆู’ุฑู ู„ูŽู‡ู ุจูŽุงุจูŒ ุจูŽุงุทูู†ูู‡ู ูููŠู’ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽุฉ ูˆูŽุธูŽุงู‡ูุฑูู‡ู ู…ูู†ู’ ู‚ูุจูŽู„ูู‡ู ุงู„ู’ุนูŽุฐูŽุงุจูุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ู’ ูˆูŽุฑูŽุงุฆูู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‘ู‡ู ุฃูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุจูุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆููƒูู…ู’ ูˆูŽูƒูŽููŽู‰ ุจูุงู„ู„ู‘ู‡ู ูˆูŽู„ููŠู‘ุงู‹ ูˆูŽูƒูŽููŽู‰ ุจูุงู„ู„ู‡ู ู†ูŽุตููŠุฑุงู‹ุŒ

ููŽู„ุงูŽ ุชูŽุฎู’ุดูŽูˆู’ู‡ูู…ู’ ู‚ูู„ููˆู’ุจูŒ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽุฆูุฐู ูˆูŽุงุฌูููŽุฉูŒุŒ ุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑูู‡ูŽุง ุฎูŽุงุดูุนูŽุฉูŒุŒ ุชูุตููŠู’ุจูู‡ูู…ู’ ุจูู…ูŽุง ุตูŽู†ูŽุนููˆู’ุง ู‚ูŽุงุฑูุนูŽุฉูŒุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽู†ุธูุฑู ู‡ูŽุคูู„ูŽุงุกู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุตูŽูŠู’ุญูŽุฉู‹ ูˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู‹ุŒ ูƒูŽุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ูู…ูŽ ุฎูุดูุจูŒ ู…ูุณูŽู†ูŽู‘ุฏูŽุฉูŒุŒ ุฃูŽูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฑูŽูˆู’ุง ุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽู‡ูู…ู’ ู‡ููˆูŽ ุฃูŽุดูŽุฏูู‘ ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ู‚ููˆูŽู‘ุฉู‹ุŒ  ููŽุณูŽุชูŽุฐู’ูƒูุฑููˆู’ู†ูŽ ู…ูŽุง ุฃูŽู‚ููˆู„ู ู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽุฃูููŽูˆูู‘ุถู ุฃูŽู…ู’ุฑููŠู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุจูŽุตููŠุฑูŒ ุจูุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูุŒ ูˆูŽุฅูู†ู’ ุชูŽุตู’ุจูุฑููˆุงู’ ูˆูŽุชูŽุชูŽู‘ู‚ููˆุงู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽุถูุฑูู‘ูƒูู…ู’ ูƒูŽูŠู’ุฏูู‡ูู…ู’ ุดูŽูŠู’ุฆุงู‹ุŒ ุซูู…ูŽู‘ ุฑูŽุฏูŽุฏู’ู†ูŽุง ู„ูŽูƒูู…ู ุงู„ู’ูƒูŽุฑูŽู‘ุฉูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽู…ู’ุฏูŽุฏู’ู†ูŽุงูƒูู… ุจูุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงู„ู ูˆูŽุจูŽู†ููŠู†ูŽ ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุงูƒูู…ู’ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽ ู†ูŽูููŠุฑุงู‹ุŒ ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุงู’ ุฅูุฐู’ ุฃูŽู†ุชูู…ู’ ู‚ูŽู„ููŠู„ูŒ ู…ูู‘ุณู’ุชูŽุถู’ุนูŽูููˆู’ู†ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ููŽุขูˆูŽุงูƒูู…ู’ุŒ

ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงู’ ุงุฐู’ูƒูุฑููˆุงู’ ู†ูุนู’ู…ูŽุชูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุฅูุฐู’ ู‡ูŽู…ูŽู‘ ู‚ูŽูˆู’ู…ูŒ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุจู’ุณูุทููˆุงู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠูŽู‡ูู…ู’ ููŽูƒูŽููŽู‘ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู†ูƒูู…ู’ุŒ ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุงุฐู’ูƒูุฑููˆู’ุง ู†ูุนู’ู…ูŽุชูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ู‡ูŽู„ู’ ู…ูู†ู’ ุฎูŽุงู„ูู‚ู ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุฑู’ุฒูู‚ููƒูู…ู’ ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูุŒ ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุงุŒ ุนูŽุณูŽู‰ ุฑูŽุจูู‘ูƒูู…ู’ ุฃูŽู†ู’ ูŠูู‡ู’ู„ููƒูŽ ุนูŽุฏููˆูŽู‘ูƒูู…ู’ุŒ ููŽู‚ูŽุงุชูู„ู’ ูููŠ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‡ู ู„ุงูŽ ุชููƒูŽู„ูŽู‘ูู ุฅูู„ุงูŽู‘ ู†ูŽูู’ุณูŽูƒูŽ ูˆูŽุญูŽุฑูู‘ุถู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ุนูŽุณูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒูููŽู‘ ุจูŽุฃู’ุณูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูƒูŽููŽุฑููˆุงู’ุŒ ูˆูŽู…ูŽูƒูŽุฑููˆุงู’ ูˆูŽู…ูŽูƒูŽุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุงูƒูุฑููŠู†ูŽุŒ ูˆูŽู…ูŽูƒู’ุฑู ุฃููˆู’ู„ูŽุฆููƒูŽ ู‡ููˆูŽ ูŠูŽุจููˆู’ุฑูุŒ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ู„ูŽุง ุชูŽุนู’ู…ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ุตูŽุงุฑู ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ุชูŽุนู’ู…ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆุจู ุงู„ูŽู‘ุชููŠ ูููŠ ุงู„ุตูู‘ุฏููˆู’ุฑูุŒ ุณูŽูŠูู‡ู’ุฒูŽู…ู ุงู„ู’ุฌูŽู…ู’ุนู ูˆูŽูŠููˆูŽู„ูู‘ูˆู’ู†ูŽ ุงู„ุฏูู‘ุจูุฑูŽุŒ ููŽุฃูŽุฎูŽุฐู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุฃูŽุฎู’ุฐูŽ ุนูŽุฒููŠุฒู ู…ูู‘ู‚ู’ุชูŽุฏูุฑูุŒ ู…ูŽุง ูŠูุฑููŠู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ู„ููŠูŽุฌู’ุนูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ู…ูู†ู’ ุญูŽุฑูŽุฌู ูˆูŽู„ูŽูƒูู†ู’ ูŠูุฑููŠู’ุฏู ู„ููŠูุทูŽู‡ูู‘ุฑูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ููŠูุชูู…ูŽู‘ ู†ูุนู’ู…ูŽุชูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ุŒ ุฐูŽู„ููƒูŽ ุชูŽุฎู’ูููŠู’ููŒ ู…ูู‘ู†ู’ ุฑูŽุจูู‘ูƒูู…ู’ ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ุŒ ุงู„ุขู†ูŽ ุฎูŽููŽู‘ููŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุนูŽู„ูู…ูŽ ุฃูŽู†ูŽู‘ ูููŠู’ูƒูู…ู’ ุถูŽุนู’ูู‹ุงุŒ ูŠูุฑููŠู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจููƒูู…ู ุงู„ู’ูŠูุณู’ุฑูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูุฑููŠู’ุฏู ุจููƒูู…ู ุงู„ู’ุนูุณู’ุฑูŽุŒ ู‚ูู„ู’ ุฅูู†ูŽู‘ ู‡ูุฏูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ู‡ูุฏูŽู‰ุŒ ูŠูุคู’ุชููƒูู…ู’ ูƒููู’ู„ูŽูŠู’ู†ู ู…ูู†ู’ ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽุชูู‡ู ูˆูŽูŠูŽุฌู’ุนูŽู„ู ู„ูŽู‘ูƒูู…ู’ ู†ููˆุฑุงู‹ ุชูŽู…ู’ุดููˆู’ู†ูŽ ุจูู‡ูุŒ

(ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุงุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู) ูˆูŽู…ูŽุง ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู…ูู‘ู†ู’ ู†ูŽู‘ุงุตูุฑููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ุฌูŽุฒูŽุงุกู ุงู„ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุฏูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ุงู„ุณูŽู‘ูˆู’ุกูุŒ ุฏูŽู…ูŽู‘ุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ุŒ ุฃููˆู’ู„ูŽุฆููƒูŽ ูููŠ ุงู„ุฃูŽุฐูŽู„ูู‘ูŠู’ู†ูŽุŒ ููŽู…ูŽุง ุงุณู’ุชูŽุทูŽุงุนููˆุง ู…ูู†ู’ ู‚ููŠูŽุงู…ู ูˆูŽู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ููˆู’ุง ู…ูู†ู’ุชูŽุตูุฑููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ุงูŽ ูŠูŽู‡ู’ุฏููŠ ูƒูŽูŠู’ุฏูŽ ุงู„ู’ุฎูŽุงุฆูู†ููŠู’ู†ูŽุŒ ููŽุฃูŽูŠูŽู‘ุฏู’ู†ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุขูŽู…ูŽู†ููˆุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูŽุฏููˆูู‘ู‡ูู…ู’ ููŽุฃูŽุตู’ุจูŽุญููˆุง ุธูŽุงู‡ูุฑููŠู’ู†ูŽุŒ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูุฏูŽุงููุนู ุนูŽู†ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุงุŒ ูŠูŽุณู’ุนูŽู‰ ู†ููˆุฑูู‡ูู… ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู’ู‡ูู…ู’ุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุญูŽูููŠู’ุธูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ุŒ ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ุญูŽูููŠู’ุธูŒ ุนูŽู„ููŠู’ู…ูŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุญูŽูููŠุธูŒ ุนูŽู„ููŠู’ู…ูŒุŒ ุทููˆู’ุจูŽู‰ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุญูุณู’ู†ู ู…ูŽุขุจูุŒ ูˆูŽู‡ูู…ู’ ู…ูู‘ู†ู’ ููŽุฒูŽุนู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽุฆูุฐู ุขู…ูู†ููˆู’ู†ูŽุŒ ุฃููˆู’ู„ูŽู€ุฆููƒูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู ุงู„ุฃูŽู…ู’ู†ู ูˆูŽู‡ูู…ู’ ู…ูู‘ู‡ู’ุชูŽุฏููˆู’ู†ูŽุŒ ุฃููˆู’ู„ูŽู€ุฆููƒูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู‡ูŽุฏูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ููŽุจูู‡ูุฏูŽุงู‡ูู…ู ุงู‚ู’ุชูŽุฏูู‡ู’ุŒ ููŽู„ูŽุง ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู†ูŽูู’ุณูŒ ู…ูŽู‘ุง ุฃูุฎู’ูููŠูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู…ูู‘ู†ู’ ู‚ูุฑูŽู‘ุฉู ุฃูŽุนู’ูŠูู†ูุŒ ุฅูู†ูŽู‘ุง ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุตู’ู†ูŽุงู‡ูู… ุจูุฎูŽุงู„ูุตูŽุฉู ุฐููƒู’ุฑูŽู‰ ุงู„ุฏูŽู‘ุงุฑูุŒ ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ูู…ู’ ุนูู†ุฏูŽู†ูŽุง ู„ูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุตู’ุทูŽููŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฎู’ูŠูŽุงุฑูุŒ

ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู„ูุณูŽุงู†ูŽ ุตูุฏู’ู‚ู ุนูŽู„ููŠู‘ุงู‹ุŒ ูˆูŽู„ูŽู‚ูŽุฏู ุงุฎู’ุชูŽุฑู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุนูู„ู’ู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุขูˆูŽูŠู’ู†ูŽุงู‡ูู…ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ุฑูŽุจู’ูˆูŽุฉู ุฐูŽุงุชู ู‚ูŽุฑูŽุงุฑู ูˆูŽู…ูŽุนููŠู’ู†ูุŒ ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ ุฌูู†ุฏูŽู†ูŽุง ู„ูŽู‡ูู…ู ุงู„ู’ุบูŽุงู„ูุจููˆู’ู†ูŽุŒ ููŽุงู†ู’ู‚ูŽู„ูŽุจููˆุงู’ ุจูู†ูุนู’ู…ูŽุฉู ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽููŽุถู’ู„ู ู„ูŽู‘ู…ู’ ูŠูŽู…ู’ุณูŽุณู’ู‡ูู…ู’ ุณููˆุกูŒุŒ ุฅูู„ุงูŽู‘ ู‚ูŽู„ููŠู’ู„ุงู‹ ุณูŽู„ุงูŽู…ุงู‹ ุณูŽู„ุงูŽู…ุงู‹ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ู‚ูŽู„ูุจู ุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู‡ู ู…ูŽุณู’ุฑููˆู’ุฑุงู‹ุŒ (ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ูŠูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุง ุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู) ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุธูุฑู ู‡ูŽุคูู„ูŽุงุกู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุตูŽูŠู’ุญูŽุฉู‹ ูˆูŽุงุญูุฏูŽุฉู‹ ู…ูŽู‘ุง ู„ูŽู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ููŽูˆูŽุงู‚ูุŒ ูˆูŽู…ูŽุฒูŽู‘ู‚ู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ูƒูู„ูŽู‘ ู…ูู…ูŽุฒูŽู‘ู‚ูุŒ ุณูŽู†ูุฑููŠู’ู‡ูู…ู’ ุขูŠูŽุงุชูู†ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุขููŽุงู‚ู ูˆูŽูููŠ ุฃูŽู†ููุณูู‡ูู…ู’ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽุชูŽุจูŽูŠูŽู‘ู†ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ุณูŽู†ูุฑููŠู’ู‡ูู…ู’ ุขูŠูŽุงุชูู†ูŽุง ููŽุงุณู’ุชูŽู…ู’ุณููƒู’ ุจูุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฃููˆู’ุญููŠูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูุฑูŽุงุทู ู…ูู‘ุณู’ุชูŽู‚ููŠู’ู…ูุŒ ููŽุฅูู†ู’ ูƒูู†ู’ุชูŽ ูููŠ ุดูŽูƒูู‘ ู…ูู‘ู…ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ุฒูŽู„ู’ู†ูŽุง ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ููŽุงุณู’ุฃูŽู„ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ูŠูŽู‚ู’ุฑูŽุคููˆู’ู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ู…ูู† ู‚ูŽุจู’ู„ููƒูŽ ู„ูŽู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽุงุกูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ู…ูู†ู’ ุฑูŽู‘ุจูู‘ูƒูŽ ููŽู„ูŽุง ุชูŽูƒููˆู’ู†ูŽู†ูŽู‘ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูู…ู’ุชูŽุฑููŠู’ู†ูŽุŒ ููŽู„ูŽุง ุฃูู‚ู’ุณูู…ู ุจูู…ูŽูˆูŽุงู‚ูุนู ุงู„ู†ูู‘ุฌููˆู’ู…ู ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽู‚ูŽุณูŽู…ูŒ ู„ูŽู‘ูˆู’ ุชูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ู†ูŽ ุนูŽุธููŠู’ู…ูŒุŒ ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽู‡ูุฏู‹ู‰ ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉูŒ ู„ูู‘ู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽุŒ

ู‡ููˆูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠูŽ ุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุขูŠูŽุงุชูŒ ู…ูู‘ุญู’ูƒูŽู…ูŽุงุชูŒ ู‡ูู†ูŽู‘ ุฃูู…ูู‘ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูุŒ ุชูู„ู’ูƒูŽ ุขูŠูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู ู†ูŽุชู’ู„ููˆู’ู‡ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ููŽุจูุฃูŽูŠูู‘ ุญูŽุฏููŠู’ุซู ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุขูŠูŽุงุชูู‡ู ูŠูุคู’ู…ูู†ููˆู’ู†ูŽุŒ ู„ูŽู‘ู€ูƒูู†ู’ ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุจูู…ูŽุง ุฃูŽู†ุฒูŽู„ูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ูŽู‡ู ุจูุนูู„ู’ู…ูู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุฉู ูŠูŽุดู’ู‡ูŽุฏููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽูƒูŽููŽู‰ ุจูุงู„ู„ู‡ู ุดูŽู‡ููŠู’ุฏุงู‹ุŒ ูˆูŽูƒูŽููŽู‰ ุจูุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽูƒููŠู’ู„ุงู‹ ูˆูŽูƒูŽููŽู‰ ุจูุงู„ู„ู‡ู ู†ูŽุตููŠู’ุฑุงู‹ุŒ ูˆูŽูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู…ูู‘ู‚ููŠู’ุชุงู‹ุŒ ู‚ูู„ ู„ูŽู‘ูˆู’ ูƒูŽุงู†ูŽ ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑู ู…ูุฏูŽุงุฏุงู‹ ู„ูู‘ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชู ุฑูŽุจูู‘ูŠ ู„ูŽู†ูŽููุฏูŽ ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑู ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽู†ู’ููŽุฏูŽ ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชู ุฑูŽุจูู‘ูŠ ูˆูŽู„ูŽูˆู’ ุฌูุฆู’ู†ูŽุง ุจูู…ูุซู’ู„ูู‡ู ู…ูŽุฏูŽุฏุงู‹ (ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุงุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู) ููŽุณูŽูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ู†ูŽ ู…ูŽู†ู’ ู‡ููˆูŽ ุดูŽุฑูŒู‘ ู…ูŽู‘ูƒูŽุงู†ุงู‹ ูˆูŽุฃูŽุถู’ุนูŽูู ุฌูู†ู’ุฏุงู‹ุŒ ูˆูŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู„ูู…ูŽู‡ู’ู„ููƒูู‡ูู…ู’ ู…ูŽู‘ูˆู’ุนูุฏุงู‹ุŒ ูˆูŽู„ูŽู†ู’ ุชููู’ู„ูุญููˆุง ุฅูุฐุงู‹ ุฃูŽุจูŽุฏุงู‹ุŒ ูˆูŽุฃูŽู„ู’ู‚ู ู…ูŽุง ูููŠ ูŠูŽู…ููŠู’ู†ููƒูŽ ุชูŽู„ู’ู‚ูŽูู’ ู…ูŽุง ุตูŽู†ูŽุนููˆุง ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ุตูŽู†ูŽุนููˆู’ุง ูƒูŽูŠู’ุฏู ุณูŽุงุญูุฑู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠููู’ู„ูุญู ุงู„ุณูŽู‘ุงุญูุฑู ุญูŽูŠู’ุซู ุฃูŽุชูŽู‰ุŒ ุชูŽุญู’ุณูŽุจูู‡ูู…ู’ ุฌูŽู…ููŠุนุงู‹ ูˆูŽู‚ูู„ููˆู’ุจูู‡ูู…ู’ ุดูŽุชูŽู‘ู‰ุŒ

ุฅูู†ูŽู‘ ู‡ูŽู€ุคูู„ุงุกู ู…ูุชูŽุจูŽู‘ุฑูŒ ู…ูŽู‘ุง ู‡ูู…ู’ ูููŠู’ู‡ู ูˆูŽุจูŽุงุทูู„ูŒ ู…ูŽู‘ุง ูƒูŽุงู†ููˆุงู’ ูŠูŽุนู’ู…ูŽู„ููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฎูŽุณูุฑูŽ ู‡ูู†ูŽุงู„ููƒูŽ ุงู„ู’ู…ูุจู’ุทูู„ููˆู’ู†ูŽุŒุฃูŽู…ู’ ุชูŽุญู’ุณูŽุจู ุฃูŽู†ูŽู‘ ุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูŽู‡ูู…ู’ ูŠูŽุณู’ู…ูŽุนููˆู’ู†ูŽ ุฃูŽูˆู’ ูŠูŽุนู’ู‚ูู„ููˆู†ูŽ ุฅูู†ู’ ู‡ูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‘ุง ูƒูŽุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุนูŽุงู…ู ุจูŽู„ู’ ู‡ูู…ู’ ุฃูŽุถูŽู„ูู‘ ุณูŽุจููŠู’ู„ุงู‹ุŒ ูˆูŽุฃููˆู„ูŽู€ุฆููƒูŽ ู‡ูู…ู ุงู„ู’ุบูŽุงููู„ููˆู’ู†ูŽุŒูƒูŽุฐูŽู„ููƒูŽ ูŠูŽุทู’ุจูŽุนู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูู„ููˆู’ุจู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ู†ูŽุŒ (ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุคูู†ูŽุง ู„ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูู„ููˆู’ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ูˆูŽู„ูŽุงุจูุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ู„ูŽุง ู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฅููŠู’ุตูŽุงู„ู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุญูŽุงู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ู) ูˆูŽูˆูŽู‚ูŽุนูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆู’ู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุจูู…ูŽุง ุธูŽู„ูŽู…ููˆู’ุง ููŽู‡ูู…ู’ ู„ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุทูู‚ููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุงูŽุฑู’ูƒูŽุณูŽู‡ูู…ู’ ุจูู…ูŽุง ูƒูŽุณูŽุจููˆู’ุงุŒ ู‡ููˆูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุงูŽุจู’ุฏูŽูƒูŽ ุจูู†ูŽุตู’ุฑูู‡ู ูˆูŽุจูุงู„ู’ู…ููˆุกูู…ูู†ููŠู’ู†ูŽุŒ ู‚ูู„ู’ู†ูŽุง ูŠูŽุง ู†ูŽุงุฑู ูƒููˆู’ู†ููŠู’ ุจูŽุฑู’ุฏู‹ุง ูˆูŽุณูŽู„ูŽุงู…ู‹ุง ุนูŽู„ูŽูŠ ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุฑูŽุฏููˆู’ุง ุจูู‡ู ูƒูŽูŠู’ุฏู‹ุง ููŽุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู ุงู„ู’ุงูŽุฎู’ุณูŽุฑููŠู’ู†ูŽุŒ ุฅูู†ูŽู‘ ุฑูŽุจูู‘ูŠ ุนูŽู„ูŽูŠ ุตูุฑูŽุงุทู ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู’ู…ูŽุŒ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ู’ ูˆูŽุฑูŽุงุฆูู‡ูู…ู’ ู…ูุญููŠู’ุทูŒ ุจูŽู„ู’ ู‡ููˆูŽ ู‚ูŽุฑู’ุฃูŽู†ูŒ ู…ูุฌููŠู’ุฏูŒ ูููŠู’ ู„ูŽูˆู’ุญู ู…ูŽุญู’ูููˆู’ุธูุŒ ูˆูŽุตูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุงูŽู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง ูƒูŽุซููŠู’ุฑู‹ุง ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ.

Sumber: Alif.ID

62. Tarekat Saโ€™diyyah

Tarekat Sa'diyyah

Pendiri: syaikh Saโ€™d al-Dรฎn al-Jabbawi al-Syaibani al-Idrisi al-Hasani

Penyebaran: Syam, Mesir, Turki, Maroko dan lain-lain

Tharรฎqah ini dinisbatkan kepada syaikh Saโ€™d al-Dรฎn al-Jabbawi al-Syaibani al-Idrisi al-Hasani, lahir di makkah al-Mukarromah pada bulan Rojab tahun 460 H, wafat di Syam pada tanggal 9 Dzulhijjah 573 H.

Nasab beliau dari jalur ayah adalah Saโ€™d al-Dรฎn bin Yunus Syaibi bin Abdullรขh al-Maghroby bin Yunus al-Hasani bin Abi Suโ€™ud Muhammad Thayyib bin Ali Asyarif al-Idrisi al-Hasani al-Jannani bin Muayyadiddin al-Hasani bin Syaiban al-Idrisi al-Hasani bin Abdul Rahman al-Idrisi al-Hasani bin Ali al-Idrisi al-Hasani bin Abdullรขh al-Marokisyi al-Idrisi al-Hasani Ibnu Umar al-Idrisi al-Hasani Ibni Idris al-Anwar al-Hasani bin Idris Akbar al-Hasani (Pembuka kota maroko) bin Abdullรขh al-Madhzi bin Hasan al-Musyannah bin Sayyidina al-Hasan Assibti As, bin Sayyidina Ali Krw, bin Sayyidina Fatima al-Zahro binti Rasรปlullรขh Muhammad Saw.

Sedangkan nasab beliau dari jalur ibu adalah Saโ€™duddin bin Sayyidah Abidah az-zahidah Aisyah binti Ayyub bin Abdul Mukhsin bin Yahya bin Tsabit bin Khazim Ali Abi fawaris bin Mahdi bin Khusain bin Ahmad bin Musa al-Ridha bin Ibrohim al-Murtadha bin Musa al-Kadhim bin Jaโ€™far as-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin al-Imam Zainal Abidin bin Syaidina al-Husain as-Sibthi As, bin Sayyidina Ali Krw, Bin Sayyidah Fatima al-Zahro binti Sayyidina Muhammad al-Rasรปl Saw.

Pada usia 7 tahun beliau sudah hafal al-Qurโ€™an dan membacakannya di Masjid al-Haram, kemudian beliau menyempurnakan belajar beberapa ilmu agama (Tafsir, Hadits, Fiqih al-Syafiโ€™i) dari orang tuanya yaitu syaikh Yunus dan beberapa `ulamรขโ€™ yang mukim dan berziarah ke Makkah. Pada awalnya beliau adalah khalifah tharรฎqah Naqsyabandiyah khรขlidiyah, namun setelah bertemu Nabi beliau berpindah ke tharรฎqah as-Saโ€™diyah.

Ketika  menginjak dewasa orang tuanya mengikutkan Syaikh Saโ€™duddin untuk ikut berjihad bersama pasukan berkuda menuju negara Syiria di waktu perang salib menuju Baitul Maqdis (Palestina). Di waktu ikut berperang  beliau bertemu dan berkumpul dengan teman-teman yang jahat dan mengajak beliau untuk merampok di jalan hingga akhirnya datang pertolongan Allรขh Swt sebab barokah doโ€™a orang tuanya yang senantiasa tidak henti-hentinya memohon pada Allรขh Swt. agar syaikh Saโ€™duddin diberi hidayah oleh Allรขh Swt atau di ambil nyawanya, maka ditengah perjalanan beliau di anugerahi ilmu mukasyafah sehingga beliau bisa bertemu Rasรปlullรขh Saw dan disampingnya ada sahabat Abu Bakar al-Shiddiq r.a dan Sayyidina Ali Krw. Ada yang mengatakan beliau bersama sepuluh sahabat yang dijamin masuk syurga. Rasรปlullรขh Saw. bersabda pada Syaikh Saโ€™duddin:

ุฃูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽุฃู’ู†ู ู„ูู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุฃูŽู† ุชูŽุฎู’ุดูŽุนูŽ ู‚ูู„ููˆุจูู‡ูู…ู’ ู„ูุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู

Maka beliau menjawab Ya, mulai sekarang Wahai Rasรปlullรขh Saw. Akhirnya beliau menangis dan pingsan, setelah beliau sadar Rasรปlullรขh Saw. datang lagi dan mengusap dada beliau, dan Rasรปlullรขh Saw. memerintahkan Sayyidina Ali untuk memberi makan tiga kurma yang telah diludahi Rasรปlullรขh Saw. Seraya Rasรปlullรขh Saw. bersabda pada Syaikh Saโ€™duddin:

โ€œWahai Saโ€™duddin ambillah pusaka ini untukmu dan keluargamu setelahmu sampai hari kiamatโ€

setelah beliau terbangun tetaplah di dalam hati Syaikh Saโ€™duddin rasa khauf (takut pada Allรขh) setelah itu beliau langsung melepas pakaian dan membuang pedang untuk pergi berhidmad kepada orang tuanya dan memasuki dunia Tharรฎqah (tashawwuf) dan melakukan mujahadah dengan rasa nikmat tanpa kesulitan dan keterpaksaan, sebab barokah Rasรปlullรขh Saw., sampai akhirnya beliau termasuk Kibaru al-`Arifin (Wali Agung), dan mempunyai banyak Asraru al-Rabbani. Beliau menetap di syam dan mendirikan pesantren serta masjid yang digunakan untuk belajar ilmu dan maโ€™rifat.

Disamping itu beliau juga seorang muโ€™alif (pengarang kitab) di antara kitab yang beliau karang adalah kitab al-Futuh, kitab al-Hawatif, kitab al-Akhbar, kitab al-Waqai, kitab al-Aurรขd, kitab al-Qashaid wal Mandhumah, kitab al-Ushul: Zรขdu al-Fukhul min Ilmi Ushul, al-Risalah al-Saniah, al-Risalah al-Bahiyah, kitab al-Fiqih, Ighatsu al-Malghuf, kitab al-Tashawwuf: Iโ€™lamu al-Muโ€™minin, Tanwir al-Fikri, al-Minna al-Ilahiyyah, Assofakhatu al-NurรขniyyahDi antara karamah beliau adalah :

  1. Apabila beliau membaiat seseorang murid atau orang yang taubat, maka dia akan terputus dari dosa-dosa besar, dan apabila dia mau melakukan dosa besar maka dia akan mendapati syaikh di depannya.
  2. Pada suatu hari di hutan beliau bertemu seorang penggembala yang sedang memberi minum kambingnya di atas sumur, kemudian Syaikh meminjam timba tersebut namun timba itu terjatuh ke dasar sumur. Setelah peristiwa itu penggembala tersebut melihat Syaikh Saโ€™duddin dengan wajah murung, namun Syaikh Saโ€™duddin tersenyum seraya beliau mengatakan sabda Nabi โ€Sesungguhnya kebaikan ada padaku dan umatku sampai hari kiamatโ€. Maka naiklah timba tersebut dari dasar sumur.

Tharรฎqah ini mempunyai dua sanad yaitu; (1) Wahbi dan (2) Kasbi. Adapun sanad Wahbi itu langsung dari Nabi Muhammad Saw melalui pertemuan beliau dengan Rasรปlullรขh secara Kasyaf. Adapun sanad Kasbi itu dari syaikh Yunus al-Syaibani al-Makki al-Hasani dari syaikh Abu Bakar al-Nasรขji dari Abi al-Qosim al-Durjani dari Abi Utsman al-Maghribi dari Abi โ€˜Ali al-Katib dari syaikh Ali al-Raudzabaadi dari syaikh Junaidi al-Baghdadi dari Sari al-Saqathi dari Maโ€™ruf ibn Fairuz al-Karkhi dari Imam โ€˜Ali al-Rodhi dari Imam Musa al-Kadzรฎm dari bapaknya yaitu Imam Jaโ€™far al-Shรขdiq dari Muhammad al-Baqir dari โ€˜Ali Zain al-โ€˜Abidin dari Imam Husain al-Sibti dari orang tuanya yaitu Sayyidina Ali ibn Abi Thรขlib dari nabi Muhammad Saw.

Sumber: Alif.ID

63. Wirid Tarekat Saโ€™diyyah

Wirid Ashghรขr:

Wadzifah yang dibaca setelah subuh dan maghrib dengan berurutan dan jumlah yang telah ditentukan:

  1. Membaca al-Fatihah
  2. Surat al-Ikhlรขs
  3. Muโ€™awidzataini
  4. Awal dan akhirnya surat al-Baqarah
  5. Ayat-ayat tauhid dan ayat kursi
  6. Shalawat
  7. Istighfรขr
  8. Dzikir kepada Allรขh Swt. dan doโ€™a

Wirid Ausath:

Wadzifah yang dibaca setelah subuh dan maghrib dengan jumlah bilangan yang berbeda:

  1. Membaca al-Fatihah
  2. Surat al-Ikhlรขs
  3. Muโ€™awidzataini
  4. Awal dan akhirnya surat al-Baqarah
  5. Ayat-ayat tauhid dan ayat kursi
  6. Shalawat
  7. Istighfรขr
  8. Dzikir kepada Allรขh Swt. dan doโ€™a

Wirid Akbar:

Wadzifah yang dibaca setiap hari dengan berurutan dan bilangan yang telah ditentukan yang mencakup terhadap dzikir kepada Allรขh Swt. yang berjumlah tujuh asma` al-Husna:

 ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ุŒ ุงู„ู„ู‡ุŒ ู‡ูˆุŒ ุญูŠุŒ ูˆุงุญุฏุŒ ู‚ูŠูˆู…ุŒ ู‚ู‡ุงุฑ.  

Dan setiap dari salah satu nama tersebut mempunyai tata cara yang khusus dan tidak boleh pindah ke asma` yang lain, kecuali atas perintah mursyid yang berjumlah berkisar di antara sepuluh ribu dan seratus ribu:

Adapun wirid-wirid yang lain adalah:

  1. Wirid mutsallats
  2. Wirid musabbaโ€™
  3. Wirid al-Faddhiy
  4. Wirid al-Rรขid (hizib futuhรขt)
  5. Hizib al-Shafa
  6. Hizib al-Anwar
  7. Dan hizib al-Tahshin

Dan semua hizib ini dibaca dalam sehari dan semalam.

Wirid Musabbaโ€™ dan Mutsallats

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูก๏ดพ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ ๏ดฟูข๏ดพ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู€ู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูฃ๏ดพ ู…ูŽุงู„ููƒู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู†ู ๏ดฟูค๏ดพ ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุนู’ุจูุฏู ูˆุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู†ู ๏ดฟูฅ๏ดพ ุงู‡ู’ุฏูู†ูŽุง ุงู„ุตูู‘ุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ู…ูุณุชูŽู‚ููŠู…ูŽ ๏ดฟูฆ๏ดพ ุตูุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฃูŽู†ุนูŽู…ู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู‡ูู…ู’ ุบูŽูŠุฑู ุงู„ู…ูŽุบุถููˆุจู ุนูŽู„ูŽูŠู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ุงู„ุถูŽู‘ุงู„ูู‘ูŠู†ูŽ ๏ดฟูง๏ดพ. ุขู…ููŠู’ู†


ุงูŽู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูŽ ู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽู…ูŽุนููˆู’ุง ู„ูŽูƒูู…ู’ ููŽุงุฎู’ุดูŽูˆู’ู‡ูู…ู’ ููŽุฒูŽุงุฏูŽู‡ูู…ู’ ุฅูŠู’ู…ูŽุงู†ุงู‹ ูˆูŽ ู‚ูŽุงู„ููˆู’ุง ุญูŽุณู’ุจูู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ูˆูŽูƒููŠู’ู„ู ููŽุงู†ู’ู‚ูŽู„ูŽุจููˆู’ุง ุจูู†ูุนู’ู…ูŽุฉู ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ููŽุถู’ู„ู ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู…ู’ุณูŽุณู’ู‡ูู…ู’ ุณููˆู’ุกูŒ ูˆูŽ ุงุชูŽู‘ุจูุนููˆู’ุง ุฑูุถู’ูˆูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฐููˆู’ ููŽุถู’ู„ู ุนูŽุธููŠู’ู…ู 3ร—

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู 3ร—

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณููŠ ูˆูŽ ุฏููŠู’ู†ููŠ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ููŠ ูˆูŽ ู…ูŽุงู„ููŠ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ุฃูŽุนู’ุทูŽุงู†ููŠู’ู‡ู ุฑูŽุจู‘ูŠุŒ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุกูุŒ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกูุŒ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู‘ุฐููŠ ู„ูŽุง ูŠูŽุถูุฑูู‘ ู…ูŽุนูŽ ุงุณู’ู…ูู‡ู ุฏูŽุงุกูŒ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ู„ูŽุง ูŠูŽุถูุฑูู‘ ู…ูŽุนูŽ ุงุณู’ู…ูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ูููŠ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽ ู„ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุก 3ร—

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงููู’ุชูŽุชูŽุญู’ุชู ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽูˆูŽูƒูŽู„ู’ุชู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุญูŽุณู’ุจูู†ูŽุง ูˆูŽ ู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽูƒููŠู’ู„ูุŒ ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูุฏููŠู’ู†ููŠุŒ ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูุฏูู†ู’ูŠูŽุงูŠูŽุŒ ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูู…ูŽู†ู’ ุจูŽุบูŽู‰ ุนูŽู„ูŽูŠูŽู‘ุŒ ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู„ูู…ูŽู†ู’ ุญูŽุณูŽุฏูŽู†ููŠู’ุŒ ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูู…ูŽู†ู’ ูƒูŽุงุฏูŽู†ููŠ ุจูุณููˆู’ุกูุŒ ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกูุŒ ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ ู…ูู†ู’ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ู ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ุชู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ุนูŽุฑู’ุดู ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู… 7ร—

ุฃูŽุนููˆู’ุฐู ุจููƒูŽู„ูู…ูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุชูŽู‘ุงู…ูŽู‘ุงุชู ู…ูู†ู’ ุดูŽุฑูู‘ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ 3ร—

ุฃูŽุนููˆู’ุฐู ุจููˆูŽุฌู’ู‡ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูƒูŽุฑููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽ ุจููƒูŽู„ูู…ูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุชูŽู‘ุงู…ูŽู‘ุงุชู ุงู„ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒูŽุงุชู ุงูŽู„ูŽู‘ุชููŠ ู„ูŽุง ูŠูุฌูŽุงูˆูุฒูู‡ูู†ูŽู‘ ุจูุฑูŒู‘ ูˆูŽ ู„ูŽุง ููŽุงุฌูุฑูŒ ู…ูู†ู’ ุดูŽุฑูู‘ ู…ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุฒูู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ูˆูŽ ู…ูŽุง ูŠูŽุนู’ุฑูุฌู ููู‰ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ุดูŽุฑูู‘ ู…ูŽุง ุฐูŽุฑูŽุฃูŽ ูููŠ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ุดูŽุฑูู‘ ู…ูŽุง ูŠูŽุฎู’ุฑูุฌู ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ููุชูŽู†ู ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ู ูˆูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ู‡ุงุฑู ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ุทูŽูˆูŽุงุฑูู‚ู ุงู„ู„ูŽู‘ูŠู’ู„ู ูˆูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ู‡ูŽุงุฑู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุทูŽุงุฑูู‚ุงู‹ ูŠูŽุทู’ุฑูู‚ู ุจูุฎูŽูŠู’ุฑู ูŠูŽุง ุฑูŽุญู’ู…ูŽู† 3ร—


ุชูŽุญูŽุตูŽู‘ู†ู’ุชู ุจูุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู ุงู„ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ุงู„ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู…ู ุงูŽู„ูŽู‘ุฐููŠ ู„ูŽุง ูŠูŽุถูุฑูู‘ ู…ูŽุนูŽ ุงุณู’ู…ูู‡ู ุดูŽูŠู’ุกูŒ ูููŠ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽ ู„ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠู’ุนู ุงู„ุนูŽู„ููŠู’ู…ู 3ร—

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ุŒ ุงูŽู„ู„ู‡ู ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ู„ูŽุงุชูŽุฃู’ุฎูุฐูู‡ู ุณูู†ูŽุฉู ูˆูŽ ู„ูŽุง ู†ูŽูˆู’ู… ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽ ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ู…ูŽู†ู’ ุฐูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ูŠูŽุดู’ููŽุนู ุนูู†ู’ุฏูŽู‡ู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุฅูุฐู’ู†ูู‡ู ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ู’ููŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽ ู„ูŽุง ูŠูุญููŠู’ุทููˆู’ู†ูŽ ุจูุดูŽูŠูู’ุก ู…ูู†ู’ ุนูู„ู’ู…ูู‡ู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูู…ูŽุง ุดูŽุงุกูŽ ูˆูŽุณูุนูŽ ูƒูุฑู’ุณููŠูู‘ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽ ุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽุคููˆู’ุฏูู‡ู ุญููู’ุธูู‡ูู…ูŽุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู… 3ร—

ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุญูŽูููŠู’ุธู 7ร—

ูƒูฐู‡ูฐูŠูฐุนู“ุตู“ ูƒูููŽุงูŠูŽุชูู†ูŽุง ูˆูŽุตููŠูŽุงู†ูŽุชูู†ู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุกู ูˆูŽ ุงู„ุญูŽุณูŽุงุฏู ููŽุณูŽูŠูŽูƒู’ูููŠู’ูƒูŽู‡ูู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠู’ุนู ุงู„ุนูŽู„ููŠู’ู…ู 3ร—

ุญูฐู…ู“ ุนู“ุณู“ู‚ู“ ุญูู…ูŽุงูŠูŽุชูู†ูŽุง ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽุงู…ูŽุชูู†ูŽุง ู…ูู…ูŽู‘ุง ู†ูŽุฎู’ุฐูŽุฑู ูˆูŽ ู†ูŽุฎูŽุงููุŒ ุณูŽู„ูŽุงู…ูŒ ู‚ูŽูˆู’ู„ู‹ุง ู…ูู†ู’ ุฑูŽุจูู‘ ุฑูŽุญููŠู’ู…ู 3ร—

ุงู„ู„ู‡ู… ุงุญู’ููุธู’ู†ููŠู’ ู…ูู†ู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุฏูŽูŠ ูˆูŽ ูู…ู†ู’ ุฎูŽู„ู’ูููŠ ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ูŠูŽู…ููŠู’ู†ููŠู’ ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ุดูู…ูŽุงู„ููŠ ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ููŽูˆู’ู‚ููŠ ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ุชูŽุญู’ุชููŠ ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ุธูŽุงู‡ูุฑููŠู’ ูˆูŽ ู…ูู†ู’ ุจูŽุงุทูู†ููŠ 3ร—

ุงู„ู„ู‡ู… ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุงู„ูƒูููŽุงูŠูŽุฉู ูˆูŽ ุงู„ุตูŽู‘ูŠูŽุงู†ูŽุฉู ูˆูŽ ุงู„ุญูู…ูŽุงูŠูŽุฉู ูˆูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ูŽุฉู ู…ูู†ู’ ุขูŽููŽุงุชู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽ ุงู„ุขุฎูุฑูŽุฉู 3ร—

ุฃู„ู“ู…ู‘ู“ุŒ ุฃู„ู“ู…ู‘ู“ุฑูฐุŒ ุฃู„ู“ุฑูฐุŒ ูƒูฐู‡ูฐูŠูฐุนู“ุตู“ุŒ ุทูฐู‡ูฐุŒ ุทูฐุณู“ู…ู“ุŒ ูŠูฐุณู“ุŒ ุตู“ุŒ ุญูฐู…ู“ุŒ ุญูฐู…ู“ ุนู“ุณู“ู‚ู“ุŒ ู‚ู“ุŒ ู†ู“ุŒ ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ู ุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽ ุดูŽูŠู’ุฆู‹ุง ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽู‚ููˆู’ู„ูŽ ู„ูŽู‡ู ูƒูู†ู’ ููŽูŠูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ููŽุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุจููŠูŽุฏูู‡ู ู…ูŽู„ูŽูƒููˆู’ุชู ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ูˆูŽ ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุชูุฑู’ุฌูŽุนููˆู’ู†

Membaca al-Fatihah kepada:

  1. Ruh nabi Muhammad Saw.;
  2. Sahabat nabi;
  3. al-Quthb al-โ€˜Arif billรขh al-Sayyid al-Syaikh Saโ€™d al-Dรฎn al-Jabawi al-Syรฎbรขnรฎ al-Idrisรฎ al-Hasanรฎ;
  4. Para sahabat al-Quthb al-โ€˜Arif billรขh al-Sayyid al-Syaikh Saโ€™d al-Dรฎn al-Jabawi al-Syรฎbรขnรฎ al-Idrisรฎ al-Hasanรฎ;
  5. Para wali Allรขh Swt.;
  6. Dan orang-orang โ€˜Arif.

Sumber: Alif.ID

64. Wirid Harian Tarekat Saโ€™diyyah

Wirid Selama Satu Minggu

  • Wirid hari Sabtu:

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ูŽู‘ุฑุญููŠู’ู…ู

ุงู„ู„ู‡ู… ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ุฏููŠ ุงู„ู’ู‚ูŽุฏููŠู…ู ุงู„ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ุงู„ู’ู‚ูŽุงุฆูู…ู ุงู„ู’ู‚ูุฏูู‘ูˆู’ุณู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑู ุงู„ู’ู‚ูŽู‡ูŽู‘ุงุฑู ุงู„ู’ู‚ูŽุงุจูุถูุŒ ุฑูŽุจูู‘ ู‡ูŽุจู’ ู„ููŠ ู…ูู†ู’ ู„ูŽุฏูู†ู’ูƒูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ูˆูŽ ุญููƒู’ู…ูŽุฉู‹ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุจูู‡ู ุงู„ุญูŽูˆู’ู„ู ูˆูŽ ุงู„ุนูุฒูŽู‘ุฉู ูˆูŽ ุจูู‡ู ุงู„ุนูุฒูู‘ ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ุตู’ุฑูุŒ ุฅูู„ูฐู‡ููŠ ุจููƒูŽ ุงู„ู…ูุณู’ุชูŽุนูŽุงู†ู ููŽู„ุงูŽ ุชูŽูƒู’ู„ูู†ููŠู’ ุฅูู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณููŠู’ ุทูŽุฑู’ููŽุฉูŽ ุนูŽูŠู’ู†ูุŒ ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ 7ร—

  • Wirid hari Ahad:

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุงู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูู‘ูŠ ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ูŠูŽุง ุฐูŽุงุงู„ุฌูŽู„ูŽุงู„ู ูˆูŽ ุงู„ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ู ูŠูŽุง ุฐูŽุงุงู„ุทูู‘ูˆู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฅูู†ู’ุนูŽุงู…ู ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูŽ ุชูŽูˆูŽูƒูŽู„ู’ุชู ูŠูŽุง ุฑูŽุญููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ุฑูŽุญู’ู…ูฐู†ู ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู‡ู ุงู„ุนูุฒูŽู‘ุฉู ูˆูŽ ุงู„ุฌูŽุจูŽุฑููˆู’ุชู ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุงู„ุณูู‘ุฑูู‘ ูˆูŽ ุฃูŽุฎู’ููŽู‰ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ ูˆูŽ ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ุญูŽู‚ูู‘ ุดูŽู‡ูุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ูˆูŽุงู„ู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุฉู ูˆูŽ ุฃููˆู’ู„ููˆู’ ุงู„ุนูู„ู’ู…ู ู‚ูŽุงุฆูู…ุงู‹ ุจูุงู„ู‚ูุณู’ุทู ู„ูŽุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ู‡ููˆูŽ ุงู„ุนูŽุฒููŠู’ุฒู ุงู„ุญูŽูƒููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู‡ููˆูŽ ุจูุนูุฒูŽู‘ุชูู‡ู ุนูŽุฒููŠู’ุฒูŒ ูŠูŽุง ู‡ููˆูŽ ูŠูŽุง ู‡ููˆูŽ ูŠูŽุงู‡ููˆูŽ ูŠูŽุง ู‡ููˆูŽ ูŠูŽุง ู‡ููˆูŽ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ 5ร—

  • Wirid hari Senin:

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุฅูู„ูฐู‡ููŠู’ ุจูู‚ูุฏู’ุฑูŽุชููƒูŽ ูˆูŽ ุนูู„ู’ู…ููƒูŽ ูˆูŽ ุญูู„ู’ู…ููƒูŽ ูˆูŽ ุนูุฒูŽู‘ุชููƒูŽ ูˆูŽ ุฌูŽุจูŽุฑููˆู’ุชููƒูŽ ูˆูŽ ู„ูŽุง ู‡ูŽูˆู’ุชู ูˆูŽ ู†ูŽุงุณูŽูˆู’ุชู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽูƒููˆู’ู†ูŽุŒ ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ุŒ ูŠูŽุง ุฑูŽุญู’ู…ูฐู†ูุŒ ูŠูŽุง ุณูŽู„ุงูŽู…ูุŒ ูŠูŽุง ุณูŽู„ุงูŽู…ูุŒ ูŠูŽุง ุณูŽู„ุงูŽู…ูุŒ ูŠูŽุง ุณูŽู„ุงูŽู…ูุŒ ูŠูŽุง ุณูŽู„ุงูŽู…ูุŒ ูŠูŽุง ุณูŽู„ุงูŽู…ูุŒ ูŠูŽุง ุณูŽู„ุงูŽู…ูุŒ ุณูŽู„ูู‘ู…ู’ู†ููŠู’ ู…ูู†ู’ ุขููŽุงุชู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽ ุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ุจูุญูŽู‚ูู‘ ุณูŽู„ุงูŽู…ู ู‚ูŽูˆู’ู„ู‹ุง ู…ูู†ู’ ุฑูŽุจูู‘ ุฑูŽุญููŠู’ู…ู ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ 5ร—

  • Wirid hari Selasa:

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุฅูู„ูฐู‡ููŠ ุนูŽุงููู†ููŠ ู…ูู†ู’ ุณูŽู‚ูŽุงู…ููŠ ูˆูŽ ุงูƒู’ููู†ููŠ ุงู„ุดูŽู‘ุฑูŽู‘ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฌูŽุงุจูŽ ุฏูŽุนู’ูˆูŽุฉูŽ ุฒูŽูƒูŽุฑููŠูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุจู’ู„ูŽ ุชูŽุณู’ุจููŠู’ุญู ูŠููˆู’ู†ูุณูŽ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ุฅูู†ูู‘ูŠ ูƒูู†ู’ุชู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุธูŽู‘ุงู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ุฅูุณู’ุชูŽุฌูุจู’ ู„ููŠู’ ูˆูŽ ู†ูŽุฌูู‘ู†ููŠ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽู…ูู‘ ูˆูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ููŠู’ ู…ูู†ู’ู‡ู ููŽุฑู’ุฌุงู‹ ูˆูŽู…ูู†ู’ ูƒูู„ูู‘ ุจูŽู„ุงูŽุกู ู…ูŽุฎู’ุฑูŽุฌู‹ุงุŒ ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ููุŒ ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ููุŒ ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ููุŒ ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ููุŒ ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ููุŒ ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ููุŒ ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ููุŒ ุฃูู„ู’ุทููู’ ุจูู†ูŽุง ู„ูุทู’ูู‹ุง ุฎูŽูููŠู‹ู‘ุง ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ 5ร—

  • Wirid hari Rabu:

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู†ู’ ุฎูŽู„ู’ู‚ูู‡ู ูŠูŽุง ุนูŽู„ููŠู’ ูŠูŽุง ุฃูŽุจู’ุฏููŠู’ ูŠูŽุง ุฏูŽู‡ู’ุฑููŠ ูŠูŽุง ุฏูŽูŠู’ู…ููˆู’ู…ููŠู’ ูŠูŽุง ู…ูู‡ูŽูŠู’ู…ูู†ู ูŠูŽุง ุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑู ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุจูุฑูŽุณููˆู’ู„ููƒูŽ ุงู„ู…ูุตู’ุทูŽููฐู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงู„ู‚ูุฑูŽุดููŠูู‘ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ุชูู‡ู ุณูŽุจู’ุนู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุซูŽุงู†ููŠู’ ูˆูŽ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ุนูŽุธููŠู’ู…ู ุฃูŽุญู’ุฌูุจู’ู†ููŠูู‘ ุนูŽู†ู’ ู…ูุถูุฑูŽู‘ุฉู ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆููŠ ููŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงููุนู ูˆูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ุถูŽู‘ุงุฑู ูˆูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงูŽู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู‚ูŽุงู…ูŽุชู’ ุจูู‚ูุฏู’ุฑูŽุชููƒูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽูˆูŽุงุชู ูŠูŽุง ู…ูŽุงู„ููƒู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูŽ ุงุนู’ุชูู…ูŽุงุฏููŠู’ ูˆูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฑูŽุจูู‘ูŠ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุจููƒูŽ ุฃูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆููŠ ูˆูŽ ุจููƒูŽ ุฃูŽุซูู‚ู ูˆูŽ ุจููƒูŽ ุฃูŽู„ู’ุชูŽุฌููŠู’ุกู ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู’ู„ุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุกู ุงู„ู’ุญูุณู’ู†ูŽู‰ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ููŽู„ู’ูŠูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู ุงู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽ ู„ูŽุง ุญูŽูˆู’ู„ุงูŽ ูˆูŽ ู„ูŽุง ู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู’ู„ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู’ู„ุนูŽุธููŠู’ู…ู ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ูŠูŽุง ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ู‡ูŽุจู’ ู„ููŠ ู…ูู†ู’ ู„ูŽุฏูู†ู’ูƒูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ 7ร—

  • Wirid hari Kamis:

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุงู„ู„ู‡ู… ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู‡ู ุงู„ุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุกู ุงู„ุญูุณู’ู†ูฐู‰ ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุจูุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ุงู„ู’ุญูŽุฑูŽุงู…ู ูˆูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุดู’ุนูŽุฑู ุงู„ู’ุญูŽุฑูŽุงู…ู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุบู’ููุฑูŽ ู„ููŠ ุฐูู†ููˆู’ุจููŠ ูŠูŽุง ุบูŽูููˆู’ุฑู ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฌูŽุงุจูŽ ู†ููˆู’ุญุงู‹ ููŠู ู‚ูŽูˆู’ู…ูู‡ู ูˆูŽ ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆูู‡ู ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุดูŽู‡ูุฏูŽุชู’ ุจููˆูŽุญู’ุฏูŽุงู†ููŠูŽู‘ุชูู‡ู ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ูƒูŽุงุฆูู†ูŽุงุชูุŒ ูŠูŽุง ููŽุชูŽู‘ุงุญู ูŠูŽุง ุนูŽู„ููŠู’ู…ู ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ุงูู’ุชูŽุญู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู†ูŽุง ูˆูŽ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ู‚ูŽูˆู’ู…ูู†ูŽุง ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ูˆูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ููŽุงุชูุญููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ูŠูŽุง ู…ููู’ุชูุญูŽ ุงู„ุฃูŽุจู’ูˆูŽุงุจู ุงููู’ุชูŽุญู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุฑูŽุญู’ู…ูŽุชูŽูƒูŽ ูˆูŽ ุงู‚ู’ุถู ู„ูŽู†ูŽุง ุงู„ู’ุญูŽูˆูŽุงุฆูุฌูŽ ูŠูŽุง ููŽุชูŽู‘ุงุญู ูŠูŽุง ููŽุชูŽู‘ุงุญู ูŠูŽุง ููŽุชูŽู‘ุงุญู ูŠูŽุง ููŽุชูŽู‘ุงุญู ูŠูŽุง ููŽุชูŽู‘ุงุญู ูŠูŽุง ููŽุชูŽู‘ุงุญู ูŠูŽุง ููŽุชูŽู‘ุงุญู ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ 5ร—

  • Wirid hari Jumโ€™at dibaca setelah shalat Jumโ€™at:

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูฐู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽ ุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูู‘ู…ู’ุŒ ุฅูู„ูฐู‡ููŠ ู„ูŽูƒูŽ ู…ูู‚ูŽุงู„ููŠู’ุฏู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ุชูุนู’ุทููŠ ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽ ุชูุญู’ุฑูู…ู ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุกู ููŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุดูŽุฑูŽุญูŽุชู’ ุตูุฏููˆู’ุฑูู‡ูู…ู’ ุจูุงู„ู’ุนูŽุทูŽุงุกู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุนูŽุงุฑููู ูˆูŽ ุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูŽุจููŠู’ุฏููƒูŽ ุงู„ู’ู…ูุดูŽุงู‡ูุฏููŠู’ู†ูŽ ู„ูุญูŽุถู’ุฑูŽุฉู ู‚ูุฏู’ุณููƒูŽ ูˆูŽ ู‚ูŽุฏูู‘ุณู’ู†ูŽุง ูˆูŽ ู‚ูŽุฑูู‘ุจู’ู†ูŽุง ูˆูŽ ุนูŽู„ูู‘ู…ู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ู„ูŽุฏูู†ู’ูƒูŽ ุนูู„ู’ู…ุงู‹ ุฑูŽุจูŽู‘ุงู†ููŠู‹ู‘ุง ูˆูŽ ุญููƒู’ู…ูŽุฉู‹ ูˆูŽ ุฑูŽุฃู’ููŽุฉู‹ ูˆูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ูˆูŽ ุณูุนูŽ ูƒูุฑู’ุณููŠูู‘ู‡ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽูˆูŽุงุชู ูˆูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽ ู„ูŽุง ูŠูŽุคูุฏูู‡ู ุญููู’ุธูู‡ูู…ูŽุง ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ูŠูŽุง ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ูŠูŽุง ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ูŠูŽุง ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ูŠูŽุง ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ุนูŽุธููŠู’ู…ู ุŒ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ 7ร—

Syaikh berkata wirid syaikhina Ra. dibaca setelah menunaikan shalat shubuh :

ูŠูŽุง ู‚ูŽุงุฏูุฑู ูŠูŽุง ู‚ูŽุงู‡ูุฑู ูŠูŽุง ุธูŽุงู‡ูุฑู ูŠูŽุง ุจูŽุงุทูู†ู ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ูู ูŠูŽุง ุนูŽู„ููŠู’ู…ู ูŠูŽุง ุฎูŽุจููŠู’ุฑู ู‚ูŽูˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ูˆูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ูŠูŽู†ู’ููŽุฎู ูููŠ ุงู„ุตูู‘ูˆู’ุฑู ุนูŽุงู„ูู…ู ุงู„ู’ุบูŽูŠู’ุจู ูˆูŽ ุงู„ุดูŽู‘ู‡ูŽุงุฏูŽุฉู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู’ู…ู ุงู„ู’ุฎูŽุจููŠู’ุฑู 41ร—

Wirid syaikhina Ra. yang dibaca setiap hari setelah menunaikan sholat fardhu sebelum berdoโ€™a:

  1. ู„ูŽุง ุฅูู„ู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู 161x
  2. Ayat kursi 2x
  3. ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ูˆูŽ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู ูˆูŽ ู„ูŽุง ุญูŽูˆู’ู„ูŽุง ูˆูŽ ู„ูŽุง ู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู 5x
  4. Kemudian berdoโ€™a kepada Allรขh S

Wirid Mingguan Syaikh al-โ€˜Izham

  1. Wirid hari Jumโ€™at ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู 1000x
  2. Wirid hari Sabtu ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู 1000x
  3. Wirid hari Ahad ูŠูŽุง ุญูŽูŠูู‘ ูŠูŽุง ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู 1000x
  4. Wirid hari Senin ู„ูŽุง ุญูŽูˆู’ู„ูŽุง ูˆูŽ ู„ูŽุง ู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู 1000x
  5. Wirid hari Selasa ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽ ุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูู‘ู…ู’ 1000x
  6. Wirid hari Rabu ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ 1000x
  7. Wirid hari Kamis ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุจูุญูŽู…ู’ุฏูู‡ู 1000x
  8. Wirid malam Jumโ€™at ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู 786x
  9. Wirid malam Sabtu ูŠูŽุง ุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑู 500x
  10. Wirid malam Minggu ูŠูŽุง ููŽุชูŽู‘ุงุญู 500x
  11. Wirid malam Senin ูŠูŽุง ุฌูŽู„ููŠู’ู„ู ูŠูŽุง ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู 500x
  12. Wirid malam Selasa ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ูู 500x
  13. Wirid malam Rabu ูŠูŽุง ุบูŽู†ููŠูู‘ ูŠูŽุง ู†ูŽุงููุนู 500x
  14. Wirid malam Kamis ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู 500x
  15. Setelah selesai semua diakhiri dengan membaca: ู„ูŽุง ุญูŽูˆู’ู„ูŽุง ูˆูŽ ู„ูŽุง ู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู

Wirid yang Dilakukan untuk Suluk dan Tabarruk

Wirid Fadhi (dilakukan setelah tawajjuh dan membaca surat al-Fatihah):

  1. ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ูˆูŽ ุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู‡ู 100ร—
  2. ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ูŽุง ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ูุŒ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ูˆูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ 100ร—
  3. ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ูˆูŽ ู„ุงูŽ ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู 100ร—
  4. ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุจูุญูŽู…ู’ุฏูู‡ู 100ร—
  5. ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูƒูŽู…ูŽุง ุตูŽู„ูŽู‘ูŠู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ูˆูŽ ุจูŽุงุฑููƒู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุขู„ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูƒูŽู…ูŽุง ุจูŽุงุฑูŽูƒู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ูููŠ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุญูŽู…ููŠู’ุฏูŒ ู…ูŽุฌููŠู’ุฏูŒ 100ร—
  6. Kemudia diam sejenak dan berdoโ€™a

Wirid yang dilakukan setelah shalat shubuh (dilakukan setelah tawajjuh dan membaca surat al-Fatihah):

  1. ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ 100
  2. ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽุงุฏููŠ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ุŒ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽุงุฏููŠ ุฅูู„ุงูŽู‘ ู‡ููˆูŽุŒ ุญูŽุณู’ุจููŠู’ ุฑูŽุจูู‘ูŠ ุฌูŽู„ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ู…ูŽุงูููŠ ุจูู‚ูŽู„ู’ุจููŠ ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูˆูŽู†ููˆู’ุฑู ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู 10ร—
  3. ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู 100ร—
  4. ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู 200ร—
  5. ุงูŽู„ู„ู‡ู ุงูŽู„ู„ู‡ู 100ร—
  6. ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ 100ร—
  7. ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู 100ร—
  8. ูŠูŽุง ู„ูŽุทููŠู’ูู 133ร—
  9. Kemudian membaca surat al-Fatihah dan berdoโ€™a

Wirid yang dilakukan siang hari pada hari Jumโ€™at:

  1. ุงูŽู„ู„ู‡ู ุงูŽู‘ู„ุฐููŠ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ูˆูŽ ุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ุฐูู‘ู†ููˆู’ุจู ูˆูŽ ุงู„ู’ุขููŽุงุชู 300ร—
  2. Istighfรขr dan shalawat kepada nabi Muhammad Saw.

Sumber: Alif.ID

65. Wadzifah al-โ€˜Ammah Tarekat Saโ€™diyyah

Wazhifah Thariqah Saโ€™diyah

Di dalam thariqah Saโ€™diyah ada beberapa wazhifah yang dilakukan secara berjamaโ€™ah diantaranya:

A. Al-Wazhifah al-โ€˜Ammah

Al-Wazhifah al-โ€˜Ammah adalah wazhifah yang dibaca dimajlis-majlis umum yang dihadiri para murid dan pecinta dzikir para Allah. Caranya adalah:

  • Tawajuh kepada Sayyidina Muhammad Saw.
  • Membaca al-Fatihah kepada Nabi Muhammad Saw. keluarga dan shahabatnya, kepada Sayyidina Saโ€™duddin dan semua para wali dengan niat agar mendapatkan futuh (dibuka hati) dari Allรขh Swt.
  • Membaca ayat suci al-Qurโ€™an:

ุงูŽุนููˆู’ุฐู ุจูุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุฌููŠู’ู…ูุŒ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ูุŒ ูˆูŽู…ูŽุง ุชูู‚ูŽุฏูู‘ู…ููˆู’ุง ู„ูุฃูŽู†ููุณููƒูู…ู’ ู…ูู‘ู†ู’ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุชูŽุฌูุฏููˆู’ู‡ู ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู‡ููˆูŽ ุฎูŽูŠู’ุฑุงู‹ ูˆูŽุฃูŽุนู’ุธูŽู…ูŽ ุฃูŽุฌู’ุฑุงู‹ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุบู’ููุฑููˆู’ุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุบูŽูููˆุฑูŒ ุฑูŽู‘ุญููŠู…ูŒ

  • Membaca istighfar 100 kali dan diakhiri dengan ucapan:

ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ูˆูŽุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุธูŽุงู„ูู…ู ู„ูŽุง ูŠูŽู…ู’ู„ููƒู ู„ูู†ูŽูู’ุณูู‡ู ู†ูŽูู’ุนู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ุถูŽุฑู‹ู‘ุง ูˆูŽู„ูŽุง ู‚ููˆูŽู‘ุฉู‹ ูˆูŽู„ูŽุง ุญูŽูŠูŽุงุฉู‹ ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูุดููˆู’ุฑู‹ุง.

  • Membaca shalawat Nabi yang di dahului dengan ayat shalawat

ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ูู‘ูˆู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุตูŽู„ูู‘ูˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ููˆุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู…ุงู‹

  • Setelah itu membaca shalawat syarรฎfah

ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽู†ูŽุจููŠูู‘ูƒูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ููƒูŽุŒ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงู„ู’ุงูู…ูู‘ูŠูู‘ุŒ ุตูŽู„ูŽุงุฉู‹ ุชูู†ู’ุฌููŠู’ู†ูŽุง ุจูู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุงูŽู‡ู’ูˆูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ุขููŽุงุชูุŒ ูˆูŽุชูŽู‚ู’ุถููŠู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุจูู‡ูŽุง ุฌูŽู…ููŠู’ุนูŽ ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุงุชูุŒ ูˆูŽุชูุทูŽู‡ูู‘ุฑูู†ูŽุง ุจูู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ุณูŽู‘ูŠูู‘ุฆูŽุงุชูุŒ ูˆูŽุชูŽุฑู’ููŽุนูู†ูŽุง ุจูู‡ูŽุง ุฃูŽุนู’ู„ูŽู‰ ุงู„ุฏูŽู‘ุฑูŽุฌูŽุงุชูุŒ ูˆูŽุชูุจูŽู„ูู‘ุบูู†ูŽุง ุจูู‡ูŽุง ุฃูŽู‚ู’ุตูŽู‰ ุงู„ู’ุบูŽุงูŠูŽุงุชูุŒ ู…ูู†ู’ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑูŽุงุชู ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉู ูˆูŽุจูŽุนู’ุฏูŽ ุงู„ู’ู…ูŽู…ูŽุงุชู

  • Membaca surat al-Ikhlรขs 3 kali
  • Membaca surat Muโ€™awwidzataini 1 kali
  • Membaca surat al-Fatihah 1 kali
  • Membaca surat al-Baqarah (ayat 1-5) 1 kali
  • Ayat tauhid 1 kali:

ูˆูŽุฅูู„ูฐู‡ููƒูู…ู’ ุฅูู„ูฐู‡ูŒ ูˆูŽุงุญูุฏูŒ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

  • Membaca ayat kursi 1 kali
  • Membaca akhir surat al-Baqarah (ayat 285-286) 1 kali
  • Membaca kalimah ูˆูŽุงุนู’ูู ุนูŽู†ูŽู‘ุง ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง 3 kali
  • Membaca asmaul husna 1 kali
  • Bermunajat kepada Allรขh Swt. dengan membaca:

ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ุชูŽู‚ูŽุฏูŽู‘ุณูŽุชู’ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ุจูŽุงู‡ู ุฐูŽุงุชูู‡ูุŒ ูˆูŽุชูŽู†ูŽุฒูŽู‘ู‡ูŽุชู’ ุนูŽู†ู’ ู…ูุดูŽุงุจูŽู‡ูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุซูŽุงู„ู ุตูููŽุงุชูู‡ูุŒ ูˆูŽุดูŽู‡ูุฏูŽุชู’ ุจูุฑูุจููˆู’ุจููŠูŽู‘ุชูู‡ู ุขูŠูŽุชูู‡ูุŒ ูˆูŽุฏูŽู„ูŽู‘ุชู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ูˆูŽุญู’ุฏูŽู†ููŠูŽู‘ุชูู‡ู ู…ูŽุตู’ู†ููˆู’ุนูŽุชูู‡ู. ูˆูŽุงุญูุฏูŒ ู„ูŽุง ู…ูู†ู’ ู‚ูู„ูŽู‘ุฉูุŒ ูˆูŽู…ูŽูˆู’ุฌููˆู’ุฏูŒ ู„ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูู„ูŽู‘ุฉู. ุจูุงู„ู’ุจูุฑูู‘ ู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ููŒุŒ ูˆูŽุจูุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ู…ูŽูˆู’ุตููˆู’ููŒ. ู…ูŽุนู’ุฑููˆู’ููŒ ุจูู„ูŽุง ุบูŽุงูŠูŽุฉูุŒ ูˆูŽู…ูŽูˆู’ุตููˆู’ููŒ ุจูู„ูŽุง ู†ูู‡ูŽุงูŠูŽุฉูุŒ ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ูŒ ู‚ูŽุฏููŠู’ู…ูŒ ุจูู„ูŽุง ุงุจู’ุชูุฏูŽุงุกูุŒ ูˆูŽุขุฎูŽุฑูŒ ูƒูŽุฑููŠู’ู…ูŒ ุจูู„ูŽุง ุงู†ู’ุชูู‡ูŽุงุกูุŒ ู„ูŽุง ูŠูู†ู’ุณูŽุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู’ุจูŽู†ููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠููู’ู†ููŠู’ู‡ู ุชูŽุฏูŽุงูˆูู„ู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู‚ูŽุงุชูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุชููˆู’ู‡ูู†ูู‡ู ุงู„ุณูู‘ู†ููˆู’ู†ูŽุŒ ูƒูู„ูู‘ ู…ูŽุฎู’ู„ููˆู’ู‚ูŽุชูู‡ู ุชูŽุญู’ุชูŽ ู‚ูŽู‡ู’ุฑู ุนูŽุธู’ู…ูŽุชูู‡ูุŒ ูˆูŽุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุงูู ูˆูŽุงู„ู†ูู‘ูˆู’ู†ู. ูˆูŽุจูุฐููƒู’ุฑูู‡ู ุฃูŽู†ูุณูŽ ุงู„ู’ู…ูุฎู’ู„ูุตููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุจูุฑูุคู’ูŠูŽุชูู‡ู ุชูŽู‚ูŽุฑูŽู‘ ุงู„ู’ุนููŠููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุจูุชูŽูˆู’ุญูุฏูู‡ู ุงูุจู’ุชูŽู‡ูŽุฌูŽ ุงู„ู’ู…ูุณูŽุจูู‘ุญููˆู’ู†ูŽ. ู‡ูŽุฏูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุทูŽุงุนูŽุชูู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ุตูุฑูŽุงุทู ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู’ู…ูŽุŒ ูˆูŽุฃูŽุจูŽุงุญูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุชูู‡ู ุฌูŽู†ูŽู‘ุงุชู ุงู„ู†ูŽู‘ุนููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูู…ูŽ ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ุฃูŽู†ู’ููŽุงุณู ู…ูŽุฎู’ู„ููˆู’ู‚ูŽุงุชูู‡ู ุจูุนูู„ู’ู…ูู‡ู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽูŠูŽุฑูŽู‰ ุญูŽุฑูŽูƒูŽุงุชู ุฃูŽุฑู’ุฌูู„ู ุงู„ู†ูŽู‘ู…ู’ู„ู ููู‰ ุฌูŽู†ูŽุญู ุงู„ู’ู„ูŽูŠู’ู„ู ุงู„ู’ุจูŽู‡ููŠู’ู…ูุŒ ูŠูุณูŽุจูู‘ุญูู‡ู ุงู„ุทูŽู‘ูŠู’ุฑู ูููŠู’ ูˆูŽูƒู’ุฑูู‡ูุŒ ูˆูŽูŠูู…ูŽุฌูู‘ุฏูู‡ู ุงู„ู’ูˆูŽุญู’ุดู ูููŠู’ ู‚ูŽูู’ุฑูู‡ูุŒ ู…ูุญููŠู’ุทูŒ ุจูุนูŽู…ูŽู„ู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏู ุณูุฑูŽู‘ู‡ู ูˆูŽุฌูŽู‡ู’ุฑูŽู‡ูุŒ ูˆูŽูƒูŽูููŠู’ู„ูŒ ู„ูู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ุจูุชูŽุฃู’ูŠููŠู’ุฏูู‡ู ูˆูŽู†ูŽุตู’ุฑูู‡ูุŒ ูˆูŽุชูŽุทู’ู…ูŽุฆูู†ูู‘ ุงู„ู’ู‚ูู„ููˆู’ุจู ุงู„ู’ูˆูŽุฌูู„ูŽุฉู ุจูุฐููƒู’ุฑูู‡ู ูˆูŽูƒูŽุดู’ูู ุถูุฑูู‘ู‡ู. ูˆูŽู…ูู†ู’ ุขูŠูŽุงุชูู‡ู ูˆูŽู…ูู†ู’ ุขูŠูŽุงุชูŽู‡ู ุฃูŽู†ู’ ุชูŽู‚ููˆู’ู…ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงุกูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูŽ ุจูุฃูŽู…ู’ุฑูู‡ูุŒ ุฃูŽุญูŽุงุทูŽ ุจููƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ุนูู„ู’ู…ู‹ุงุŒ ูˆูŽุบูŽููŽุฑูŽ ุฐูู†ููˆู’ุจูŽ ุงู„ู’ู…ูุฐูŽู†ูู‘ุจููŠู’ู†ูŽ ูƒูŽุฑูŽู…ู‹ุง ูˆูŽุญูู„ู’ู…ู‹ุงุŒ ู„ูŽูŠู’ุณูŽ ูƒูŽู…ูุซู’ู„ูู‡ู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุจูŽุตููŠู’ุฑูโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆโ€ฆ1ร—

ุงู„ู„ู‡ู… ุงูƒู’ููู†ูŽุง ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกูŽ ุจูู…ูŽุง ุดูุฆู’ุชูŽ ูˆูŽูƒูŽูŠู’ููŽ ุดูุฆู’ุชูŽ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒโ€ฆโ€ฆโ€ฆ3ร—

ูŠูŽุง ู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ู„ูŽู‰ ูˆูŽูŠูŽุง ู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุตููŠู’ุฑูุŒ ุบููู’ุฑูŽุงู†ูŽูƒูŽ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ูˆูŽุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุตููŠู’ุฑูุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุญูŽูˆู’ู„ูŽ ูˆูŽู„ูŽุง ู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ู„ูŽุง ู†ูุญู’ุตููŠู’ ุซูŽู†ูŽุงุกู‹ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ูƒูŽู…ูŽุง ุฃูŽุซู’ู†ูŽูŠู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽุŒ ุฌูŽู„ูŽู‘ ูˆูŽุฌู’ู‡ููƒูŽุŒ ูˆูŽุนูŽุฒูŽู‘ ุฌูŽุงุฑููƒูŽุŒ ูˆูŽูŠูŽูู’ุนูŽู„ู ุงู„ู„ู‡ู ู…ูŽุง ูŠูŽุดูŽุงุกู ุงู„ู„ู‡ู ุจูู‚ูุฏู’ุฑูŽุชูู‡ูุŒ ูˆูŽูŠูŽุญู’ูƒูู…ู ู…ูŽุง ูŠูุฑููŠู’ุฏู ุจูุนูุฒูŽู‘ุชูู‡ูุŒ ูŠูŽุง ุญูŽูŠูู‘ ูŠูŽุง ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ูŠูŽุง ุจูŽุฏููŠู’ุนูŽ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถูุŒ ูŠูŽุง ู…ูŽุงู„ููƒูŽ ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒูุŒ ูŠูŽุง ุฐูŽุง ุงู„ู’ุฌูŽู„ูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ูุŒ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฃูŽู†ู’ุชูŽุŒ ุจูุฌูŽุงู‡ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ ุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุงุŒ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽููู‘ู‚ู’ู†ูŽุงุŒ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุตู’ู„ูุญู’ู†ูŽุง.

ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชูู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ุญูŽู…ููŠู’ุฏูŒ ู…ูŽุฌููŠู’ุฏูŒุŒ ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูุฑููŠุฏู ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ู ู„ููŠูุฐู’ู‡ูุจูŽ ุนูŽู†ูƒูู…ู ุงู„ุฑูู‘ุฌู’ุณูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชู ูˆูŽูŠูุทูŽู‡ูู‘ุฑูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุทู’ู‡ููŠุฑุงู‹ุŒ (ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ูู‘ูˆู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ูŠูŽุง ุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆุง ุตูŽู„ูู‘ูˆุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ููˆุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู…ุงู‹)ุŒ ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูƒูŽู…ูŽุง ุตูŽู„ูŽู‘ูŠู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽุŒ ูˆูŽุจูŽุงุฑููƒู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูƒูŽู…ูŽุง ุจูŽุงุฑูŽูƒู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽุŒ ูููŠู’ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุญูŽู…ููŠู’ุฏูŒ ู…ูŽุฌููŠู’ุฏูŒุŒ ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ุฎูŽู„ู’ู‚ููƒูŽุŒ ูˆูŽุฑูุถูŽุงุกูŽ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽุŒ ูˆูŽุฒูู†ูŽู‘ุฉูŽ ุนูŽุฑู’ุดููƒูŽุŒ ูˆูŽู…ูุฏูŽุงุฏูŽ ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชููƒูŽุŒ ูƒูู„ูŽู‘ู…ูŽุง ุฐูŽูƒูŽุฑูŽูƒูŽ ุงู„ุฐูŽู‘ุงูƒูุฑููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุบูŽููŽู„ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฐููƒู’ุฑููƒูŽ ุงู„ู’ุบูŽุงููู„ููˆู’ู†ูŽ.

ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุฃูŽูู’ุถูŽู„ูŽ ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽูˆูŽุงุชููƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุดู’ุฑูŽุงูู ู…ูŽุฎู’ู„ููˆู’ู‚ูŽุงุชููƒูŽ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ุŒ ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุนู’ู„ููˆู’ู…ูŽุชููƒูŽุŒ ูˆูŽู…ูุฏูŽุงุฏูŽ ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชููƒูŽุŒ ูƒูู„ูŽู‘ู…ูŽุง ุฐูŽูƒูŽุฑูŽูƒูŽ ุงู„ุฐูŽู‘ุงูƒูุฑููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุบูŽููŽู„ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฐููƒู’ุฑููƒูŽ ุงู„ู’ุบูŽุงููู„ููˆู’ู†ูŽ.

ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽู†ูŽุจููŠูู‘ูƒูŽ ูˆูŽุญูŽุจููŠู’ุจููƒูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ููƒู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงู„ู’ุฃูู…ูู‘ูŠูู‘ุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ุŒ ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽู…ูŽุง ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ู’ู‡ูู…ูŽุงุŒ ูˆูŽุฃูŽุฌู’ุฑูŽ ู„ูุทู’ูููƒูŽ ุงู„ู’ุฎูŽูููŠูู‘ ูููŠ ุฃูู…ููˆู’ุฑูู†ูŽุง ูˆูŽุฃูู…ููˆู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ.

ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ุŒ ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ูƒูŽุงู†ูŽ ูˆูŽุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ูŠูŽูƒููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ูƒูŽุงุฆูู†ูŒ ูููŠู’ ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู.

ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ูˆูŽุงุญูุŒ ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽุณูŽุฏูู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุฌู’ุณูŽุงุฏูุŒ ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุจู’ุฑูู‡ู ูููŠ ุงู’ู„ู‚ูุจููˆู’ุฑูุŒ ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ูููŠ ุงู„ู†ูู‘ูˆู’ุฑูุŒ ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงุณู’ู…ูู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ุฃูŽุณู…ูŽุงุกู.

ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุงู„ู’ุญูŽุจููŠู’ุจูุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุจููŠู’ู‡ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู’ู…ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽู„ููŠู’ู„ูุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุฎููŠู’ู‡ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ููˆู’ุณูฐู‰ ุงู„ู’ูƒูŽู„ููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ุงู„ู„ู‡ู ุนููŠู’ุณูฐู‰ ุงู„ู’ุฃูŽู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽู†ูŽุจููŠูู‘ูƒูŽ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุณูู„ูŽูŠู’ู…ูŽุงู†ูŽุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุจููŠู’ู‡ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฏูŽุงูˆูุฏูŽุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุทูŽุงุนูŽุชููƒูŽ ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ู…ูู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถููŠู’ู†ูŽุŒ ูƒูู„ูŽู‘ู…ูŽุง ุฐูŽูƒูŽุฑูŽูƒูŽ ุงู„ุฐูŽู‘ุงูƒูุฑููˆู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุบูŽููŽู„ูŽ ุนูŽู†ู’ ุฐููƒู’ุฑููƒูŽ ุงู„ู’ุบูŽุงููู„ููˆู’ู†ูŽ.

  • Membaca ayat al-Qurโ€™an yang mudah
  • Membaca shalawat:

ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูู‘ูˆู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูุจููŠู’ู†ู ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ุงู„ู’ู…ูุตู’ุทูŽููฐู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏู ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ.

ูŠูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุฑูŽุญู’ู…ูฐู†ู ุงูุฑู’ุญูŽู…ู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูŠูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุฑูŽุญู’ู…ูฐู†ู ูˆูŽููู‘ู‚ู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูŠูŽุง ุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุง ุฑูŽุญู’ู…ูฐู†ู ุงู†ู’ุตูุฑู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ุฃูŽู„ู’ููŽ ุตูŽู„ูŽุงุฉูุŒ ุฃูŽู„ู’ููŽ ุณูŽู„ูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽุฑูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ุงู„ู’ู…ูุตู’ุทูŽููฐู‰ ุฃูŽุดู’ุฑูŽููŽ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ. ูŠูŽุง ุญูŽู†ูŽู‘ุงู†ู ูŠูŽุง ู…ูŽู†ูŽู‘ุงู†ู ุชูŽูˆูŽููŽู‘ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูุŒ ุตูŽู„ูŽุงุชููŠู’ ูˆูŽุณูŽู„ูŽุงู…ููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุจูŽุฏู’ุฑู ุงู„ุชูŽู‘ู…ูŽุงู…ู ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉู ูˆูŽูููŠู’ ุทููˆู’ู„ู ุงู„ุฒูŽู‘ู…ูŽุงู†ูุŒ ุตูŽู„ูŽูˆูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู‡ู ุงู„ุดูŽู‘ุงู…ูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽู„ูŽุงู…ูŽุฉู ู†ูŽุจููŠูู‘ู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏูŒ ุงู„ู’ู…ูุธูŽู„ูŽู‘ู„ู ุจูุงู„ู’ุบูŽู…ูŽุงู…ูŽุฉู.

  • Tawasul kepada Nabi Muhammad Saw.
  • Bermunajat dengan cara seorang Syaikh membaca kalimat

ูŠูŽุง ู…ูุชูŽุฌูŽู„ูู‘ู‰ ุงูุฑู’ุญูŽู…ู’ ุฐูู„ูู‘ูŠุŒ ูŠูŽุง ู…ูุชูŽุนูŽุงู„ููŠ ุงูุฑู’ุญูŽู…ู’ ุญูŽุงู„ููŠ

setelah itu para jamaโ€™ah mengikutinya 3 kali.

  • Kemudian Syaikh membaca:

ูŠูŽุง ุฑูŽุจูู‘ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู„ู‡ู

setelah itu diikuti para jamaโ€™ah:

ูŠูŽุง ุฑูŽุจูู‘ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูŠูŽุง ุฑูŽุจูู‘ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ูŠูŽุง ุญูŽุณู’ุจูู‰ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู„ู‡ู

  • Syaikh membaca:

ูŠูŽุณูู‘ุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุนูู„ู’ู…ูŽ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู

kemudian para jamaโ€™ah mengikutinya 3 kali

  • Kemudian Syaikh membaca doโ€™a setelah selasai dzikir:

ุงู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูุตูŽู„ูู‘ูŠูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุนูŽุดููŠู’ุฑูŽุชูู‡ู ุงู„ุทูŽู‘ูŠูู‘ุจููŠู’ู†ูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุงู‡ูุฑููŠู’ู†ูŽ. ุงู„ู„ู‡ู… ุฃูŽู…ูุชู’ู†ูŽุง ุฐูŽุงูƒูุฑููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽุญู’ูŠูู†ูŽุง ุฐูŽุงูƒูุฑููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุญู’ุดูุฑู’ู†ูŽุง ุฐูŽุงูƒูุฑููŠู’ู†ูŽ ุชูŽุญู’ุชูŽ ู„ููˆูŽุงุกู ุณูŽูŠูู‘ุฏู ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽุญูู„ู’ ุจูŽูŠู’ู†ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ู ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ.

  • Membaca tahlil dengan cara Syaikh membaca:

ููŽุงุนู’ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽู†ูŽู‘ู‡ู ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู

kemudian diikuti para jamaโ€™ah sesuai dengan tuntunan dari Syaikh (100 kali)

  • Membaca dzikir ismu jalalah (ุงู„ู„ู‡ู) 100 kali
  • Kemudian para jamaโ€™ah membaca dzikir ุงู„ุญูŽูŠูู‘, ุงู„ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู, ุงู„ู„ู‡ู 100 kali
  • Syaikh membaca:

ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ูุŒ ู†ูŽุจููŠูู‘ู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏูŒ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ุญูŽู‚ู‹ู‘ุง ูˆูŽุตูุฏู’ู‚ู‹ุง. ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ุงู„ู„ู‡ู… ุชูŽู‚ูŽุจูŽู‘ู„ู’ ู…ูู†ูŽู‘ุง ุจูุณูุฑูู‘ ุงู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู.

  • Setelah itu para jamaโ€™ah membaca al-Fatihah sesuai dengan niat ini
  • Membaca ayat al-Qurโ€™an yang mudah
  • Syaikh membaca hadiah al-Fatihah kepada Nabi Muhammad Saw., para Nabi dan Rasรปl, Sayyidina Abu Bakar al-Shiddiq r.a, Sayyidina Umar, Sayyidina โ€˜Usman, Sayyidina โ€˜Ali, Sayyidina Hasan, Sayyidina Husain, dan seluruh ahli bait. Dan para jamaโ€™ah membaca surat al-Fatihah sesuai dengan niat tersebut.
  • Kemudian Syaikh membaca:

ูˆูŽุงูู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ูููŠู’ ุนูู„ู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏููŠู’ู…ู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุทูŽุงุนูŽุชูู‡ู ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ุณูŽุงุฏูŽุงุชูู†ูŽุง ุณูŽุงุฏูŽุงุชู ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุญูู…ูŽู‰ ูููŠู’ ู…ูŽุดูŽุงุฑูู‚ู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู…ูŽุบูŽุงุฑูุจูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽู†ู’ ู„ูŽู‡ู ูููŠู’ ุญูุจูู‘ู‡ูู…ู’ ู‚ูŽุฏูŽู…ูŒุŒ ุฃูŽูˆู’ ุณูŽุฑูู‘ู‡ูู…ู’ ู‚ูŽุฏูŽู…ูŒุŒ ุฃูŽูˆู’ ูููŠู’ ุณูŽู„ูŽูƒูู‡ูู…ู’ ู‚ูŽุฏูŽู…ูŒุŒ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู‹ุง ู„ูŽู‡ู ู…ูู†ูŽู‘ุง (ุจูุณูุฑูู‘ ุงู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู)

dan para jamaโ€™ah membaca surat al-Fatihah sesuai dengan niat tersebut

  • Syaikh membaca:

ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ูˆูŽู‚ููˆูŽู‘ุชููŠู’ ูˆูŽู…ูŽู„ูŽุงุฐููŠู’ ุงู„ู’ุบูŽูˆู’ุซู ุฃูŽุจููŠ ุงู„ู’ููุชููˆู’ุญู ุณูŽุนู’ุฏู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ุงู„ู’ุฌูŽุจูŽุงูˆููŠ ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ููŠุŒ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ุฃูŽูˆู’ู„ูŽุงุฏูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุญู’ููŽุงุฏูู‡ูุŒ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ู ู…ูู†ู’ ุดูŽูŠู’ุฎู ูˆูŽู…ูุฑููŠู’ุฏู ูˆูŽู…ูุญูุจูู‘ ูˆูŽู…ูู„ู’ุชูŽู…ูุณูุŒ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ู…ูŽุฑู’ุถููŠูŽู‘ุฉู ู„ูู„ู‡ูุŒ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ูˆูŽู„ููŠูู‘ ูˆูŽูˆูŽู„ููŠูŽู‘ุฉู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆูŽุงุชู ูˆูŽุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถููŠู’ู†ูŽ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู‹ุง ู„ูŽู‡ูู…ู’ ู…ูู†ูŽู‘ุง (ุจูุณูุฑูู‘ ุงู„ู’ููŽุงุชูุญูŽุฉู)

dan para jamaโ€™ah membaca surat al-Fatihah sesuai dengan niat tersebut

  • Syaikh membaca doโ€™a

Sumber: Alif.ID

66. Wadzifah Nรปrรขniyah Tarekat Saโ€™diyyah

Wadzifah Nรปrรขniyah adalah wadzifah yang biasa dibaca oleh Sayyiduna Maulรขnรข Syamsu al-Zaman yaitu Syaikh Thรขriq al-Saโ€™dรฎ untuk memjadikan Khudhuโ€™ (menundukan perilaku para jamaโ€™ah).

Cara malakukan Wadzifah Nรปrรขniyah:

  • Tawajuh kepada Nabi Muhammad Saw.
  • Membaca surat al-Fatihah kepada Nabi Muhammad Saw., keluarga, dan Shahabatnya, kepada Syaikh Saโ€™duddin dan para โ€˜Auliyaโ€™ dengan niat Futuh.
  • Membaca shalawat 100 kali dan diakhiri dengan membaca:

ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ูˆูŽุจูŽุงุฑููƒู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽู†ูŽุจููŠูู‘ูƒูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ููƒูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงู„ู’ุฃูู…ูู‘ูŠูู‘ุŒ ูˆูŽุงุฌู’ุฒูู‡ู ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู‡ูุŒ ุงู„ู„ู‡ู… ุงุฌู’ุฒู ุนูŽู†ูŽู‘ุง ู†ูŽุจููŠูŽู‘ู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู‹ุง ู…ูŽุง ู‡ููˆูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู‡ูุŒ ูˆูŽุขุชูู‡ู ุงู„ู’ูˆูŽุณููŠู’ู„ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ู’ููŽุถููŠู’ู„ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู„ุฏูŽู‘ุฑูŽุฌูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ููŠูŽู‘ุฉูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ูููŠู’ุนูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽุงุจู’ุนูŽุซู’ู‡ู ุงู„ู„ู‡ู… ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู‹ุง ู…ูŽุญู’ู…ููˆู’ุฏู‹ุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ูˆูŽุนูŽุฏู’ุชูŽู‡ู.

  • Membaca istighfar 100 kali dan diakhiri dengan membaca:

ู†ูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ูˆูŽู†ูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ูุŒ ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุธูŽุงู„ูู…ู ู„ูŽุง ูŠูŽู…ู’ู„ููƒู ู„ูู†ูŽูู’ุณูู‡ู ู†ูŽูู’ุนู‹ุง ูˆูŽู„ูŽุง ุถูŽุฑู‹ู‘ุง ูˆูŽู„ูŽุง ู‚ููˆูŽู‘ุฉู‹ ูˆูŽู„ูŽุง ุญูŽูŠูŽุงุฉู‹ ูˆูŽู„ูŽุง ู†ูุดููˆู’ุฑู‹ุงุŒ ุชูŽูˆู’ุจูŽุฉูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ููŽู‚ููŠู’ุฑู ุญูŽู‚ููŠู’ุฑู ุถูŽุนููŠู’ูู ุนูŽุงุฌูุฒู ู…ูุญู’ุชูŽุงุฌู.

  • Membaca dzikir:

โ€ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ูŽ โ€œุŒ โ€ ุงู„ู„ู‡ู โ€œุŒ โ€ ู‡ููˆูŽ โ€œุŒ โ€ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู โ€œ.

  • Bermunajat:

โ€ ูŠูŽุง ูˆูŽุงุญูุฏู โ€œุŒ โ€ ูŠูŽุง ู‚ูŽู‡ู‘ุงุฑู โ€œุŒ โ€ ูŠูŽุง ูˆูŽุงุญูุฏู ูŠูŽุง ู‚ูŽู‡ูŽู‘ุงุฑูŽ ุงูู„ู’ุทููู’ ุจูู†ูŽุง ูููŠู’ู…ูŽุง ุฌูŽุฑูŽุชู’ ุจูู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽู‚ู’ุฏูŽุงุฑู

  • Membaca asmaul husna 1 kali
  • Membaca doโ€™a
  • Membaca surat al-Fatihah kepada Nabi Muhammad Saw., para auliyaโ€™,dan shรขlihรฎn dengan niat agar diterima doโ€™a tersebut.

Sumber: Alif.ID

67. Tarekat Qadiriyah โ€“ Biografi Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

Biografi Syaikh Abdul Qadir al-Jilani

Nama Qรขdiriyah diambil dari nama pendirinya yaitu Syaikh  Abdul Qรขdir al-Jilani yang memiliki nama lengkap al-Imam Muhyiddin Abu Muhammad Abu Shรขlih Abdul Qรขdir bin Abi Shรขlih Musa Jangki Dausat al-Jilani, (Ittihรขf al-Akรขbir, halaman: 112).

Beliau dilahirkan di desa Busytiru kota Jilan pada bulan Ramadhan tahun 470 H./1077 M. Dan beliau wafat pada malam sabtu 8 Rabiโ€™ul akhir tahun 561 H/1166 M. di kota Baghdad, (Ittihรขf al-Akรขbir, halaman: 184 dan Adhwaโ€™, halaman 24).

Silsilah Beliau

Silsilah beliau baik dari bapak maupun dari ibu sambung sampai Rasรปlullรขh Saw. Nasab dari ayah adalah Syaikh Abdul Qรขdir bin Abu Shรขlih Jangki Dausat bin Abdillah bin Yahya al-Zahid bin Muhammad bin Dawud bin Musa bin Abdullรขh al-Tsani bin Musa al-Juni bin Abdullรขh al-Mahdi bin Hasan al-Mustanna bin Hasan al-Sibthi bin Ali bin Abi Thรขlib, suami Sayyidatina Fatimah al-Zahra binti Rasรปlullรขh Saw.

Nasab dari ibu adalah Syaikh Abdul Qรขdir bin Syarifah Ummul Khair Fatimah binti Abdullรขh Saumaโ€™i al-Zahid bin Abu Jamaluddin Muhammad bin Mahmud bin Thรขhir bin Abu al-Athaโ€™ Abdullรขh bin Kamaluddin Isa bin Abi Alauddin Muhammad al-Jawad bin Ali al-Ridha bin Musa al-Kadzim bin Imam Jaโ€™far al-Shรขdiq bin Muhammad al-Baqir bin Zaenal Abidin bin Husain al-Syahid bin Ali bin Abi Thรขlib, suami Sayyidatina Fatimah al-Zahra binti Rasรปlullรขh Saw., (Ittihรขf al-Akรขbir, halaman: 112 dan Adhwaโ€™, halaman: 23).

Beliau dilahirkan di tengah-tengah keluarga yang sudah masyhur keutamaan dan kelimuannya. Ayah beliau adalah seorang `ulamรขโ€™ yang masyhur keilmuan, wiraโ€™i dan ketakwaannya. Beliau wafat ketika Syaikh Abdul Qรขdir masih kecil.

Beliau juga memiliki saudara laki-laki bernama Abdullรขh seorang pemuda yang ahli ilmu dan ibadah tetapi wafat pada usia muda. Tepatnya ketika Syaikh Abdul Qรขdir meninggalkan Jilan dan memasuki kota Baghdad.

Sedangkan ibu beliau adalah seorang perempuan yang masyhur dengan kebaikan dan kemuliaannya. Beliau wafat ketika syaikh Abdul Qรขdir sudah berada di Baghdad, (Adhwaโ€™, halaman: 25).

Perjalanan Beliau

Sejak usia 10 tahun syaikh  Abdul Qรขdir sudah dikawal malaikat sebagaimana diceritakan oleh al-Tadafi bahwa syaikh  Abdul Qรขdir berkata: โ€œSejak kecil malaikat datang kepadaku setiap hari, aku tidak tahu kalau dia adalah malaikat, karena berwujud manusia. Ia mengantarkanku dari rumah ke tempatku belajar dan menyuruh teman-temanku agar memberikan tempat kepadaku dan dia  bersamaku sampai aku pulang, maka pada suatu hari aku bertanya: siapakah engkau? Dia menjawab: aku adalah malaikat yang Allรขh Swt. kirimkan kepadamu untuk menemanimu selama di tempat belajar, padahal setiap hari aku mempelajari sesuatu yang orang lain tidak mungkin mempelajarinya dalam satu mingguโ€, (Ittihรขf al-Akรขbir, halaman: 186).

Beliau meninggalkan Jilan pada usia 16 tahun dan menetap di Irak hingga mendapat perintah dari Nabi Khidir As. agar memasuki kota Baghdad pada usia 18 tahun, pada saat al-Taimi wafat yakni pada tahun 488 H. Di kota inilah beliau menimba ilmu, melakukan pengembaraan dan bermujahadah hingga tampak keberhasilannya, (Ittihรขf al-Akรขbir, halaman: 164).

Guru-guru Beliau

Syaikh Muhammad bin Yahya al-Tadafi al-Hambali di dalam kitab Qalaid al-Jawahir mengatakan ketika syaikh Abdul Qรขdir tahu bahwa mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap muslim dan muslimat dan juga menjadi obat bagi jiwa-jiwa yang sakit, beliau bersemangat untuk menghasilkan berbagai macam disiplin ilmu. Setelah menyelesaikan al-Qurโ€™an beliau belajar ilmu fiqih dari: (1) Syaikh  Abu al-Wafa Ali bin Aqil al-Hambali, (2) Syaikh  Abu al-Khattab Mahfudz al-Kalwadzani al-Hambali, (3) Syaikh Abu al-Hasan Muhammad bin al-Qadhi Abu Yaโ€™la Muhammad bin al-Husain bin Muhammad bin al-Farraโ€™ al-Hambali, (4) Syaikh  al-Qadhi Abu Saโ€™id al-Mubarrok bin Ali al-Mukharimi al-Hambali.

Sedangkan ilmu adab beliau belajar dari syaikh  Abi Zakariya Yahya bin Ali al-Tibrizi. Beliau mendengarkan Hadits dari (1) Syaikh  Abu Ghalib Muhammad bin al-Hasan al-Baqilani, (2) Syaikh  Abu Saโ€™id Muhammad bin Abdul Karim bin Khasyisya, (3) Syaikh  Abu al-Ghanaim Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Maimun al-Farsi, (4) Syaikh  Abu Bakar Ahmad bin al-Muzhaffar, (5) Syaikh  Abu Jaโ€™far bin Ahmad bin al-Husain al-Qari al-Siraj, (6) Syaikh  Abu al-Qasim Ali bin Ahmad bin Bannan al-Karkhi, (7) Syaikh  Abu Thรขlib Abdul Qรขdir bin Muhammad bin Yusuf, (8) Syaikh Abdur Rahman bin Ahmad, (9) Syaikh  Abu al-Barakat Hibatullรขh bin al-Mubarrak, (10) Syaikh Abu al-โ€˜Izzi Muhammad bin al-Mukhtar, (11) Syaikh  Abu Nashar Muhammad, (12) Syaikh Abu Ghalib Ahmad, (13) Syaikh  Abu Abdillah Yahya, (14) Syaikh Abu al-Hasan bin al-Mubarrak bin al-Thuyur, (15) Syaikh Abu Manshur Abdur Rahman al-Qazaz, (16) Syaikh  Abu al-Barakat Thalhah al-โ€˜Aquli.

Beliau juga mempelajari fiqih al-Syafiโ€™i dan fan-fan (cabang-cabang) ilmu lainnya. Sedangkan beliau belajar tashawwuf dari (1) Syaikh  Abi al-Khair Hammad al-Dabbas bin Muslim bin Dawud al-Dabbas sekaligus belajar ilmu adab dan suluk kepada beliau, (2) Syaikh  Abi Saโ€™id al-Mubarak bin Ali al-Mukharimi, (3) Syaikh  Abu Yaโ€™qub Yusuf bin Ayyub bin Yusuf al-Hamdani, (Ittihรขf al-Akรขbir, halaman: 165).

Murid-murid Beliau

Dalam setiap tahunnya santri madrasah dan pesantren di Baghdad yang telah menyelesaikan pendidikannya kurang lebih tiga ribu santri, sehingga dalam jangka waktu tiga puluh tiga tahun santri yang telah menyelesaikan pendidikannya mencapai seratus ribu santri. Mereka menyebar keseluruh penjuru dunia, diantaranya Abu al-Fath Nashar bin al-Mina beliau menjadi masyรขyikh Hanabilah setelah wafatnya syaikh Abdul Qรขdir, Ahmad bin Abu Bakar bin al-Mubarak Abu al-Saโ€™ud al-Harim, al-Hasan bin Muslim mendirikan pesantren di al-Qadisiyah, Mahmud bin Utsman bin Makarim al-Nuโ€™al, Umar bin Masโ€™ud al-Bazzaz yang banyak sekali khรขlifah yang bertaubat atas bimbingan beliau, Abdullรขh al-Jaba`i yang berasal dari desa Jabah Libanon sebelumnya beliau adalah orang nasrani yang diboyong ke Damaskus kemudian masuk Islรขm yang mana oleh Zainuddin โ€˜Ali bin Ibrahim bin Najah salahsatu sahabat Syaikh  Abdul Qรขdir dibeli kemudian dimerdekakan dan mengirimnya ke syaikh  Abdul Qรขdir di Baghdad pada tahun 540 H. untuk belajar ilmu agama dan menetap di sana hingga syaikh Abdul Qรขdir wafat, yang kemudian disusul oleh al-Muwafiq bin Qudamah penyusun kitab al-Mughni kemudian beliau berangkat ke Asbihan dan mengajar di sana hingga beliau wafat pada tahun 605 H, Hamid bin Mahmud al-Haroni yang kemudian bertemu dengan Nuruddin Zanki, Zainuddin bin Ibrahim bin Najah al-Anshari al-Dimiski beliau mengajar di madrasah syaikh  Abdul Qรขdir di Baghdad yang kemudian berangkat ke Damaskus dan Mesir, (Adhwaโ€™, halaman: 175).

Termasuk santri beliau adalah Ahmad bin al-Mubarak al-Marqoโ€™ati, Muhammad bin al-Fath al-Harami, kedua-duanya menjadi pembimbing madrasah syaikh  Abdul Qรขdir di Baghdad. Syaikh  Abu al-Fathi al-Harowi menjadi pembimbing karena khidmat kepada syaikh Abdul Qรขdir, beliau mengatakan โ€œAku berkhidmat kepada syaikh  Abdul Qรขdir selama empat puluh tahun dan selama itu aku menyaksikan syaikh Abdul Qรขdir mengejarkan shalat subuh dengan wudhuโ€™nya shalat isyรขโ€™, dan ketika beliau hadats seketika itu juga beliau wudhuโ€™ dan shalat dua rakaat, setiap mengerjakan shalat isyรขโ€™ beliau masuk ke ruang khalwat dan tidak seorang pun boleh masuk, sedangkan beliau tidak keluar kecuali ketika fajar sudah terbitโ€.

Dan termasuk murid beliau adalah Syuโ€™aib Abu Madyan, Abu Amr Utsman bin Marzuk bin Humaid bin Tsalamah al-Qurasyi beliau menetap di Mesir dan menjadi guru di sana. Dan pernah melaksanakan ibadah haji bersama dengan syaikh Abdul Qรขdir.

Imam al-Syathnufi menyebutkan dalam kitab Bahjah al-Asrar `ulamรขโ€™-`ulamรขโ€™ besar dan para wali yang telah belajar ilmu dan tharรฎqah dari syaikh Abdul Qรขdir. Kebanyakan dari mereka adalah ahli fatwa, ahli hukum (pengadilan) atau orang yang mumpuni di bidang ilmu syariโ€™at khususnya hadits, fiqih, al-Qurโ€™an.

Murid-murid beliau yang ahli di bidang hukum (pengadilan), (1) Abu Yaโ€™la Muhammad al-Fara`, (2) Qadhi al-Qudhah Abu Hasan โ€˜Ali, (3) al-Qadhi Abu Muhammad al-Hasan, (4) Qadhi al-Qudhah Abu al-Qasim Abdul Malik bin โ€˜Isa bin Darbas al-Maridini, (5) al-Imam Abu Amr Utsman, (6) al-Qadhi Abu Thรขlib Abdur Rahman Mufti Irak, (7) syaikh  al-Qudhah Abu al-Fath Muhammad bin al-Qadhi Ahmad bin Bakhtiyar al-Wasithi yang dikenal dengan sebutan Ibnu al-Munadi, (Adhwaโ€™, halaman:: 177).

Murid-murid beliau di bidang fatwa: (1) Abu Abdillah Muhammad bin Samdawaih al-Sharfini, (2) Ahmad bin Muhammad bin Samdawaih al-Sharfini, (3) Abu Bakar Abdullรขh bin Nashar bin Hamzah al-Tamimi al-Bakri al-Baghdadi penyusun kitab Anwar al-Nazhir fi Maโ€™rifati Akhbari al-Syaikh Abdul Qรขdir, (4) al-Imam Abu Amr Utsman bin Ismail bin Ibrahim al-Saโ€™di, (5) al-Hasan bin Abdullรขh al-Dimyati, (6) Syaikh al-Fuqahaโ€™ Abu Abdillah bin Sanan, (7) al-โ€˜Allamah Abu al-Baqaโ€™ Muhammad al-Azhari al-Sharbini, (8) al-โ€˜Allamah Abu al-Baqaโ€™ Shรขlih Bahauddin, (9) al-โ€˜Allamah Abu al-Baqaโ€™ Abdullรขh bin al-Husain bin al-โ€˜Akbari al-Bashri al-Dharir, (10) Abu Muhammad al-Hasan al-Farisi, (11) Abdul Karim al-Farisi, (12) Abu al-Fadhl, (13) Ahmad bin Shรขlih bin Syafiโ€™ al-Hambali, (14) Abu Ahmad Yahya bin Barokah bin Mahfuzh al-Daibaqi al-Babishri al-โ€˜Iraqi, (15) Abu al-Qasim Khalaf bin โ€˜Iyasy bin Abdul โ€˜Aziz al-Mishri, (16) Najm al-Din Abu al-Faraj Abdul Munโ€™im bin โ€˜Ali bin Nashir bin Shuqail al-Harani.

Murid-murid beliau yang terkenal ahli fiqh: (1) Muhammad bin Abi al-Makarim al-Fadhl bin Bakhtiyar bin abi Nashr al-Yaโ€™qubi, (2) Abu Abdul Malik Dziyan bin Abu al-Maโ€™ali Rasyid bin Nabhan al-โ€˜Iraqi, (3) al-Imam Abu Ahmad yang terkenal memiliki banyak kelebihan, karya tulis dan karamah, (4) Abu al-Farj Abdur Rahman al-Anshari al-Khazraji yang dikenal dengan sebutan Ibnu al-Hambali, (5) al-Mufti Abu โ€˜ali bin Abdur Rahman al-Anshari al-Khazraji, (6) Abu Muhammad Yusuf bin al-Muzhaffar bin Syujaโ€™ al-โ€˜Aquli al-Aziji al-Shahari, (7) Abu al-Abbas Ahmad bin Ismail al-Aziji yang dikenal dengan sebutan Ibnu al-Thabal, (8) Abu al-Ridha Hamzah bin Abu al-Abbas Ahmad bin Ismail al-Aziji, (9) Muhammad bin Ismail al-Aziji, (10) Abu al-Fath Nashar bin Fatayan bin Muthahar al-Mutsni, (11) Ali bin Abi Thรขhir bin Ibrahรฎm bin Naja al-Mufashir al-Waโ€™izh al-Anshari. Dan masih banyak lagi yang lain, (Adhwaโ€™, halaman: 178).

Murid-murid beliau yang hafal al-Qurโ€™an dan ahli hadits fiqhiyah: (1) Abu Hafs Amr bin Abi Nashr bin โ€˜Ali al-Ghazal, (2) al-Imam Muhammad Mahmud bin Utsman al-Niโ€™al, (3) al-Imam Abu Ishaq Ibrahim bin Abdul Wahid al-Maqdisi. Dan masih banyak yang lain.

Sedangkan murid-murid beliau yang menjadi guru tharรฎqah: (1) Abu al-Saโ€™ud Ahmad bin Abu Bakar al-Harami yang dijuluki Sirajul Auliyรขโ€™, (2) al-Syahid abu Abdillah Muhammad bin Abu Maโ€™ali, (3) Abu al-Hasan Ali bin Ahmad bin Wahab al-Aziji, (4) Syaikh Abdul Aziz bin Dalaf al-Bagdadi yang mana dari beliaulah silsilah tharรฎqah Qรขdiriyah menyebar ke Indonesia. Dan masih banyak yang lain, (Adhwaโ€™, halaman: 179).

Karya-karya Beliau

Karya-karya beliau di antaranya: (1) al-Ghunyah Lithรขlib al-Thariq al-Haq, (2) Futรปhรขt al-Ghaib, (3) al-Fathur al-Rabbani wal Faidh ar-Rahmani, (4) al-Fathur al-Rabbani fi Halli al-Fadhi al-Zanjani, (5) al-Fathur al-Rabbani Lima Dzala fihi al-Zarqani, (6) Jalaโ€™ al-Khathir fi al-Zhahir wal Bathin, (7) Aurรขd al-Ayyam as-Sabah, (8) Aurรขd al-Auqat al-Khamsah, (9) Wirid Shalat Kubrรข, (10) Hizib al-Rajaโ€™, (11) Hizib al-Washilah, (12) al-Shalawat wa al-Adโ€™iyah, (13) Asrar al-Isra`, (14) Sirr al-Asrar, (15) al-Fuyรปdhah al-Rabaniyah, (16) Tafsir al-Qurโ€™an al-Karim, (17) Maratib al-Wujud. Dan masih banyak lagi karya-karya yang lain, (Adhwaโ€™, halaman: 193).

Tharรฎqah Qรขdiriyah tidak hanya tersebar di wilayah Baghdad akan tetapi Tharรฎqah Qรขdiriyah tersebar ke berbagai penjuru dunia diantaranya (1) Makkah, (2) Madinah, (3) Yaman, (4) Tunisia, (5) Al-Jazair, (6) Libia, (7) Mesir, (8) Syiria, (9) Libanon, (10) Palestina, (11) Senegal, (12) Sudan, (13) Somalia, (14) Turki, (15) Asia Tengah, (16) Cina, (17) Malaysia, (18) Indonesia, (19) Yugoslafia.

Sumber: Alif.ID

68. Silsilah Tarekat Qadiriyah

Silsilah Tharรฎqah Qรขdiriyah adalah sebagai berikut:

(1) Allรขh Swt,
(2) Jibril As,
(3) Sayyidina Muhammad Saw.,
(4) Sayyidina Ali ibn Abi Thรขlib,
(5) Sayyidina Hasan ibn Ali,
(6) Sayyidina Husain ibn Ali,
(7) Syaikh Ali Zainal Abidin,
(8) Syaikh Muhammad al-Baqir,
(9) Syaikh Imam Jaโ€™far al-Shรขdiq,
(10) Syaikh Musa al-Kazhim,
(11) Syaikh Ali ibn Musa al-Ridha,
(12) Syaikh Maโ€™ruf ibn Fairuz al-Karkhi,
(13) Syaikh Sari al-Saqathi,
(14) Syaikh Abu al-Qasim Junaidi al-Baghdadi,
(15) Syaikh Abu Bakar al-Syibli,
(16) Syaikh Abdul Wahid al-Tamimi,
(17) Syaikh Abu al-Farraj al-Tursusi,
(18) Syaikh Abu al-Hasan Ali al-Hakari,
(19) Syaikh Abu Saโ€™id Mubarak al-Makhrumi,
(20) Syaikh Abdul Qodir al-Jailani,
(21) Syaikh Abdul Aziz,
(22) Syaikh Muhammad al-Hattaq,
(23) Syaikh Syamsuddin,
(24) Syaikh Syarofuddin,
(25) Syaikh Zainuddin,
(26) Syaikh Nuruddin,
(27) Syaikh Waliyuddin,
(28) Syaikh Hisyamuddin,
(29) Syaikh Yahya,
(30) Syaikh Abu Bakar,
(31) Syaikh Abdul Rahim,
(32) Syaikh Utsman,
(33) Syaikh Kamaluddin,
(34) Syaikh Abdul Fatah,
(35) Syaikh Murad,
(36) Syaikh Syamsuddin (Makkah),
(37) Syaikh Ahmad Khatib Sambas (w. 1307/1878 di Makkah),

Sumber: Tsamrah al-Fikriyah, halaman: 25.

Al-Kurdy (Syaikh Muhammad Amin al-Kurdy: 1994), Said (2003,37-38), dan Aqib (2004, 125-126) menyebutkan nama-nama tharรฎqah dari silsilah Sayyidina Ali Ibnu Abi Thalib RA. Intinya sebagai berikut:

  1. Pengamal tharรฎqah setelah Sayyidina Ali Ibnu Thรขlib Ra. wafat disebut golongan โ€œAlawiyahโ€, yaitu silsilah nomor 4, sampai pada periode Abu Qรขshim Junaidi al-Baghdadi.
  2. Setelah Abu Qashim wafat sampai periode Syaikh Abdul Qรขdir Jailani yaitu nomor 19, disebut golongan pengamal โ€œJunaidiyahโ€ atau โ€œBaghdadiyahโ€.
  3. Setelah Syaikh Abdul Qรขdir Jailani sampai dengan masa Syaikh Ahmad Khatib Sambas, yaitu silsilah nomor 34, disebut dengan tharรฎqah โ€œQรขdiriyahโ€.
  4. Setelah Syaikh Ahmad Khatib wafat, tharรฎqah yang dipegangi disebut tharรฎqah โ€œQรขdiriyah wa Naqsyabandiyahโ€.

Sumber: Alif.ID

69. Ajaran-ajaran Dasar Tarekat Qadiriyah

Syaikh Abdul Qรขdir Jailani Ra. menetapkan tujuh ajaran dasar tharรฎqah Qรขdiriyah:

  1. Mujahadah: melawan kehendak hawa nafsu dan membelenggu-nya dengan takwa dan takut kepada Allรขh Swt. dengan jalan muraqabah (beribadah kepada Allรขh Swt. seakan-akan melihat-Nya jika tidak mampu maka yakinlah bahwa Allรขh Swt. Maha Melihat).
  2. Tawakkal: pada hakikatnya adalah menyerahkan segala urusan kepada Allรขh Swt.
  3. Akhlak yang mulia baik kepada Allรขh Swt. maupun kepada sesama hamba Allรขh Swt.
  4. Syukur: menurut ahli tahqiq adalah pengakuan nikmat Allรขh Swt. dengan cara tunduk kepada-Nya.
  5. Sabar ada tiga macam:
  • Sabar karena Allรขh Swt.;
  • Sabar bersama Allรขh Swt.;
  • Sabar atas Allรขh Swt..
  1. Ridha: ridha atas segala sesuatu yang telah ditentukan oleh Allรขh Swt.
  2. Jujur: sama antara yang tersembunyi dan yang terbuka, (Adhwaโ€™, halaman: 132).

Sumber: Alif.ID

70. Tata Cara Baiat Tarekat Qadiriyah

Tata Cara Baiat Tharรฎqah Qรขdiriyah

  1. Mursyid memberikan pengetahuan tentang akidah tata cara ibadah mengetahui halal haram;
  2. Mursyid memerintahkan kepada Sรขlik untuk melakukan taubat terhadap seluruh maksiat;
  3. Mursyid memerintahkan Sรขlik melaksanakan shalat sunnah taubat 2 rakaat;
  4. Sรขlik duduk iftirasy menghadap kiblat di depan mursyid;
  5. Mursyid membaca fatihah sambil menjabat tangan Sรขlik;
  6. Mursyid berkata dan diikuti oleh Sรขlik:

ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ูˆูŽุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู.

  1. Mursyid memerintahkan kepada Sรขlik untuk selalu taat kepada Allรขh Swt., menjauhi seluruh kemaksiatan, baik maksiat anggota tubuh zhahir dan maksiat hati seperti iri, dendam, riyaโ€™ dan sebagainya.
  2. Mursyid berkata dan diikuti oleh Sรขlik:

ุดูŽูŠู’ุฎูู†ูŽุง ูˆูŽุฃูุณู’ุชูŽุงุฏูู†ูŽุง (ุงู„ุดูŽู‘ูŠู’ุฎู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ู‚ูŽุงุฏูุฑู ุงู„ู’ุฌูŽูŠู’ู„ูŽุงู†ููŠ) ุฑูŽุถููŠู’ุชูู‡ู ุดูŽูŠู’ุฎู‹ุง ู„ููŠู’ ูˆูŽุทูŽุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู‹ ู„ููŠู’ ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ู†ูŽู‚ููˆู’ู„ู ูˆูŽูƒููŠู’ู„ูŒ.

  1. Mursyid berkata secara sirri:

ูŠูŽุง ูˆูŽุงุญูุฏู ูŠูŽุง ู…ูŽุงุฌูุฏู ุงูู†ู’ููŽุญู’ู†ูŽุง ู…ูู†ู’ูƒูŽ ุจูู†ูŽูู’ุญูŽุฉู ุฎูŽูŠู’ุฑู 3ร—

  1. Mursyid membaca ayat-ayat yang menjelaskan tentang baiat (al-Fath: 10)
  2. Mursyid berkata kepada Sรขlik โ€œDengarkanlah kalimat tauhid darikuโ€ tiga kali. โ€œUcapkanlah ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู sambil Sรขlik memejamkan kedua mata. Kemudian murid menirukan ucapan mursyid sebanyak tiga kali;
  3. Mursyid memerintahkan kepada Sรขlik untuk memperbanyak membaca tahlil tanpa dibatasi hitungan di malam dan siang hari menurut batas kemampuan Sรขlik;
  4. Mursyid berkata โ€œApakah engkau menerima baiat ini?โ€, Sรขlik menjawab โ€œsaya terimaโ€;
  5. Mursyid membaca fatihah yang pahalanya dihadiahkan kepada nabi Muhammad Saw., seluruh Nabi dan Rasul, keluarga dan seluruh sahabatnya, seluruh orang-orang mukmin dikhususkan kepada syaikh Abdul Qรขdir al-Jilanidan mursyid-mursyid tharรฎqah Qรขdiriyah.

Jika seorang mursyid memandang Sรขlik pantas untuk ditambah aurรขd (wirid)nya maka mursyid memerintahkan Sรขlik dengan macam-macam dzikir tharรฎqah Qรขdiriyah dan harus dilakukan oleh Sรขlik.

Wiridan pagi dan sore yang wajib dilakukan oleh Sรขlik tharรฎqah Qรขdiriyah adalah:

  1. ู„ูŽุง ุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู 100ร—
  2. ุงูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ูˆูŽ ุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽู‰ู’ู‡ู 100ร—
  3. ุงู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽ ุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽ ุณูŽู„ูŽู‘ู…ู’ 100ร—
  4. ุญูŽุณู’ุจููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽ ู†ูุนู’ู…ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽูƒููŠู’ู„ู 100ร—

Ketika mursyid memandang Sรขlik mampu, maka mursyid menambah beberapa macam wirid yang lain. Setelah selesai melakukan wirid Sรขlik dianjurkan untuk membaca al-Fatihah yang pahalanya dihadiahkan kepada mursyid tharรฎqah dan seluruh silsilah tharรฎqahnya, (Ittihรขf al-Akรขbir fi Sirah wa Manaqib al-Imam Muhyit al-Din abd al-Qรขdir al-Jilani al-Hasani al-Khusaini wa Baโ€™du Masyahir Dzurriyatihi uli al-Fadli wa al-Maโ€™atsiri, halaman: 276-277).

Sumber: Alif.ID

71. Adab Murid Tarekat Qadiriyah

Adab Sรขlik terhadap Diri Sendiri

  1. Ber-iโ€™tiqat dengan benar yakni iโ€™tiqat ahlu sunnah wal jamaโ€™ah;
  2. Berpegang teguh terhadap al-Qurโ€™an dan al-Hadits serta mengamalkannya, yaitu melakukan perintah dan menjauhi larangan baik hukum asal atau furรป`;
  3. Jujur;
  4. Bersungguh-sungguh sampai Sรขlik menemukan hidayah petunjuk dan tanda-tanda (wushul kepada Allรขh Swt). Bersungguh-sungguh memadamkan jilatan syahwatnya dan hawa nafsunya. Karena iโ€™tiqat yang benar bisa menaghasilkan ilmu hakikat. Bersungguh-sungguh bisa menetapkan Sรขlik menempuh jalan hakikat;
  5. Wajib bagi Sรขlik melakukan amal secara ikhlรขs karena Allรขh Swt., supaya Sรขlik tidak sia-sia menjalankan tharรฎqahnya;
  6. Sรขlik harus menyembunyikan karamah-karamahnya, karena syaikh Abdul Qรขdir al-Jilaniberkata: โ€œWali tidak akan menampakkan karamahnya kecuali diizinkan oleh Allรขh Swtโ€. Karena salah satu dari sarat kewalian adalah menyembunyikan karamah;
  7. Sรขlik tidak berhubungan dengan orang-orang yang memiliki pandangan hidup yang sempit, orang-orang yang beramal dengan sia-sia yaitu orang yang mencari qรขla dan qรฎla (orang yang menambah keilmuan tanpa melakukan amal), tidak bergaul dengan orang-orang yang tidak menyukai amal ibadah, tidak bergaul terhadap orang yang suka memerintahkan beramal terhadap Islรขm dan iman, tapi dia tidak melakukan dengan dasar.
  8. Hendaknya Sรขlik tidak kikir dengan shadaqah;
  9. Seyogyanya Sรขlik ridha dengan keadaan yang hina (di hadapan mahluk), lapar, menyembunyikan amal yang baik, senang dengan hinaan manusia, (Ittihรขf al-Akรขbir fi Sirah wa Manaqib al-Imam Muhyit al-Din abd al-Qรขdir al-Jilani al-Hasani al-Khusaini wa Baโ€™du Masyahir Dzurriyatihi uli al-Fadli wa al-Maโ€™atsiri, halaman: 281-282).

Adab Sรขlik terhadap Mursyid

  1. Tidak melawan mursyid lahir batin;
  2. Tidak durhaka kepada mursyid, karena orang yang durhaka adalah orang yang meniggalkan adab;
  3. Sรขlik harus memiliki husnuzhan (berprasangka baik) kepada mursyid walaupan mursyidnya melakukan perbuatan yang tidak disukai menurut kaca mata syaraโ€™, karena mursyid berusaha memberikan kalam matsal dan isyarah kepada Sรขlik;
  4. Jika Sรขlik melihat aib mursyid maka Sรขlik harus menutupinya;
  5. Sรขlik harus mentaโ€™wil ucapan mursyid sesuai dengan syaraโ€™, jika Sรขlik tidak menemukan alasan secara syariโ€™at maka Sรขlik memintakan ampun kepada mursyid, mendoakannya, mendapatkan taufik, ilmu, sadar dan terjaga dari kesalahan;
  6. Sรขlik tidak beriโ€™tikat bahwa mursyidnya adalah maโ€™shรปm (terjaga dari maksiat), tapi mahfuzh (melakukan kesalahan dan meminta maaf);
  7. Melanggengkan bersahabat dengan mursyid, karena persahabatan itu bisa menjadi wasilah antara Sรขlik dan tuhannya;
  8. Hendaknya Sรขlik tidak meniggalkan mursyid sampai Sรขlik sudah wusul kepada Allรขh Swt;
  9. Sรขlik tidak boleh berbicara di depan mursyid kecuali dalam keadaan dharurat;
  10. Sรขlik tidak boleh menampakkan kelebihannya di depan mursyid;
  11. Sรขlik tidak menggelar sajadah di hadapan mursyid kecuali waktu shalat (menampakkan taat ibadah di hadapan mursyid dengan tujuan mendapatkan simpati dari mursyid);
  12. Sรขlik selalu siap sedia melayani (khidmat)kepada mursyid.
  13. Seyogyanya bagi Sรขlik diam ketika mursyid memiliki masalah, walaupun jawaban mursyid kurang luas, bahkan Sรขlik harus bersyukur kepada Allรขh Swt. atas pemberian ilmu, keutamaan dan cahaya dalam hatinya.
  14. Hendaknya bagi Sรขlik tidak bergerak ketika mendengarkan ucapan mursyid kecuali atas peritah mursyid.
  15. Sรขlik tidak bersuara dengan keras dihadapan mursyid.
  16. Sรขlik tidak duduk di tempat duduk yang dikhususkan untuk mursyid.
  17. Sรขlik tidak beranjak dari tempat duduk atau keluar dari hadapan mursyid, kecuali atas isyarah atau perintahnya, (Ittihรขf al-Akรขbir fi Sirah wa Manaqib al-Imam Muhyit al-Din abd al-Qรขdir al-Jilani al-Hasani al-Khusaini wa Baโ€™du Masyahir Dzurriyatihi uli al-Fadli wa al-Maโ€™atsiri, halaman: 282-286).

Adab antar Sรขlik

  1. Persahabatan harus saling mengalah (al-Itsar: lebih mementingkan sahabat daripada kepentingan dirinya), menerima apa adanya keadaan sahabat, melaksanakan persahabatan degan syarat saling berkhidmat (saling melayani).
  2. Sรขlik tidak memperdulikan haknya atas seseorang, tapi Sรขlik memperdulikan hak orang lain atas dirinya.
  3. Menampakkan kekompakan kepada sahabat baik secara ucapan ataupun perbuatan mereka.
  4. Meninggalkan perselisihan, perdebatan terhadap sahabat.
  5. Tidak boleh menyimpan dendam dalam hati kepada sahabat, (Ittihรขf al-Akรขbir fi Sirah wa Manaqib al-Imam Muhyit al-Din abd al-Qรขdir al-Jilani al-Hasani al-Khusaini wa Baโ€™du Masyahir Dzurriyatihi uli al-Fadli wa al-Maโ€™atsiri, halaman: 287).

Sumber: Alif.ID

72. Tata Cara Khalwat 40 Hari Tarekat Qadiriyah

Tata Cara Kholwat 40 Hari Tharรฎqah  Qรขdiriyah

  1. Tidak berbicara kecuali dengan pembicaraan yang diridhai oleh Allรขh Swt.
  2. Sedikit makan dan berpuasa lebih baik.
  3. Sedikit tidur.
  4. Berdzikir setiap tarikan nafas.
  5. Berkhalwat di dalam masjid jika memungkinkan, jika tidak memungkikan maka berkhalwat di dekat masjid, untuk menghadiri shalat berjamaโ€™ah.
  6. Lebih baik tidak membawa uang.
  7. Seyogyanya menghilangkan seluruh keinginan kecuali ridhanya Allรขh Swt.
  8. Selalu bermuraqabah kepada Allรขh Swt. serta melanggengkan dzikir.
  9. Menghilangkan kesibukan yang bisa menggagalkan khalwatnya Sรขlik.
  10. Sรขlik menjalankan amalan dari mursyid baik berupa dzikir dan membaca al-Qurโ€™an.

Dalam hadits  Nabi disebutkan:

ู…ูŽู†ู’ ุฏูŽุงูˆูŽู…ูŽ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู’ู†ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูŽู„ูŽุงุฉู ุงู„ู’ุบูŽุฐูŽุงุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุนูุดูŽุงุกู ูููŠู’ ุฌูŽู…ูŽุงุนูŽุฉู ูƒูุชูุจูŽ ู„ูŽู‡ู ุจูŽุฑูŽุงุกูŽุฉูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูู‘ููŽุงู‚ู ูˆูŽุจูŽุฑูŽุงุกูŽุฉูŒ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุดูู‘ุฑู’ูƒู. ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุฅู…ุงู… ุฃุจูˆ ุญู†ูŠูุฉ ููŠ ู…ุณู†ุฏู‡.

Barang siapa yang melanggengkan sholat subuh dan isyaโ€™ dengan berjamaโ€™ah selama 40 hari, maka ditulis bebas dari sifat munafiq dan syirik.

ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฎู’ู„ูŽุตูŽ ู„ูู„ู‡ู ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนููŠู’ู†ูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู‹ุง ุชูŽููŽุฌูŽู‘ุฑูŽุชู’ ูŠูŽู†ูŽุงุจููŠู’ุนู ุงู„ู’ุญููƒู’ู…ูŽุฉู ู…ูู†ู’ ู‚ูŽู„ู’ุจูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู„ูุณูŽุงู†ูู‡ู. 

Barang siapa yang melakukan โ€˜ibadah dengan ikhlas selama 40 hari, maka muncul hikmah dari dalam hati melalui lisan Sรขlik, (Ittihรขf  al-Akรขbir fi Sirah wa Manaqib al-Imam Muhyit al-Din abd al-Qรขdir al-Jilani al-Hasani al-Khusaini wa Baโ€™du Masyahir Dzurriyatihi uli al-Fadli wa al-Maโ€™atsiri, halaman: 275).

Sumber: Alif.ID

73. Hizib Tarekat Qadiriyah

Hizb Shoghir

ุญูุฒู’ุจู ุงู„ุตูŽู‘ุบููŠู’ุฑู

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุญูู„ู’ ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ุนูู‚ู’ุฏูŽุฉูŽ ูˆูŽุฃูŽุฒูู„ู’ ู‡ูŽุฐูู‡ู ุงู„ู’ุนูุณู’ุฑูŽุฉูŽุŒ ูˆูŽู„ูŽู‚ูู‘ู†ููŠู’ ุญูุณู’ู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูŠู’ุณููˆู’ุฑู ูˆูŽู‚ูู†ููŠู’ ุณููˆู’ุกูŽ ุงู„ู’ู…ูŽู‚ู’ุฏููˆู’ุฑู ูˆูŽุงุฑู’ุฒูู‚ู’ู†ููŠู’ ุญูุณู’ู†ูŽ ุงู„ุทูŽู‘ู„ูŽุจู ูˆูŽุงูƒู’ููู†ููŠู’ ุณููˆู’ุกูŽ ุงู„ู’ู…ูู†ู’ู‚ูŽู„ูŽุจู ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุญูุฌูŽู‘ุชููŠู’ ูˆูŽุนูุฏูŽู‘ุชููŠู’ ููŽุงู‚ู’ุชููŠู’ุŒ ูˆูŽูˆูŽุณููŠู’ู„ูŽุชููŠู’ ุงูู†ู’ู‚ูุทูŽุงุนูŽ ุญููŠู’ู„ูŽุชููŠู’ุŒ ูˆูŽ ุฑูŽุงุณู ู…ูŽุงู„ููŠ ุนูŽุฏูŽู…ู ุงูุญู’ุชููŠูŽุงู„ููŠู’ุŒ ูˆูŽุดูŽูููŠู’ุนููŠู’ ุฏูู…ููˆู’ุนููŠู’ุŒ ูˆูŽูƒูู†ูุฒููŠู’ ุนูŽุฌู’ุฒููŠู’ุŒ ุฅูู„ูŽู‡ููŠู’ ู‚ูŽุทู’ุฑูŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ ุจูŽุญูŽุงุฑู ุฌููˆู’ุฏููƒูŽ ุชูŽุบู’ู†ููŠู’ู†ููŠู’ ูˆูŽุฐูุฑูŽู‘ุฉูŒ ู…ูู†ู’ ุชููŠูŽุงุฑู ุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุชูŽูƒู’ูููŠู’ู†ููŠู’ ููŽุงุฑู’ุฒูู‚ู’ู†ููŠู’ ูˆูŽุนูŽุงููู†ููŠู’ ูˆูŽุงุนู’ูู ุนูŽู†ูู‘ูŠู’ ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ ู„ููŠู’ ูˆูŽุงู‚ู’ุถู ุญูŽุงุฌูŽุชููŠู’ ูˆูŽู†ูŽููู‘ุณู’ ูƒูุฑู’ุจูŽุชููŠ ูˆูŽููŽุฑูู‘ุฌู’ ู‡ูŽู…ูู‘ูŠู’ ูˆูŽุงูƒู’ุดููู’ ุบูŽู…ูู‘ูŠ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†.

Hizib Nashr

ุญูุฒู’ุจู ุงู„ู†ูŽู‘ุตู’ุฑู

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุงูู‚ู’ุทูŽุนู’ ุฃูŽุฌู’ู„ูŽ ุฃูŽู…ูŽู„ู ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุฆููŠ ูˆูŽุดูŽุชูู‘ุชู’ ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุดูŽู…ูู‘ู„ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽู…ูู‘ุฑู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽููŽุฑูู‘ู‚ู’ ุฌูŽู…ู’ุนูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู‚ู’ู„ูุจู’ ุชูŽุฏู’ุจููŠู’ุฑูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุจูŽุฏูู‘ู„ู’ ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽู†ูŽูƒูู‘ุณู’ ุฃูŽุนู’ู„ูŽุงู…ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽูƒูู„ูŽู‘ ุณูู„ูŽุงุญูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽู‚ูŽุฑูู‘ุจู’ ุขุฌูŽุงู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฒูŽู„ู’ุฒูู„ู’ ุฃูŽู‚ู’ุฏูŽุงู…ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุบูŽูŠูู‘ุฑู’ ุฃูŽูู’ูƒูŽุงุฑูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฎูŽูŠูู‘ุจู’ ุขู…ูŽุงู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฎูŽุฑูู‘ุจู’ ุจูู†ู’ูŠูŽุงู†ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู‚ู’ู„ูุนู’ ุขุซูŽุงุฑูŽู‡ูู…ู’ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ู„ูŽุง ุชูŽุจู’ู‚ูŽู‰ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุจูŽุงู‚ููŠูŽุฉูŒ ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุฌูุฏููˆู’ุง ู„ูŽู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู‚ููŠูŽุฉู‹ ูˆูŽุงุดู’ุบูู„ู’ู‡ูู…ู’ ุจูุฃูŽุจู’ุฏูŽุงู†ูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ููุณูู‡ูู…ู’ ูˆูŽุฑูŽุงู…ูู‡ูู…ู’ ุจูุตูŽูˆูŽุงุนูู‚ูŽ ุงูู†ู’ุชูู‚ูŽุงู…ููƒูŽ ูˆูŽุงุจู’ุทูุดู’ ุจูู‡ูู…ู’ ุจูŽุทู’ุดุงู‹ ุดูŽุฏููŠู’ุฏู‹ุง ูˆูŽุฎูุฐู’ู‡ูู…ู’ ุฃูŽุฎู’ุฐุงู‹ ุนูŽุฒููŠู’ุฒู‹ุง ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ ูˆูŽ ู„ูŽุงุญูŽูˆู’ู„ูŽ ูˆูŽู„ูŽุงู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู.

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ู„ูŽุงุฃูŽู…ู’ู†ูŽุนูู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุงุฃูŽุฏู’ููŽุนูู‡ูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‘ุงุจููƒูŽ ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูŽู‘ุงู†ูŽุฌู’ุนูŽู„ููƒูŽ ูููŠ ู†ูุญููˆู’ุฑูู‡ูู…ู’ ูˆูŽู†ูŽุนููˆู’ุฐู ุจููƒูŽ ู…ูู†ู’ ุดูุฑููˆู’ุฑูู‡ูู…ู’ุŒ ูŠูŽุงู…ูŽู„ููƒูŽ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุนู’ุจูุฏู ูˆูŽุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู’ ููŽุฏูŽู…ูู‘ุฑู’ู‡ูู…ู’ ุชูŽุฏู’ู…ููŠู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุชูŽุจูู‘ุฑู’ู‡ูู…ู’ ุชูŽุชู’ุจููŠู’ุฑู‹ุง ููŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู‡ูู…ู’ ู‡ูŽุจูŽุงุกู‹ ู…ูŽู†ู’ุซููˆู’ุฑู‹ุงุŒ ุขู…ููŠู’ู†ูŽ ุขู…ููŠู’ู†ูŽ ุขู…ููŠู’ู†ูŽ ูŠูŽุงุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุงุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุงุงู„ู„ู‡ู ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุจูุญูŽุฑูŽู…ูŽุฉู ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุนูู†ู’ุฏูŽูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุณู’ุชูŽุฑูŽู†ูŽุง ูููŠ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑูŒ  ูˆูŽู„ูŽุงุญูŽูˆู’ู„ูŽ ูˆูŽู„ูŽุงู‚ููˆูŽู‘ุฉูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุจูุงู„ู„ู‡ู ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูˆูŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽ ุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง ูƒูŽุซููŠู’ุฑู‹ุง ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู.

Hizib Fath

ุญูุฒู’ุจู ุงู„ู’ููŽุชู’ุญู

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ูˆูŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ:

โ€ ุฅูู†ูŽู‘ุง ููŽุชูŽุญู’ู†ูŽุง ู„ูŽูƒูŽ ููŽุชู’ุญุงู‹ ู…ูู‘ุจููŠู†ุงู‹ ู„ููŠูŽุบู’ููุฑูŽ ู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฏูŽู‘ู…ูŽ ู…ูู† ุฐูŽู†ุจููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุฃูŽุฎูŽู‘ุฑูŽ ูˆูŽูŠูุชูู…ูŽู‘ ู†ูุนู’ู…ูŽุชูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽูŠูŽู‡ู’ุฏููŠูŽูƒูŽ ุตูุฑูŽุงุทู‹ุง ู…ูู‘ุณู’ุชูŽู‚ููŠู’ู…ุงู‹ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ุตูุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู†ูŽุตู’ุฑุงู‹ ุนูŽุฒููŠุฒุงู‹โ€.

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ูŠูŽุงูˆูŽุงุฌูุจูŽ ุงู„ู’ูˆูุฌููˆู’ุฏู ูˆูŽูŠูŽุงูˆูŽุงู‡ูุจูŽ ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฌููˆู’ุฏูุŒ ุฅููู’ุถู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูˆูŽูŠูŽุณูู‘ุฑู’ู„ูŽู†ูŽุง ุงู„ู’ูˆูุตููˆู’ู„ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ูƒูŽู…ูŽุงู„ู ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุชููƒูŽุŒ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ู„ูŽุงุนูู„ู’ู…ูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูŽุงุนูŽู„ูŽู‘ู…ู’ุชูŽู†ูŽุง ูˆูŽู„ูŽุงู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉูŽ ู„ูŽู†ูŽุง ุฅูู„ูŽู‘ุงู…ูŽุง ุฃูŽู„ู’ู‡ูŽู…ู’ุชูŽู†ูŽุง ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ุนูŽู„ููŠู’ู…ู ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู’ู…ูุŒ ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูŽู‘ุง ู†ูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูุตู’ู…ูŽุฉู ุฏูŽูˆูŽุงู…ูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูู‘ุนู’ู…ูŽุฉู ุชูŽู…ูŽุงู…ูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽุฉู ุดูู…ููˆู’ู„ูู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุงูููŠูŽุฉู ุญูุตููˆู’ู„ูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽูŠู’ุดู ุฃูŽุฑู’ุบูŽุฏูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูู…ูุฑู ุฃูŽุณู’ุนูŽุฏูŽู‡ูŽุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูˆูŽู‚ู’ุชู ุฃูŽุทู’ูŠูŽุจูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ุฑูู‘ุฒู’ู‚ู ุฃูŽูˆู’ุณูŽุนูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ุฃูŽุนู’ุฐูŽุจูŽู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู„ูู‘ุทู’ูู ุฃูŽู†ู’ููŽุนูŽู‡ูŽุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุนูŽุงู…ู ุฃูŽุนูŽู…ูŽู‘ู‡ูุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ุฃูŽุชูŽู…ูŽู‘ู‡ูุŒ ุงูŽู„ู„ู‡ู… ูƒูู†ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูŠูŽุงุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑู ูˆูŽู„ูŽุงุชูŽูƒูู†ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุงุŒ ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุญูŽุตูู‘ู†ู’ ุจูุงู„ุณูŽู‘ุนูŽุงุฏูŽุฉู ุขุฌูŽุงู„ูŽู†ูŽุงุŒ ูˆูŽุญูŽู‚ูู‘ู‚ู’ ุจูุงู„ุฒูู‘ูŠูŽุงุฏูŽุฉู ุขู…ูŽุงู„ูŽู†ูŽุงุŒ ูˆูŽุงู‚ู’ุฑููู†ู’ ุจุงูู„ู’ุนูŽุงูููŠูŽุฉู ุบูŽุฏู’ูˆูŽู†ูŽุง ูˆูŽ ุขุตูŽุงู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูŽุบู’ููุฑูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ู…ูŽุตููŠู’ุฑูŽู†ูŽุง ูˆูŽ ู…ูŽุขู„ูŽู†ูŽุงุŒ ูˆูŽ ุตูุจูŽู‘ ุณูŽุญูŽุงุฆูุจู ุนูŽูู’ูˆููƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐูู†ููˆู’ุจูู†ูŽุงุŒ ูˆูŽู…ูู†ูŽู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ุจูุฅูุตู’ู„ูŽุงุญู ุนููŠููˆู’ุจูู†ูŽุงุŒ ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุงู„ุชูŽู‘ู‚ู’ูˆูŽู‰ ุฒูŽุงุฏูŽู†ูŽุงุŒ ูˆูŽูููŠ ุฏููŠู’ู†ููƒูŽ ุงูุฌู’ุชูู‡ูŽุงุฏูŽู†ูŽุงุŒ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูŽ ุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ู†ูŽุง ูˆูŽ ุงุนู’ุชูู…ูŽุงุฏูŽู†ูŽุง ูˆูŽุซูŽุจูู‘ุชู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽู‡ู’ุฌู ุงู„ู’ุงูุณู’ุชูู‚ูŽุงู…ูŽุฉู ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ู’ู‚ููŠูŽุงู…ูŽุฉูุŒ ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ุฎูŽููู‘ูู’ ุนูŽู†ูŽู‘ุง ุซูู‚ูŽู„ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ุฒูŽุงุฑูŽุŒ ูˆูŽุงุฑู’ุฒูู‚ู’ู†ูŽุง ู…ูŽุนููŠู’ุดูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ุฑูŽุงุฑู ูˆูŽุงูƒู’ููู†ูŽุง ุดูŽุฑูŽู‘ ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ุฑูŽุงุฑูุŒ ูˆูŽ ุงุนู’ุชูู‚ู’ ุฑูู‚ูŽุงุจูŽู†ูŽุง ูˆูŽุฑูู‚ูŽุงุจูŽ ุขุจูŽุงุฆูู†ูŽุง ูˆูŽุฃูู…ูŽู‘ู‡ูŽุงุชูู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุดูŽุงูŠูุฎูู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ุฏูŽู‘ูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุธูŽุงู„ูู…ู ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑูุŒ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุงุนูŽุฒููŠู’ุฒู ูŠูŽุงุบูŽููŽู‘ุงุฑู ูŠูŽุงูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ูŠูŽุงุณูŽุชูŽู‘ุงุฑู ูŠูŽุงุญูŽู„ููŠู’ู…ู ูŠูŽุงุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑูุŒ ูˆูŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฎูŽูŠู’ุฑู ุฎูŽู„ู’ู‚ูู‡ู ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ูŽุงุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ.

Hizib Mubarok

ุญูุฒู’ุจู ุงู„ู’ู…ูุจูŽุงุฑูŽูƒู

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุฑูŽุจูู‘ ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ุถูŽุงู‚ูŽุชู’ ุจูู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ุจูŽุงุจู ูˆูŽุบูŽู„ูŽู‘ู‚ูŽุชู’ ุฏููˆู’ู†ูŽู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ูˆูŽุงุจูุŒ ูˆูŽุชูŽุนูŽุณูŽู‘ุฑูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ุณูู„ููˆู’ูƒู ุทูŽุฑููŠู’ู‚ู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ุตูŽู‘ูˆูŽุงุจูุŒ ูˆูŽุฒูŽุงุฏูŽ ุจูู‡ู ุงู„ู‡ูŽู…ูู‘ ูˆูŽุงู„ุบูŽู…ูู‘ ูˆูŽ ุงู„ู’ุงููƒู’ุชูุฆูŽุงุจูุŒ ูˆูŽุงู†ู’ู‚ูŽุถูŽู‰ ุนูู…ู’ุฑูู‡ูุŒ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูู’ุชูŽุญู’ ู„ูŽู‡ู ุฅูู„ูŽู‰ ููŽุณููŠู’ุญู ุชูู„ู’ูƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽุถู’ุฑูŽุงุชู ูˆูŽู…ูŽู†ูŽุงู‡ูู„ู ุงู„ุตูู‘ูู’ูˆูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูŽุงุชู ุจูŽุงุจูŒุŒ ูˆูŽุงู†ู’ุตูŽุฑูŽู…ูŽุชู’ ุฃูŽูŠูŽู‘ุงู…ูู‡ู ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ูู’ุณู ุฑูŽุงุชูุนูŽุฉูŒ ูููŠ ู…ูŽูŠูŽุงุฏููŠู’ู†ู ุงู„ู’ุบูŽูู’ู„ูŽุฉู ูˆูŽุฏูŽู†ูŽุงุกูŽุงุชู ุงู„ู’ุงููƒู’ุชูุณูŽุงุจูุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุฌููˆู’ ู„ููƒูŽุดู’ูู ู‡ูŽุฐูŽุง ุงู„ู†ูู‘ุตูŽุงุจูุŒ ูŠูŽุง ู…ูŽู†ู’ ุฅูุฐูŽุง ุฏูุนููŠูŽ ุฃูŽุฌูŽุงุจูŽ ูŠูŽุง ุณูŽุฑููŠู’ุนูŽ ุงู„ู’ุญูุณูŽุงุจู ูŠูŽุง ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ุงู„ู’ุฌูู†ูŽุงุจูุŒ ุฑูŽุจูู‘ ู„ูŽุง ุชูŽุฑูุฏูŽู‘ ู…ูŽุณู’ุฃูŽู„ูŽุชููŠู’ ูˆูŽู„ูŽุงุชูŽุฏูŽุนู’ู†ููŠู’ ุจูุญูŽุณู’ุฑูŽุชููŠู’ุŒ ูˆูŽู„ูŽุงุชูŽูƒูู„ู’ู†ููŠ ุฅูู„ูŽู‰ ุญูŽูˆู’ู„ููŠ ูˆูŽ ู‚ููˆูŽู‘ุชููŠ ูˆูŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ ุนูŽุฌู’ุฒููŠู’ ูˆูŽููŽู‚ู’ุฑููŠ ูˆูŽููŽุงู‚ูŽุชููŠู’ุŒ ูˆูŽุฐูŽู„ูู‘ู„ู’ ุตูุนููˆู’ุจูŽุฉูŽ ุฃูŽู…ู’ุฑููŠู’ ูˆูŽุณูŽู‡ูู‘ู„ู’ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ูŽ ูŠูุณู’ุฑููŠุŒ ููŽู‚ูŽุฏู’ ุถูŽุงู‚ูŽ ุตูŽุฏู’ุฑููŠ ูˆูŽ ุชูŽุงู‡ูŽ ูููƒู’ุฑููŠู’ ูˆูŽุชูŽุญูŽูŠูŽู‘ุฑู’ุชู ูููŠ ุฃูŽู…ู’ุฑููŠู’ ุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูู…ู ุจูุณูุฑูู‘ูŠู’ ูˆูŽุฌูŽู‡ู’ุฑููŠู’ ุงู„ู…ูŽุงู„ููƒู ู„ูู†ูŽูู’ุนููŠู’ ูˆูŽุถูŽุฑูู‘ูŠู’ ุงู„ู’ู‚ูŽุงุฏูุฑู ุนูŽู„ูŽู‰ ุชูŽูŠู’ุณููŠู’ุฑู ุนูุณู’ุฑููŠู’.

ุฑูŽุจูู‘ ุงุฑู’ุญูŽู…ู’ ู…ูŽู†ู’ ุนูŽุธูู…ูŽ ู…ูŽุฑูŽุถูู‡ู ูˆูŽุนูŽุฒูŽู‘ ุดูููŽุงุคูู‡ู ูˆูŽูƒูŽุซูุฑูŽ ุฏูŽุงุคูู‡ู ูˆูŽู‚ูŽู„ูŽู‘ ุฏูŽูˆูŽุงุคูู‡ูุŒ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ู…ูŽู„ู’ุฌูŽุฃูŽ ู‡ููˆูŽ ุฑูŽุฌูŽุงุคูู‡ู ูˆูŽู…ูุบููŠู’ุซูู‡ูุŒ ุฅูู„ูฐู‡ููŠู’ ูˆูŽ ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ูˆูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงูŠูŽุŒ ุถูŽุงู‚ูŽุชู’ ุงู„ู’ู…ูŽุฐูŽุงู‡ูุจู ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฅูู„ูŽู‰ู’ูƒูŽุŒ ูˆูŽุฎูŽุงุจูŽุชู’ ุงู„ู’ุขู…ูŽุงู„ู ุฅูู„ูŽู‘ุง ู„ูŽุฏูŽูŠู’ูƒูŽุŒ ูˆูŽุงู†ู’ู‚ูŽุทูŽุนูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุฌูŽุงุกู ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูู†ู’ูƒูŽุŒ ูˆูŽุจูŽุทูŽู„ูŽ ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูู‘ู„ู ุฅูู„ูŽู‘ุงุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูŽุŒ ู„ูŽุงู…ูŽู„ู’ุฌูŽุฃูŽ ูˆูŽู„ูŽุงู…ูŽู†ู’ุฌูŽู‰ ู…ูู†ู’ูƒูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽุŒ ุชูŽุญูŽุตูŽู‘ู†ู’ุชู ุจูุฐููŠ ุงู„ู’ู…ูŽู„ููƒู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽูƒููˆู’ุชูุŒ ูˆูŽุงุนู’ุชูŽุตูŽู…ู’ุชู ุจูุฐููŠ ุงู„ู’ุนูุฒูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽุจู’ุฑููˆู’ุชู ูˆูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู’ุชู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ู„ูŽุงูŠูŽู…ููˆู’ุชูุŒ ูˆูŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง.

Sholawat Syarifah

ุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽุงุฉู ุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ููŽุฉู

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงู„ู’ุฃูู…ูู‘ูŠูู‘ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽุฃูŽุฒู’ูˆูŽุงุฌูู‡ู ูˆูŽุฐูุฑูู‘ูŠูŽู‘ุชูู‡ู ูˆูŽุฃูŽู‡ู’ู„ู ุจูŽูŠู’ุชูู‡ูุŒ ุจูŽุญู’ุฑูŽ ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุนู’ุฏูŽู†ูŽ ุฃูŽุณู’ุฑูŽุงุฑููƒูŽ ูˆูŽู„ูุณูŽุงู†ูŽ ุญูุฌูŽู‘ุชููƒูŽ ูˆูŽุนูŽุฑููˆู’ุณูŽ ู…ูŽู…ู’ู„ูŽูƒูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุทูุฑูŽุงุฒูŽ ู…ูู„ู’ูƒููƒูŽ ุงู„ู…ูุชูŽู„ูŽุฐูู‘ุฐูŽ ุจูู…ูุดูŽุงู‡ูŽุฏูŽุชููƒูŽุŒ ุตูŽู„ูŽุงุฉู‹ ุชูŽุญูู„ูู‘ ุจูู‡ูŽุง ุนูู‚ู’ุฏูŽุชูู†ูŽุง ูˆูŽ ุชูŽูู’ุฑูŽุฌู ุจูู‡ูŽุง ูƒูุฑู’ุจูŽุชูู†ูŽุงุŒ ูˆูŽุชูŽู‚ู’ุถูู‰ ุจูู‡ูŽุง ุญูŽูˆูŽุงุฆูุฌูู†ูŽุงุŒ ุตูŽู„ูŽุงุฉู‹ ุชูุฑู’ุถููŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุชูุฑู’ุถููŠู’ู‡ู ูˆูŽุชูŽุฑู’ุถูŽู‰ ุจูู‡ูŽุง ุนูŽู†ูŽู‘ุง ูŠูŽุงุฑูŽุจูŽู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽุŒ ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ุฃูŽุญูŽุงุทูŽ ุจูู‡ู ุนูู„ู’ู…ูŽูƒูŽ ูˆูŽุฃูŽุญู’ุตูŽุงู‡ู ูƒูุชูŽุงุจูŽูƒูŽ ูˆูŽุดูŽู‡ูŽุฏูŽุชู’ ุจูู‡ู ู…ูŽู„ุงูŽุฆููƒูŽุชููƒูŽ ูˆูŽ ุฌูŽุฑูŽู‰ ุจูู‡ู ู‚ูŽู„ูŽู…ููƒูŽุŒ ุนูŽุฏูŽุฏูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุตูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุญู’ุฌูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู‚ู’ุทูŽุงุฑู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุดู’ุฌูŽุงุฑู ูˆูŽู…ูŽู„ูŽุงุฆููƒูŽุฉู ุงู„ู’ุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑูุŒ ูˆูŽุนูŽุฏูŽุฏูŽ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ุงู„ุฒูŽู‘ู…ูŽุงู†ู ุฅูู„ูŽู‰ ุขุฎูุฑู ุงู„ุฒูŽู‘ู…ูŽุงู†ูุŒ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู’ ู…ูุซู’ู„ู ุฐูฐู„ููƒูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ.

Sumber: Alif.ID

74. Khataman dalam Tarekat Qadiriyah

Adab Khataman

Menurut Syaikh al-Kurdi dalam kitab Tanwรฎr al-Qulรปb fi Muโ€™amalati โ€˜Allamil Ghuyรปb menyebutkan 8 adab khataman, yaitu:

  1. Suci dari hadats dan najis.
  2. Di ruangan khusus, sunyi dari keramaian manusia.
  3. Khusyuโ€™ dan hadir hati kepada Allรขh Swt., seolah-olah dalam mengabdikan diri kepada-Nya. Jika anda tidak melihat-Nya, maka Dia melihat anda.
  4. Peserta yang hadir harus seizin Syaikh .
  5. Pintu ditutup, Karena menurut hadits yang diriwayatkan al-Hakim dari Yaโ€™la bin Syidad:

ุจูŽูŠู’ู†ูŽู…ูŽุง ุฃูŽู†ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽุŒ ููŽู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‡ูŽู„ู’ ููู‰ู’ูƒูู…ู’ ุบูŽุฑูู‰ู’ุจูŒุŒ ู‰ูŽุนู’ู†ูู‰ ุงู„ู’ูƒูุชูŽุงุจูุŒ ููŽู‚ูู„ู’ู†ูŽุง: ู„ูŽุง ู‰ูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ููŽุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ุจูุบูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ู’ุจูŽุงุจูุŒ ูˆูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุงูุฑู’ููŽุนููˆู’ุง ุงูŽูŠู’ุฏููŠูŽูƒูู…ู’

Tatkala aku berada di sisi Rasullullah Saw, tiba-tiba beliau bertanya: โ€adakah orang asing diantara kamu? Kami menjawab: Tidak ada, Rasรปlullรขh Saw., Lantas beliau memerintahkan supaya pintu ditutup dan bersabda: โ€œAngkat tangan kamuโ€.

ุฏูŽุฎูŽู„ูŽ ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุชูŽ ู‡ููˆูŽ ูˆูŽุงูุณูŽุงู…ูŽุฉู ุจู’ู†ู ุฒูŽูŠู’ุฏู, ูˆูŽ ุจูู„ูŽุงู„ูŒ ูˆูŽ ุนูุซู’ู…ูŽุงู†ูŽ ุจู’ู†ู ุทูŽู„ู’ุญูŽุฉูŽ ููŽุงูŽุบู’ู„ูŽู‚ููˆู’ุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ููŽู„ูŽู…ูŽู‘ุง ููŽุชูŽุญูŽู‡ูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูƒูู†ู’ุชู ุงูŽูˆูŽู‘ู„ูŽ ู…ูŽู†ู’ ูˆูŽู„ูุฌูŽ ููŽู„ูŽู‚ูŽูŠู’ุชู ุจูู„ูŽุงู„ู‹ุง ููŽุณูŽุฃูŽู„ู’ุชูู‡ู ู‡ูŽู„ู’ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ูููŠู’ู‡ู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ู‚ูŽุงู„ูŽ ู†ูŽุนูŽู…ู’ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽู…ููˆู’ุฏูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู’ูŠูŽู…ูŽุงู†ููŠูŽู‘ูŠู’ู†ู

Rasรปlullรขh Saw., telah memasuki kaโ€™bah bersama dengan Usamah bin Zaid, bilal, Utsman bin Thalhah. Mereka menutupkan pintu. Tatkala mereka membukanya, sayalah orang pertama masuk, ku jumpai bilal dan kutanyakan: apakah Rasรปlullรขh Saw, shalatnya di dalamnya? Bilal menjawab: โ€œbenar, dianara dua tiang arah Yamanโ€.

  1. Memejamkan pelupuk mata dari permulaan sampai akhir.
  2. Berusaha sungguh-sungguh melenyapkan lintasan dan getaran dalam hati, sehingga tidak sampai lalai dari mengingat Allรขh Swt.
  3. Duduk tawarruk, kebalikan dari duduk tawarruk dalam shalat.

Prosesi Khataman

Prosesi khataman biasanya dilaksanakan oleh mursyid atau murid senior, dalam posisi duduk berjamaโ€™ah shalat, maka mulailah membaca berbagai bacaan. Menurut KH. Ramli Tamim dalam kitabnya Tsamrat al-Fikriyyah, bahwa proses khataman dimulai sebagai berikut:

  1. al-Fatihah, ke hadirat Nabi Saw, beserta keluarga dan sahabatnya.
  2. al-Fatihah, untuk para Nabi dan Rasul, para Malaikat al-Muqarrabin, para Syuhadรขโ€™. Para Shalihin, setiap keluarga, setiap sahabat, dan kepada arwah bapak kita Adam As., dan ibu kita Hawรขโ€™. Dan semua keturunan dan keduanya sampai hari kiamat.
  3. al-Fatihah, kepada arwahnya Khulafรขโ€™ al-Rรขsyidรฎn (Abu Bakar al-Shiddiq r.a, Umar, Ustman, Ali), semua sahabat awal dan ahkir, para Thabiโ€™in, Tabiโ€™it Tabiโ€™in dan semua yang mengikuti kebaikan mereka sampai hari kiamat.
  4. al-Fatihah, untuk arwah para imam Mujtahid dan para pengikutnya, para `ulamรขโ€™ dan pembimbing, para Qariโ€™, para Mukhlisin, para imam hadits, mufassir, semua tokoh-tokoh sufi yang ahli tharรฎqah, para wali baik laki-laki maupun perempuan, Kaum muslimin dan muslimat dari seluruh penjuru dunia.
  5. al-Fatihah, untuk semua arwah Syaikh tharรฎqah Qรขdiriyah wa al-Naqsyabandiyah, khususnya Shulthรขn al-Auliyรขโ€™ Syaikh  Abdul Qรขdir al-Jilani, Abul Qรขsim al-Junaidi, Sirri Saqathi, Maโ€™ruf ibn Fairuz al-Karkhi, Habib al-Ajami, Hasan al-Bashri, Jaโ€™far Shรขdiq, Abu Yazid al-Basthami, Yusuf al-Hamadani, Burhanuddin an-Naqsyabandi, as-Sirhindi. Berikut nenek moyang dan keturunan mereka, ahli silsilah mereka dan orang yang mengambil ilmu dari mereka.
  6. al-Fatihah, kepada arwah orang tua kita dan Syaikh-Syaikh kita, keluarga kita yang yang telah mati, orang yang berbuat baik kepada kita, dan orang yang mempunyai hak dari kita, orang yang mewasiati kita, dan orang yang kita wasiati, serta orang yang mendoโ€™akan baik kepada kita.
  7. al-Fatihah, kepada arwah semua muโ€™minin-muโ€™minat, muslimin-muslimat yang masih hidup maupun yang sudah mati di sebelah barat maupun di sebelah timur, di belahan kanan dan kiri dunia, dan dari seluruh penjuru dunia, semua keturunan Adam As., sampai kiamat.

Sumber: Alif.ID

75. Tarekat Rifaiyah โ€“ Biografi Sayyid Ahmad al-Rifaโ€™i

Tharรฎqah yang pendiriannya dinisbatkan kepada seorang wali quthub yang menjadi tonggak tharรฎqah dan tokoh para wali besar yaitu Syaikh Sayyid Ahmad al-Rifa`i bin (1)Sayyid `Ali, bin (2)Sayyid Yahya, bin (3)Sayyid Tsabit, bin (4)Sayyid Hazim, bin (5)Sayyid Ahmad, bin (6)Sayyid Ali, bin (7)Sayyid Hasan al-Rifa`ah, bin (8)Sayyid al-Mahdi, bin (9)Sayyid Abu Qasim Muhammad, bin (10)Sayyid Hasan, bin (11)Sayyid Husain, bin (12)Sayyid Musa al-Tsani, bin (13)Sayyid Ibrahim al-Murtadha, bin (14) Imam Musa al-Kadzรฎm, (15)bin Imam Ja`far Shadiq, bin (16)Imam Muhammad al-Baqir, bin (17)Imam Zainal Abidin Ali, bin (18)Sayyid Imam Abi Abdillah al-Husain, bin (19)Sayyidina Ali wa Sayyidatina Fatimatuz Zahraโ€™, binti (20)Sayyidil Khalqi Sayyidina Muhammad Saw. Beliau dilahirkan di Ummi Abidah daerah pertengahan antara Bashrah dan Bagdad yaitu daerah yang masyhur di Irak tepatnya hari Kamis pada pertengahan pertama bulan Rajab, yakni pada tahun 512 H., (Aโ€™lรขm al-Shรปfiyah, halaman: 412-413).

Pengembaraannya dalam menuntut ilmu dimulai dengan belajar Fiqih madzhab Syafiโ€™i dari pamannya yang bernama Syekh Abi Bakrin al-Wasiti al-Anshari. Beliau sempat mengajar kitab al-Tanbih, lalu masuk Tharรฎqah kemudian menempa dirinya dengan sungguh-sungguh. Ia tinggalkan gemerlap dunia dan memusatkan perhatian pada tharรฎqah sehingga menjadi seorang wali besar dan sangat ahli dalam ilmu tharรฎqah. Imam Rifa`i memiliki banyak sรขlik yang sangat menghormatinya. Menurut Ibnu Khalkan dan lainnya, santri-santrinya terkenal dengan nama Rifa`iyah atau Ahmadiyah atau Bathaihiyah, Para santrinya memiliki hal-hal yang aneh dan menakjubkan, (Nรปr al-Abshรขr, halaman: 252).

Syaikh Syamsuddin Sibtu bin al-Zauji dalam kitab Tarikhnya mengatakan, bahwa disamping Imam Rifa`i yang memiliki berbagai karamah dan maqรขm, santri-santrinya juga luar biasa. Mereka kadang menaiki binatang buas dan bermain-main dengan ular. Di antara mereka bahkan ada yang memanjat pohon kurma kemudian menjatuhkan diri ke tanah, namun tak merasa sakit sedikitpun, (Jรขmiโ€™ al-Karรขmรขt al-Auliyรขโ€™, juz 1, halaman: 402).

Menurut Imam Jalaluddin al-Suyuti, Imam Rifa`i ini menyandang mandat (ijazah) tharรฎqah dari (1)Syaikh Ahmad al-Wasithi al-Qรขrรฎ, dari (2)Syaikh Abil Fadhal bin Kamikh al-Kรขmakhรขni, dari (3)Syaikh Ghulam bin Tarakkรขn, dari (4)Syaikh Abi Ali al-Rauzabati, dari (5)Syaikh `Ali al-โ€˜Ajami, dari (6)Syaikh Abi Bakar al-Syibli, dari (7)Imam Abul Qasim al-Junaidi aI-Baghdadi, dari (8)Imam as-Sari as-Saqathi, dari (9)Imam Abi Mahfud al-Karkhi, dari (10)Syaikh Imam Dawud al-Thรขโ€™i, dari (11)Syaikh Habib al-Ajami, dari (12)Syaikh Imam Hasan al-Bishri, dari (13)Suami al-Batรปl, dan anak dari paman Rasรปlullรขh, Maulana Amiril Muโ€™minin al-Imam Ali bin Abi Thalib Krw., dari (14)Sayyidil Makhluqin wa Imamin Nabiyyin wal Mursalin Sayyidina Muhammadin Saw., (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tharรฎqah al-Rifa`iyah, halaman: 107).

Beliau juga menyandang mandat Tharรฎqah dari pamannya (1)Sayyid Syaikh Manshur al-Bathaโ€™i al-Robbani, dari pamannya (2)Syaikh Abil Manshur al-Thayyib, dari (3)Syaikh Abi Sa`id Yahya al-Bukhari al-Wasithi, dari (4)Syaikh Abi Ali al-Qurmuzi, dari (5)Syaikh Abil Qasim al-Sundusi al-Kabir, dari (6)Syaikh Abi Muhammad Ruwaim al-Baghdadi, dari (7)Syaikh Abil Qasim al-Junaidi, dari (8)Syaikh Sari al-Saqathi, dari (8)Syaikh Maโ€™ruf ibn Fairuz al-Karkhi, dari (9)Imam Ali bin Musa al-Ridha, dari ayahnya (10) Imam Musa al-Kadzรฎm dari ayahnya (11) Imam Jaโ€™far al-Shรขdiq, dari ayahnya (12)Imam Muhammad al-Baqir dari ayahnya (13)Imam โ€˜Ali Zainal โ€˜Abidin, dari (14)al-Imam Amiril Muโ€™minin Asadullah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Krw., dari (15)Rasรปlullรขh Saw., (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tharรฎqah al-Rifa`iyah, halaman: 107 dan Thabรขqat al-Kubra, halaman: 200).

Syekh Ahmad Rifaโ€™i & Syekh Abdul Qadir Jailany

Imam Rifa`i sering melihat Nur kebesaran Allรขh Swt. Ketika hal itu terjadi, maka dirinya meleleh seperti genangan air. Maka berkat Rahmat Allรขh Swt., kemudian mengeras sedikit demi sedikit hingga kembali ke wujud semula. Ia berkata pada santri-santrinya, โ€œSekiranya bukan karena kemurahan Allรขh Swt., niscaya aku tidak akan kembali pada kalianโ€œ. Di dalam kitab Thabรขqat karya Abdul Wahab Ibnu as-Subki terdapat kisah, bahwa ada seekor kucing yang tidur di lengan baju Imam Rifa`i, Ketika waktu shalat tiba, ia menggunting lengan bajunya dengan pelan-pelan agar tidak membangunkan si kucing. Seusai shalat dan si kucing telah bangun dari tidurnya, ia jahit lengan bajunya sehingga tersambung kembali, (Thabรขqat al-Kubra, halaman: 204).

Imam Rifa`i pernah mengambil air wudhuโ€™ pada musim dingin, ketika terlihat ia sedang meluruskan lengan tangannya dalam waktu yang cukup lama dan tidak menggerakkan sama sekali, lalu ada seorang mu`adzin bernama Ya`qub mendatanginya dan langsung mencium tangannya. โ€œYaโ€™qub, engkau telah mengganggu si lemah iniโ€œ, kata Imam Rifa`i seraya menunjuk sesuatu yang berada di lengannya. โ€œApakah itu?โ€ Tanya Yaโ€™qub. โ€œAda seekor nyamuk yang sedang menikmati rezekinya dari lenganku. Karena engkau mencium tanganku, nyamuk itu pergiโ€, jawab Imam Rifa`i. Di antara kata-kata Imam Rifa`i yang terkenal, โ€œAku telah mencoba menempuh semua jalan menuju kepada Allรขh Swt. Namun aku tak menemukan jalan yang lebih mudah, lebih dekat dan lebih pantas selain dari kefakiran, kehinaan dan susahโ€œ, (Nรปr al-Abshรขr, halaman: 253).

Dalam kitab Thabรขqat karya Imam al-Sya`rani diterangkan bahwa Imam Rifa`i selalu memulai salam kepada setiap orang yang dijumpai sampai kepada seekor hewan atau anjing sekalipun. Bila mendengar kabar adanya orang sakit, ia akan menjenguknya meski orang yang sakit tersebut tinggal di tempat yang jauh. Ia akan kembali dari menjenguk orang yang sakit tersebut setelah satu hari atau dua hari, (Thabรขqat al-Kubra, halaman: 203).

Imam Rifa`i keluar ke jalan untuk menunggu orang buta lewat. Bila ada orang buta lewat, ia ambil tangannya dan menuntunnya. Bila melihat orang tua renta, maka ia mendatangi penduduk desa dan berpesan dengan mengutip sabda Rasรปlullรขh Saw., โ€œBarangsiapa yang memuliakan orang sudah tua renta (Muslim), maka Allรขh Swt. akan menunjuk orang yang akan memuliakannya di hari tuanya nantiโ€. Bila datang dari perjalanan dan hampir sampai di Ummi Abidah desanya, Imam Rifa`i mengumpulkan kayu bakar. Kayu bakar tersebut diikat, lalu dipanggul di pundaknya. Yang demikian juga diikuti oleh sรขlikโ€“sรขliknya. Setelah sampai di desanya, kayu bakar tersebut ia bagikan kepada para janda, orang miskin, orang lumpuh, orang sakit, orang buta dan orang tua renta, (Thabรขqat al-Kubra, halaman: 203).

Diantara kata-kata Imam Rifa`i yang terkenal; โ€œDi antara tanda tenang bersama Allรขh Swt. adalah merasa resah bersama orang-orang kecuali para wali. Sebab tenang bersama mereka (para wali) berarti tenang bersama Allรขh Swtโ€. Selain itu ia pernah berkata, โ€œSesuatu yang lebih dekat dengan murka Allรขh Swt. adalah melihat (dengan perasaan bangga) pada diri sendiri, tingkah laku dan amalnya. Yang lebih parah dari itu adalah meminta imbalan atas amal (ibadah)โ€. Diantara karamah Imam Rifa`i adalah ketika sedang mengajar di atas kursinya, maka orang yang jauh sekalipun akan mendengar seperti berada di dekatnya. Bahkan, semua penduduk desa sekitar pun turut mendengar seperti berada di tempat pengajiannya sekalipun orang tuli juga bisa mendengar pengajiannya, meski hanya ucapannya saja.

Sebelum meninggal dunia Imam Rifa`i menderita sakit perut. Dalam keadaan demikian, ia mengeluarkan kotoran (berak) setiap hari seperti biasanya selama sebulan lamanya. Ia ditanya akan hal itu, โ€œDari mana asal semua (kotoran) ini, sedangkan Engkau tidak pernah makan atau minum selama 20 hari?โ€ Ia menjawab, โ€œIni semua berasal dari dagingku, tapi sekarang dagingku telah habis dan hanya tinggal otakku. Sekarang dari otak yang akan keluar, besok aku akan berangkat menuju Allรขh Swtโ€. Setelah itu keluar kotoran putih dua atau tiga kali, lalu ia wafat pada waktu dhuhur yakni pada hari Kamis 12 Jumadil Ula tahun 578 H. Kalimat terakhir yang beliau ucapkan adalah;

ุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ูŽู‘ ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู‹ุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู

Pada hari meninggalnya banyak sekali orang yang melayat. Ia dikebumikan di kuburan Yahya al-Bukhari, (Thabรขqat al-Kubra, halaman: 206).

Sumber: Alif.ID

76. Cabang-cabang Tarekat Rifaโ€™iyah

Tarekat Rifaiyah
Tarekat Rifaiyah

Abu Shayyad penulis biografi tokoh-tokoh al-Rifa`iyah dan cabang-cabangnya dalam kitabnya Tanwirul Absar fi Thabรขqati Sadat al-Rifa`iyah, sebagaimana dikutip oleh Trimingham, bahwa cabang tharรฎqah al-Rifa`iyah merupakan yang tersebar di dunia Islรขm, antara lain:

  1. Ajlaniyah;
  2. Aโ€™zabiyah (didirikan oleh Muhyiddin Ibrahim Abu Ishaq al-Aโ€™zab, cucu Ahmad al-Rifa`i)
  3. Aziziyah
  4. Haririyah (didirikan Abu Ali al-Haririyang wafat tahun 645 H/1248 M, dari Hawran, Bashrah)
  5. โ€˜Ilmiyah atau Alamiyah
  6. Jabartiyah (didirikan di Yaman oleh Ahmad Abu Ismaโ€™il al-Jabarti)
  7. Jandaliyah (didirikan oleh Jandal ibn Ali al-Jandalidi Hums)
  8. Kiyaliyah
  9. Nuriyah
  10. Qathaniyah (didirikan oleh Hasan al-Rifa`idi Damaskus)
  11. Sabsabiyah
  12. Saโ€™adiyah atau Jibawiyah (didirikan di Jiba dekat Damaskus pada 736 H/1335 M, oleh Saโ€™aduddin al-Jiwabi ibn Yusuf as-Syaibani)
  13. Shayyadiyah (didirikan oleh Izzuddin Ahmad as-Shayyadyang dinamai juga Hafidz al-Rifa`i)
  14. Syamsiyah
  15. Thalibiyah (didirikan oleh Thalib al-Rifa`iwafat 638 H/1284 M)
  16. Wasitiyah
  17. Zainiyah
  18. Baziyah di Mesir
  19. Haidhariyah (didirikan oleh seorang Turki, Quthbuddin Haidar az-Zawujiwafat 617 H/1220 M)
  20. Ilwaniyah (didirikan oleh Safiโ€™udin Ahmad al-Ilwan)
  21. Habibiyah (didirikan oleh Muhammad al-Habibi, zawiyah didirikan di Kairo pada 1247 H/1831 M)
  22. Malakiyah
  23. Syunbukiyah-Wafaโ€™iyah, dua tharรฎqah yang tergabung (didirikan oleh Abu Muhammad Abdullah Talhah as-Syunbukipada abad X, dengan Abul Wafa Tajul Arifin 417-501 H/1026-1107 M)
  24. Uqailiyah, tharรฎqah yang bergabung (didirikan oleh Uqail Hakkari dai Umariyah, Syiria).

Menurut Tirmingham nomor 1-17 kemungkinan besar ada pada abad XIX, sedangkan nomor 20-24 berada di Mesir, (Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf, halaman: 220-221).

Sumber: Alif.ID

77. Sejarah Tarekat Rifaโ€™iyah di Indonesia

Tharรฎqah al-Rifรขโ€™iyah masuk ke Indonesia melalui Nuruddin Muhammad bin Ali bin Hasanji al-Humaidi as-Syafiโ€™i al-Idrusy al-Raniry pada tahun 1658 M/1055 H. Beliau lahir di Randir, yaitu sebuah kota pelabuhan di pantai Gujarat India. Pada tahun 1637-1644 M, beliau diangkat menjadi syaikh Islรขm pada kerajaan Aceh, yaitu satu jabatan di bawah Sultan yang bertanggung jawab di dalam masalah-masalah agama.

al-Raniry menerima tharรฎqah tersebut dari seorang guru yang paling terkenal di Gujarat di Ibu kota India yaitu Abu Hafs Umar bin Abdullah Basyaiban al-Tarimi al-Handrami yang dikenal dengan sebutan Sayyid Umar Alaidrus, beliau mengangkat al-Raniry sebagai khalifahnya. sehingga al-Raniri bertanggungjawab menyebarkan Tharรฎqah ini di wilayah Melayu-Indonesia. Di Indonesia tharรฎqah al-Rifa`iyah terkenal dengan permainan Dabus dan tabuhan Rebana yang dikenal di Aceh dengan nama Rapaโ€™i.

Salah satu ciri tharรฎqah al-Rifa`iyah ialah dzikir yang nyaring dan lantang. Jika para Darwis al-Rifa`iyah berdzikir, maka mereka berdzikir dengan suara yang sangat keras dan meruang-ruang. Karena itu, mereka dikenal dengan sebutan โ€œDarwis yang meraungโ€. Kadang-kadang mereka disebut juga โ€œDarwis yang menangisโ€ kerena suara-suara ganjil yang mereka hasilkan ketika berdzikir.

Menurut Annemarie Schimmel (ahli barat tentang tashawwuf) dalam bukunya Mistical Dimension of Islรขm, para Darwis tharรฎqah al-Rifa`iyah ini terkenal karena mampu mewujudkan kejadian-kejadian yang luar biasa, seperti memakan ular yang hidup, menusuk-nusuk dan menikam tubuh dengan benda tajam tanpa terluka, bahkan sampai mencukil mata mereka keluar tanpa merasakan kesakitan dan tidak cacat. Namun semua itu, menurut Maulana Abdur Rahman Jami merupakan sesuatu yang tidak diketahui Syaikh dan rekan-rekanya yang shaleh. Menurut para Darwis tharรฎqah al-Rifa`iyah, mereka melakukan perbuatan itu untuk mencari perlindungan Tuhan dari godaan iblis, (Ensiklopedi 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf, halaman: 221-223).

Sumber: Alif.ID

78. Ajaran Tarekat Rifaโ€™iyah

Ajaran Tharรฎqah al-Rifa`iyah

Pada dasarnya Tharรฎqah al-Rifa`iyah dilandasi pada 2 dasar yang tidak mungkin terpisah dari ke duanya, yakni: al-Qurโ€™an yang mulia dan sunnah nabi Muhammad Saw. yang luhur. Di samping itu tharรฎqah ini tidak menyampingkan hukum aqli yang tidak keluar dari kedua dalil nash, dan apabila ditemukan di dalam sebagian amal tharรฎqah sesuatu yang mubah itu hanya semata-mata untuk menenangkan hati, yang pada dasarnya telah di-nash oleh Nabi dan juga sesuai dengan hukum akal agar seseorang tidak bosan dengan amaliyahnya yang bisa berakibat amal shaleh menjadi amal jelek, (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tharรฎqah al-Rifa`iyah, halaman: 12).

Dasar-dasar Tharรฎqah al-Rifa`iyah

  1. Mengokohkan tauhid sekaligus menyatakan dengan maknanya.
  2. Mengagungkan kitab Allรขh Swt. dengan mengambil hukum-hukum yang ada di dalamnya serta mengikuti perintah-perintah-Nya.

ู‚ูู„ู’ ุงูู†ู’ ูƒูู†ู’ุชูู…ู’ ุชูุญูุจูู‘ูˆู’ู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ููŽุงุชูŽู‘ุจูุนููˆู’ู†ูู‰ ูŠูุญู’ุจูุจู’ูƒูู…ู ุงู„ู„ู‡ู โ€ฆ. (ุขู„ ุนู…ุฑุงู†: 31 )

  1. Mengimani kepada apa saja yang datang dari Rasรปlullรขh Saw. dengan cara mengikrarkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan mengamalkan dengan perbuatan serta bersikap ihsan (menyembah kepada Allรขh Swt. seakan-akan kamu melihat kepada-Nya dan apabila kamu tidak melihatnya maka Allรขh Swt. melihatnya).
  2. Melanggengkan hadirnya hati dan berdzikir dengan lisan dengan tanpa hitungan bersamaan dengan keluar masuknya nafas.

ููŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆู’ู†ูู‰ ุฃูŽุฐู’ูƒูุฑู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุดู’ูƒูุฑููˆู’ุง ู„ูู‰ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽูƒู’ููุฑููˆู’ู†ู  (ุงู„ุจู‚ุฑุฉ : 152)

  1. Tharรฎqah al-Rifa`iyah adalah cinta kepada nabi Muhammad Saw. dan keluarganya melebihi segala-galanya dengan membaca shalawat dan salam dengan penuh tatakrama dan hadirnya hati serta khusyuโ€™ kepada keagungan nabi Muhammad Saw.

ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ูู‘ูˆู’ู†ูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุจูู‰ูู‘ ูŠูŽุฃูŽูŠูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ู†ูŽ ุงูฐู…ูŽู†ููˆู’ุง ุตูŽู„ูู‘ูˆู’ุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ููˆู’ุง ุชูŽุณู’ู„ูู…ู‹ุง (ุงู„ุฃุญุฒุงุจ : 56)

  1. Tharรฎqah al-Rifa`iyah adalah mengikuti akidah Ulamaโ€™ Salaf dan menghargai pendapat Ulamaโ€™ Khalaf.
  2. Tharรฎqah al-Rifa`iyah adalah mencintai keluarga nabi Muhammad Saw. beserta keluarganya yang suci.

โ€ฆ. ู‚ูู„ู’ ู„ูŽู‘ุข ุฃูŽุณู’ุฆูŽู„ููƒูู…ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฃูŽุฌู’ุฑู‹ุง ุฅูู„ูŽู‘ุงุงู„ู’ู…ูŽูˆูŽุฏูŽู‘ุฉูŽ ููู‰ ุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุจูŽู‰ โ€ฆ. (ุงู„ุดูˆุฑู‰ : 23)

  1. Tharรฎqah al-Rifa`iyah adalah mengagungkan kedudukan para shahabat nabi Muhammad Saw. dan menjaga kemuliannya, memuji kebaikannya serta menjauhi dari segala sesuatu yang timbul di dalam perselisihan di antara para shahabat.

ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจููŠ ูƒูŽุงู„ู†ูู‘ุฌููˆู’ู…ู ุจูุฃูŽูŠูู‘ู‡ูู…ู’ ุงูู‚ู’ุชูŽุฏูŽูŠู’ุชูู…ู’ ุงูู‡ู’ุชูŽุฏูŽูŠู’ุชูู…ู’ (ุงู„ุญุฏูŠุซ)

  1. Seorang sรขlik Tharรฎqah al-Rifa`iyah senantiasa mengetahui keagungan Mursyidnya dengan sebenar-benarnya mengalahkan Mursyid yang lain.
  2. Tharรฎqah al-Rifa`iyah adalah menolak semua bentuk ajaran yang tidak sesuai dengan syarโ€™i dan akal.

ุฅูู†ูŽู‘ุง ู…ูŽุนูŽุงุดูุฑูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠุขุกู ุฃูŽู…ูŽุฑูŽู†ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ู†ููƒูŽู„ูู‘ู…ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุฏู’ุฑู ุนูู‚ููˆู’ู„ูู‡ูู…ู’ ุฅูู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุฏู’ุชูŽ ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽุง ูŠููƒูŽุฐูู‘ุจูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽู‡ู ููŽูƒูŽู„ูู‘ู…ู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู‚ูŽุฏู’ุฑู ุนูู‚ููˆู’ู„ูู‡ูู…ู’ (ุงู„ุญุฏูŠุซ)

  1. Tharรฎqah al-Rifa`iyah sesuai dengan madzhab empat yang di anut di dalam Islรขm, (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tharรฎqah al-Rifa`iyah, halaman: 12-22).

Kewajiban Sรขlik

Diwajibkan bagi sรขlik untuk memenuhi 4 perkara; ilmu, amal, ikhlas dan khauf (rasa takut), karena sesungguhnya ilmu tanpa amal atau amal tanpa ilmu adalah mahjub (terhalang/tidak sampai). Dan sesungguhnya berilmu dan beramal yang tidak ikhlas akan rugi. Apabila tidak dilandasi rasa takut kepada Allรขh Swt., dan khawatir dari akibat yang akan muncul sampai dia merasa aman di hari pertemuan dengan Allรขh Swt. maka sรขlik akan maghrur (tertipu).

Guru dari Syaikh Imam Rifa`i berkata: Dasar dari tharรฎqah al-Rifa`iyah adalah menetapi al-Qurโ€™an dan al-Sunnah serta meninggalkan hawa nafsu, bid`ah dan juga sabar di dalam melaksanakan perintah dan amal. Barangsiapa sikap, ucapan dan perbuatannya di setiap waktu tidak sesuai dengan al-Qurโ€™an dan al-Sunnah maka tidak bisa dijadikan di dalam tharรฎqahku, (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tharรฎqah al-Rifa`iyah, halaman: 58).

Sumber: Alif.ID

79. Tata Cara Baiat Tarekat Rifa`iyah

Seseorang yang akan bergabung dalam Tarekat al-Rifa`iyah terlebih dulu harus dibaiat.

Langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut;

  1. Berwudhuโ€™
  2. Shalat taubat dua rakaat
  3. Mursyid duduk di atas lututnya dan di atas sajadah dengan menghadap kiblat, sedangkan salik duduk di atas lututnya menghadap mursyid sambil menempelkan kedua lututnya pada kedua lutut mursyidnya dengan adab dan khusyuโ€™
  4. Kemudian mursyid membaca Surat al-Fatihah 3x kemudian membaca al-Istiโ€™adzah dan ayat baiโ€™at:

ุฅูู†ูŽู‘ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูุจูŽุงูŠูุนููˆู†ูŽูƒูŽ ุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูุจูŽุงูŠูุนููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุฏู ุงู„ู„ู‡ูŽ ููŽูˆู’ู‚ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู‡ูู…ู’ ููŽู…ูŽู† ู†ูŽู‘ูƒูŽุซูŽ ููŽุฅูู†ูŽู‘ู…ูŽุง ูŠูŽู†ูƒูุซู ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุฃูŽูˆู’ููŽู‰ ุจูู…ูŽุง ุนูŽุงู‡ูŽุฏูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงู„ู„ู‡ูŽ ููŽุณูŽูŠูุคู’ุชููŠู‡ู ุฃูŽุฌู’ุฑุงู‹ ุนูŽุธููŠู…ุงู‹ ๏ดฟุงู„ูุชุญ: ูกู ๏ดพ

ูˆูŽุฃูŽูˆู’ูููˆู’ุง ุจูุนูŽู‡ู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุฅูุฐูŽุง ุนูฐู‡ูŽุฏู’ุชูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุงุชูŽู†ู’ู‚ูุถููˆู’ุง ุงูŽู„ู’ุฃูŽูŠู’ู…ูŽุงู†ูŽ ุจูŽุนู’ุฏูŽ ุชูŽูˆู’ูƒููŠู’ุฏูู‡ูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุฏู’ ุฌูŽุนูŽู„ู’ุชูู…ู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูƒูŽูููŠู’ู„ุงู‹ โ€ฆ. (ุงู„ู†ุญู„ : 91)

Kemudian sรขlik membaca kalimat tersebut dengan menjabat tangan mursyidnya (jika sรขlik laki-laki).

  1. Kemudian mursyid menyuruh membaca istigfar;

ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ู‚ูŽูŠูู‘ูˆู’ู…ู ูˆูŽุฃูŽุชููˆู’ุจู ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุชูุจู’ุชู ู„ูู„ู‡ู ูˆูŽุฑูŽุฌูŽุนู’ุชู ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽู†ูŽู‡ูŽูŠู’ุชู ู†ูŽูู’ุณูู‰ ุนูŽู…ูŽู‘ุง ู†ูŽู‡ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฑูŽุถููŠู’ุชููƒูŽ ุดูŽูŠู’ุฎู‹ุง ู„ูู‰ ูˆูŽู…ูุฑู’ุดูุฏู‹ุง ุจูุทูŽุฑููŠู’ู‚ู ุฅูู…ูŽุงู…ู ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ูููŠูŽุงุกู ูˆูŽุณูู„ู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ุงู„ู’ุบูŽูˆู’ุซู ุงู„ู’ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูุจู’ุฑูŽุชู ุงู„ู’ุงูŽุญู’ู…ูŽุฑู ู„ูŽุงุซูู…ู ูŠูŽุฏู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงู„ู’ุฃูŽุทู’ู‡ูŽุฑู ุงู„ู’ุฎูŽุงุดูุนู ุงู„ู’ุฎูŽุงุถูุนู ุงู„ุฏูŽู‘ุงุนููŠู’ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽูˆู’ู„ูŽุงู†ูŽุง ุงู„ุณูŽู‘ูŠูู‘ุฏู ุงูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ู…ูุญู’ูŠู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ุฃูŽุจูู‰ ุงู„ู’ุนูŽุจูŽู‘ุงุณู ุงู„ู’ูƒูŽุจููŠู’ุฑู ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ููŠ ุงู„ุฑูู‘ููŽุงุนูู‰ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ูˆูŽุจูุทูŽุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ูˆูŽู„ูŽุฏูู‡ู ุงู„ู’ู‚ูุทู’ุจู ุงู„ู’ููŽุฑู’ุฏู ุงู„ู’ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ู€ุฌูŽูˆูŽู‘ุงุฏู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุงู„ุณูŽู‘ูŠูู‘ุฏู ุงูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ุนูุฒูู‘ ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ุงู„ุดูŽู‘ู‡ููŠู’ุฑู ุจูุงู„ุตูŽู‘ูŠูŽู‘ุงุฏู ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ูˆูŽู‡ูฐุฐูŽุง ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ู ุทูŽุฑููŠู’ู‚ููŠู’ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ู‡ูŽุฌู ู…ูŽู†ู’ู‡ูŽุฌููŠู’ ุงูŽู„ู’ุฅูุฎู’ูˆูŽุงู†ู ุฅูุฎู’ูˆูŽุงู†ููŠู’ ูˆูŽุงู„ุทูŽู‘ุงุนูŽุฉู ุทูŽุงุนูŽุชููŠู’ ูˆูŽุงู„ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽู‘ุฉู ุชูŽุญููˆู’ู„ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุนูŽู‡ู’ุฏูุนูŽู‡ู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ูŠูŽุฏู ูŠูŽุฏู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽูŠู’ุนูŽุฉู ุจูŽูŠู’ุนูŽุฉู ุดูŽูŠู’ุฎูู†ูŽุง ูˆูŽุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุงู„ุณูŽู‘ูŠูู‘ุฏู ุงูŽุญู’ู…ูŽุฏูŽ ุฃูŽุจููŠ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุจููŠู’ุฑู ุงู„ู’ุญูุณูŽูŠู’ู†ููŠ ุงู„ุฑูู‘ููŽุงุนูู‰ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู…ูŽุง ู†ูŽู‚ููˆู’ู„ู ูˆูŽูƒููŠู’ู„ู.

Setelah itu mursyid berkata pada sรขlik: โ€œSaya menetapkanmu menjadi sรขlik tarekat ini dan dengan janji ini aku membaiat kepada Allah SWTโ€, kemudian mursyid berkata: โ€œBerdirilah dan duduklah untuk menepati janji menjadi sรขlik pada tarekat ini, setelah itu sรขlik berdiri sesuai isyarahnya mursyid, setelah itu dudukโ€, ketika sรขlik duduk mursyid berkata kepada sรขlik:

ุฃููˆู’ุตููŠู’ูƒูŽ ุจูุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู

  1. Kemudian mursyid mentalqin sรขlik dengan kalimat tauhid;

ู„ูŽุขุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ ร—3

seraya memanjangkan suaranya yang kemudian ditirukan oleh sรขlik sambil mursyid meletakkan keningnya pada kening sรขlik dan meletakkan tangannya mursyid pada dada sรขlik dengan sambil mendoโ€™akan agar sรขlik mendapatkan taufiq, ikhlas dan barakah. Setelah itu, diakhiri doโ€™a dengan bacaan al-Fatihah. (jika sรขlik laki-laki)

  1. Setelah itu mursyid dan sรขlik menghadap kiblat sambil membaca shalawat;

ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุญูŽุจููŠู’ุจูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุงูˆูŽุณููŠู’ู„ูŽุชูŽู†ูŽุง ุฅูู„ู‰ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ูŽ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฎูŽุงุชูู…ูŽ ุฑูุณูู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูู…ู’ ูŠูŽุง ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠูŽู†ูŽ.

Diakhiri dengan membaca al-Fatihah yang dihadiahkan kepada nabi Muhammad SAW., para Nabi dan Rasul, keluarga Nabi Muhammad SAW, para sahabat, dan Imam al-Rifa`i, berserta keluarganya dan muslimin muslimat. Setelah itu membaca doโ€™a, (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 81-83).

Tata Krama Tarekat al-Rifaโ€™iyah

  • Khidmat kepada mursyid dengan tujuan sebagai berikut:
    1. Supaya watak sรขlik terbentuk oleh watak mursyid sehingga akhlak sรขlik dari akhlak yang buruk berubah menjadi akhlak yang baik
    2. Supaya sรขlik terlepas dari pengakuan tipu daya, merasa mulia dengan tarekat ini, berbicara dengan ucapan yang bisa merusak akidah
    3. Supaya sรขlik bisa keluar dari kemalasan yang dapat merubah sรขlik menjadi semangat beramal shalih
    4. Supaya sรขlik mengamalkan Alquran dan Hadis;
    5. Sรขlik bisa menjalakan tarekat Salafus Shalih yang selalu menjalankan kebenaran yang bisa menghapus sesuatu yang tidak bermanfaat. Sehingga sรขlik menjadi dekat dengan ahli al-haq dan jauh dari ahli al-bathil, terlepas dari pengaruh hujatan orang yang menghujat.

Ketika sรขlik sudah memiliki tanda-tanda yang seperti di atas, maka mursyid memerintahkan sรขlik untuk mengamalkan wirid-wirid sebagai berikut:

  1. Membaca Shalawat nabi minimal 20x
  2. Membaca Istighfar minimal 20x
  3. Membaca zikir diantaranya membaca ู„ูŽุข ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ minimal 20x, dibaca setiap selesai shalat fardhu.

Jika sรขlik menemukan kenyamanan dalam berzikir, maka mursyid akan menambah bilangan zikir menurut ukuran yang sesuai dengan keadaan sรขlik. Jika dipandang perlu, mursyid memerintahkan sรขlik untuk mengobati suatu penyakit bathin dengan riyadhah tertentu, perjalanan wisata, menyendiri, khalwat, tidak tidur di malam hari, tahajjud, melakukan khidmah yang memberatkan tubuh dan bershadaqah. (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 83-85)

Sumber: Alif.ID

80. Cara Wirid Tarekat Rifaโ€™iyah

Bacaan wirid dalam Tarekat al-Rifa`iyah dijelaskan di dalam kitab Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman 85-89.

  1. Membaca al-Fatihah
  2. Membaca Istighfar 3x
  3. Membaca Tahlil 100x
  4. Membaca Shalawat 10x
  5. Membaca Surat al-Dhuha 3x
  6. Membaca Surat al-Insyiraah 3x
  7. Membaca Surat al-Ikhlas 3x
  8. Membaca Surat al-Falaq 3x
  9. Membaca Surat al-Naas 3x
  10. Membaca Surat al-Fatihah 3x
  11. Membaca basmalah 19x
  12. Membaca doa di bawah ini sebanyak 3x

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู ุงูŽู„ู„ู‡ู… ููŽุงุฑูุฌูŽ ุงู„ู’ู‡ูŽู…ูู‘ ูƒูŽุงุดูููŽ ุงู„ู’ุบูŽู…ูู‘ ู…ูุฌููŠู’ุจูŽ ุฏูŽุนู’ูˆูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุถู’ุทูŽุฑูู‘ูŠู’ู†ูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูฐู†ูŽ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฎูุฑูŽุฉู ูˆูŽุฑูŽุญููŠู’ู…ูŽู‡ูู…ูŽุง ุงูŽู†ู’ุชูŽ ุชูŽุฑู’ุญูŽู…ูู†ูู‰ ููŽุงุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูู‰ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ุชูุบู’ู†ูู†ููŠู’ ุจูู‡ูŽุง ุนูŽู†ู’ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ู…ูŽู†ู’ ุณููˆูŽุงูƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑูŽู‘ุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ

  1. Membaca doa dibawah ini 3x

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ุฃูŽุนููˆู’ุฐู ุจููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุณูŽู„ู ูˆูŽุงู„ู’ู‡ูŽุฑูŽู…ู ูˆูŽุณููˆู’ุกู ุงู„ู’ูƒูุจูŽุฑู ูˆูŽููุชู’ู†ูŽุฉู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ูˆูŽุนูŽุฐูŽุงุจู ุงู„ู’ู‚ูŽุจู’ุฑู

  1. Kemudian membaca doa di bawah ini

ุฑูŽุจูู‘ ุฃูŽุฏู’ุฎูู„ู’ู†ููŠู’ ู…ูุฏู’ุฎูŽู„ูŽ ุตูุฏู’ู‚ู ูˆูŽุฃูŽุฎู’ุฑูุฌู’ู†ููŠู’ ู…ูู€ุฎู’ุฑูŽุฌูŽ ุตูุฏู’ู‚ู ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ู„ููŠู’ ู…ูู†ู’ ู„ูŽุฏูู†ู’ูƒูŽ ุณูู„ู’ุทูŽุงู†ุงู‹ ู†ูŽุตููŠู’ุฑู‹ุง. ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุจูุฃูŽุณู’ู…ูŽุงุฆููƒูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุตูููŽุงุชููƒูŽ ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุจููƒูŽู„ูู…ูŽุงุชููƒูŽ ุงู„ุชูŽู‘ุงู…ูŽู‘ุงุชู ูƒูู„ูู‘ู‡ูŽุง ูˆูŽุจูุขู„ุงูŽุฆููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽุณู’ุฑูŽุงุฑููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุฆููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุตูŽุงุฑููƒูŽ ูˆูŽุจูู†ูŽุจููŠูู‘ูƒูŽ ูˆูŽุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ููƒูŽ ุณูŽูŠูู‘ุฏู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุญูŽุถู’ุฑูŽุงุชููƒูŽ ูˆูŽุนูŽูŠู’ู†ู ุฃูŽุฑู’ุจูŽุงุจู ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุชููƒูŽ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุญูŽุจููŠู’ุจููƒูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ููŽุชูŽู‚ู’ุชูŽ ุจูู‡ู ุฑูŽุชู’ู‚ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆูŽุงุฏูู‘ ุงู„ุณูŽู‘ุงุจูู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุตู’ู„ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุฃูŽู‚ูŽู…ู’ุชูŽ ุจูู‡ู ุฏูŽุนูŽุงุฆูู…ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽูˆูŽุงุฏูู‘ ุงู„ู„ูŽู‘ุงุญูู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ููŽุฑู’ุนููŠูŽู‘ุฉู ุนูู„ูŽู‘ุฉูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฌู’ุฒูŽุงุกู ุงู„ู’ู€ุญูŽุงุฏูุซูŽุงุชู ุณูŽุจูŽุจู‹ุง ูˆูŽุฏูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ุงู„ู†ูŽู‘ูƒูŽุงุชู ุงู„ู’ู…ูู†ู’ุจูŽุฌูŽุณูŽุฉู ู…ูู†ู’ ุนูŽุงู„ูŽู…ู ุงู„ู’ุฅูุจู’ุฏูŽุงุนู ุงูุญูŽุงุทูŽุฉู‹ ูˆูŽุนูŽุฏูŽุฏู‹ุง ูˆูŽู…ูู†ู’ุชูŽู‡ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูŽูˆูŽุงุฑูุฏู ุงู„ู’ู…ูู†ู’ุดูŽุนูŽุจูŽุฉู ู…ูู†ู’ ุณูŽุงุญูู„ู ุจูŽุญู’ุฑู ุงู„ู’ุฅููŠู’ุฌูŽุงุฏู ู…ูŽุฏูŽุฏู‹ุง ุทูŽุฑููŠู’ู‚ูŽ ุณูŽุจููŠู’ู„ู ุงู„ุชูŽู‘ุฌูŽุงู„ูู‘ูŠูŽุงุชู ุงู„ุณูŽู‘ุงุฑููŠู’ ููู‰ ุงู„ู’ู…ูŽุธูŽุงู‡ูุฑู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุจูŽุงุทูู†ู ูˆูŽู†ูู‚ู’ุทูŽุฉู ุงู„ู’ู€ุฌูŽู…ู’ุนู ุงู„ู’ู…ูŽุญููŠู’ุทูŽุฉู ุจููƒูู„ูู‘ ููŽุฑู’ู‚ู ุธูŽุงู‡ูุฑู ูˆูŽุจูŽุงุทูู†ู ุญูŽุงู…ูู„ู ู„ููˆูŽุงุกู ((ูˆูŽ ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ู„ูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูู„ูู‚ู ุนูŽุธููŠู’ู…ู)) [ุงู„ู‚ู„ู…: 4]

ุตูŽุงุญูุจู ู…ูŽู†ู’ุดููˆู’ุฑู ((ู‚ูู„ู’ ุฅูู†ูŽู‘ู†ููŠู’ ู‡ูŽุฏูฐู‰ ู†ููŠู’ ุฑูŽุจูู‘ูŠ ุฅูู„ู‰ูฐ ุตูุฑูŽุงุทู ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู’ู…ู)) [ุงู„ุฃู†ุนุงู…: 161] ุงูุฑู’ุฒูู‚ู’ู†ูŽุง. ุงูŽู„ู„ู‡ู… ู…ูู†ู’ูƒูŽ ุทููˆู’ู„ู ุงู„ุตูŽู‘ุญูŽุจูŽุฉู ูˆูŽูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉู ุงู„ู’ู€ุฎูุฏู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽู„ูŽุฐูŽุฉู ุดููƒู’ุฑู ุงู„ู†ูู‘ุนู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุญููู’ุธู ุงู„ู’ุญูุฑู’ู…ูŽุฉู ูˆูŽุฏูŽูˆูŽุงู…ู ุงู„ู’ู…ูุฑูŽุงู‚ูŽุจูŽุฉู ูˆูŽู†ููˆู’ุฑูุงู„ุทูŽู‘ุงุนูŽุฉู ูˆูŽุงุฌู’ุชูู†ูŽุงุจู ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุญูŽู„ูŽุงูˆูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูู†ูŽุงุฌูŽุฉู ูˆูŽุจูŽุฑูŽูƒูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุบู’ููุฑูŽุฉู ูˆูŽุตูุฏู’ู‚ู ุงู„ู’ุฌูู†ูŽุงู†ู ูˆูŽุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ุชูŽู‘ูˆูŽูƒูŽู‘ู„ู ูˆูŽุตูููŽุงุกู ุงู„ู’ูˆูŽุฏู ูˆูŽูˆูŽููŽุงุกู ุงู„ู’ุนูŽู‡ู’ุฏู ูˆูŽุงุนู’ุชูู‚ูŽุงุฏู ุงู„ู’ููŽุถู’ู„ู ูˆูŽุจูู„ููˆู’ุบู ุงู„ู’ุฃูŽู…ูŽู„ู ูˆูŽุญูุณู’ู†ู ุงู„ู’ุฎูŽุงุชูู…ูŽุฉู ุจูุตูŽุงู„ูุญู ุงู„ู’ุนูŽู…ูŽู„ู ูˆูŽุดูŽุฑูŽูู ุงู„ุณูŽู‘ุชูŽุฑู ูˆูŽุนูุฒูŽู‘ุฉู ุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑู ูˆูŽููŽุฎู’ุฑูุงู„ู’ูˆูู‚ูŽุงูŠูŽุฉู ูˆูŽุณูŽุนูŽุงุฏูŽุฉู ุงู„ุฑูู‘ุนูŽุงูŠูŽุฉู ูˆูŽุฌูŽู…ูŽุงู„ู ุงู„ู’ูˆูุตู’ู„ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ู†ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุทููŠู’ุนูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽุฉู ุงู„ุดูŽู‘ุงู…ูู„ูŽุฉู ูˆูŽุนูู†ูŽุงูŠูŽุฉู ุงู„ู’ูƒูŽุงููู„ูŽุฉู ุฅูู†ูŽู‘ูƒูŽ ุนูŽู„ู‰ูฐ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽู‰ู’ุฆู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑู. ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูู‘ูŠู’ ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ููุนู’ู„ูŽ ุงู„ู’ุฎูŽูŠู’ุฑูŽุงุชู ูˆูŽุชูŽุฑู’ูƒูŽ ุงู„ู’ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑูŽุงุชู ูˆูŽุญูุจูู‘ ุงู„ู’ู…ูŽุณูŽุงูƒููŠู’ู†ู ูˆูŽุฅูุฐูŽุง ุฃูŽุฑูŽุฏู’ุชูŽ ุจูุนูุจูŽุงุฏููƒูŽ ููุชู’ู†ูŽุฉูŽ ููŽุงู‚ู’ุจูุถู’ู†ููŠู’ ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ุบูŽูŠู’ุฑู ู…ูŽูู’ุชููˆู’ู† (( ุฑูŽุจูŽู‘ู†ุข ุกูŽุงุชูู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ู„ูŽุฏูู†ู’ูƒูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ูˆูŽ ู‡ูŽูŠูู‘ุฆู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฃูŽู…ู’ุฑูู†ูŽุง ุฑูŽุดูŽุฏู‹ุง)) [ุงู„ูƒู‡ู: 10] 3x  ((ุงูŽู„ู„ู‡ู ู„ูŽุทููŠู’ููŒ  ุจูุนูุจูŽุงุฏูู‡ู ูŠูŽุฑู’ุฒูู‚ู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุดูŽุขุกู ูˆูŽู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽูˆูู‰ูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุฒููŠู’ุฒู))

[ุงู„ุดูˆุฑู‰: 19] ูŠูŽุงูƒูŽุงูููŠูŽ ุงู„ู’ู…ูู‡ูู…ูŽู‘ุงุชู ูŠูŽุง ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู…ูฐูˆูŽุงุชู ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุจูุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ู€ุฌูŽุงู…ูุนูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุจูู…ูŽุง ุงู†ู’ุทูŽูˆูู‰ ูููŠู’ ู…ูŽุถู’ู…ููˆู’ู†ูู‡ูŽุง ู…ูู†ู’ ุนูŽุธูŽุงุฆูู…ู ุงู„ู’ุฃูŽุณู’ุฑูŽุงุฑู ุงู„ุฑูŽู‘ุจูŽู‘ุงู†ููŠูŽู‘ุฉู ุจูŽุงู„ููŠู’ู…ู ุงู„ู’ู…ูู…ู’ุชูŽุฏู ุฅูู„ู‰ูฐ ุจูุญูุจููˆู’ุญูŽุฉู ((ู…ูŽุฑูŽุฌูŽ ุงู„ู’ุจูŽุญู’ุฑูŽูŠู’ู†ู ูŠูŽู„ู’ุชูŽู‚ููŠูŽุงู†ู ๏€Ž ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ูŽุง ุจูŽุฑู’ุฒูŽุฎูŒ ู„ูŽุง ูŠูŽุจู’ุบููŠูŽุงู†ู)) [ุงู„ุฑุญู…ู†: 19-20] ู…ูŽุงุฏูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุธูŽุงู‡ูุฑู ุงู„ุทูŽู‘ุงู„ูุนูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุดูŽุงุฑูู‚ู ุงู„ู„ูŽู‘ุขู…ูŽุนูŽุฉู ู…ูุญู’ูŠูŽุง ุงู„ู’ุญููƒู’ู…ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽู‚ู’ุจููˆู’ู„ูŽุฉู ู…ูŽุฏูŽุงุฑู ุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ุนูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽู†ู’ู‚ููˆู’ู„ูŽุฉู ู…ููŠู’ุฒูŽุงุจู ุงู„ู’ูููŠููˆู’ุถูŽุงุชู ุงู„ู’ู‡ูŽุงุทูู„ูŽุฉู ู…ูŽู†ู’ุจูŽุนู ุงู„ู’ุนูŽูˆูŽุงุฑููู ุงู„ู’ู…ูุชูŽูˆูŽุงุตูู„ูŽุฉู ู…ูŽุงู‡ููŠูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ุฑูููŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุทู’ู„ููˆู’ุจูŽุฉู ู…ููŠู’ุฒูŽุงู†ู ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุบููˆู’ุจูŽุฉู ู…ูู†ู’ุชูŽู‡ู‰ูŽ ุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุญู’ุจููˆู’ุจูŽุฉู ู…ูุญู’ุฑูŽุงุจู ุฌูŽุงู…ูุนู ุงู„ู’ุจูุฏูŽุงูŠูŽุฉู ุงู„ู’ุฅูุจู’ุฏูŽุงุนููŠูŽุฉู ู…ูู†ู’ุจูุฑูŽ ุจูŽูŠู’ุชู ุงู„ู†ูู‘ู‡ูŽุงูŠูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ูƒูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ุจูุญูŽุงุกู ุงู„ู’ุญูŽุณูŽู†ู ุงู„ู’ุฃูŽุนูŽู…ูŽู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ุงู„ู’ุฃูŽุชูŽู…ูŽู‘ ุญูŽุฏูู‘ ุงู„ู†ูู‘ู‡ูŽุงูŠูŽุงุชู ุงู„ุตูŽู‘ุงุนูุฏูŽุฉู ูููŠู’ ุฃูŽุฏู’ุฑูŽุงุฌู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูู‘ูˆ ุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽูƒููˆู’ุชููŠู’ ุญูŽุจู’ุทูŽุฉู ุงู„ู’ุบูŽุงูŠูŽุงุชู ุงู„ู’ู…ูู†ู’ู‚ูŽู„ูุจูŽุฉู ุนูŽู„ู‰ูฐ ุจูุณูŽุงุทู ุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูŽูˆูŽุชููŠู’ ุญูŽุจู’ู„ู ุฅูุญูŽุงุทูŽุฉู ู…ูŽุนูŽุงู†ููŠู’ (ุญู€ู€ู…ุนุณู‚) ุญูŽู…ู’ู„ูŽุฉู ุฏูŽูˆู’ู„ูŽุฉู ุงู„ุชูŽู‘ุตู’ุฑููŠู’ูู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ุฃูŽูู’ุฑูŽุบูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู†ูู‘ูˆู’ู†ู ู…ูู†ู’ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ู ุงู„ู’ูƒูŽุงูู ุญูŽุฑู’ูู ุงู„ู’ุนูŽุจู’ุฏููŠูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ุฎูŽุงุตูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ู…ูุถู’ู…ูŽุฑูŽุฉู ูููŠู’ ุนูŽุงู„ูู…ู (ุญู…) ุญูŽุงู„ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุญู’ุจููˆู’ุจููŠูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุทู’ุฑูŽุฒูŽุฉู ุจูุนูŽู„ูŽู…ู (ุงู„ู…) ูˆูŽุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ: ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุจูู…ููŠู’ู…ู ุงู„ู’ู…ูŽุฏูŽุฏู ุงู„ู’ู…ูŽุนู’ู‚ููˆู’ุฏู ุนูŽู„ู‰ูฐ ู…ูุฌูŽู…ูŽู‘ู„ู ุฃูŽุณู’ุฑูŽุงุฑู ุงู„ู’ูˆูุฌููˆู’ุฏู ู…ูŽุฏูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุฒูŽู„ู ุงู„ุณูŽู‘ุงู„ูู…ูŽุฉู ู…ูู†ู’ ุดูŽูˆูŽุงุฆูุจู ุงู„ู†ูู‘ู‚ู’ุตูŽุงู†ู ู…ูŽุฏูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุจูŽุฏู ุงู„ุซูŽู‘ุงุจูุชูŽุฉู ุจูุงู„ู’ูˆูŽู‡ู’ุจู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏููŠู’ู…ู ุฅูู„ู‰ูฐ ุขุฎูุฑู ุงู„ุฏูŽู‘ูˆู’ุฑูŽุงู†ู ู…ูŽุนู’ู†ูŽู‰ ูˆูŽุตู’ูู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏูŽู…ู ููู‰ ุซูŽูˆู’ุจู ุงู„ู’ุนูŽุฏูŽู…ู ู…ูŽุฑู’ุฌูŽุนู ู…ูŽุธูŽุงู‡ูุฑู ุงู„ู’ุนูŽุฏูŽู…ู ูููŠู’ ุนูŽุงู„ูŽู…ู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏูŽู…ู ู…ููู’ุชูŽุงุญู ูƒูŽู†ู’ุฒู ุงู„ู’ููŽุฑู’ู‚ู ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุนูุจููˆู’ุฏููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ุจููˆู’ุจููŠูŽู‘ุฉู ู…ูุตู’ุจูŽุงุญู ุงู„ุชูŽู‘ุฌูŽุฑูู‘ุฏู ุนูŽู†ู’ ู…ูŽู„ุงูŽุจูุณูŽุงุชู ุงู„ู’ุฃูŽุบู’ู…ูŽุงุถู ุจูุงู„ู’ูƒูู„ูู‘ูŠูŽู‘ุฉู ู…ูŽู†ูŽุงุฑู ุงู„ู’ุฅูุฎู’ู„ุงูŽุตู ุงู„ู’ู…ูุชูŽุญูŽู‚ูŽู‘ู‚ู ุจูุฃูŽูƒู’ุฑูŽู…ู ุขุฏูŽุงุจู ุงู„ู’ู…ูŽุฎู’ู„ููˆู’ู‚ููŠูŽู‘ุฉู ู…ูŽูˆู’ู„ู‰ูฐ ูƒูู„ูู‘ ุฐูุฑูŽู‘ุฉู ูƒูŽูˆู’ู†ููŠูŽู‘ุฉู ูููŠู’ ูƒูู„ูู‘ ุฏูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ุฑูŽุจูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉู ู…ูู†ู’ุตูŽุฉู ุงู„ุชูŽู‘ุฌูŽู„ูู‘ูŠูŽู‘ุงุชู ุงู„ุตูŽู‘ู…ูŽุฏูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉู ูููŠู’ ุญูŽุธูŽุงุฆูุฑู ุงู„ุชูŽู‘ุนู’ูŠููŠู’ู†ู ุงู„ู’ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ู…ูŽุฌู’ู…ููˆู’ุนู ุงู„ุชูŽู‘ุฏูŽู„ูู‘ูŠูŽู‘ุงุชู ุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉู ูููŠู’ ุณูŽุงุญูŽุฉู ุฑูŽูู’ุฑูŽูู ุงู„ู’ุฅูููŽุงุถูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽุทููˆู’ู„ู ูˆูŽุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ุจูุฏูŽุงู„ู ุงู„ุฏูŽู‘ู†ููˆูู‘ ุงู„ู’ุฃูŽู‚ู’ุฑูŽุจู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ุงูŽ ูŠูŽู†ู’ููŽุตูู„ู ุนูŽู†ู’ ุญูŽุถู’ุฑูŽุฉู ุงู„ู’ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ุฏูŽูˆู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู’ุฅูุนูŽุงู†ูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูุดู’ุชูŽู…ูŽู„ู ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุณูู„ู’ุทูŽุงู†ูู‡ูŽุง ุนูŽู„ู‰ูฐ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ู†ูŽููŽุงุฆูุณู ุงู„ู’ุนูุฑู’ููŽุงู†ู ุฏูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ุงู„ู’ุจูุฑู’ู‡ูŽุงู†ู ุงู„ู’ูƒูู„ูู‘ูŠ ุงู„ู’ู…ูุชูŽุฑูŽุฌูู‘ู…ู ูููŠู’ ุตูŽุญู’ูู ุงู„ู’ุฅููŠู’ู†ูŽุงุณู ุฏูุฑูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ูƒูู„ูู‘ูŠูŽู‘ุงู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ูˆู’ุนููŠูŽ ุงู„ู’ู…ูุชูŽูˆูŽู‘ุฌู ุจูุชูŽุงุฌู ((ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูŠูŽุนู’ุตูู…ููƒูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู)) [ุงู„ู…ุงุฆุฏุฉ: 67]

ุงูŽุบู’ู…ูุณู’ู†ูŽุง ูููŠู’ ุฃูŽุญู’ูˆูŽุงุถู ุณููˆูŽุงู‚ููŠู’ ู…ูŽุณูŽุงู‚ููŠู’ ุจูุฑูู‘ูƒูŽ ูˆูŽุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูˆูŽู‚ูŽูŠูŽู‘ุฏู’ู†ูŽุง ุจูู‚ููŠููˆู’ุฏู ุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุญูู…ูŽุงูŠูŽุฉู ุนูŽู†ู ุงู„ู’ูˆูู‚ููˆู’ุนู ูููŠู’ ู…ูŽุนู’ุตููŠูŽุชููƒูŽ ุทูŽู‡ูŽู‘ุฑูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ู‚ูู„ููˆู’ุจูู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุนูŽุงุฑูŽุถูŽุงุชู ูˆูŽุฒูŽูƒูŽ ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ูู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูุจููˆู’ุถูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุดูู‘ุจู’ู‡ูŽุงุชู ูˆูŽุฃูŽู„ู’ู‡ูŽู…ูŽู†ูŽุงุฎูุฏู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูููŠู’ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู‚ูŽุงุชู ูˆูŽู†ูŽูˆูู‘ุฑู’ ู‚ูู„ููˆู’ุจูŽู†ูŽุง ุจูุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑู ุงู„ู’ู…ููƒูŽุงุดูŽููŽุงุชู ูˆูŽุฒูŽูŠูู‘ู†ู’ ุธูŽูˆูŽุงู‡ูุฑูŽู†ูŽุง ุจูุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุนู ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏูŽุงุชู ูˆูŽุณูŽูŠูู‘ุฑู’ ุฃูŽูู’ูƒูŽุฑูŽู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽูู’ู‡ูŽุงู…ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุนูŽู‚ู’ูˆูŽู„ูู†ูŽุง ูููŠู’ ู…ูŽู„ูŽูƒููˆู’ุชู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู…ูฐูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู…ูŽู‘ู†ู’ ูŠูŽุฑู’ุถูŽู‰ ุจูุงู„ู’ู…ูŽู‚ู’ุฏููˆู’ุฑู ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽู…ููŠู’ู„ู ุงูู„ู‰ูฐ ุฏูŽุงุฑู ุงู„ู’ุบูุฑููˆู’ุฑู ูˆูŽูŠูŽุชูŽูˆูŽูƒูู‘ู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูููŠู’ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู’ุฃูู…ููˆู’ุฑู ูˆูŽูŠูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ู ุจููƒูŽ ูููŠู’ ู†ููƒู’ุจูŽุงุชู ุงู„ุฏูู‘ู‡ููˆู’ุฑู ุงูุฑู’ุฒูู‚ู’ู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูŽุฐูŽู‘ุฉูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุธูŽุฑูŽ ุงูู„ู‰ูฐ ูˆูŽุฌู’ู‡ููƒูŽ ุงู„ู’ูƒูŽุฑููŠู’ู…ู ู‰ูŽุงุนูŽู„ููŠูู‘ ู‰ูŽุงุนูŽุธูู‰ู’ู…ู ู‰ูŽุงุนูŽุฒูู‰ู’ุฒู ู‰ูŽุงูƒูŽุฑูู‰ู’ู…ู ู‰ูŽุงุฑูŽุญู’ู…ูŽุงู†ู ู‰ูŽุงุฑูŽุญูู‰ู’ู…ู ู‰ูŽุงู…ูู†ู’ุนูู…ู ู‰ูŽุงู…ูุชูŽููŽุถูู‘ู„ู ู‰ูŽุงู…ูŽู†ู’ ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ู‡ููˆูŽ ู‰ูŽุงุญูŽูŠูู‘ ู‰ูŽุงู‚ูŽู‰ูู‘ูˆู’ู…ู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุณูุฑู‹ู‘ุง ู…ูู†ู’ ุงูŽุณู’ุฑูŽุงุฑููƒูŽ ู‰ูŽุฒูู‰ู’ุฏูู†ูŽุง ุชูŽูˆูŽู„ูู‘ู€ู‡ู‹ุง ุงูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุงุณู’ุชูุบู’ุฑูŽุงู‚ู‹ุง ููู‰ ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุชููƒูŽ ูˆูŽู„ูุทู’ูู‹ุง ุดูŽู…ูŽู„ุงู‹ ุฌูŽู„ูู‰ู‹ู‘ุง ูˆูŽุฎูŽููู‰ู‹ู‘ุง ูˆูŽุฑูุฒู’ู‚ู‹ุง ุทูŽู‰ูู‘ุจู‹ุง ู‡ูŽู†ูู‰ู‹ู‘ุง ูˆูŽู…ูŽุฑูู‰ู‹ู‘ุง ูˆูŽู‚ููˆูŽู‘ุฉู‹ ููู‰ ุงู„ู’ุฅูู‰ู’ู…ูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ู’ู‰ูŽู‚ูู‰ู’ู†ู ูˆูŽุตูŽู„ุงูŽุจูŽุฉู‹ ููู‰ ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ูˆูŽุงู„ุฏูู‘ู‰ู’ู†ู ูˆูŽุนูุฒู‹ู‘ุง ุจููƒูŽ ู‰ูŽุฏููˆู’ู…ู ูˆูŽู‰ูŽุชูŽุฎูŽู„ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุดูŽุฑูŽูู‹ุง ู‰ูŽุจู’ู‚ูฐู‰ ูˆูŽูŠูŽุชูŽุฃูŽุจูŽู‘ุฏู ู„ุงูŽูŠูุฎูŽุงู„ูุทู ุชูŽูƒูŽุจูู‘ุฑู‹ุง ูˆูŽู„ุงูŽุนูุชููˆู‹ู‘ุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุงูุฑูŽุงุฏูŽุฉูŽ ููŽุณูŽุงุฏู ููู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ูˆูŽู„ุงูŽ ุนูู„ููˆู‹ู‘ุง ุงูŽุทู’ู…ูุณู ุงู„ู„ู‡ู… ุฌูู…ู’ุฑูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู†ูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉู ู…ูู†ู’ ุฃูŽู†ู’ููุณูู†ูŽุง ุจูุณูŽูŠู’ู„ู ุณูŽุญูŽุงุจู ุงู„ุชูŽู‘ู‚ู’ูˆูŽู‰ ูˆูŽุฎูŽู„ูู‘ุตู’ ุฃูŽูˆู’ู‡ูŽุงู…ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฎููŠูŽุงู„ู ุงู„ู’ุญูŽูˆู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ููˆูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุบูุฑููˆู’ุฑู ูˆูŽุงู„ุฏูŽู‘ุนู’ูˆูŽู‰ุŒ ุฃูŽู„ู’ุฒูู…ู’ู†ูŽุง ูƒูŽู„ูู…ูŽุฉูŽ ุงู„ุชูŽู‘ู‚ู’ูˆูŽู‰ ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ุฃูŽู‡ู’ู„ูŽู‡ูŽุง ูˆูŽุฃูŽุนูุฐู’ู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูุฎูŽุงู„ูŽููŽุงุชู ุจููˆูŽุงู‚ููŠูŽุฉู ุดูุฑู’ุนูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูŽุญูŽู„ูŽู‘ู‡ูŽุง ุนูŽุฑูู‘ูู’ู†ูŽุง ุญูŽุฏูŽู‘ ุงู„ู’ุจูŽุดูŽุฑููŠูŽู‘ุฉู ุจูู„ูŽุทููŠู’ูู ุงูุญู’ุณูŽุงู†ููƒูŽ ูˆูŽู†ูŽุฒูู‘ู‡ู’ ู‚ูู„ููˆู’ุจูŽู†ูŽุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุบูŽูู’ู„ูŽุฉู ุนูŽู†ู’ูƒูŽ ุจูู…ูŽุญู’ุถู ูƒูŽุฑูŽู…ููƒูŽ ูˆูŽุงู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ููƒูŽ ุงูุณู’ุชูุฑู’ู†ูŽุง ุจูŽู‰ู’ู†ูŽ ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ุจูุฎูŽุตูŽู‘ุฉู ุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุดูุฑู’ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุฑูุฏูŽุงุกูŽ ู…ูŽู†ูŽู‘ุชููƒูŽ ุจูุฎูŽุงู„ูุตู ุนูู†ูŽุงูŠูŽุชููƒูŽ ูˆูŽู†ูุนู’ู…ูŽุชููƒูŽ ู‚ูู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู… ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ูˆูŽููŽุถููŠู’ุญูŽุฉูŽ ุงู„ู’ุนูŽุงุฑู ูˆูŽุงูƒู’ุชูุจู’ู†ูŽุง ู…ูŽุนูŽ ุงู„ู’ู…ูุตู’ุทูŽููŽูŠู’ู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฎู’ูŠูŽุงุฑู ุฃูŽูŠูู‘ุฏู’ู†ูŽุง ุจูู‚ูุฏู’ุฑูŽุชููƒูŽ ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ู„ุงูŽ ุชูุบู’ู„ูŽุจู ูˆูŽุณูุฑู’ุจูู„ูŽู‘ู†ูŽุง ุจููˆูŽู‡ู’ุจู ุฃูŽุญู’ุณูŽุงู†ููƒูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู’ ู„ุงูŽ ูŠูุณู’ู„ูŽุจู (ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุนู’ุจูุฏู ูˆูŽ ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู’ู†ู) ]ุงู„ูุงุชุญุฉ: 5[ (ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ุงูฐุชูู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ู„ูŽู‘ุฏูู†ู’ูƒูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู‹ ูˆูŽู‡ูŽูŠูู‘ุฆู’ ู„ูŽู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุงูŽู…ู’ุฑูู†ูŽุง ุฑูŽุดูŽุฏู‹ุง) ]ุงู„ูƒู‡ู: 10[

ู„ุงูŽู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉูŽ ู„ูู…ูŽุฎู’ู„ููˆู’ู‚ู ู…ูŽุนูŽ ู‚ูุฏู’ุฑูŽุชููƒูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ููุนู’ู„ูŽ ู„ูู…ูŽุตู’ู†ููˆู’ุนู ุฏููˆู’ู†ูŽ ู…ูŽุดููŠู’ุฆูŽุชููƒูŽ ุชูŽุฑู’ุฒูู‚ู ู…ูŽู†ู’ ุชูŽุดูŽุงุกู ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุนูŽู„ู‰ูฐ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุฆู ู‚ูŽุฏููŠู’ุฑู ุขู…ูŽู†ูŽู‘ุง ุจููƒูŽ ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ูŽ ุนูŽุจู’ุฏู ุฃูŽู†ู’ุฒูŽู„ูŽ ุจููƒูŽ ุงู„ู’ุญูŽุงุฌูŽุงุชู ูˆูŽุชูŽูˆูŽูƒูŽู‘ู„ูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ู…ูู„ู’ุชูŽุฌูุฆู‹ุง ู„ูุญูŽูˆู’ู„ููƒูŽ ูˆูŽู‚ููˆูŽู‘ุชููƒูŽ ููู‰ ุงู„ู’ุญูŽุฑูŽูƒูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ูƒูŽู†ูŽุงุชู ุงูุฐู’ุนูŽุงู†ุงู‹ ูˆูŽุชูŽูŠูŽู‚ูู‘ู†ู‹ุง ูˆูŽุนูู„ู’ู…ู‹ุง ูˆูŽุชูŽุญู’ู‚ููŠู’ู‚ู‹ุง ุจูุฃูŽู†ูŽู‘ ุบูŽูŠู’ุฑูŽูƒูŽ ู„ุงูŽูˆูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุณูู„ู’ุทูŽุงู†ููƒูŽ ู„ุงูŽูŠูŽุถูุฑูู‘ ูˆูŽู„ุงูŽูŠูŽู†ู’ููŽุนู ูˆูŽู„ุงูŽูŠูŽุตูŽู„ู ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽู‚ู’ุทูŽุนู ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูŽ ุงู„ุถูŽู‘ุงุฑูู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุงููุนู ุงู„ู’ู…ูุนู’ุทููŠู’ ุงู„ู’ู…ูŽุงู†ูุนู ุฅูู†ูŽู‘ุง ู„ูู„ู‡ู ูˆูŽุฅูู†ูŽู‘ุง ุฅูู„ูŽูŠู’ู‡ู ุฑูŽุงุฌูุนููˆู’ู†ูŽุŒ ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุฃูŽุฑูู†ูŽุง ุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ูŽู‘ ุญูŽู‚ู‹ู‘ุง ูˆูŽุงุฑู’ุฒูู‚ู’ู†ูŽุง ุฅูุชูู‘ุจูŽุงุนูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุฑูู†ูŽุง ุงู„ู’ุจูŽุงุทูู„ูŽ ุจูŽุงุทูู„ุงู‹ ูˆูŽุงุฑู’ุฒูู‚ู’ู†ูŽุง ุงูุฌู’ุชูู†ูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู…ูุชูŽุดูŽุงุจูู‡ู‹ุง ููŽู†ูŽุชูŽู‘ุจูุนู ุงู„ู’ู‡ูŽูˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู… ุฅูู†ูŽู‘ุง ู†ูŽุนููˆู’ุฐูุจููƒูŽ ุฃูŽู†ู’ ู†ูŽู…ููˆู’ุชูŽ ููู‰ ุทูŽู„ูŽุจู ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ุฃูŽุณู’ุฃูŽู„ููƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ุจูุงู„ู†ูู‘ูˆู’ุฑู ุงู„ู„ุงูŽู‘ู…ูุนู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽู…ูŽุฑู ุงู„ุณูŽู‘ุงุทูุนู ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽุฏู’ุฑู ุงู„ุทูŽู‘ุงู„ูุนู ูˆูŽุงู„ู’ููŽูŠู’ุถู ุงู„ู’ู‡ูŽุงู…ูุนู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุฏูŽุฏู ุงู„ู’ูˆูŽุงุณูุนู ู†ูู‚ู’ุทูŽุฉู ู…ูŽุฑู’ูƒูŽุฒู ุงู„ู’ุจูŽุงุกู ุงู„ุฏูŽู‘ุงุฆูุฑูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุฉู ูˆูŽุณูุฑูู‘ ุฃูŽุณู’ุฑูŽุงุฑู ุงู„ู’ุฃูŽู„ููู ุงู„ู’ู‚ูุทู’ุจูŽุงู†ููŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุงุณูุทูŽุฉู ุงู„ู’ูƒูู„ูู‘ ูููŠู’ ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุงู„ู’ุฌูŽู…ู’ุนู ูˆูŽูˆูŽุณููŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู’ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ูููŠู’ ุชูŽุฌูŽู„ูู‘ู‰ ุงู„ู’ููŽุฑู’ู‚ู ุฌูŽูˆู’ู‡ูŽุฑูŽุฉู ุฎูุฒูŽุงู†ูŽุฉู ููุฌู’ุฑูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุนูŽุฑููˆู’ุณู ู…ูŽู…ู’ู„ูŽูƒู ุญูŽุถู’ุฑูŽุงุชููƒูŽ ู…ูŽุณู’ุฌูุฏู ู…ูุญู’ุฑูŽุงุจู ุงู„ู’ูˆูุตููˆู’ู„ู ุณูŽูŠู’ูู ุงู„ู’ุญูŽู‚ูู‘ ุงู„ู’ู…ูŽุณู’ู„ููˆู’ู„ู ุฏูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ูƒูŽูˆูŽุงูƒูุจู ุงู„ุชูŽู‘ุฌูŽู„ูู‘ูŠูŽุงุชู ูˆูŽู‚ูุทู’ุจู ุฃูŽูู’ู„ุงูŽูƒู ุงู„ุชูŽู‘ุฏูŽู„ูู‘ูŠูŽุชู ุฌูŽูˆู’ู„ูŽุฉู ุชููŠูŽุงุฑู ุฃูŽู…ู’ูˆูŽุงุฌู ุจูŽุญู’ุฑู ุงู„ู’ู‚ูุฏูŽุฑูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูู‡ู’ุฑูŽุฉู ู„ูŽู…ู’ุนูŽุฉู ุจูŽุงุฑูŽู‚ูŽุฉู ุฃูŽู†ู’ูˆูŽุงุฑู ุงู„ุฐูŽู‘ุงุชู ุงู„ู’ู…ูู‚ูŽุฏูŽู‘ุณูŽุฉู ุงู„ู’ุจูŽุงู‡ูุฑูŽุฉู ููŽุณูŽุญูŽุฉู ู…ููŠู’ุฏูŽุงู†ู ุจูŽุงุฒูŽุฎู ู…ูŽู‚ู’ุฑู ูƒูุฑู’ุณู ุงู„ู†ูŽู‘ู‡ููŠู’ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑู ุฑูŽุงุจูุทูŽุฉู ุทููˆู’ู„ู ุญูŽูˆู’ู„ู ุนูŽุฑู’ุดู ุงู„ุชูŽู‘ุตูŽุฑูู‘ูู ููู‰ ุงู„ุณูู‘ุฑูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุฌูŽู‡ู’ุฑู ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุชูŽู„ูŽู‚ูู‘ูŠู’ (ุฅูู†ูŽู‘ุง ููŽุชูŽุญู’ู†ูŽุง ู„ูŽูƒูŽ ููŽุชู’ุญุงู‹ ู…ูู‘ุจููŠู†ู‹ุง ๏ดฟูก๏ดพ ู„ููŠูŽุบู’ููุฑูŽ ู„ูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู…ูŽุง ุชูŽู‚ูŽุฏูŽู‘ู…ูŽ ู…ูู† ุฐูŽู†ุจููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ุชูŽุฃูŽุฎูŽู‘ุฑูŽ ูˆูŽูŠูุชูู…ูŽู‘ ู†ูุนู’ู…ูŽุชูŽู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽูŠูŽู‡ู’ุฏููŠูŽูƒูŽ ุตูุฑูŽุงุทุงู‹ ู…ูู‘ุณู’ุชูŽู‚ููŠู…ู‹ุง ๏ดฟูข๏ดพ) ]ุงู„ูุชุญ:  1-2[  ุณูู„ู’ุทูŽุงู†ู ุณูŽุฑููŠู’ุฑู (ุฅูู†ูŽู‘ุข ุฃูŽุนู’ุทูŽูŠู’ู†ูฐูƒูŽ ุงู„ู’ูƒูŽูˆู’ุซูŽุฑูŽ ๏ดฟูก๏ดพ ููŽุตูŽู„ูู‘ ู„ูุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุญูŽุฑู’ ๏ดฟูข๏ดพ ุฅูู†ูŽู‘ ุดูŽุงู†ูุฆูŽูƒูŽ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ุชูŽุฑู ๏ดฟูฃ๏ดพ) ]ุงู„ูƒูˆุซุฑ:  1-3 [

ุงูุดู’ุฑูŽุญูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ุตูุฏููˆู’ุฑูŽู†ูŽุง ุจูุงู„ู’ู‡ูุฏูŽุงูŠูŽุฉู ูƒูŽู…ูŽุง ุดูŽุฑูŽุญู’ุชูŽ ุตูŽุฏู’ุฑูŽู‡ู ูˆูŽูŠูŽุณูู‘ุฑู’ ุจูู…ูŽุฒููŠู’ุฏู ุนูŽูˆูŽุงุฑููู ุฌููˆู’ุฏููƒูŽ ุฃูู…ููˆู’ุฑูŽู†ูŽุง ูƒูŽู…ูŽุง ูŠูŽุณูุฑู’ุชู ุฃูู…ููˆู’ุฑูŽู†ูŽุง ุงูุฌู’ุนูŽู„ู’ู†ูŽุง ู…ูู…ูŽู‘ู†ู’ ูŠูŽุนู’ุฑููู ู‚ูŽุฏู’ุฑู ุงู„ู’ุนูŽุงูููŠูŽุฉู ูˆูŽูŠูุดู’ูƒูุฑููƒูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูŽุง ูˆูŽูŠูุฑู’ุถูŽู‰ ุจููƒูŽ ูƒูŽูููŠู’ู„ุงู‹ ู„ูุชูŽูƒููˆู’ู†ูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽูƒููŠู’ู„ุงู‹ ุชููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู… ุฃูู…ููˆู’ุฑูŽู†ูŽุง ุจูุฐูŽุงุชููƒูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽูƒูู„ู’ู†ูŽุง ุฅูู„ู‰ูฐ ุฃูŽู†ู’ููุณูู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ู„ูุฃูŽุญูŽุฏู ู…ูู†ู’ ุฎูŽู„ู’ู‚ููƒูŽ ุทูŽุฑู’ููŽุฉูŽ ุนูŽูŠู’ู†ู ูˆูŽู„ุงูŽ ุฃูŽู‚ูŽู„ูู‘ ู…ูู†ู’ ุฐูฐู„ููƒูŽ ูˆูŽูƒูู†ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูููŠู’ ูƒูู„ูู‘ ู…ูŽู‚ูŽุงู…ู ุนูŽูˆู’ู†ูŽุง ูˆูŽูˆูŽุงู‚ููŠู‹ุง ูˆูŽู†ูŽุงุตูุฑู‹ุง ูˆูŽุญูŽุงู…ููŠู‹ุง. ุฃูŽุฑู’ุถูŽู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู… ูููŠู’ู…ูŽุง ุชูŽุฑู’ุถูŽู‰ ูˆูŽุงู„ู’ุทููู’ ุจูู†ูŽุง ูููŠู’ู…ูŽุง ูŠูŽู†ู’ุฒูู„ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุถูŽุงุกู ุฃูŽุบู’ู†ูู†ูŽุง ุจูุงู„ู’ุฅููู’ุชูู‚ูŽุงุฑู ุฅูู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽููŽู‚ูŽู‘ุฑู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ู’ุฅูุณู’ุชูุบู’ู†ูŽุงุกู ุนูŽู†ู’ูƒูŽ ุฒูŽูŠู’ู†ู ุณูŽู…ูŽุงุกูŽ ู‚ูู„ููˆู’ุจูู†ูŽุง ุจูู†ูุฌููˆู’ู…ู ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุชููƒูŽ ุงุณู’ุชูŽู‡ู’ู„ูŽูƒูŽ ุฃูŽูู’ุนูŽุงู„ูŽู†ูŽุง ูููŠู’ ููุนู’ู„ููƒูŽ ูˆูŽุงุณู’ุชูุบู’ุฑูŽู‚ู ุชูŽู‚ู’ุตููŠู’ุฑูŽู†ูŽุง ูููŠู’ ุทููˆู’ู„ููƒูŽ ุตูŽุญูŽู‘ุญูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ูููŠู’ูƒูŽ ู…ูุฑูŽุงู…ูŽู†ูŽุง ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุฌู’ุนูŽู„ู’ ูููŠู’ ุบูŽูŠู’ุฑููƒูŽ ุงู‡ู’ุชูู…ูŽุงู…ูŽู†ูŽุง ุฌูุฆู’ู†ูŽุงูƒูŽ ุจูุฐูู†ููˆู’ุจูู†ูŽุง ูˆูŽุชูŽุฌูŽุฑูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ุฃูŽุนู’ุฐูŽุงุฑูู†ูŽุง ููŽุณูŽุงู…ูŽุญูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุบู’ููุฑู’ู„ูŽู†ูŽุง ุฌูŽู…ูู‘ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ุฃูŽูู’ุฆูุฏูŽุชูŽู†ูŽุง ุจูุณูŽุงุฆูุบู ุดูุฑูŽุงุจู ุนูู†ูŽุงูŠูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุญูŽุณูู‘ู†ู’ ุงูŽุฌู’ุณูŽุงู…ูŽู†ูŽุง ุจูุจูŽุฑู’ุฏู ุนูŽุงูููŠูŽุชููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽุฑู’ุฏููŠูŽุฉู ู‡ูŽูŠู’ุจูŽุชููƒูŽ ูˆูŽูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุชููƒูŽ ุงูŽูƒู’ููู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู… ุดูŽุฑูŽู‘ ุงู„ู’ุญูŽุงุณูุฏููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูŽุนูŽุงุฏููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ู†ูŽุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุจูู†ูŽุตู’ุฑููƒูŽ ูˆูŽุชูŽุฃูŽูŠูู‘ูŠู’ุฏููƒูŽ ูŠูŽุงู‚ูŽูˆููŠูู‘ ูŠูŽุงู…ูุนููŠู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ู… ู…ูŽู†ู’ ุฃูŽุฑูŽุงุฏูŽู†ูŽุง ุจูุณููˆู’ุกู ููŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุฏูŽุงุฆูุฑูŽุฉู ุงู„ุณูู‘ูˆู’ุกู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ุงุฑู… ุงู„ู„ู‡ู… ู†ูŽุญู’ุฑูŽู‡ู ูููŠู’ ูƒูŽูŠู’ุฏูู‡ู ูˆูŽูƒูŽูŠู’ุฏูู‡ู ูููŠู’ ู†ูŽุญู’ุฑูู‡ู ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ูŠูŽุฐู’ุจูŽุญู ู†ูŽูู’ุณูŽู‡ู ุจููŠูŽุฏููŠู’ู‡ู ุงูุถู’ุฑูŽุจู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุงุณูŽุฑูŽุงุฏูู‚ู ุงู„ู’ูˆูู‚ูŽุงูŠูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ุนูŽุงูŠูŽุฉู ูˆูŽุงุญู’ุทูู†ูŽุง ุจูุนูŽุณูŽุงูƒูุฑูุงู„ู’ุฃูŽู…ูŽู†ู ูˆูŽุงู„ุตูู‘ูˆู’ู†ู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูููŽุงูŠูŽุฉู ุฏูŽุจูŽุณูู‘ู‡ูู…ู’ ู‚ูŽู‡ู’ุฑููƒูŽ ู…ูู†ู’ ุขุฐูŽุงู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽูŠูู‘ุฏู’ ุจูู…ูŽูƒููŠู’ู†ู ุฌูŽุจู’ุฑููˆู’ุชููƒูŽ ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุญู’ู…ูŽุงู†ูŽุง ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ุฃูŽูู’ุฑูุบู’ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ุตูŽุจู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุชููˆูŽููู‘ู†ูŽุง ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽู„ู’ุญูู‚ู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญููŠู’ู†ูŽ ุจูŽุงุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูŽู†ูŽุง ูููŠู’ ุฃูŽุฑู’ุฒูŽุงู‚ูู†ูŽุง ูˆูŽุฃูŽูˆู’ู‚ูŽุงุชูู†ูŽุง ูˆูŽุงุฌู’ุนูŽู„ู’ ุนูŽู„ู‰ูฐ ุทูŽุฑููŠู’ู‚ู ู…ูŽุฑู’ุถูŽุงุชููƒูŽ ุงูู†ู’ู‚ูู„ุงูŽุจู ุญูŽูŠูŽุงุชูู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽู…ูŽุงุชูู†ูŽุง ู„ุงูŽุญูŽุธูŽู‘ู†ูŽุง ุจูุนูŽูŠู’ู†ู ุงู„ู’ู…ูŽุญูŽุจูŽู‘ุฉู ุงู„ูŽู‘ุชููŠู’ ู„ุงูŽุชูŽุจู’ู‚ููŠูŽ ู„ูู…ูŽู†ู’ุธููˆู’ุฑูู‡ูŽุง ุฐูŽู†ู’ุจู‹ุง ุฅูู„ุงูŽู‘ ูˆูŽุชูŽุดู’ู…ูู„ูŽู‡ู ุจูุงู„ู’ุบููู’ุฑูŽุงู†ู ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุนูŽูŠู’ุจู‹ุง ุฅูู„ุงูŽู‘ ูˆูŽุชูุญู’ููŽู‡ู ุจูุงู„ุณูŽู‘ุชูŽุฑู ูˆูŽุฅูุตู’ู„ุงูŽุญู ุงู„ุดูŽู‘ุฃู’ู†ู ุนูŽุทู’ููŽ ุงู„ู„ู‡ู… ุนูŽู„ูŽูŠู’ู†ูŽุง ู‚ูู„ููˆู’ุจูŽ ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุฆููƒูŽ ูˆูŽุฃูŽุญู’ุจูŽุงุจููƒูŽ ูˆูŽุงูƒู’ุชูุจู’ู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู… ูููŠู’ ุฏูŽูู’ุชูŽุฑู ู…ูŽุญู’ุจููˆู’ุจููŠู’ูƒูŽ ูˆูŽุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู‚ู’ุชูุฑูŽุงุจููƒูŽ ุชูŽุฌูŽุงูˆูŽุฒูŽ ุงู„ู„ู‡ู… ุนูŽู†ู’ ุณูŽูŠูู‘ุฆูŽุงุชูู†ูŽุง ูƒูŽุฑูŽู…ู‹ุง ูˆูŽุญูŽู„ูู…ู‹ุง ูˆูŽุขุชูู†ูŽุง ู…ูู†ู’ ู„ูŽุฏูู†ู’ูƒูŽ ุจูุณูŽุงุจูู‚ูŽุฉู ููŽุถู’ู„ููƒูŽ ุนูู„ู’ู…ู‹ุง ู‡ูŽูŠูู‘ุกู’ ุงู„ู„ู‡ู… ู„ูŽู†ูŽุง ุขู…ูŽุงู„ูู†ูŽุง ุนูŽู„ู‰ูฐ ู…ูŽุง ูŠูŽุฑู’ุถููŠู’ูƒูŽ ุจูุบูŽูŠู’ุฑู ุชูŽุนูŽุจู ูˆูŽู„ุงูŽู†ูŽุตูŽุจู ูˆูŽุงูƒู’ููู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุฒูŽู…ูŽุงู†ูู†ูŽุง ูˆูŽุตูุฑููˆู’ูู ุจูุฏู’ุนูู‡ู ูˆูŽู†ูŽูˆูŽุงุฆูุจูู‡ู ุจูู„ุงูŽุณูŽุนู’ูŠู ูˆูŽู„ุงูŽุณูŽุจูŽุจู ุฃูŽู‚ูู…ู’ ู„ูŽู†ูŽุง ุจููƒูŽ ุนูุฒู‹ู‘ุง ุชูู‡ูŽุงุจูู‡ู ุงู„ู†ูŽู‘ูˆูŽุงุฆูุจู ูˆูŽู…ูŽุฌู’ุฏู‹ุง ุชูŽุชูŽุจูŽุงุนูŽุฏู ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุฑููŠู’ูƒูŽุชูŽู‡ู ุงู„ู’ู…ูŽุตูŽุงุฆูุจู ูˆูŽุดูŽุฑูŽูู‹ุง ุฑูŽูููŠู’ุนู‹ุง ุชูŽู†ู’ู‚ูŽุทูุนู ุนูŽู†ู’ู‡ู ุงูุทู’ู†ูุจูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽุชูŽุงุนูุจู ูˆูŽูƒูŽุฑูŽุงู…ูŽุฉู ู„ุงูŽูŠูŽู…ูŽุณูู‘ู‡ูŽุง ุงู„ุฒูู‘ูŠู’ุบูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุจูู‡ู’ุชูŽุงู†ู ูˆูŽู‚ูุฏู’ุฑูŽุฉู ู„ุงูŽูŠูŽุดููˆู’ุจูู‡ูŽุง ุงู„ุธูŽู‘ู„ูŽู…ู ูˆูŽุงู„ู’ุนูุฏู’ูˆูŽุงู†ูŽ ูˆูŽู†ููˆู’ุฑู‹ุง ู„ูŽู…ู’ ุชูŽู…ู’ุณูŽุณู’ู‡ู ู†ูŽุงุฑูŽุงู„ุฏูŽู‘ุนู’ูˆูŽู‰ ูˆูŽุงู„ู’ุบูุฑููˆู’ุฑูŽ ูˆูŽุณูุฑู‹ู‘ุง ู„ูŽู…ู’ ุชูุญูุทู’ ุจูู‡ู ุบูŽูˆูŽุงุฆูู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุณูŽุงูˆูุณู ูˆูŽุงู„ุดูู‘ุฑููˆู’ุฑู ุฃูŽุซู’ุจูŽุชูู†ูŽุง ุงู„ู„ู‡ู… ูููŠู’ ุฏููŠู’ูˆูŽุงู†ู ุงู„ุตูู‘ุฏูู‘ูŠู’ู‚ููŠู’ู†ู ูˆูŽุฃูŽูŠูŽู‘ุฏูŽู†ูŽุง ุจูู…ูŽุง ุฃูŽูŠูŽู‘ุฏู’ุชูŽ ุจูู‡ู ุนูุจูŽุงุฏููƒูŽ ุงู„ู’ู…ูู‚ูŽุฑูŽู‘ุจููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽูƒู’ุฑูŽู…ู’ู†ูŽุง ุจูุงู„ุซูŽู‘ุจูŽุงุชู ุนูŽู„ู‰ูฐ ู‚ูŽุฏูŽู…ู ุนูŽุจู’ุฏููƒูŽ ูˆูŽู†ูŽุจููŠูู‘ูƒูŽ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุณูŽูŠูู‘ุฏู ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุตูŽู„ูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ู… ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูฐ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ุงู„ุทูŽู‘ูŠูู‘ุจููŠู’ู†ูŽ ุงู„ุทูŽู‘ุงู‡ูุฑููŠู’ู†ูŽ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูุฒูŽู‘ุฉู ุนูŽู…ูู‘ุง ูŠูŽุตููููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽ ุณูŽู„ุงูŽู…ูŒ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ.

  1. Kemudian membaca al-Fatihah 3x
  2. Kemudian membaca ู„ุง ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ 10x
  3. Kemudian membaca shalawat kepada nabi Muhammad SAW. 3x
  4. Kemudian membaca al-Fatihah yang dihadiahkan kepada seluruh umat nabi Muhammad SAW.
  5. Dan ditutup dengan doa yang dimudahkan oleh Allah SWT

Rangkaian wirid-wirid di atas disebut Tuhfah al-Syarifah/Hizbi Tuhfah al-Tsaniyah. Dibaca setelah rawatib yang wajib dibaca setiap hari dengan penuh tata krama dan bagus serta menghayati maknanya. Para Imam Tarekat al-Rifa`iyah berkata: sesungguhnya al-Tuhfah al-Tsaniyah termasuk menjadi penyebab terbesar terbukanya hati sรขlik dan menjadi pintu dikabulkannya doโ€™a, (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 85-89)

Sumber: Alif.ID

81. Jalan yang Ditempuh Salik Tarekat Rifa`iyah

Berikut beberapa asas (dasar) dan adab (etika) sรขlik dalam tarekat Rifa`iyah yang dijelaskan dalam Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah;

  1. Cinta kepada mursyid
  2. Hati dan lisan tenggelam dalam cinta kepada nabi Muhammad Saw, berpegang teguh kepada aturan hukum dan mengikuti sunnah-sunnah Rasul

(Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 83)

  1. Langgeng zikir, pikirannya benar, ini adalah ungkapan khudhur seperti pada firman Allah Swt. Surat ali-โ€˜Imran ayat 191.

ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑููˆู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ู‚ููŠูŽุงู…ุงู‹ ูˆูŽู‚ูุนููˆุฏุงู‹ ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูฐ ุฌูู†ููˆุจูู‡ูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุชูŽููŽูƒูŽู‘ุฑููˆู†ูŽ ูููŠ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูฐูˆูŽุงุชู ูˆูŽุงู„ุฃูŽุฑู’ุถู ุฑูŽุจูŽู‘ู†ูŽุง ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ู’ุชูŽ ู‡ูฐุฐูŽุง ุจูŽุงุทูู„ุงู‹ ุณูุจู’ุญูŽุงู†ูŽูƒูŽ ููŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑู ๏ดฟุฃู„ ุนู…ุฑุงู†: ูกูฉูก๏ดพ

Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): โ€œYa Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka, (QS. ali-Iman; 191).

Ketika sรขlik dalam keadaan (halmaqรขm) tertentu dan mursyid telah melakukan istikharah dan mendapat isyarat, maka sang mursyid menambahkan zikir kepada sรขlik dengan bacaan zikir Ismu Dzat, dengan hitungan yang sesuai dengan keadaan sรขlik. Sang mursyid mengangkat sang sรขlik menjadi Syausiyah (orang yang diberi tugas untuk mengurus saudara-saudaranya dalam majelis), jika sรขlik sudah bagus dalam melaksanakan tugas menjadi Syausiyah (khidmah kepada majelis zikir dan teman-teman di pondok sufi) maka mursyid menambahkan zikir Ismu Dzat menurut kemampuan dan keadaan sรขlik.

Jika sรขlik mampu memperbaiki khidmat (pengabdiannya) tanpa memandang kelebihannya atas makhluk lain, serta tetap melaksanakan ratรฎb (urutan wirid) yang diterima, menjaga adab, maka mursyid mengangkat sรขlik ke martabat al-Niqรขbah (pemimpin majelis), lalu mursyid memerintahkan sรขlik untuk berzikir Asmaul Husna.

ูˆูŽ ู„ูู„ู‡ู ุงู„ู’ุงูŽุณู’ู…ูŽุงุกู ุงู„ู’ุญูุณู’ู†ูŽู‰ ููŽุงุฏู’ุนููˆู’ู‡ู ุจูู‡ูŽุง ๏ดฟุงู„ุฃุนุฑุงู: 180๏ดพ

Artinya; โ€œHanya milik Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna ituโ€ฆ. โ€(al-Aโ€™raf; 180).

Ini menunjukkan bersihnya hati sรขlik dan dapat dipersiapkan menjadi pemimpin dengan syt:

  1. Dapat melakukan khidmat dengan ikhlas;
  2. Tidak menganggap diri memiliki keagungan;
  3. Bisa mengendalikan jiwa;
  4. Tambah tawadhuโ€™ kepada Allah dan makhluk;
  5. Tetap berpegang teguh pada syariโ€™at dalam semua keadaan.

Pada tahap ini setelah istikharah dan mendapat isyarat, mursyid mengangkat sรขlik tersebut menjadi khalifah (sebagai pengganti nabi Muhammad SAW. dalam memberikan ajaran Tarekat ini). Dalam proses ini terjadi pertautan hati antara hati sรขlikmursyid sampai seterusnya ke semua silsilah Syaikh Ahmad al-Rifa`i hingga ke Rasulullah SAW, (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 89).

Khalwat Mingguan Setiap Bulan Muharam

Khalwat pada bulan Muharam diisyaratkan terhadap para pengikut Tarekat al-Rifa`iyah. Khalwat ini dilaksanakan pada tanggal 11 Muharram sampai sore tanggal 27 Muharram.

Tata cara khalwat Muharram sebagai berikut:

  1. Menyendiri di pondok yang telah disediakan, tanpa bercampur dengan wanita
  2. Melanggengkan wudhuโ€™ (jika batal langsung berwudhuโ€™)
  3. Tidak berbicara yang tidak ada faedahnya
  4. Tidak banyak berbicara kecuali darurat
  5. Tidak keluar rumah atau pondok kecuali darurat
  6. Tidak memakan makanan yang bernyawa
  7. Setelah shalat fardhu membaca;

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ู‰ูฐ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูู€ุญูŽู…ูŽู‘ุฏูู†ูุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ ุงู„ู’ุฃูู…ูู‘ูŠูู‘ ุงู„ุทูŽู‘ุงู‡ูุฑู ุงู„ุฒูŽู‘ูƒููŠู’ ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูฐ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุตูŽุญู’ุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู 100ร—

  1. Membaca Ratib yang wajib
  2. Membaca ูŠูŽุงูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู tanpa hitungan berbarengan dengan keluar masuknya nafas, menutup kedua mata, menghilangkan getaran hati
  3. Menghadirkan wajah Mursyid yang memberikan pencerahan
  4. Ketika sรขlik merasakan getaran hati, maka sรขlik membuka kedua mata dan mengakhiri khatam dengan al-Fatihah ditujukan kepada silsilah Tarekat al-Rifa`iyah
  5. Anjuran zikir pada minggu pertama khalwat
  1. Hari pertama membaca ู„ูŽุขุฅูู„ูฐู‡ูŽ ุฅูู„ุงูŽู‘ ุงู„ู„ู‡ sebanyak-banyaknya
  2. Hari ke dua membaca ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู sebanyak-banyaknya
  3. Hari ke tiga membaca ูŠูŽุงูˆูŽู‡ูŽู‘ุงุจู sebanyak-banyaknya
  4. Hari ke empat membaca ูŠูŽุงุญูŽูŠูู‘ sebanyak-banyaknya
  5. Hari ke lima membaca ูŠูŽุงู…ูŽุฌููŠู’ุฏู sebanyak-banyaknya
  6. Hari ke enam membaca ูŠูŽุงู…ูุนู’ุทูู‰ sebanyak-banyaknya
  7. Hari ke tujuh membaca ูŠูŽุง ู‚ูุฏูู‘ูˆู’ุณู sebanyak-banyaknya, (Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 90-91).

Sumber: Alif.ID

82. Tata Cara Halaqah Zikir Rifaโ€™iyah (1)

Halaqah zikir secara umum dilaksanakan tiap malam setelah shalat Isyaโ€™, para sรขlik tarekat Rifa`iyah melakukan zikir khusus tiap malam. Tiap malam Jumโ€™at dan malam Senin, zikir dilaksanakan secara berjamaah.

Adapun tata cara halaqah zikir dijelaskan dalam kitab Qawa`id al-Mar`iyah fi Ushul al-Tarekat al-Rifa`iyah, halaman: 91-100 sebagai berikut:

  1. Para sรขlik membentuk halaqah (barisan melingkar) zikir tiap baโ€™da shalat Isyaโ€™, mereka duduk dengan kedua lututnya dengan tenang
  2. Membaca al-Fatihah, dihadiahkan kepada nabi Muhammad Saw., keluarganya, para sahabat-sahabatnya, kepada Shahibu al-Tarekat (Syaikh Ahmad al-Rifa`i), anak turun pengikut tarekat al-Rifa`iyah dan kepada seluruh muslim dengan harapan mendapatkan limpahan sirri dari Hadhrah Nabawiyah dengan perantara Hadhrah pada Syaikh Rifa`iyah;
  3. Tetap mempertahankan kosentrasi sampai akhir zikir
  4. Lalu Syaikh (pemimpin halaqah) dengan penuh khusyuโ€™, kesempurnaan adab dan berkata;

ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุจูŽูŠู’ุชู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุณูŽูŠูู‘ุฏู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ูŠูŽุง ุฑูููŽุงุนููŠู’ ูŠูŽุงุฃูŽุจูŽุง ุงู„ู’ุนูŽู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู„ู’ู…ูŽุฏูŽุฏูŽ

  1. Secara bersama-sama membaca wirid dengan hati yang tenang, tata krama, memejamkan mata tanpa melihat keadaan apapun, khusyuโ€™, takut kepada Allah , mendapatkan limpahan rohani dari nabi Muhammad SAW.. yang turun bersama tiupan hati Shahib al-Tarekat (Syaikh Ahmad al-Rifa`i). Berikut wirid syarifnya:

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูก๏ดพ ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ ๏ดฟูข๏ดพ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูฃ๏ดพ ู…ูŽุงู„ููƒู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู†ู ๏ดฟูค๏ดพ ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุนู’ุจูุฏู ูˆุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู†ู ๏ดฟูฅ๏ดพ ุฅูู‡ู’ุฏูู†ูŽุง ุงู„ุตูู‘ุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู…ูŽ ๏ดฟูฆ๏ดพ ุตูุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฃูŽู†ู’ุนูŽู…ู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู‡ูู…ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู…ูŽุบู’ุถููˆุจู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ุงู„ุถูŽู‘ุขู„ูู‘ูŠู’ู†ูŽ ๏ดฟูง๏ดพ [ุงู„ูุงุชุญุฉ: 1-7] ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏูŒ ุฑูŽู‘ุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ู…ูŽุนูŽู‡ู ุฃูŽุดูุฏูŽู‘ุขุกู ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ูƒูููŽู‘ุงุฑู ุฑูุญูŽู…ูŽุขุกู ุจูŽูŠู’ู†ูŽู‡ูู…ู’ ุชูŽุฑูŽุงู‡ูู…ู’ ุฑููƒูŽู‘ุนู‹ุง ุณูุฌูŽู‘ุฏู‹ุง ูŠูŽุจู’ุชูŽุบููˆู†ูŽ ููŽุถู’ู„ุงู‹ ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฑูุถู’ูˆูŽุงู†ุงู‹ ุณููŠู’ู…ูŽุงู‡ูู…ู’ ูููŠ ูˆูุฌููˆู’ู‡ูู‡ูู…ู’ ู…ูู‘ู†ู’ ุฃูŽุซูŽุฑู ุงู„ุณูู‘ุฌููˆู’ุฏู ุฐูฐู„ููƒูŽ ู…ูŽุซูŽู„ูู‡ูู…ู’ ูููŠ ุงู„ุชูŽู‘ูˆู’ุฑูŽุงุฉู ูˆูŽู…ูŽุซูŽู„ูู‡ูู…ู’ ูููŠ ุงู„ู’ุฅูู†ุฌููŠู„ู ูƒูŽุฒูŽุฑู’ุนู ุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽ ุดูŽุทู’ุงูŽู‡ู ููŽุงูŽุฒูŽุฑูŽู‡ู ููŽุงุณู’ุชูŽุบู’ู„ูŽุธูŽ ููŽุงุณู’ุชูŽูˆูŽู‰ ุนูŽู„ู‰ูฐ ุณููˆู‚ูู‡ู ูŠูุนู’ุฌูุจู ุงู„ุฒูู‘ุฑูŽู‘ุงุนูŽ ู„ููŠูŽุบููŠู’ุธูŽ ุจูู‡ูู…ู ุงู„ู’ูƒูููŽู‘ุงุฑูŽ ูˆูŽุนูŽุฏูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆู’ุง ูˆูŽุนูŽู…ูู„ููˆู’ุง ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูู€ุญูŽุงุชู ู…ูู†ู’ู‡ูู… ู…ูŽู‘ุบู’ููุฑูŽุฉู‹ ูˆูŽุฃูŽุฌู’ุฑู‹ุง ุนูŽุธููŠู’ู…ู‹ุง ๏ดฟูขูฉ๏ดพ [ุงู„ูุชุญ: 29]

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุณูŽุจูู‘ุญู ุงุณู’ู…ูŽ ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ู„ูŽู‰ ๏ดฟูก๏ดพ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ููŽุณูŽูˆูŽู‘ู‰ ๏ดฟูข๏ดพ ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ู‚ูŽุฏูŽู‘ุฑูŽ ููŽู‡ูŽุฏูŽู‰ ๏ดฟูฃ๏ดพ ูˆูŽุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ุฃูŽุฎู’ุฑูŽุฌูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุฑู’ุนูŽู‰ ๏ดฟูค๏ดพ ููŽุฌูŽุนูŽู„ูŽู‡ู ุบูุซูŽุขุกู‹ ุฃูŽุญู’ูˆูŽู‰ ๏ดฟูฅ๏ดพ ุณูŽู†ูู‚ู’ุฑูุคููƒูŽ ููŽู„ูŽุง ุชูŽู†ู’ุณูŽู‰ ๏ดฟูฆ๏ดพ ุฅูู„ูŽู‘ุง ู…ูŽุง ุดูŽุขุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูŠูŽุนู’ู„ูŽู…ู ุงู„ู’ุฌูŽู‡ู’ุฑูŽ ูˆูŽู…ูŽุง ูŠูŽุฎู’ููŽู‰ ๏ดฟูง๏ดพ ูˆูŽู†ููŠูŽุณูู‘ุฑููƒูŽ ู„ูู„ู’ูŠูุณู’ุฑูŽู‰ ๏ดฟูจ๏ดพ ููŽุฐูŽูƒูู‘ุฑู’ ุฅูู†ู’ ู†ูŽู‘ููŽุนูŽุชู ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑูŽู‰ ๏ดฟูฉ๏ดพ ุณูŽูŠูŽุฐูŽู‘ูƒูŽู‘ุฑู ู…ูŽู†ู’ ูŠูŽุฎู’ุดูŽู‰ ๏ดฟูกู ๏ดพ ูˆูŽูŠูŽุชูŽุฌูŽู†ูŽู‘ุจูู‡ูŽุง ุงู„ู’ุฃูŽุดู’ู‚ูŽู‰ ๏ดฟูกูก๏ดพ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ูŠูŽุตู’ู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฑูŽ ุงู„ู’ูƒูุจู’ุฑูŽู‰ ๏ดฟูกูข๏ดพ ุซูู…ูŽู‘ ู„ูŽุง ูŠูŽู…ููˆุชู ูููŠู‡ูŽุง ูˆูŽู„ูŽุง ูŠูŽุญู’ูŠูŽู‰ ๏ดฟูกูฃ๏ดพ ู‚ูŽุฏู’ ุฃูŽูู’ู„ูŽุญูŽ ู…ูŽู† ุชูŽุฒูŽูƒูŽู‘ู‰ ๏ดฟูกูค๏ดพ ูˆูŽุฐูŽูƒูŽุฑูŽ ุงุณู’ู…ูŽ ุฑูŽุจูู‘ู‡ู ููŽุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ๏ดฟูกูฅ๏ดพ ุจูŽู„ู’ ุชูุคู’ุซูุฑููˆู†ูŽ ุงู„ู’ุญูŽูŠูŽุงุฉูŽ ุงู„ุฏูู‘ู†ู’ูŠูŽุง ๏ดฟูกูฆ๏ดพ ูˆูŽุงู„ู’ุขุฎูุฑูŽุฉู ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ูˆูŽุฃูŽุจู’ู‚ูŽู‰ ๏ดฟูกูง๏ดพ ุฅูู†ูŽู‘ ู‡ูฐุฐูŽุง ู„ูŽูููŠ ุงู„ุตูู‘ุญููู ุงู„ู’ุฃููˆู„ู‰ูฐ ๏ดฟูกูจ๏ดพ ุตูุญููู ุฅูุจู’ุฑูŽุงู‡ููŠู…ูŽ ูˆูŽู…ููˆุณูŽู‰ ๏ดฟูกูฉ๏ดพ [ุงู„ุฃุนู„ู‰: 1-19]

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุฅูู†ูŽู‘ุข ุฃูŽู†ุฒูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ู ูููŠ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏู’ุฑู ๏ดฟูก๏ดพ ูˆูŽู…ูŽุข ุฃูŽุฏู’ุฑูŽุงูƒูŽ ู…ูŽุง ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏู’ุฑู ๏ดฟูข๏ดพ ู„ูŽูŠู’ู„ูŽุฉู ุงู„ู’ู‚ูŽุฏู’ุฑู ุฎูŽูŠู’ุฑูŒ ู…ูู‘ู†ู’ ุฃูŽู„ู’ูู ุดูŽู‡ู’ุฑู ๏ดฟูฃ๏ดพ ุชูŽู†ูŽุฒูŽู‘ู„ู ุงู„ู’ู…ูŽู„ูŽุขุฆููƒูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ูˆุญู ูููŠู‡ูŽุง ุจูุฅูุฐู’ู†ู ุฑูŽุจูู‘ู‡ูู…ู’ ู…ูู‘ู† ูƒูู„ูู‘ ุฃูŽู…ู’ุฑู ๏ดฟูค๏ดพ ุณูŽู„ูŽุงู…ูŒ ู‡ููŠูŽ ุญูŽุชูŽู‘ู‰ ู…ูŽุทู’ู„ูŽุนู ุงู„ู’ููŽุฌู’ุฑู ๏ดฟูฅ๏ดพ [ุงู„ู‚ุฏุฑ: 1-5]

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุฅูุฐูŽุง ุฌูŽุขุกูŽ ู†ูŽุตู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ููŽุชู’ุญู ๏ดฟูก๏ดพ ูˆูŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณูŽ ูŠูŽุฏู’ุฎูู„ููˆู†ูŽ ูููŠ ุฏููŠู’ู†ู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูู’ูˆูŽุงุฌุงู‹ ๏ดฟูข๏ดพ ููŽุณูŽุจูู‘ุญู’ ุจูุญูŽู…ู’ุฏู ุฑูŽุจูู‘ูƒูŽ ูˆูŽุงุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู’ู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ูƒูŽุงู†ูŽ ุชูŽูˆูŽู‘ุงุจุงู‹ ๏ดฟูฃ๏ดพ [ุงู„ู†ุตุฑ: 1-3]

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ู‚ูู„ู’ ู‡ููˆูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ๏ดฟูก๏ดพ ุงูŽู„ู„ู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ู…ูŽุฏู ๏ดฟูข๏ดพ ู„ูŽู…ู’ ูŠูŽู„ูุฏู’ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠููˆู„ูŽุฏู’ ๏ดฟูฃ๏ดพ ูˆูŽู„ูŽู…ู’ ูŠูŽูƒูู† ู„ูŽู‘ู‡ู ูƒููููˆู‹ุง ุฃูŽุญูŽุฏูŒ ๏ดฟูค๏ดพ [ุงู„ุฅุฎู„ุงุต: 1-4]

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ู‚ูู„ู’ ุฃูŽุนููˆุฐู ุจูุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ููŽู„ูŽู‚ู ๏ดฟูก๏ดพ ู…ูู† ุดูŽุฑูู‘ ู…ูŽุง ุฎูŽู„ูŽู‚ูŽ ๏ดฟูข๏ดพ ูˆูŽู…ูู† ุดูŽุฑูู‘ ุบูŽุงุณูู‚ู ุฅูุฐูŽุง ูˆูŽู‚ูŽุจูŽ ๏ดฟูฃ๏ดพ ูˆูŽู…ูู† ุดูŽุฑูู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ูู‘ูฐุซูฐุชู ูููŠ ุงู„ู’ุนูู‚ูŽุฏู ๏ดฟูค๏ดพ ูˆูŽู…ูู†ู’ ุดูŽุฑูู‘ ุญูŽุงุณูุฏู ุฅูุฐูŽุง ุญูŽุณูŽุฏูŽ ๏ดฟูฅ๏ดพ

[ุงู„ูู„ู‚: 1-5]

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ู‚ูู„ู’ ุฃูŽุนููˆุฐู ุจูุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ๏ดฟูก๏ดพ ู…ูŽู„ููƒู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ๏ดฟูข๏ดพ ุฅู„ู‡ู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ๏ดฟูฃ๏ดพ ู…ูู† ุดูŽุฑูู‘ ุงู„ู’ูˆูŽุณู’ูˆูŽุงุณู ุงู„ู’ู€ุฎูŽู†ูŽู‘ุงุณู ๏ดฟูค๏ดพ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠ ูŠููˆูŽุณู’ูˆูุณู ูููŠ ุตูุฏููˆุฑู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ๏ดฟูฅ๏ดพ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฌูู†ูŽู‘ุฉู ูˆูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ๏ดฟูฆ๏ดพ [ุงู„ู†ุงุณ: 1-6]

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูก๏ดพ ุงูŽู„ู’ู€ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ ๏ดฟูข๏ดพ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู€ู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู ๏ดฟูฃ๏ดพ ู…ูŽุงู„ููƒู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู†ู ๏ดฟูค๏ดพ ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุนู’ุจูุฏู ูˆุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู†ู ๏ดฟูฅ๏ดพ ุฅูู‡ู’ุฏูู†ูŽุง ุงู„ุตูู‘ุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู…ูŽ ๏ดฟูฆ๏ดพ ุตูุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฃูŽู†ุนูŽู…ู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุบู’ุถููˆุจู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ุงู„ุถูŽู‘ุขู„ูู‘ูŠู’ู†ูŽ ๏ดฟูง๏ดพ ุขู…ูŠู† [ุงู„ูุงุชุญุฉ: 1-7]

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ูˆูŽุจูŽุงุฑููƒู’ ูˆูŽุดูŽุฑูู‘ูู’ ูˆูŽุนูŽุธูู‘ู…ู’ ุจููƒูู„ูู‘ ูˆูŽู‚ู’ุชู ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู‚ูŽุงุชู ูˆูŽุณูŽุงุนูŽุฉู ู…ูู‘ู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ุงุนูŽุงุชู ู…ูู„ู’ุกูŽ ุงู„ู’ุฃูŽุฑูŽุถููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู…ูฐูˆูŽุงุชู ุนูŽู„ู‰ูฐ ุณูŽูŠูู‘ุฏู ุงู„ุณูŽู‘ุงุฏูŽุงุชู ูˆูŽุฅูู…ูŽุงู…ู ุงู„ู’ู‚ูŽุงุฏูŽุงุชู ูˆูŽุฑูŽุฆููŠู’ุณู ุงู„ู’ูƒูู„ูู‘ ูููŠ ุงู„ู’ุญูŽุถูŽุฑูŽุงุชู ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูฐ ุขู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ู’ูƒูŽู…ูŽุงู„ุงูŽุชู ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽุดูŽุงูŠูุฎู ุงู„ู’ุนูŽุงุฑููููŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุฑู’ุจูŽุงุจู ุงู„ู’ุญูŽุงู„ุงูŽุชู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู’ููŽุฑู’ุฏูุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฌูŽุฏู ุงู„ู’ู‚ูŽุทู’ุจู ุงู„ู’ุบูŽูˆู’ุซู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ุญูŽุฏู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุฆูุจู ุนูŽู†ู’ ุญูŽุถู’ุฑูŽุฉู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ูููŠู’ ู…ูู„ู’ูƒู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑู ุจูุฃูŽู…ู’ุฑูุงู„ู„ู‡ู ูููŠู’ ุณูŽู…ูฐูˆูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฃูŽุฑู’ุถู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ู‰ูฐ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ุฅูู…ูŽุงู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ุจู’ุนูŽุฉู ุงู„ู’ุฃูŽู‚ู’ุทูŽุงุจู ูˆูŽุนูŽู†ู ุงู„ู’ุฃูŽุจู’ุฏูŽุงู„ู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุฌูŽุงุจู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุทู’ุฑูŽุงุฒู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุญู’ุจูŽุงุจู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ุชูŽุงุฏู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽูู’ุฑูŽุงุฏู ูˆูŽุงู„ุฑูู‘ุฌูŽุงู„ู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู’ุฅูุฑู’ุดูŽุงุฏู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽุงุฆูู…ููŠู’ู†ูŽ ุจูู…ูŽุตูŽุงู„ูุญู ุงู„ู’ุนูุจูŽุงุฏู ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูฐ ุตูู„ูŽุญูŽุงุกู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุจูŽุฑูŽูƒูŽุงุชูู‡ู ุฅูู†ูŽู‘ู‡ู ุงู„ู’ุจูุฑูู‘ ุงู„ู’ู…ูุนููŠู’ู†ู ูˆูŽู†ูŽุณู’ุฃูŽู„ู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ุฃูŽู†ู’ ูŠูู…ูŽุฏูŽู‘ู†ูŽุง ุจูู…ูŽุฏูŽุฏู ุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ุธูŽู…ู ูˆูŽุญูŽุจููŠู’ุจูู‡ู ุงู„ู’ุฃูŽูƒู’ุฑูŽู…ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽุจูู…ูŽุฏูŽุฏู ุญูŽุถู’ุฑูŽุงุชู ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกู ุงู„ู’ูƒูุฑูŽุงู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู ุงู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ูˆูŽู†ูŽุณู’ุฃูŽู„ูู‡ู ุฃูŽู†ู’ ูŠูŽุนู’ุทูููŽ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ู‚ูŽู„ู’ุจู ุตูŽุงุญูุจู ุงู„ุฒูŽู‘ู…ูŽุงู†ู ูˆูŽุฃูŽู‡ู’ู„ู ุญูŽุงุดููŠูŽุชูู‡ู ุงู„ู’ูƒูุฑูŽุงู…ู ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ูŠูŽุงู†ู ุฌูŽุนูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ูˆูŽูˆูŽุณููŠู’ู„ูŽุชูŽู†ูŽุง ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูููŠู’ ูƒูู„ูู‘ ุฃูŽู…ู’ุฑูุญูŽุณูŽู†ู ูŠูŽุฏูู„ูู‘ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฏูŽููŽุนู’ู†ูŽุง ุจูู‡ูู…ู’ ุดูŽุฑูŽู‘ ุงู„ุฒูŽู‘ู…ูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ุณูู‘ู„ู’ุทูŽุงู†ู ูˆูŽุงู„ู’ุฅูุฎู’ูˆูŽุงู†ู ุงู„ู’ู€ุฎููˆูŽู‘ุงู†ู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุกู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุฅูู†ู’ุณู ูˆูŽุงู„ู’ู€ุฌูŽุงู†ู ุฃูŽุฎูŽุฐู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุฏูุฑู’ุนู‹ุง ู„ูุฑูŽุฏูู‘ ูƒูู„ูู‘ ุจูŽู„ุงูŽุกู ูˆูŽุฏูŽูู’ุนู ูƒูู„ูู‘ ู‚ูŽุถูŽุงุกู ู‚ูุจูŽู„ู’ู†ูŽุงู‡ูู…ู’ ุจูŽุงุจู‹ุง ู„ูู†ูŽูŠู’ู„ู ูƒูู„ูู‘ ุฎูŽูŠู’ุฑู ุฏูู†ู’ูŠูฐูˆููŠู’ ูˆูŽุฃูุฎู’ุฑูฐูˆููŠู’ ุฎูŽูููŠูู‘ ูˆูŽุฌูŽู„ููŠูู‘ ูƒูู„ูู‘ูŠูู‘ ูˆูŽุฌูุฒู’ุฆููŠู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู†ูŽุง ูˆูŽุนูŽู„ู‰ูฐ ุนูุจูŽุงุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุตูŽู‘ุงู„ูุญููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุณูŽู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ.

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู’ู…ู

ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูก๏ดพ ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู†ูŽ ๏ดฟูข๏ดพ ุงู„ุฑูŽู‘ุญู’ู…ูฐู†ู ุงู„ุฑูŽู‘ุญููŠู…ู ๏ดฟูฃ๏ดพ ู…ูŽุงู„ููƒู ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏูู‘ูŠู†ู ๏ดฟูค๏ดพ ุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุนู’ุจูุฏู ูˆูŽุฅููŠูŽู‘ุงูƒูŽ ู†ูŽุณู’ุชูŽุนููŠู†ู ๏ดฟูฅ๏ดพ ุฅูู‡ู’ุฏูู†ูŽุง ุงู„ุตูู‘ุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ู’ู…ูุณู’ุชูŽู‚ููŠู…ูŽ ๏ดฟูฆ๏ดพ ุตูุฑูŽุงุทูŽ ุงู„ูŽู‘ุฐููŠู†ูŽ ุฃูŽู†ุนูŽู…ู’ุชูŽ ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ุบูŽูŠู’ุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุบู’ุถููˆุจู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู„ุงูŽ ุงู„ุถูŽู‘ุขู„ูู‘ูŠู’ู†ูŽ ๏ดฟูง๏ดพ ุขู…ูŠู† [ุงู„ูุงุชุญุฉ: 1-7]

Sumber: Alif.ID

83. Tata Cara Halaqah Zikir Rifaโ€™iyah (2)

Sebagian sรขlik membaca Asmaul Husna berikut ini:

ุนูŽู„ู‰ูฐ ู…ูŽู€ู†ู’ ู„ูŽู€ู‡ู ูˆูŽุฌู€ู’ู€ู‡ูŒ ูŠูŽู€ููŽู€ูˆู’ู‚ู ุนูŽู€ู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุจูŽู€ู€ุฏูŽุฑูุตูŽู€ู€ู„ุงูŽุชููŠู’ ูˆูŽ ุชูŽุณู’ู€ู„ูู€ูŠู’ู…ููŠู’ ูˆูŽุฃูŽุฒู’ูƒูŽู‰ ุชูŽู€ุญูู€ูŠูŽู‘ุชููŠู’
ูˆูŽุตูŽู„ูŽู€ู‰ู’ุชู ุชูŽุนู’ู€ุธููŠู’ู…ู‹ุง ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู’ู€ูƒูŽุงู…ูู€ู„ู ุงู„ู’ู€ู‚ูŽู€ุฏูŽุฑูุจู€ูŽุฏูŽุฃู’ุชู ุจูู€ุจูู€ุณู’ู€ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูููŠู’ ู…ูŽู€ู€ุจู’ุฏูŽุฅู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑู
ุฃูุคู’ู…ูู€ู€ู„ูŽ ุจูุงู„ู’ุฃูŽุณู’ู€ู€ู…ูŽู€ู€ุงุกู ู…ูู†ู’ ุจู€ูŽุงุจูู€ู‡ู ุฌู€ูŽู€ู€ุจูŽุฑููŠู’ุฏูŽุฎู€ูŽู€ู„ู’ู€ุชู ุจูู€ุฃูŽุณู’ู€ู…ู€ูŽุงุกู ุงู„ู’ุฅูู„ูฐู€ู‡ู ู„ูู€ุจู€ูŽุงุจูู€ู€ู‡ู
ูˆูŽุจูุงู„ู’ููŽู€ุถู’ู€ู„ู ูŠูŽุงุฑูŽุญู’ู€ู…ูฐู†ู ูƒูู†ู’ ุฌูŽุงุจูุฑู‹ุง ูƒูŽุณูŽุฑููŠุฃูู†ูŽู€ุงุฏููŠู’ู€ู‡ู ูŠูŽู€ุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ุฌูู€ุฏู’ู„ูู€ูŠู’ ุชูŽูƒูŽู€ู€ุฑูู‘ู…ู€ู‹ุง
ูˆูŽูŠูŽุง ู…ูŽู€ุงู„ูู€ูƒูŽ ู…ูู€ู„ู’ู€ู€ูƒู ููู€ู€ุคูŽุงุฏููŠู’ ุจูุงู„ู€ุฐูู‘ูƒู’ู€ู€ุฑูุฑูŽุญููŠู’ู…ู ููŽูƒูŽู†ู’ ุนูŽูˆู’ู†ููŠู’ ูˆูŽุบูŽูˆู’ุซูู€ูŠู’ ูˆูŽุฑูŽุงุญูู…ูู€ูŠู’
ุณูŽู€ู„ุงูŽู…ูŒ ููŽุณูŽู„ูŽู‘ู€ู…ูŽู†ููŠ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู€ูƒูŽู€ุฑูŽุจู ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ู€ู€ุตูŽุฑููˆูŽู‡ู€ูŽู€ุจู’ ู„ููŠู’ ูŠูŽุง ู‚ูู€ุฏูู‘ูˆู’ุณู ููŽู€ู‡ูู…ูŽู€ุง ู…ูู€ู‚ูŽุฏูŽู‘ุณู‹ุง
ู…ูู€ู‡ูŽู‰ู’ู€ู…ูู€ู†ู‹ ุฃูŽูŠู’ู€ุฏูู†ู€ููŠู’ ุจูู€ุฐููƒู’ู€ุฑููƒูŽ ูููŠู’ ู‚ูŽู€ู€ุจู’ู€ุฑููŠู’ูˆูŽูŠูŽุง ู…ูุคู’ู…ูู†ู ุงูู‚ู’ุจูุถู’ู†ููŠู’ ุจูููŽู€ุถู’ู„ููƒูŽ ู…ูู€ุคู’ู…ูู†ู€ู‹ุง
ูˆูŽุจูุงู„ู’ู€ุฌูŽู€ุจูŽู€ุฑู ูŠูŽู€ุงุฌูŽู€ุจูŽู‘ุงุฑู ู‚ูู€ู€ุฏู’ู†ููŠู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู€ุฎูŽูŠู’ู€ุฑูุนูŽู€ุฒููŠู’ู€ุฒู ููŽู€ู€ุนูŽู€ู€ุฒูู‘ุฒู’ู†ููŠู’ ุฅูุฐูŽุง ุฐูŽู„ูŽู‘ู†ู€ููŠ ุงู„ู’ูˆูŽุฑูŽู‰
ูˆูŽูŠูŽุง ุฎูŽู€ุงู„ูู€ู‚ูŒ ู…ูู€ู„ู’ ุจููŠู’ ุจูู„ูู€ุทู’ูู ุนูŽู€ู†ู ุงู„ู’ูƒูู€ุจู’ุฑููˆูŽููู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ู€ู€ุงุณู ูƒูŽุจูู‘ู€ุฑู’ ู‚ูŽุฏูู‘ุฑู’ ูŠูŽุง ู…ูู€ุชูŽูƒูŽุจูู‘ู€ู€ุฑูŒ
ู…ูู€ุตูŽู€ูˆูู‘ุฑู’ ููŽุงุญู’ู€ููŽู€ุธู’ู€ู†ููŠู’ ูˆูŽุบูŽู€ููŽู‘ู€ุงุฑูŒ ุฒูู„ู’ ูˆูŽุฒู’ุฑููŠู’ูˆูŽ ูŠูŽุง ุจูŽุฑูุฆู ุจูŽุฑู’ุฆู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ุนูŽู€ูŠู’ุจู ู…ูŽู€ุณู’ู„ูŽู€ูƒููŠู’
ูˆูŽูŠูŽู€ุงุฑูŽุจูู‘ ูŠูŽู€ุงูˆูŽู‡ูŽู‘ู€ุงุจู ุฒูุฏู’ู†ู€ููŠู’ ู…ูู€ู†ูŽ ุงู„ู’ููŽู€ู€ุฎูŽู€ุฑููˆูŽู‚ูŽู€ู‡ูŽู‘ู€ุงุฑูŒ ู‚ูŽู€ู‡ูŽู‘ู€ุฑู’ ู„ููŠู’ ุนูŽู€ุฏููˆูู‘ูŠู’ ู…ูŽุฏูŽู‘ุง ุงู„ู’ู…ูุฏูŽู‘ุง
ูˆูŽุจูุงู„ู’ููŽู€ุชู’ู€ุญู ูŠูŽุงููŽู€ุชูŽู‘ู€ุงุญู ุชูŽู€ู…ูู‘ู…ู’ ุนูŽู€ู€ู„ุงูŽ ู‚ูŽู€ู€ุฏูŽุฑููŠู’ูˆูŽุฑูŽุฒูŽู‘ุงู‚ูŒ ููŽุงุฑู’ุฒูู‚ู’ู€ู€ู†ููŠู’ ุงู„ู’ู‡ูู€ู€ุฏูŽุงูŠูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุชูู‘ู€ู€ู‚ูฐู‰
ูˆูŽูŠูŽุงู‚ูŽุงุจูุถูŒ ุงูู‚ู’ุจูุถู’ ุดูุฏูŽู‘ุฉูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽุจู’ุถู ู…ูู†ู’ ุตูŽุฏู’ุฑููŠู’ุนูŽู„ูู€ู‰ู’ู…ูŒ ููŽุนูŽู„ูู‘ู…ู’ู€ู†ููŠู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู‚ูู€ุฑู’ุจู ู…ูŽู†ู’ู‡ูŽู€ุฌู‹ุง
ูˆูŽูŠูŽุงุญูŽุงููุถู’ ุงูุญู’ููŽู€ุถู’ ู‚ูŽุฏูŽุฑู ู…ูู†ู’ ู‚ูŽุตู’ุฏูู‡ู ุถูŽุฑูู‘ูŠู’ูˆูŽูŠูŽุง ุจูŽุงุณูู€ุทูŽ ุงูุจู’ุณูŽู€ุทู’ ู„ููŠู’ ุจูุณูŽู€ุงุทูŽ ุนูู€ู†ูŽุงูŠูŽุฉู‹
ู…ูู€ุนูู€ู€ุฒูู‘ ููŽู€ุฒูุฏู’ ุนูู€ู€ุฒูู‘ูŠู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุขุฎูู€ู€ุฑู ุงู„ู€ุฏูŽู‘ู‡ู’ู€ู€ุฑููˆูŽูŠูŽุง ุฑูŽุงููุนูŽ ุงูุฑู’ููŽุนู’ู€ู†ููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ุจูุงู„ู’ู‡ูุฏูฐู‰
ุณูŽู€ู…ูู€ูŠู’ุนูŒ ููŽุฃูŽุณู’ู…ูู€ุนู’ู€ู†ูู€ูŠู’ ุฎูู€ู€ุทูŽุงุจูู€ูƒูŽ ุจูู€ุงู„ุณูู‘ู€ุฑูู…ูู€ุฐูู„ูู‘ ููŽู€ู€ุฒูŽู„ู’ ุฐูŽู„ูู‘ู€ูŠู’ ูˆูŽุดูŽู€ุฑูู‘ูู’ ู…ูŽู€ุฑูŽุงุชูŽู€ุจูู€ูŠู’
ูˆูŽูŠูŽุง ุญูŽุงูƒูู…ูŒ ุงูุญู’ูƒูŽู…ู’ ู„ููŠู’ ุจูู€ุบูŽู€ูŠู’ู€ุจููƒูŽ ููู‰ ุงู„ุณูู‘ุฑูู‘ุจูŽู€ุตููŠู’ุฑูŒ ููŽุจูŽู€ุตูู‘ู€ุฑู’ู†ููŠู’ ุจูู†ูŽู€ูู’ุณูู€ูŠู’ ูˆูŽุนูŽู€ู‰ู’ู€ุจูู€ู‡ูŽุง
ู„ูŽู€ุทููŠู’ููŒ ุจูู„ูู€ุทู’ูู ู…ูู†ู’ูƒูŽ ุฌูุฏู’ู„ููŠู’ ู…ูŽุฏูŽู‰ ุนูู…ู’ุฑููŠู’ูˆูŽูŠูŽุง ุนูŽุฏู’ู„ู ุฎูุฐู’ ุจูุงู„ู’ุนูŽู€ุฏู’ู„ู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽู‡ู’ุฑู ุธูŽุงู„ูู€ู…ููŠู’
ุญูŽู€ู„ููŠู’ู€ู…ูŒ ุชูŽู€ูˆูŽู„ูŽู‘ู†ูู€ูŠู’ ุจูู€ุญููƒู’ู…ูู€ู€ูƒูŽ ูููŠู’ ุฃูŽู…ู’ู€ู€ู€ุฑููŠู’ุฎูŽู€ุจููŠู’ุฑูŒ ููŽุดูŽู€ุฑูู‘ูู’ ููู€ู‰ู’ูƒูŽ ุงูุฎู’ู€ุจูŽุงุฑูŽ ู‡ูู€ู…ูŽู‘ุชูู€ูŠู’
ุดูŽู€ูƒูู€ูˆู’ุฑูŒ ููŽู€ู€ู‚ูŽู€ูŠูู‘ุฏู’ู†ููŠู’ ู…ูŽุฏูŽุง ุงู„ุฏูŽู‘ู‡ู’ู€ุฑู ู„ูู„ุดูู‘ู€ู€ูƒู’ุฑูุนูŽุธููŠู’ู…ูŒ ุบูŽูููˆู’ุฑูŒ ููŽุงุบู’ู€ููุฑูŽ ุงู„ุฐูŽู‘ู†ู’ุจูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุฎูŽู€ุทูŽุง
ู…ูู€ู€ู‚ููŠู’ู€ุชูŒ ุญูŽู€ู€ุณููŠู’ู€ุจูŒ ุฌูู€ุฏู’ ู„ูุนูุจูŽู€ุงุฏููƒูŽ ุจูุงู„ู’ุจูุฑูู‘ุนูŽู„ูŽู‰ ูƒูŽู€ุจููŠู’ู€ุฑู ุจูŽู€ู„ู’ ุญูŽู€ู€ูููŠู’ู€ุธู ู„ูู€ู…ูŽู€ู†ู’ ุฏูŽุนูŽุง
ุญูŽู€ูƒููŠู’ู€ู…ูŒ ูˆูŽุฏููˆู’ุฏูŒ ููŽุงุจู’ู€ุฏูŽู„ูŽ ุงู„ู’ู€ุนูู€ุณู’ู€ุฑู ุจูุงู„ู’ูŠูุณู’ู€ุฑูŽูƒูŽู€ุฑููŠู’ู…ูŒ ุฑูŽู‚ููŠู’ู€ุจูŒ ุจูŽู€ู„ู’ ู…ูู€ุฌููŠู’ู€ุจูŒ ูˆูŽูˆูŽุงุณูู€ุนูŒ
ููŽูู€ููŠู’ ุฌููˆู’ุฏููƒูŽ ุงูุจู’ู€ุนูŽุซู’ู€ู†ูู€ูŠู’ ุฃูŽู…ููŠู’ู€ู†ู‹ุง ู…ูู†ูŽ ุงู„ู’ู…ูŽู€ูƒูŽุฑูู…ูŽู€ุฌูู€ูŠู’ุฏูŒ ููŽู€ู…ูŽู€ุฌูู‘ุฏู’ ู„ููŠู’ ู…ูŽู‚ูŽุงู…ูู€ูŠู’ ูˆูŽุจูŽุงุนูู€ุซู’
ูˆูŽูƒูู€ู€ูŠู’ู„ูŒ ู‚ูŽู€ู€ูˆููŠูู‘ ู‚ูู€ูˆูŽู‘ู†ู€ููŠู’ ูˆูŽุงูƒู’ู€ููู€ู†ูู€ูŠู’ ุดูŽู€ุฑูู‘ูŠู’ุดูŽู€ู‡ููŠู’ู€ุฏูŒ ูˆูŽุญูŽู‚ูŒู‘ ุฎูุฐู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู€ุญูŽู‚ูู‘ ู…ูŽู€ุดูŽุฑูŽู‘ุจููŠู’
ุญูŽู€ู…ููŠู’ู€ุฏูŒ ููŽู€ู†ูŽู€ูˆูู‘ุฑู’ู†ู€ููŠู’ ุจูู€ุญูŽู…ู’ู€ุฏููƒูŽ ูููŠู’ ู‚ูŽู€ุจู’ู€ุฑููŠู’ู…ูŽู€ู€ุชูู€ู€ูŠู’ู†ูŒ ูˆูŽู„ููŠูู‘ ูƒูู†ู’ ูˆูŽู„ููŠูู‘ูŠู’ ูˆูŽู†ูŽู€ุงุตูู€ู€ุฑููŠ
ูˆูŽู…ูŽู€ุจู’ู€ุฏูŽู‰ ููŽู€ูƒูŽู€ุฑูู‘ู…ู’ ู„ูู‰ ุงู„ู’ุจูู€ุฏูŽุงูŠูŽุฉู ููู‰ ุณูŽู€ูŠู’ู€ุฑููŠู’ูˆูŽู…ูŽู€ุญู’ุตูฐู‰ ููŽู„ุงูŽ ุชูŽู€ุฎู’ููฐู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ูƒูŽ ุฎูŽุทููŠู’ุฆูŽุชููŠู’
ู…ูู€ู…ูู€ูŠู’ุชู ุฃูŽู…ู’ู€ุชูู€ู†ููŠู’ ู†ูŽุงุทูู€ู‚ูŽ ุงู„ู’ู‚ูŽู€ู„ู’ุจู ุจูุงู„ุฐูู‘ูƒู’ู€ุฑูู…ูุนููŠู’ุฏูŒ ู…ูู€ุญู’ูŠููŠู’ ููŽุงุญู’ูŠููŠู’ ุจูุงู„ู’ูƒููู’ุฑู ู…ูŽู‡ู’ุฌูŽุชููŠู’
ูˆูŽ ูŠูŽุง ูˆูŽุงุฌูุฏูŒ ุจูุงู„ู’ูˆูŽุฌู’ุฏู ููู‰ู’ูƒูŽ ุงูŽูƒู’ู€ููู€ู†ููŠู’ ู‡ูŽู€ุฌูŽุฑููŠู’ูˆูŽ ูŠูŽู€ุง ุญูŽูŠูู‘ ูŠูŽู€ุง ู‚ูŽู€ู€ู€ูŠูู‘ู€ูˆู’ู…ู ุฒูุฏู’ู†ููŠู’ ู…ูู€ุนูŽู€ุงุฑููู‹ู€ุง
ูˆูŽ ูŠูŽุง ูˆูŽุงุญูู€ุฏู ูˆูŽุญูู‘ู€ู€ุฏู’ ุบูŽู€ุฑูŽุงู…ูŽู€ูƒูŽ ูููŠ ููู€ูƒู’ู€ุฑููŠู’ูˆูŽูŠูŽุง ู…ูŽุงุฌูุฏูŒ ุดูŽู€ุฑูู‘ูู’ ุจูู…ูŽุฌู’ุฏููƒูŽ ู…ูู€ุณู’ู†ูŽู€ุฏููŠู’
ุจูู…ูุนู’ู€ุฑูŽุงุฌู ุญูŽุจู’ู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุตู’ู€ู„ู ูููŠ ุงู„ุณูู‘ุฑู’ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุฌูŽู€ู‡ู’ุฑููˆูŽูŠูŽู€ุง ุฃูŽุญูŽู€ุฏู ูŠูŽู€ุง ููŽู€ู€ุฑูุฏู ููŽู€ุฑูู‘ุฏู’ ุฑูู‚ูŽู€ุงูŠูŽู€ู€ุชูู€ูŠู’
ูˆูŽ ูŠูŽุง ู‚ูŽุงุฏูุฑู ุงูŽูƒู’ุดููู’ ู„ููŠู’ ุงูŽู„ู’ู€ุญูุฌูŽุงุจู ุนูŽู†ู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑููˆูŽูŠูŽุง ุตูŽู€ู…ูŽู€ุฏู ุตูŽู€ู…ูู‘ู€ุฏู ู„ูุณูŽู€ุงู†ููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ุซูŽู‘ู€ู†ูŽุง
ู…ูŽู€ู€ู‚ู’ู€ู€ุฏูŽู…ูŽ ู‚ูŽู€ู€ุฏูŽู…ูŽู€ู†ูู€ูŠู’ ุจูู€ุดูŽุฃู’ู†ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุบูŽู€ูŠู’ุฑููŠู’ูˆูŽู…ูู‚ู’ุชูŽุฏูุฑู ูƒูู†ู’ ู„ููŠู’ ูˆูŽุจูุงู„ู’ู€ู‚ูู€ุฏู’ุฑูŽุฉู ุงููƒู’ู€ููู€ู†ููŠู’
ูˆูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ู ุงูุฎู’ู€ุชูŽู…ู’ ู„ููŠู’ ุจูู€ุญูุณู’ู†ู ุงู†ู’ู€ุชูŽู‡ูŽุง ุนูู€ู…ู’ุฑููŠู’ู…ูู€ุคูŽุฎูู‘ู€ุฑู ุฃูŽุฎูู‘ู€ุฑู’ ุฑููƒู’ุจู ุถูŽู€ุฏูู‘ูŠู’ ุนูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูŽู†ูŽุง
ูˆูŽ ูŠูŽุง ูˆูŽุงู„ู ูŠูŽุง ู…ูู€ุชูŽู€ุนูŽู€ุงู„ู ุฒูุฏู’ ุจูุงู„ู’ู€ุนูู€ู„ุงูŽ ููŽู€ุฎู’ุฑููŠู’ูˆูŽูŠูŽู€ุง ุขุฎูู€ู€ุฑู ูŠูŽู€ุง ุธูŽุงู‡ูู€ู€ุฑู ุฃูŽู†ู’ู€ุชูŽ ุจูŽู€ุงุทูู€ู€ู†ู
ูˆูŽ ู…ูู€ู†ู’ู€ุชูŽู€ู‚ูŽู€ู…ู ู…ูู€ู…ูŽู‘ู€ู†ู’ ุชูŽู€ุนูŽุงู…ูŽู€ู„ูŽ ุจูุงู„ู’ู€ู…ูŽู€ู€ูƒูŽู€ุฑููˆูŽูŠูŽู€ุง ุจูู€ุฑูู‘ ูŠูŽู€ุง ุชูŽู€ูˆูŽู‘ุงุจู ุงูู‚ู’ู€ุจูŽู€ู„ู’ ู„ูู€ุชูŽู€ูˆู’ุจูŽู€ุชูู€ูŠู’
ูˆูŽุงู„ู’ุฅููƒู’ุฑูŽุงู…ู ุจูุงู„ู’ุฅููู’ู€ุถูŽุงู„ู ุชูŽู€ุชูŽุญูŽู€ูู’ ู…ูŽู†ู’ ูŠูุณู’ุฑููŠุนูŽูู’ูˆู ุฑูŽุคููˆู’ูู ู…ูŽุงู„ููƒู ุงู„ู’ู…ูู„ู’ูƒู ุฐููˆ ุงู„ู’ู€ุฌูŽู„ุงูŽู„ู
ุบูŽู†ููŠูู‘ ูˆูŽู…ูู€ุบู’ู†ููŠูู‘ ููŽุงุบู’ู€ู†ูู€ู†ููŠู’ ููู€ู‰ู’ูƒูŽ ู…ูู†ู’ ููŽู€ู‚ู’ุฑููŠู’ูˆูŽูŠูŽุง ู…ูู€ู‚ู’ู€ุตูŽู€ู€ุฏู ูููŠ ูƒูู„ูู‘ ุดูŽูŠู’ุกู ูˆูŽุฌูŽุงู…ูู€ู€ู€ุนู
ูˆูŽูŠูŽุง ู…ูŽุงู†ูุนู ุงูู…ู’ู€ู†ูŽู€ุนู’ู€ู†ููŠู’ ูˆูŽูŠูŽุง ู†ููˆู’ุฑููƒูู†ู’ ููŽู€ุฎู’ุฑููŠูˆูŽู…ูุนู’ุทููŠู’ ููŽุฌูุฏู’ ู„ููŠู’ ุจูุงู„ู’ูƒูŽู€ุฑูŽุงู…ูŽู€ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู€ุนูŽู€ุทูŽุง
ุจูŽู€ู€ุฏููŠู’ู€ู€ุนูŒ ููŽู€ุฃูŽุทูŽู‘ู„ูู€ุนู’ู€ู†ููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฃูŽุจู’ู€ุฏูŽุนู ุงู„ุณูู‘ู€ู€ุฑูู‘ูˆูŽู‡ูŽู€ุงุฏููŠู’ ููŽู€ุฒูุฏู’ู†ู€ููŠู’ ุจูุงู„ู’ู€ู‡ูู€ุฏูŽุงูŠูŽู€ุฉู ุฑููู’ู€ุนูŽู€ุฉู‹
ูˆูŽูˆูŽุงุฑูุซู ูˆูŽุฑูู‘ุซู’ู€ู†ูู€ูŠ ุงู„ู’ูˆูุตูู€ูˆู’ู„ูŽ ูƒูŽู€ู…ูŽู€ุง ุชูŽู€ู€ุฏู’ุฑููŠู’ูˆูŽุจูŽุงู‚ููŠู’ ููŽู€ุฃูŽุจู’ู€ู‚ูู€ู†ูู€ูŠู’ ุจูู€ู€ูˆูŽุตู’ู€ู„ูู€ูƒูŽ ุจูŽู€ุงู‚ูู€ูŠู‹ุง
ูˆูŽุฌูู€ุฆู’ุชู ุจูู€ุฐูŽู†ู’ู€ุจูู€ูŠู’ ูˆูŽุงู„ุชูŽู‘ู€ุฌูŽู€ุฑูู‘ุฏู ู…ูู€ู†ู’ ุนูุฐู’ุฑููŠุฑูŽุดู€ูู€ูŠู’ู€ุฏู ููŽุฃูŽุฑู’ุดูู€ุฏู’ู†ูู€ูŠู’ ุจูู€ุฑูุดู’ู€ุฏููƒูŽ ุฏูŽุงุฆูู€ู…ู‹ุง
ูˆูŽูƒูŽู€ู€ู…ูู‘ู€ู„ู’ ู…ูŽู€ู‚ูŽู€ุงู…ูŽู€ุงุชููŠู’ ุจูุณูุฑูู‘ูŠู’ ูˆูŽูููŠู’ ุฌูŽู€ู‡ู’ู€ุฑููŠู’ููŽู€ุณูŽุงู…ูู€ุญู’ ูˆูŽุฌูุฏู’ ูˆูŽุงุบู’ู€ููู€ุฑู’ ุฐูู†ููˆู’ุจููŠู’ ูˆูŽุนูŽุงููู†ููŠู’
ู„ูู€ุฐูŽุงุชูู€ูƒูŽ ุจูุงู„ุชูŽู‘ู€ู€ูˆู’ุญูู€ูŠู’ู€ุฏู ูŠูŽุงุนูŽู€ุงู„ูู€ู€ู…ู‹ุง ุณูู€ุฑูู‘ู‰ูˆูŽุฎูู€ุฐู’ู†ููŠู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฅููŠู’ู€ู…ูŽุงู†ู ุจูุงู„ู’ู€ู…ูŽูˆู’ุชู ุดูŽุงู‡ูุฏู‹ุง
ูˆูŽุดูŽู€ูŠู’ุฎูู€ูŠู’ ุจูุขุฏูŽุงุจู ุงู„ุทูŽู‘ู€ุฑููŠู’ู€ู‚ูŽู€ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู€ู…ูู€ู‚ู’ุฑููŠู’ูˆูŽุฃูŽู‡ู’ู€ู„ูู€ูŠู’ ูˆูŽุฅูุฎู’ู€ูˆูŽุงู†ูู€ูŠู’ ูˆูŽุฃูู…ูู‘ู€ูŠู’ ูˆูŽูˆูŽุงู„ูู€ู€ุฏููŠู’
ุจูู€ููŽู€ุถู’ู„ููƒูŽ ุฃูŽุนู’ู€ุฏูŽุงุฆูู€ูŠู’ ูˆูŽู…ูŽู€ู†ู’ ู‚ูŽุงู…ูŽ ูููŠ ุถูŽู€ุฑููŠูˆูŽุฌูŽู€ู…ูู‘ู€ู„ู’ ููุคูŽุงุฏููŠู’ ุจูุงู„ู’ุนูู€ู†ูŽุงูŠูŽู€ุฉู ูˆูŽุงูƒู’ู€ููู€ู†ูู€ูŠู’
ูˆูŽุฒูุฏู’ูููŠู’ ุบูŽู†ูู‰ ุงู„ุฏูŽู‘ุงุฑูŽูŠู’ู†ู ุจูŽู€ูŠู’ู€ู†ูŽ ุงู„ู’ู€ู…ูŽู€ู„ุงูŽ ู‚ูŽู€ุฏู’ุฑูู‰ูˆูŽุฎูู€ุฐู’ ุญูŽุงุณูู€ุฏููŠู’ ูˆูŽุงุฑู’ููŽู€ุนู’ ุจูู€ุนูุฒูู‘ูƒูŽ ุชูŽุจู’ู€ุชูู€ูŠู’
ุนูŽู„ูู‘ู€ูŠู’ ูˆูŽู‚ูŽู€ูŠูู‘ู€ุฏู’ู†ูู€ูŠู’ ู„ูู€ุฎูู€ุฏู’ู…ูŽู€ุฉู ุฐูู‰ ุงู„ุณูู‘ู€ู€ุฑูู‘ูˆูŽุชูŽู€ู…ูู‘ู€ู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ููŽู€ุฎู’ุฑู ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽู‰ ู…ูŽู€ุดูŽุงูŠูู€ุฎููŠู’
ู…ูู€ุญูŽู€ู…ูŽู‘ุฏูยญู†ู ุงู„ู’ู€ู…ูŽู€ุจู’ู€ุนูู€ูˆู’ุซู ู„ูู„ู’ู€ุนูŽุจู’ู€ุฏู ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูู€ุฑูู‘ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู…ูุฎู’ู€ุชูŽุงุฑู ู…ูู†ู’ ุฌูŽูˆู’ู‡ูŽุฑูุงู„ู’ู€ูˆูŽุฑู’ุฏูู‰
ู„ูู€ุตูู€ุฏูู‘ู‚ูŽู€ู€ู€ูŠู’ู€ู‡ู ููู€ูŠู’ ูƒูู„ูู‘ ุญูŽู€ู€ุงู„ู ุฃูŽุจููŠู’ ุจูŽูƒู’ู€ุฑููˆูŽุฌูู€ุฏู’ ุจูุงู„ุฑูู‘ุถูŽู€ุง ู„ูู„ุตูู‘ู€ุญู’ุจู ูˆูŽุงู„ู’ุขู„ู ุณูู€ูŠู’ู…ู‹ุง
ูˆูŽุญูŽู€ูŠู’ุฏูŽุฑูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽู€ุทู’ู„ูู€ูˆู’ุจู ูููŠู’ ู…ูŽู€ุนู’ู€ุถูŽู€ู„ู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑููƒูŽุฐูŽุง ุนูู…ูŽุฑู ุงู„ู’ููŽู€ุงุฑููˆู’ู‚ู ุนูู€ุซู’ู€ู…ูŽู€ุงู†ูŽ ุจูŽู€ุนู’ู€ุฏูŽู‡ู
ูˆูŽุญูŽู€ูŠู’ุฏูŽุฑูŽุฉู ุงู„ู’ู…ูŽู€ุทู’ู„ูู€ูˆู’ุจู ููŽู€ูŠูŽู…ู’ู€ุนูŽู€ุถูู€ู„ู ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ุฑููƒูŽุฐูŽุง ุงู„ุณูู‘ู€ุชูŽู‘ู€ุฉู ุงู„ุณูŽู‘ู€ุงุฏูŽุงุชู ู…ูู†ู’ ู†ููˆู’ุฑู ุณูุฑูู‘ู‡ูู…ู’
ุญูŽู€ู‚ูู€ูŠู’ู€ู‚ูŽู€ุชูู€ู‡ู ุชูŽู€ุนู’ู€ู„ููˆู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽู†ู’ู€ุฌูŽู…ู ุงู„ุฒูู‘ู‡ู’ู€ุฏููƒูŽุฐูŽุง ุงู„ุณูู‘ู€ุชูŽู‘ู€ุฉู ุงู„ุณูŽู‘ู€ุงุฏูŽุงุชู ู…ูู€ู€ู†ู’ ุณูู€ุฑูู‘ู‡ูู€ู…ู’
ูƒูŽุฐูŽุง ุงู„ู’ู€ุญูŽุณูŽู†ู ุงู„ู’ู…ูŽูˆู’ุตููˆู’ูู ุจูุงู„ู’ู€ุนูู„ู’ู…ู ูˆูŽุงู„ุดูู‘ูƒู’ุฑููˆูŽุณูŽู€ุจูŽู€ุทูŽุง ุฑูŽู‘ุณูู€ูˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุนู’ู†ููŠู’ ุญูู€ุณูŽูŠู’ู†ูŽู€ู‡ูู…ู’
ุฅูู„ูŽู‰ ู…ูู€ู€ู†ู’ู€ู€ุชูŽู€ู€ู‡ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽูŠูŽู‘ุงู…ู ูููŠ ุงู„ู’ุจูŽู€ุฑูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ุจูŽู€ุญู’ู€ุฑููˆูŽุฃูู…ูู‘ู€ู€ู‡ูู€ู…ูŽู€ุง ูˆูŽุงู„ู€ุชูŽู‘ู€ุงุจูู€ุนูู€ูŠู’ู†ูŽ ู„ูู€ุญูุฒู’ุจูู€ู‡ูู€ู…ู’
ุฃููˆู’ู„ููŠ ุงู„ู’ู€ุนูู€ู„ู’ู€ู…ู ุฃูŽู‡ู’ู€ู„ู ุงู„ุทูŽู‘ู€ู„ุงูŽุนู ุนูŽู€ู„ูŽู‰ ุงู„ุณูู‘ู€ุฑูู‘ุฎูู€ุตูู€ูˆู’ุตู‹ุง ู„ูุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุงู„ุทูŽู‘ุฑููŠู’ู‚ู ุดููŠููˆู’ุฎูู†ูŽุง
ุฌูŽู€ู†ูŽู€ุงุจู ุงู„ุฑูู‘ููŽุงุนููŠู’ ุชูŽู€ุงุฌู ู…ูู†ู’ ู‡ูŽู€ุงู…ูู‘ ุจูู€ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ู€ุฑููƒูŽู€ุณูŽู€ูŠูู‘ู€ุฏูู†ูŽุง ุจูŽู„ู’ ุดูŽู€ู€ูŠู’ุฎู ุฃูŽู‡ู’ู€ู„ู ุทูŽุฑููŠู’ู€ู‚ูู€ู†ูŽุง
ุฅูู…ูŽู€ู€ุงู…ูŒ ุฑูู‘ุฌูŽู€ู€ุงู„ู ุงู„ู„ู‡ู ููู€ูŠู’ ุฌูŽู€ู€ู…ู’ู€ุนูŽู€ุฉู ุงู„ุณูู‘ู€ุฑูู‘ู…ูŽู€ู„ุงูŽุฐู ุงู„ู’ู€ูˆูŽุฑูŽู‰ ุดูŽู€ู€ูŠู’ุฎูŽ ุงู„ุทูŽู‘ู€ุฑูŽุงุฆูู€ู‚ู ูƒูู„ูู‘ู€ู‡ูŽุง
ูˆูŽู…ูู€ู†ู’ู€ู‚ูŽู€ุฐูู‡ูู€ู…ู’ ู…ูู€ู†ู’ ุตูุฑู’ุนูŽุฉู ุงู„ุดูŽู‘ูƒูู‘ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุบูุฏู’ุฑูุณูู€ุฑูŽุงุฌู ู‚ูู€ู„ูู€ูˆู’ุจู ุงู„ุณูŽู‘ุงู„ูู€ูƒูู€ูŠู’ู†ูŽ ุจูู€ู„ุงูŽ ู…ูู€ุฑูŽู‘ุง
ุนูŽู„ูŽู‰ ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ุถู ู…ูู€ู†ู’ ุฃูŽู‡ู’ู€ู„ู ุงู„ุทูŽู‘ู€ุฑููŠู’ู‚ูŽู€ุฉู ูˆูŽุงู„ู’ูููƒู’ุฑู(ุฃูŽุจููˆ ุงู„ู’ุนูŽู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ) ุงู„ู’ุบูŽูˆู’ุซู ุฃูŽุดู’ุฌูŽุนู ู…ูู†ู’ ู…ูŽุดูู‰
ูˆูŽุดูŽู€ูŠู’ุฎู ุณูุฑูŽุงุฌู ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ูŽ ู…ูู€ู†ู’ ุญูู€ุจูู‘ู€ู‡ู ููŽู€ุฎู’ู€ุฑููŠู’ูˆูŽุณูŽู€ู€ูŠูู‘ู€ู€ุฏูู†ูŽุง (ุงู„ุตูŽู‘ูŠูŽู‘ุงุฏู) ุฃูุณู’ู€ุชูŽุงุฐู ุนูู€ุตู’ู€ุฑูู‡ู
ูˆูŽู…ูŽู€ูˆู’ู„ุงูŽูŠูŽ (ุฎูŽู€ูŠู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู) ู…ูู€ู†ู’ ู‚ูŽู€ุงู…ูŽ ุจูุงู„ู’ู€ุฎูŽู€ูŠู’ุฑููˆูŽุทูŽุงุฆูู€ููŽู€ุฉู ุงู„ุฑูŽู‘ุงูˆููŠู’ ูˆูŽุฃูŽุจู’ู€ู€ู†ูŽุงุกู ุนูŽู€ู€ู…ูู‘ู€ู€ู‡ูู€ู…ู’
ุจูู€ู…ูู€ู†ู’ู€ู‚ูŽู€ู„ูŽู€ุจู ุงู„ู’ุฃูŽูู’ู€ู€ู„ุงูŽูƒู ุฏููˆู’ุฑู‹ุง ุนูŽู€ู€ู„ูŽู‰ ุฏููˆู’ุฑููˆูŽุฃูŽู‡ู’ู€ู„ู ุทูŽู€ุฑููŠู’ู‚ู ุงุจู’ู†ู ุงู„ุฑูู‘ููŽุงุนููŠู’ ุฌูŽู€ู…ูู€ูŠุนู’ู‡ูู…ู’
ูƒูŽู€ู€ุฐูŽุงูƒูŽ ุงู„ุฏูŽู‘ุณูู€ูˆู’ู‚ููŠู’ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽู…ูŽู€ุงุฌูู€ุฏู ุฐููŠู’ ุงู„ุตูŽู‘ุจู’ุฑููˆูŽู„ูู„ู’ู€ู‚ูŽุงุฏูุฑููŠู’ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุญู’ู€ู…ูŽุฏููŠู’ ุญูŽู€ู…ูŽู‰ ุงู„ู’ู€ูˆูŽุฑูŽู‰
ุจูู€ุณูู€ู„ู’ู€ูƒูู€ู‡ูู€ู…ูŽู€ุง ูููŠู’ ู…ูู€ู†ู’ู‡ูŽู€ุฌู ุงู„ุดูŽู‘ุฑู’ุนู ุจูุงู„ุณูŽู‘ูŠู’ุฑููˆูŽู„ูู„ุดูŽู‘ุงุฐูู„ููŠู’ ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ู‚ู’ู€ุดูŽุจูŽู†ู’ู€ุฏููŠู’ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ู…ูŽู€ุดูŽู‰
ุชูŽูƒู’ู€ู€ุฑูู…ู’ ุนูŽู„ูŽู€ูŠู’ู€ู‡ูู€ู…ู’ ู…ูู€ู†ู’ู€ูƒูŽ ูููŠู’ ุฑูŽุญู’ู…ูŽุฉู ุชูŽุฌู’ุฑููŠู’ูˆูŽู„ูู„ู’ู€ู‚ูŽู€ูˆู’ู…ู ู…ูู€ู†ู’ ู‡ูŽุงู…ููˆู’ุง ุจูู€ุญูุจูู‘ูƒูŽ ุณูŽู€ูŠูู‘ู€ุฏููŠู’
ุนูŽู„ูŽู‰ ุญูู€ู€ูู’ู€ู€ุธู ู‡ูฐุฐูŽุง ุงู„ุฏูู‘ูŠู’ู†ู ุจูุงู„ู’ู€ุนูู€ุฒูู‘ ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ุตู’ุฑููˆูŽุณูู€ู„ู’ู€ุทูŽุงู†ูŽู€ู†ูŽุง ุบูŽู€ู€ูˆู’ุซู ุงู„ู’ุจูู€ู€ู„ุงูŽุฏู ููŽู€ู€ุฌูŽุงุฒูู‡ู
ุนูŽู„ูŽู‰ ููู€ุฑู’ู‚ูŽู€ุฉู ุงู„ุดูŽู‘ู€ูŠู’ุทูŽุงู†ู ูˆูŽุงุญู’ู€ููŽู€ุธู’ู€ู‡ู ุจูุงู„ุณูู‘ู€ุฑูู‘ูˆูŽุฃูŽูŠูŽู‘ู€ู€ุฏูŽู‡ู ุจูุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ู€ู€ู„ุงูŽูƒู ูˆูŽุงู†ู’ู€ุตูุฑู’ ุฌูู€ู€ู†ูู€ูˆู’ุฏูŽู‡ู
ูŠูŽู€ู€ู€ุฐูู„ูู‘ ุจูู€ู€ู‡ูŽุง ูƒูู„ูู‘ ุงู„ู’ู…ูŽู€ู…ูŽู€ุงู„ูู€ูƒูŽ ุจูุงู„ู’ู€ู‚ูŽู€ู€ู‡ู’ู€ู€ุฑููˆูŽุชูŽู€ูˆูŽู‘ุฌูŽู€ู‡ู’ ุจูุงู„ู’ู€ู‚ูู€ุฑู’ุขู†ู ูˆูŽุงุฑู’ุฒูู‚ู’ู€ู€ู‡ู ู‡ูŽู€ูŠู’ู€ุจูŽู€ุฉู‹
ูˆูŽุณูŽู€ู„ูู‘ู€ูƒู’ู€ู‡ู ูููŠู’ ุณูู€ุจูู€ู„ู ุงู„ุดูŽู‘ู€ุฑููŠู’ู€ุนูŽู€ุฉู ุจูุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ู€ุฑููˆูŽูˆูŽููู‘ู€ู€ู‚ู’ ู„ูŽู€ู‡ู ุงู„ุชูŽู‘ู€ูˆู’ููู€ูŠู’ู€ู‚ู ูููŠู’ ูƒูู„ูู‘ ุญูŽู€ู€ุงู„ูŽู€ุฉู
ุจูู€ู€ุญูู€ุณู’ู€ู†ู ู…ูŽู€ุนูŽู€ุงุดู ุจูุงู„ุตูู‘ู€ูŠูŽุงู†ูŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ู€ุฎูŽู€ูŠู’ุฑููˆูŽุฃูŽู…ูู€ู†ู’ ุจูŽู†ูู€ูŠ ุงู„ู’ุฅูุณู’ู€ู€ู„ุงูŽู…ู ุฑูŽุจูู€ู‘ูŠู’ ุจูู€ุธูู€ู„ูู‘ู€ู‡ู
ูˆูŽุฃูŽุจู’ู€ุฏูู„ู’ู‡ู ูููŠ ุงู„ู’ู€ุนูŽู€ู‚ู’ุจูฐู‰ ุจูู€ุนูู€ุฒูู‘ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ู’ู€ุญูŽู€ุดู’ู€ุฑููˆูŽุญูŽู€ุณูู‘ู€ู†ู’ ุฃูู…ูู€ูˆู’ุฑูŽ ุงู„ู’ู€ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุทูŽู€ุฑู‹ู‘ุง ุจูู€ูˆูŽู‚ู’ู€ุชูู‡ู
ุจูู€ุญูู€ูƒู’ู€ู…ูŽุฉู ุฑูุดู’ุฏู ู…ูู€ู†ู’ูƒูŽ ุชูุตู’ุญู‰ูฐ ู…ูู†ูŽ ุงู„ุณูŽู‘ูƒูŽุฑููˆูŽู…ูŽู€ูŠู’ู€ู„ู ุฌูŽู€ู…ูู€ูŠู’ู€ุนู ุงู„ู’ู…ูุณู’ู„ูู€ู…ููŠู’ู†ูŽ ู„ูุณูŽู€ูŠู’ุฑูู†ูŽู€ุง
ุจูู€ุญูŽุจู’ู„ู ุฒูŽู…ูŽู€ุงู…ู ุงู„ู’ู€ุนูุทู’ูู ุจูุงู„ู’ู€ุญูŽู…ู’ุฏู ูˆูŽุงู„ุดูู‘ูƒู’ุฑููˆูŽู‚ูู€ู€ุฏู’ู†ูŽุง ูˆูŽุจูŽู€ุงู‚ููŠ ุงู„ู’ู€ู…ูู€ุคู’ู…ูู€ู†ูู€ูŠู’ู†ูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุชูู‘ู‚ูฐู‰
ุตูู€ุฑููˆู’ููŽ ุงู„ุฒูŽู‘ู…ูŽู€ุงู†ู ุฌูŽุงุกูŽ ุจูุงู„ู’ู€ุบูŽู€ู…ูู‘ ูˆูŽุงู„ุดูู‘ู€ูƒู’ู€ุฑููˆูŽู‡ูŽู€ูŠูู‘ุกู’ ู„ู€ูŽู†ูŽุง ุงู„ู’ุขู…ูŽู€ุงู„ูŽ ุจูุงู„ู’ู€ุฎูŽู€ูŠู’ุฑู ูˆูŽุงูƒู’ู€ููู†ูŽุง
ูˆูŽุชูŽู€ุฑู’ุฌูŽู€ู…ูู€ู€ู‡ูŽุง ุถูŽู€ู…ู’ู†ู ุงู„ู’ู‚ูŽู€ุตููŠู’ุฏูŽุฉู ุจูุงู„ุดูู‘ู€ุนู’ู€ุฑูุจูุฃูŽุณู’ู€ู€ู…ูŽุงุฆููƒูŽ ุงู„ู’ู€ุญูุณู’ู†ูฐู‰ ุฏูŽุนูŽุงูƒูŽ ุฃูŽุจููˆ ุงู„ู’ู‡ูุฏูฐู‰
ุนูŽู„ูŽู‰ ุฎูŽุชู’ู€ู…ูู€ู‡ูŽุง ุฃูŽุณู’ู€ุชูŽู€ุบู’ู€ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ู…ูู€ู€ู†ู’ ูˆูŽุฒู’ุฑููŠู’ูˆูŽู‚ูŽู€ู€ุงู„ูŽ ุจูู€ุญูŽู€ู…ู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ู„ูู„ู€ู†ูŽู‘ู€ุธู’ู€ู…ู ุฎูŽุงุชูู€ู…ู‹ุง
ุจูŽู€ุฏูŽุฃู’ุชู ุจูู€ุจูู€ุณู’ู€ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ูููŠ ู…ูŽู€ู€ุจู’ู€ู€ุฏูŽุงุกูŽ ุงู„ู’ุฃูŽู…ู’ู€ุฑูููŽู€ูŠูŽู€ุงุฑูŽุจูู‘ ุฎูู€ุฐู’ู‡ูŽู€ุง ุจูู€ุงู„ู’ู€ู‚ูŽู€ุจูู€ูˆู’ู„ู ู„ูุฃูŽู†ูู‘ู€ู†ููŠู’

Sumber: Alif.ID

84. Tata Cara Halaqah Zikir Rifaโ€™iyah (3)

Masih mengenai tata cara halaqah zikir:

  1. Kemudian membaca al-Fatihah
  2. Lalu Mursyid membaca;

ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฃูŽู‡ู’ู„ูŽ ุจูŽูŠู’ุชู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฏูุณู’ุชููˆู’ุฑู ูŠูŽุงุณูŽูŠูู‘ุฏู ุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ูŠูŽุง ุณูŽูŠูู‘ุฏููŠู’ ูŠูŽุง ุฑูููŽุงุนููŠู’ ูŠูŽุงุฃูŽุจูŽุง ุงู„ู’ุนูŽู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู„ู’ู…ูŽุฏูŽุฏูŽ

  1. Lalu Mursyid mengawali bacaan ู„ูŽุข ุฅู„ู‡ ุฅู„ุง ุงู„ู„ู‡ 1x, lalu diikuti oleh para sรขlik secara serentak sebanyak minimal 111x dengan penuh tatak RAma, segan, Rasa malu dan memejamkan mata
  2. Membaca zikir Ismu Dzat sebanyak 111x. Ketika berzikir, hati menengok ke akhirat, menyanjung terhadap Syaikh Ahmad al-Rifa`i. Hal itu bisa menjaga pandangan hati sรขlik pada saat terjadi limpahan ruhani
  3. Kemudian zikir; ูŠูŽุง ุงูŽู„ู„ู‡ู ู…ูŽุง ุชูŽูŠูŽุณูŽู‘ุฑูŽ
  4. Duduk menghadap kiblat saat mengakhiri Khatam Halaqah dengan membaca shalawat secara bersama-sama;

ุงูŽู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุงุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ุงูŽู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุญูŽุจููŠู’ุจูŽ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ุงูŽู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุงูˆูŽุณููŠู’ู„ูŽุชูŽู†ูŽุง ุงูู„ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ูุŒ ุงูŽู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽูˆูŽู‘ู„ูŽ ุฎูŽู„ู’ู‚ู ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุฎูŽุงุชูู…ูŽ ุฑูุณูู„ู ุงู„ู„ู‡ูุŒ ุงูŽู„ุตูŽู‘ู„ุงูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุณูŽู‘ู„ุงูŽู…ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ูƒูŽ ูŠูŽุงุฃูŽู†ู’ุจููŠูŽุงุกูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ.

  1. Salah satu diantara sรขlik membaca 10 ayat Alquran
  2. Kemudian membaca shalawat al-Dawaiyah 2 kali;

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ุตูŽู„ูู‘ ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจูุนูŽุฏูŽุฏู ูƒูู„ูู‘ ุฏูŽุงุกู ูˆูŽุฏูŽูˆูŽุงุกู ูˆูŽุจูŽุงุฑููƒู’ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู’ ูƒูŽุซููŠู’ุฑู‹ุง.

Ketika membaca shalawat al-Dawaiyah ketiga kalinya, ketika sampai pada lafadz ูƒุซูŠุฑู‹ุง lalu membaca:

ูˆูŽุจูŽุงุฑููƒู’ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ู’ู‡ูู…ู’ ูƒูŽุซููŠู’ุฑู‹ุง ูƒูŽุซููŠู’ุฑู‹ุง ูˆูŽุตูŽู„ูู‘ ูˆูŽุณูŽู„ูู‘ู…ู’ ุจูู€ุฌูŽู„ุงูŽู„ููƒูŽ ูˆูŽุฌูŽู…ูŽุงู„ููƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฌูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ูŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุขู„ู ูƒูู„ูู‘ ูˆูŽุตูŽุญู’ุจู ูƒูู„ูู‘ ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู„ู’ู€ุญูŽู…ู’ุฏูู„ูู„ู‡ู ุฑูŽุจูู‘ ุงู„ู’ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ.

  1. Kemudian mursyid membaca al-Fatihah yang dihadiahkan kepada nabi Muhammad SAW., keluarganya, para sahabat-sahabatnya, kepada Shahibut Tarekat (Syaikh Ahmad al-Rifa`i), anak turun pengikut Tarekat Rifa`iyah dan kepada seluruh muslim dengan harapan mendapatkan limpahan sirri dari Hadhrah Nabawiyah dengan perantara Hadhrah pada Syaikh Rifa`iyah
  2. Kemudian mursyid membaca doa:

ุงูŽู„ู„ู‡ู… ูˆูŽุฃูŽูˆู’ุตูู„ู’ ุจูŽุนู’ุฏูŽุงู„ู’ู‚ูŽุจููˆู’ู„ู ู…ูู†ูŽู‘ุง ุจูููŽุถู’ู„ููƒูŽ ูˆูŽูƒูŽุฑูŽู…ููƒูŽ ู…ูุซู’ู„ูŽ ุซูŽูˆูŽุงุจู ู‡ูฐุฐูŽุง ุงู„ุฐูู‘ูƒู’ุฑู ุงู„ู’ู€ุญูŽูƒููŠู’ู…ู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุงู„ู’ุนูŽุธููŠู’ู…ู ูˆูŽุงู„ุตูŽู‘ู„ูŽูˆูŽุงุชู ุงู„ุดูŽู‘ุฑููŠู’ููŽุฉู ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ุฑูŽุงุฏู ุงู„ู„ูŽู‘ุทููŠู’ููŽุฉู ุฅูู„ูŽู‰ ุฑููˆู’ุญู ูˆูŽุถูŽุฑููŠู’ุญู ูˆูŽู…ูŽุฑู’ู‚ูŽุฏู ูˆูŽุชูŽุฑู’ุจูŽุฉู ุณูŽูŠูู‘ุฏูุงู„ุณูŽู‘ุงุฏูŽุงุชู ูˆูŽู…ูŽู†ู’ุจูŽุนู ุงู„ุณูŽู‘ุนูŽุงุฏูŽุงุชู ุฑููˆู’ุญู ุงู„ู’ุฃูŽุฑู’ูˆูŽุงุญู ูˆูŽู…ูŽุฏูŽุฏู ุงู„ู’ููŽุชูŽู‘ุงุญู ู†ูู‚ู’ุทูŽุฉู ุงู„ู’ุจูŽุงุกูุงู„ู’ุจูŽุงุฑูุฒูŽุฉู ุจูุงู„ู’ุญูŽู‚ูŽุงุฆูู‚ู ุงู„ู’ูƒูู„ูู‘ูŠูŽู‘ุฉู ูˆูŽุฌูุฑูŽู‘ุฉู ุญูŽุจู’ู„ู ุงู„ู’ูˆูŽุตู’ู„ู ุงู„ู’ู‚ูŽุงุฆูู…ูŽุฉู ุจูุงู„ุฏูŽู‘ู‚ูŽุงุฆูู‚ู ุงู„ุณูŽู‘ู…ูŽุงูˆููŠูŽุฉู ูˆูŽุนูŽู‚ู’ุฏูŽุฉู ู…ููŠู’ู…ู ุงู„ู’ู…ูŽุฏูŽุฏู ุงู„ุดูŽู‘ุงู…ูู„ูŽุฉู ู„ููƒูู„ูู‘ ุฑูŽู‚ููŠู’ู‚ูŽุฉู ุบูŽูŠู’ุจููŠูŽู‘ุฉู ุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ูˆูŽุณูŽู†ูŽุฏูู†ูŽุง ูˆูŽุฐูุฎู’ุฑูู†ูŽุง ูˆูŽู‡ูŽุงุฏูู‰ู’ู†ูŽุง ูˆูŽู†ูŽุงุตูุฑูู†ูŽุง ูˆูŽุญูŽุงู…ูู‰ูู‘ู†ูŽุง ูˆูŽุญูŽุงุฑูุณูู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽูˆู’ู„ุงูŽู†ูŽุง ุฃูŽุจููŠ ุงู„ุทูŽู‘ูŠูู‘ุจู ูˆูŽุงู„ุทูŽู‘ุงู‡ูุฑู ูˆูŽุงู„ู’ู‚ูŽุงุณูู…ู ุฑูŽุณููˆู’ู„ู ุงู„ู„ู‡ู ู…ูู€ุญูŽู…ูŽู‘ุฏู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู„ู‡ู ุจู’ู†ู ุนูŽุจู’ุฏู ุงู„ู’ู…ูุทูŽู„ูู‘ุจู’ ุจู’ู†ู ู‡ูŽุงุดูู…ู ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽุนูŽุธูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽูƒูŽุฑูŽู‘ู…ูŽ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ุจูŽุงู‚ููŠู’ ุฅูุฎู’ูˆูŽุงู†ูู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู†ูŽู‘ุจููŠูู‘ูŠู’ู†ู ูˆูŽุงู„ู’ู…ูุฑู’ุณูŽู„ููŠู’ู†ู ูˆูŽุขู„ู ูƒูู„ูู‘ ูˆูŽุตูŽุญู’ุจู ูƒูู„ูู‘ ุฃูŽุฌู’ู…ูŽุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฅูู„ูŽู‰ ุงู„ุชูŽู‘ุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุชูŽุงุจูุนููŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽุฆูู…ูŽู‘ุฉู ุงู„ู’ู…ูุฌู’ุชูŽู‡ูุฏููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽู…ูู‚ูŽู„ูู‘ุฏููŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู„ู’ุฃูŽูˆู’ู„ููŠูŽุงุกู ุงู„ู’ุนูŽุงุฑููููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ุณููˆู’ุจููŠู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽู…ูŽุญู’ุณููˆู’ุจููŠู’ู‡ูู…ู’ ุฎูุตููˆู’ุตู‹ุง ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ุฅูู„ูŽู‰ ุดูŽูŠู’ุฎูู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽููุฒูู‘ุนูู†ูŽุง ูˆูŽุณูŽูŠูู‘ุฏูู†ูŽุง ุงู„ู’ู‚ูุทู’ุจู ุงู„ู’ุบูŽูˆู’ุซู ุงู„ู’ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู ูˆูŽุงู„ู’ูƒูุจู’ุฑููŠูŽุชู ุงู„ู’ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฑู ุฐููŠ ุงู„ู’ู‚ูŽู„ู’ุจู ุงู„ู’ุนูŽุงู…ูุฑู ุงู„ู’ู…ูŽุฏูŽุฏู ุงู„ู’ุญูŽุงุถูุฑูู…ูู„ู’ุญูŽู‚ู ุงู„ู’ุฃูŽุตูŽุงุบูุฑู ุจูุงู„ู’ุฃูŽูƒูŽุงุจูุฑู ุดูŽูŠู’ุฎู ุฃูŽู‡ู’ู„ู ุงู„ู’ุจูŽูˆูŽุงุฏููŠ ูˆูŽุงู„ู’ุญูŽูˆูŽุงุถูุฑู ู„ุงูŽุซูู…ู ูŠูŽุฏู